ABSTRAK
Krimea merupakan dataran semenanjung yang letaknya sangat strategis di
perbatasan lintas Eurasia. Posisinya yang di tengah-tengah, memberikan
kemudahan bagi bangsa Barat untuk melancarkan pengaruhnya di negara-negara
blok timur. Namun Rusia yang menangkap esensi tersebut lantas secara cepat
kembali menganeksasi Krimea yang dahulu masih merupakan bagian kontituen dari
Soviet. Penulis berusaha untuk menguraikan masalah yang terjadi pada krisis
Krimea, sebab yang melatar belakanginya serta kebijakan apa yang diambil oleh
pemimpin Rusia saat itu dalam menganeksasi Krimea. Dengan menggunakan
metode historis studi kepustakaan melalui jurnal ilmiah.
PENDAHULUAN
Pada tahun 1954 wilayah Krimea ditransfer oleh Rusia ke Ukraina dalam
rangka merayakan ulang tahun ke-300 Perjanjian Perevaslav yang ditandatangani
antara Hetman Bohdan Khmelnytsky dari Ukraina dan Tsar Rusia Aleksei
Mikhailovich dengan dikeluarkannya resolusi/petisi yang telah ditandatangani
sejumlah pihak yang berkepentingan, dari pemerintahan Rusia, Ukraina, dan tentu
rakyat Krimea itu sendiri. Dikutip berdasarkan tulisan Mark Krammer dalam
CWIHP e-Dossier No. 47, motif lain selain dalam rangka merayakan 300 tahun
Perjanjian Perevaslav, juga merupakan hasil alami dari "kedekatan wilayah Krimea
dengan Ukraina, kesamaan ekonomi mereka, dan hubungan pertanian dan budaya
yang erat antara Oblast Krimea dan Ukraina SSR". Meski hal ini dianggap kurang
kredibel mengingat sebagaimana yang telah penulis sematkan di awal, secara
demografis lebih besar populasi etnis Slavia/Russia Krimea. Menurut Krammer
yang menjadikannya masuk akal mengapa Krimea dilebur ke dalam administrasi
Ukraina adalah latar belakang dari Nikita Khrushchev yang dulunya pernah
menjabat sebagai kepala Partai Komunis Ukraina dari akhir tahun 1930-an hingga
akhir tahun 1949 (selain dari satu setengah tahun selama Perang Dunia II ketika dia
ditugaskan sebagai komisaris politik ke depan).
Hal lain yang menjadi dasar mengapa Rusia sangat berambisi untuk
mengadopsi kembali anaknya yang hilang (Krimea), dikarenakan sumber daya
yang berada di wilayah tersebut. Wilayah di selatan dan timur Ukraina ini memiliki
kepentingan strategis bagi Rusia selama bertahun-tahun. Aneksasi Rusia atas
Krimea sangat didorong oleh keinginan Rusia untuk mengurangi strategi
diversifikasi energi dan gas yang dilakukan Ukraina. Agar strategi tersebut berhasil,
semenanjung Krimea memiliki kepentingan strategis. Krimea memiliki sumber
daya minyak dan gas di daerah lepas pantai yang luas di Laut Hitam, yang
jumlahnya diperkirakan antara 4-13 triliun cm gas alam.
2Indriana Kartini, “Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi Bagi Ukraina”, Jurnal Penelitian
Politik, Volume 11 No. 2 Desember 2014 : 27–41
Georgia, dan Moldova, menghentikan ketergantungan mereka terhadap Rusia dan
memulai kerja sama dengan Barat.
Namun dari kerusuhan tersebut pula, di Krimea implikasi yang terjadi justru
sebaliknya. Semakin banyak dorongan dari masyarakat yang ingin melepaskan diri
dari Ukraina dan kembali melakukan referendum. Hasilnya dari 83,01% rakyat
Krimea yang hadir, sebanyak 96,77% memilih untuk ikut dalam Federasi Rusia.
Disusul dengan wilayah Donetsk dan Luhansk yang terpengaruh untuk ikut
memberontak.
Dengan keberhasilan Rusia merebut Krimea pada Maret 2014, Rusia tidak
hanya memperoleh daratan Krimea yang luas tetapi juga zona maritim yang lebih
dari tiga kali ukurannya dengan hak atas sumber daya bawah air yang berpotensi
bernilai triliunan dolar. Tindakan Rusia tersebut juga memperluas batas maritim
mereka, yang secara tidak langsung memberi Rusia dominasi atas cadangan minyak
dan gas yang sangat besar sambil menimbulkan kerugian besar terhadap Ukraina
yang selama bertahun-tahun telah mencoba untuk memanfaatkan sumber daya
tersebut. Diperkirakan ada sekitar 1,5 trilliun meter kubik gas alam dan 1 milliar
ton minyak. Eropa saat ini sangat bergantung terhadap Russia dalam sektor energi,
Ukraina yang sebelum terjadinya krisis sangat pro Eropa dengan adanya hal
tersebut Eropa mendapatkan kesempetan untuk mengurangi ketergantungannya
terhadap Russia. Tetapi dengan adanya krisis ini Ukraina bukan hanya menjauhkan
dirinya dari Eropa tetapi juga kehilangan sumber daya migasnya, hal ini membuat
Eropa terpaksa harus kembali bergantung ke Russia. Dengan ini Eropa sudah tidak
ada pilihan lain selain untuk bergantung terhadap Russia, karena produsen migas
lain yang terdekat adalah Azerbaijan dan Kazahkstan kedua negara tersebut
merupakan negara yang landlock sehingga untuk mengekspor migasnya mereka
harus melewati Russia
KESIMPULAN
Tindakan aneksasi Krimea yang dilakukan Rusia ini turut merubah lingkungan
strategis yang terjadi di wilayah tersebut. Tindakan Rusia ini selain memperkeruh
konflik dengan Ukraina juga mendapat kecaman berat dari Uni Eropa hingga dari
Amerika Serikat. Aneksasi Krimea ini dipercaya dapat mengganggu kepentingan
berbagai pihak terhadap wilayah tersebut. Dengan Krimea menjadi bagian dari
Rusia, tepatnya dari Sevastopol, Rusia dapat mengontrol secara penuh pasokan pipa
gas yang terhubung ke Eropa tanpa harus melibatkan Ukraina. Disisi lain, masalah
mengenai pangkalan Armada Laut Rusia yang begitu krusial juga ambisi Putin yang
ingin menegakkan kembali the great power Rusia pasca runtuhnya pemerintahan
Uni Soviet. Namun yang menjadikannya unik adalah lepasnya Krimea pada tahun
1954 ke tangan Ukraina, setelah sebelumnya Chatherine Yang Agung berusaha
memukul mundur Ottoman dari Krimea hanya dikarenakan nafsu politik seseorang
yang mirisnya setelah kenaikannya menjadi pemimpin Rusia, tanpa ia ketahui yang
memberikan dukungan kepada dia (dalam hal ini rakyat Ukraina) justru negara yang
akhirnya memisahkan diri dari kekusaan Soviet saat keruntuhannya.
DAFTAR PUSTAKA