Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kondisi Wilayah Dan
Kearifan Budaya Lokal Provinsi Sumatera Barat” tepat pada waktunya.
1. Bapak/Ibu selaku guru pembimbing P5 yang telah memberikan masukan dan saran kepada
kami.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral maupun finansial selama kami
mengerjakan makalah ini.
3. Teman-teman yang telah berkontribusi memberikan tenaga, aspirasi dan motivasi.
Kami menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari Bapak/Ibu Guru dan para pembaca sehingga dapat menjadikan
makalah ini lebih baik lagi untuk proses penambahan wawasan kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus mengetahui berbagai macam keudayaan yang ada
di negara kita. Indonesia terdiri dari banyak suku dan budaya, dengan mengenal dan mengetahui
hal tersebut, masyarakat Indonesia akan lebih mengerti kepribadian suku lain, sehingga tidak
menimbulkan perpecahan maupun perseteruan. Pengetahuan tentang kebudayaan itu juga akan
memperkuat rasa nasionalisme kita sebagai warga negara Indonesia yang baik.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pulau terbanyak di dunia, dimana
dari puluhan ribu pulau yang ada di Indonesia terdapat 5 pulau utama yaitu Jawa, Sumatera,
Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. Dari kelima pulau ini, Sumatera merupakan salah satu yang
terbesar dan terbagi menjadi berbagai provinsi. Dan salah satunya yaitu Sumatera Barat. Sumatera
Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki ibu kota Padang.
Untuk jumlah penduduknya sendiri yaitu 4.849.909 jiwa yang mayoritas merupakan etnis
Mihangkabau dan seluruhnya beragama Islam. Meskipun demikian, kebudayaan Sumatera Barat
tentu sangat beragam, mengingat wilayah provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota besar
yang masing-masing memiliki ciri serta kebudayaan tersendiri seperti tarian tradisional, Bahasa
daerah, pakaian adat dan rumat adat.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54’ Lintang Utara sampai
dengan 30 30’ Lintang selatan serta 980 36’ sampai dengan 10 10 53’ Bujur Timur dengan total
luas wilayah sekitar 42.297,30 Km2 atau 4.229.730 Ha termasuk kurang lebih 391 pulau besar dan
kecil di sekitarnya.
Dalam segi ekologis, wilayah Sumatera Barat dibentuk oleh bukit-bukit lembah, dan
pegunungan serta dataran rendah yang kebanyakan diisi oleh muara sungai, yang dilengkapi
dengan laut lepas pantai yang mengarah ke Samudra Indonesia. Dengan kondisi ekologi ini,
masyarakat Minang mempunyai profesi mayoritas yakni nelayan, petani, dan pedagang.
Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Sumatera Barat pada
2020 mencapai 5,5 juta orang dan menjadi 5,7 juta orang pada 2023. Kemudian akan bertambah
menjadi 6,6 juta orang pada 2035. Dari jumlah penduduk tersebut, memiliki komposisi yang masih
dalam fase bonus demografi atau jumlah masyarakat dengan usia produktif 15-60 lebih
mendominasi hamper 2/3 jumlah penduduk. Islam adalah agama mayoritas yang di peluk
penduduk Sumatera Barat, yang kebanyakan pemeluknya adalah etnis Minangkabau. Dilansir dari
laman disdukcapil.sumbarprov.go.id Jumlah penduduk Sumatera Barat berdasarkan agama terdiri
dari : 5.389.314 Islam, 79.838 Kristen, 46.059 Katholik, 95 Hindu, 3.659 Budha, 8 Konghuchu
dan 272 Kepercayaan lain.
Kondisi wilayah Sumatera Barat dapat mempengaruhi sumber daya alam dan potensi
ekonomi. Daerah Sumatera Barat dikelilingi muara sungai menjadikan tanahnya subur dan
kaya akan hasil bumi dapat mengembangkan sektor pertanian dan perdagangan. Statistisi
Ahli Muda BPS Sumbar Dwi Susanti mengatakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-
2023 tersebut, lebih kecil dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2022 di mana
mampu tumbuh sebesar 4,56%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada
Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar
14,12 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada
Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 7,15 persen.
1. Pasambangan
3
Minang sarat dengan formalitas dan interaksi yang dikemas sedemikian rupa
sehingga acara puncaknya tidak sah, tidak valid jika belum disampaikan dengan
bahasa formal yang disebut pasambahan. Acara-acara adat, mulai dari yang simple
seperti Mamanggia, yaitu menyampaikan undangan untuk menghadiri suatu acara,
hingga yang berat seperti pengangkatan seseorang menjadi Pangulu,selalu
dilaksanakan dengan sambah-manyambah.
