Keadaan Wanita Dunia Di Surga
Keadaan Wanita Dunia Di Surga
KAIDAH:
َ َ ْ َ َ َ ْ ٰ ٰ َ ْ ُ ُ ْ ُ ْ ُ ُ َّ ّٰ َ َ ْ َّ ُ ْ َّ
َ َ
ِان المت ِقين ِف ْي جن ٍت وعيو ٍنٍۗ ادخلوها ِبسل ٍم ا ِم ِنين ونزعنا ما ِف ْي
َُص ُد ْوره ْم م ْن غل ا ْخ َو ًانا َع ٰلى ُس ُرر ُّم َت ٰقبل ْي َن َلا َي َم ُّس ُه ْم ف ْي َها َن َص ٌب َّوما
ِ ِِ ٍ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ْ ُ
ه ْم ِمن َها ِب ُمخ َر ِج ْين
Rasulullahn bersabda,
خ َّ خ خ َّ خ خ ْخُ ْ خ ُ خ خخ خْخ خ خ خ َّ خ خُْ ُ ُ ْ ُ خ
،ِ فيحبسون لَع قنطر ٍة بْي اجلنةِ والار،َِيلص المؤمِنون مِن الار
خ َّخ خ خ ْ َُّ ْ ُ خ ْخ خ ُ خ خ ْ خ ْ خ ُ خ َُّ ِ خ ْ ْ ْ خ
حَت إِذا،ض ِهم مِن بع ٍض مظال ِم َكنت بينهم ِِف النيا ِ فيقص ِلع
ُ
ُه َّ ِذبُوا خو ُن َُّقوا أذ خِن ل خ ُه ْم ِِف ُد ُخو ِل خ
اجل َّن ِةخ
ﻓﺎﻟﻤﺮﺃﺓ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻭﻟﻢ ﺗﺘﺰﻭﺝ ﺃﻭ ﻛﺎﻥ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ
ُِ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺇﺫﺍ ﺩﺧﻠﺖ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻓﻬﻨﺎﻙ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺘﺰﻭﺟﻮﺍ ِِﻣﻦ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ
– ﻭﻫﻢ
ﺃﻋﻨﻲ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺘﺰﻭﺟﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ
“Seorang wanita penduduk surga yang belum menikah (di dunia) atau
suaminya bukan penduduk surga. Apabila wanita tersebut masuk surga,
maka di surga juga ada penduduk surga dari laki-laki yang belum menikah
di dunia (mereka akan dinikahkan sesuai dengan kesenangan hati
mereka).” (Fatawa Syaikh ‘Ustaimin 2/52)
>>b. Untuk wanita jenis 4 dan 5, dia akan dinikahkan dengan suaminya
di dunia. Dalilnya adalah:
“Jika kau ingin menjadi istriku di surga maka janganlah engkau menikah
lagi setelah aku meninggal, karena seorang wanita di surga akan menjadi
istri bagi suaminya yang terakhir di dunia. Karenanya Allah
mengharamkan istri-istri Nabib untuk menikah lagi setelah
meninggalnya Nabi, karena mereka adalah istri-istri Nabi di surga” (As-
Shahihah no 1281)
>>c. Adapun wanita macam yang keenam yaitu wanita yang ditalak atau
ditinggal mati suaminya, kemudian menikah dengan lelaki lain. Para
ulama berbeda pendapat:
Pendapat pertama: Wanita tersebut akan bersama suami yang paling
mulia akhlaknya saat hidup bersamanya di dunia.
Ini pendapat Imam Al Qurtubi. Beliau menyebutkan satu riwayat dari Anas
bin Malika, bahwa Ummu Habibah istri Nabib berkata: Wahai
Rasulullah seorang wanita memiliki dua suami saat di dunia, kemudian
mereka semua meniggal dan berkumpul di surga. Wanita tersebut akan
menjadi milik siapa dari keduanya? Yang pertama atau terakhir?
Rasulullah menjawab: “Untuk yang terbagus akhlaknya wahai Ummu
Habibah, akhlak yang bagus membawa kebaikam dunia dan akherat.”
(al-Tazkiroh fi Ahwal al-Mauta wa al-Alhirah, 2:278).
Syaikh Sholih al-Munajjid berkata; hadits ini lemah sekali, karena ada 2
perawi yang cacat. Sehingga hadits ini tidak sah untuk dijadikan dalil, dia
lemah sekali dan pendapat ini gugur.
Pendapat ini juga mengatakan jika suami pertama dan terakhir setara
dalam akhlak dan keshalehannya, maka dia bersama yang terakhir.
Namun jika tidak setara, maka dia memilih yang paling baik keshalehan
dan akhlaknya dengan dalil Allah berfirman:
خ ْ ُ ُ خ ُْ ْ خخ
هم وأزواجهم ِِف ظَِل ٍل
“Mereka bersama dengan istri-istri mereka dibawah naungan (surga).”
(Yasin: 56)
خر أخ ْز خواجهاخ خ ُ خ ْ خ ْ خ َّ خ خ خ خ ُ
ّف عنها زوجها فَتوجت بعده ف ِ خ
ِِ ِه ِِل ْ خ خ ْ خ َّ ُ ُ خ ُّ خ ْ خ
أيما ام خرأ ٍة تو خ
ِ ِ
“Wanita manapun yang ditinggal mati suaminya, kemudian si wanita
menikah lagi, maka dia menjadi istri bagi suaminya yang terakhir.” (HR.
Ath-Thabarani, lihat Ash-Shahihah 3/275)
Sumber: Ahwalun Nisa’ fil Jannah, karya Sulaiman bin Shaleh al-Khurasyi.