3. Baso-Basi
Satu lagi unsur adat Minang yang penting dan paling meluas penerapannya adalah
Baso-basi. Bahkan anak-anak harus menjaga baso-basi. Tuntuan menjaga Baso-basi
mengharuskan setiap individu agar berhubungan dengan orang lain, harus selalu
menjaga dan memelihara kontak dengan orang disekitarnya secara terus-menerus.
Seseorang orang Minang tidak boleh menyendiri.
4
lain, termasuk terhadap para pendatang yang berdomisili di lingkungan masyarakat
Minangkabau. Fenomena ini terlihat pada semua daerah penelitian. Meskipun tidak semua
pendatang itu malakok, bahkan ada yang berbeda agama, namun selagi mereka
mengembangkan sikap tenggang rasa maka mereka dapat hidup berdampingan secara damai
dengan masyarakat Minangkabau.
Politik Minangkabau adalah suatu sistem politik masyarakat Minangkabau yang telah
berkembang sejak berabad-abad lalu. Sistem ini berlandaskan kepada dua system adat di
Minanga, yakni sistem Koto Piliang serta Bodi Caniago. Dalam perkembangannya, kedua
sistem yang bertolak belakang ini melahirkan sistem politik Minangkabau yang
berlandaskan demokrasi, egalitarian dan keadilan sosial.
Sumatera Barat terkenal akan provinsi dengan tingkat kebudayaan pada masa lampau yang
begitu tinggi. Beberapa macam peninggalan budaya terdapat di Sumatera Barat, salah satunya
yaitu tarian-tarian yang beragam jenis dengan gerakan-gerakan khas yang indah.
Tarian dari Sumatera Barat menjadi salah satu tari daerah yang dimiliki Indonesia. Tarian
dari Sumatera Barat memiliki ciri-cirinya sendiri yang dilihat dari hasil gerakannya. Perbedaan ini
dipicu oleh pengaruh budaya dan adat istiadat yang berbeda pula. Secara umum, tarian asal
Sumatera cenderung sederhana dan lincah. Hal ini dapat dikagumi oleh pengaruh budaya dan adat
istiadat yang berlaku.
Tarian asal Sumatera Barat cenderung maknawi secara gerak sederhana, banyak
menggunakan gerak tangan dengan jari-jari yang membuka, dan patah-patah menyiku. Umumnya,
tarian asal Sumatera barat selalu diperankan secara berpasangan dan berkelompok. Tarian dari
Sumatera Barat yang cukup popular di Indonesia salah satunya adalah Tari Piring.
5
Secara umum, tarian daerah Sumatera memiliki berbagai fungsi yang dimanfaatkan oleh
masyarakatnya secara terus-menerus. Berikut ini 4 fungsi tarian dari Sumatera menurut
eprints.uny.ac.id:
2. Pendidikan
Tari sebagai media Pendidikan tidak hanya sebatas bentuk tari yang mengandung
pesan atau nilai-nilai Pendidikan, tetapi juga mengasah kehalusan rasa dan keluhuran
budi pekerti dan kegiatan menari itu sendiri.
3. Hiburan Pelaku
Mereka yang menjadi penari tarian asal Sumatera juga merasa terhibur akan tarian
yang ditampilkannya sendiri. Tarian jenis ini dikenal dengan istilah tari hiburan atau tari
pergaulan yang terdiri dari pasangan putra dan putri.
Pada zaman dahulu, sekitar pada abad ke-12 masehi, masyarakat Minang kala itu masih
menyembah Dewa sebagai kepercayaannya. Mereka sangat percaya jika Dewa lah yang
sudah memberikan masyarakat hasil panen yang melimpah ruah dan telah melindungi
mereka dari segala macam mara bahaya.
Oleh sebab itu, masyarakat pun memulai tradisi memberikan persembahan kepada
Dewa dengan memberikan hasil panennya. Persembahan tersebut kemudian ditaruh di atas
piring dan diantarkan oleh para gadis yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Gadis-gadis itu
akan mengenakan pakaian adat yang bagus dan berperilaku lemah lembut untuk menghadap
Dewa
6
Setelah itu, sesaji yang telah dipersiapkan untuk Dewa pun dibawa sambil piringnya
digerakkan meliuk-liuk. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai ajang unjuk kemampuan
yang dimiliki setiap gadis. Dan dari sini lah awal mula terciptanya tari piring atau sejarah
tari piring. Seiring berjalannya waktu, tarian piring ini pun semakin berkembang. Bahkan,
perkembangannya menjadi semakin pesat pada zaman pemerintahan kerajaan Sriwijaya.
Pada saat itu, tari piring mulai dikenal oleh daerah lain dan menjadi tarian yang populer di
seluruh wilayah Sumatera Barat.
Di daerah Minang sendiri ternyata terjadi perubahan yang sangat drastis pada kesenian
tari piring. Hal ini semakin terlihat ketika agama Islam yang dibawa oleh Kerajaan
Majapahit, membuat persembahan yang dilakukan masyarakat kepada Dewa tidak lagi
dibutuhkan.
Properti tari piring adalah benda-benda yang digunakan oleh para penari dalam
pementasan, untuk memperkaya visual dan makna tarian tersebut. Properti tari memiliki
peran penting dalam mengkomunikasikan pesan atau cerita, yang ingin disampaikan oleh
tarian kepada penonton.
1. Piring
Pada tarian tradisional Minang ini tentu digunakan dua buah piring yang digenggam,
dengan kedua tangan kanan dan kiri. Umumnya para penari memegang dan
menggerakkan piring-piring ini, dengan berbagai gerakan yang diatur secara
koreografis.
7
2. Damar
Damar adalah sejenis kayu kecil dari pohon yang digunakan untuk diketukkan ke
dalam piring untuk menghasilkan sebuah ketukan atau lantunan nada tertentu.
3. Baju kurung
Baju Kurung Minang sendiri memiliki ciri khas berupa model baju yang longgar,
serta terdiri atas atasan dan bawahan. Salah satu ciri yang mencolok dari baju kurung
Minang, adalah penggunaan kain songket.
4. Kain Kodek
Kodek adalah sejenis kain tenun tangan yang memiliki pola-pola khas dan biasanya
digunakan sebagai sarung atau kain untuk acara adat.
5. Selendang
Selendang juga digunakan sebagai pelengkap untuk pementasan, para penari dalam
pertunjukkan tari piring juga biasanya menggunakan sebuah selendang.
6. Ikat pinggang
Ikat pinggang yang digunakan para penari dalam tari piring ini, berguna untuk
mengencangkan kain kondek yang sedang dipakai.
Tarian yang sudah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya ini terdiri dari beberapa gerakan
yang memilki makna masing-masing. Berikut adalah makna dari gerakan tari piring :
1. Gerak Pasambahan
Gerakan yang pertama adalah yang dilakukan oleh penari pria, gerakan ini sebagai
penanda untuk memulai tarian. Secara simbolik gerakan ini bermakna sebagai bentuk
rasa syukur yang dipanjatkan kepada Allah atas rizki dan rahmatna, selain itu gerakan
ini juga sebagai tanda agar penonton tidak mengganggu penari saat sedang pentas.
8
2. Gerak Siganjuo Lalai
Gerakan kedua diperagakan oleh penari perempuan, gerakan ini akan menunjukkan
sisi feminim yang dimiliki oleh perempuan. Para penari akan menunjukkan gerakan
secara lemah gemulai, gerakan ini menyimbolkan suasana di pagi hari yang
menyejukkan mata.
3. Gerak Mencangkul
Gerakan selanjutnya adalah bentuk dari representasi warga adat yang mayoritas
berprofesi sebagai petani.
4. Gerak Menyemai
Gerakan selanjutnya juga masih menggambarkan kegiatan bercocok tanam, kali ini
gerakan yang diperagakan adalah menyemai benih padi sebelum ditanam.
5. Gerak Menyiang
9
Bahasa yang digunakan oleh penduduk Sumatera Barat dalam kehidupan sehari-hari adalah
bahasa Minangkabau atau yang biasa disebut Bahasa Minang. Menurut laman resmi Bahasa dan
Peta Bahasa di Indoensia, Bahasa Minang terdiri atas lima dialek, diantaranya :
Dari kelima dialek tersebut, dialek Agam-Tanah Datar merupakan dialek dengan jumlah
penutur terbanyak dan memiliki sebaran geografis yang terluas. Dialek ini digunakan sebagai
bahasa Minangkabau umum di pusat kota Sumatra Barat dengan menghilangkan ciri-ciri dialektal
(ciri-ciri kedaerahan) yang ada pada beberapa subdialek. Pada wilayah tutur bahasa ini juga
terdapat bahasa lain, yaitu bahasa Batak dialek Mandailing yang terdapat di bagian utara Provinsi
Sumatra Barat.
Orang Minangkabau atau yang disebut suku Minang mengenakan pakaian adat sesuai
dengan acara yang akan dihadiri. Ciri khas pakaian adat Sumatera Barat adalah penggunaan kain
tenun, dan adanya corak emas untuk memberi kesan mewah. Terdapat ragam pakaian adat
Sumatera Barat yang kerap digunakan orang Minangkabau yaitu pakaian Bundo Kanduang,
pakaian adat Penghulu, dan pakaian pengantin.
10
1. Bundo Kanduang
Bundo Kanduang jika diartikan secara harfiah memiliki makna ibu kandung.
Maka dari itu, pakaian adat Bundo Kanduang kerap digunakan oleh perempuan yang
sudah menikah. Orang Minangkabau memang dikenal memiliki budaya matrilineal
atau memandang hubungan kekerabatan dari garis ibu, sehingga posisi perempuan
terutama ibu diberikan penghargaan yang tinggi. Hal ini juga terlihat dari pakaian
Bundo Kanduang atau juga disebut Limpapeh Rumah Nan Gadang (penyangga rumah
gadang). Sebutan Limpapeh Rumah Nan Gadang bagi pakaian Bundo Kanduang
merupakan simbol kebesaran perempuan dalam keluarga. Peran perempuan dalam
keluarga baik sebagai istri dan ibu dipandang sebagai limpapeh atau tiang besar yang
menopang bangunan, sehingga keberadaannya penting dalam kehidupan rumah
tangga.
Pakaian adat Penghulu yang juga disebut sebagai Baju Pemangku Adat adalah
busana yang dikenakan oleh pria Minangkabau. Pada zaman dahulu, hanya kepala suku
yang boleh mengenakan pakaian adat Penghulu. Baju adat ini tak bisa dipakai
sembarang orang karena terdapat tata cara tertentu agar seorang pria dapat
mengenakannya. Kelengkapan pakaian adat Penghulu terdiri dari destar, sarawa,
sesamping, sandang, keris, dan tongkat. Ciri khas pakaian adat Penghulu adalah warna
hitam sebagai lambang ketegasan dan kepemimpinan. Namun saat ini, pakaian adat
11
Penghulu telah dimodifikasi sehingga bisa digunakan dalam berbagai acara resmi,
seperti untuk mempelai pria ketika menikah.
3. Pakaian Pengantin
Selain dua pakaian adat Sumatera Barat di atas ada juga pakaian yang
digunakan dalam pernikahan baik oleh pengantin pria atau wanita . Pakaian
pengantin khas Sumatera Barat dikenal dengan kesan elegan dan mewah dengan
banyak corak emas. Salah satu aksesori khas dari pakaian pengantin minang adalah
hiasan kepala anak daro atau pengantin perempuan yang disebut suntiang. Suntiang
adalah hiasan kepala pengantin perempuan yang dirangkai bersusun dalam jumlah
ganjil, terdiri dari bungo sarunai, bungo gadang, kembang goyang, dan kote-kote.
Biasanya dalam sebuah suntiang terdapat tujuh susunan yaitu lima lapis bungo
sarunai dan tiga lapis bungo gadang. Adapun hiasan paling atas disebut kembang
goyang, sementara hiasan yang jatuh di kanan dan kiri disebut kote-kote. Suntiang
biasanya digunakan dalam pernikahan adat di daerah Padang dan Pariaman. Suntiang
dikenal sangat berat, yang menjadii lambang beban tanggung jawab yang akan
diemban seorang perempuan setelah menikah.
Rumah adat Sumatera Barat ini punya keunikan tersendiri, bisa dilihat dari arsitektur
bentuk dan warnanya. Keunikan ini ternyata punya pesan tersendiri. Rumah adat Sumatera Barat
bisa ditemukan di berbagai daerah seperti Padang Panjang, Pasaman, Solok, dan daerah-daerah
lain.
12
Masyarakat awam sering menyebut rumah adat ini dengan nama Rumah Gadang atau di
daerah asalnya, masyarakat Minangkabau menyebutnya rumah Bagonjong. Nama ini mengacu
pada bentuk atapnya yang meruncing di ujung seperti gonjong. Bentuk rumah adat ini jadi symbol
daerah Sumatera Barat, bahkan pengantin wanita Sumatera Barat pun mengenakan hiasan kepala
yang bentuknya terinspirasi dari atap rumah gadang.
Rumah adat ini punya berbagai fungsi, misalnya untuk pertemuan keluarga, pesta adat
pernikahan, tempat musyawarah antarwarga, dan lain-lain. Rumah adat Sumatera Barat kini sudah
menjadi objek wisata bagi para turis, baik turis dalam negeri maupun luar negeri. Provinsi
Sumatera Barat, memiliki 7 jenis Rumah Adat, sebagai berikut:
Di daerah Luhak Nan Tigo, rumah adat ini wajib dibangun. Sebagaimana fungsinya,
rumah ini menjadi tanda adat bagi masyarakat. Rumah adat ini memiliki empat buah
gojong di atapnya, sesuai namanya “ampek” yang berarti empat. Rumah ini memiliki lebih
dari tujuh ruangan dan terdapat anjung di sisi kanan-kirinya.
2. Gonjong Anam
13
Sekilas, rumah ini memiliki bentuk dan desain yang mirip dengan Rumah Gadang
Gajah Maharam. Hanya saja, bangunan rumah ini telah mengalami modifikasi berupa
ukiran khas Minang. Hal ini mengakibatkan bangunan tersebut menjadi beranjung.
Bangunan rumah ini tampak lebih modern karena Salangkonya menggunakan papan dan
diberi banyak jendela agar cahaya yang masuk ke dalam rumah lebih banyak lagi.
Rumah adat Sumatera Barat ini merupakan rumah yang bentuknya menyerupai baju
yang disibak. Rumah Gonjong Sibak Baju terbuat dari kayu dan sasak. Bentuk rumah adat
ini hampir serupa dengan Rumah Gadang Gajah Maharam.
Seluruh bangunan Rumah Gadang Jenis Gajah Maharam terbuat dari kayu pilihan
yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti kayu ruyung, surian, dan juar. Atapnya pun
bukan terbuat dari ijuk kelapa, namun terbuat dari seng.
Di dalamnya terdapat empat buah kamar yang memiliki pintu berdekorasi ukiran-
ukiran khas Minang. Maka tak heran jika rumah adat Sumatera Barat satu ini termasuk
dalam kategori rumah ada yang mewah.
14
Selain mewah, Rumah Gadang Jenis Gajah Maharam juga memiliki ketahanan gempa
yang sangat baik. Kekuatan ini dikarenakan rumah tersebut memiliki 30 tiang penopang
rumah yang kuat.
Di Kota Payakumbuh, terlihat banyak mendapati rumah ini. Rumah ini mempunyai
finishing yang sama dengan rumah Gadang Jenis Gajah Maharam. Perbedaannya tidak
terdapat anjung di dekatnya.
Rumah adat Sumatera Barat jenis satu ini agak berbeda dengan rumah adat lain. Di
rumah ini, terdapat akhiran di sebelah kanan-kiri yang dinamakan papek atau bapamokok
yang berarti pintu masuk dari arah belakang.
Jika hendak masuk ke rumah saat berkunjung di area rumah ini, tidak masuk melalui
pintu depan rumah. Namun masuk melalui arah belakang rumah. Seiring dengan
perkembangan zaman, tidak sedikit rumah jenis ini mengalami modifikasi sehingga
memiliki pintu dari arah depan.
15
7. Rumah Gadang Batingkek
Rumah Gadang Batingkek bisa dibilang cukup unik. Dari bangunan dan bentuknya,
Rumah Gadang Batingkek dapat dikenali dengan adanya gonjong yang bertingkat-tingkat.
Ingat ya, hanya gonjongnya yang bertingkat. Katanya, gonjong bagian atas digunakan
sebagai tempat penyimpanan hasil panenan. Bangunan rumah ini mirip dengan Rumah
Gadang Jenis Gajah Maharam.
16
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Kami menyimpulkan Sumatera Barat menjadi provinsi Indonesia yang masyarakatnya
sangat menjunjung tinggi adat istiadat. Kondisi wilayah di Sumatera Barat berpengaruh pada
kondisi ekonominya, tanahnya yang subur menyebabkan sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Hal ini juga berpengaruh pada kebudayaannya, sebagai salah satu
contohnya tarian di Sumatera Barat adalah wujud syukur para petani karena kesuburan dan
kemakmuran hasil panennya.
3.2 Saran
Indonesia memiliki banyak kebudayaan yang tersebar luas. Disetiap daerah tentunya berbeda,
sebagai salah satu contohnya yaitu kebudayaan di provinsi Sumatera Barat. Untuk mencegah
hilangnya kebudayaan di Indonesia, kita sebagai generasi muda Indonesia wajib ikut berkontribusi
dalam menjaga kelestarian budaya di Indonesia. Mempromosikan kebudayaan lokal yang di miliki
Indonesia melalui media cetak adalah langkah awal yang dapat kita lakukan untuk
melestarikannya. Agar seluruh warga Indonesia selalu senantiasa mengenal warisan budayanya
yang beragam.
17
DAFTAR PUSTAKA
18