php/INOVATOR/index
Abstract
Keywords: This study tries to connect the values in the five spirits that exist in Islamic
The five spirits, human resources, boarding schools with the progress of their human resources. Seeing the de-
superior generation. velopment of problems that occur in our younger generation, ranging from
acts of violence, brawls and low morals as well as the role of outside culture
greatly affects the growth and development of the younger generation. This
Korespondensi Penulis:
Fajar Surya Ari Anggara, Soritua Ahmad
needs attention so that the younger generation does not fall into bad things
Ramdani Harahap, Abdul Thoriq and is able to carry out their duties as a superior generation and have charac-
Email: ter in accordance with the vision of Indonesia 2045. This research uses de-
fajarsuryaarianggara@unida.gontor.ac.id, scriptive qualitative methods, by taking data from relevant journals and
soritua@unida.gontor.ac.id, abdult- books. The results of this study indicate that the cultivation of the five values
horiq@mhs.unida.gontor.ac.id of the spirit, namely sincerity, modesty, self-sufficient, Islamic brotherhood
and freedom is able to produce a superior and quality generation. This is
proven by the implementation of these values for all human resources in it.
199
Penanaman Nilai-Nilai Panca Jiwa Dalam Mewujudkan Manajemen Sumber Daya Manusia Yang Unggul
Fajar Surya Ari Anggara, Soritua Ahmad Ramdani Harahap, Abdul Thoriq
200
Inovator: Jurnal Manajemen
Vol. 11 (1) 2022
ini tertuang dalam pilar visi Indonesia tahun yang telah terbukti mendidik 100 % ilmu
2045. akademik dan 100 % ilmu agama adalah
pendidikan yang berbasis nilai-nilai dan
falsafah, yang telah di terapkan oleh beberapa
pondok pesantren, salah satunya adalah
Pondok Pesantren Darussalam Gontor sebagai
pencetus pendidikan berbasis panca jiwa. Dan
hasil dari pendidikan ini telah terbukti
membentuk kader-kader umat yang bisa kita
sebut sebagai generasi emas, yang bermoral
dan berakhlak mulia.
2. Kajian Pustaka
Gambar 1 Pilar Visi Indonesia 2045
Penelitian yang dilakukan oleh
Dalam poin tentang pembangunan yang Syamsurizal tentang peranan manajemen
berkelanjutan, Indonesia telah ikut menyetujui sumber daya manusia dalam organisasi.
dan sepakat dengan Document Sustainable Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Development Goals (SDGs) yang salah satu sejauh mana peran dari manajemen sumber
fokus pada tujuan secara global peningkatan daya manusia dalam kontribusinya terhadap
kualitas pendidikan. Implementasi organisasi. Penelitian ini menggunakan
kesepakatan tersebut telah dikeluarkan metode studi literatur, dan hasil dari
Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang penelitian ini adalah manajemen memiliki tiga
sebuah Pelaksanaan Pencapaian Tujuan fungsi utama, yaitu manajerial, operasional
dalam Pembangunan Berkelanjutan, antara dan mencapai tujuan organisasi secara
lain dengan menetapkan tujuan global terpadu. Tujuan utama dari manajemen
pendidikan yakni “Menjamin kualitas sumber daya manusia ialah, meningkat
pendidikan yang inklusif dan merata serta kontribusi pada sebuah organisasi
meningkatkan kesempatan belajar sepanjang (Syamsurizal, 2016).
hayat untuk semua” (Kemendikbud Republik Penelitian selanjutnya dari Nuraeni
Indonesia, 2017). tentang Manajemen sumber daya manusia
Maka landasan awal peneliti berdasar- Lembaga Pendidikan. Salah satu bidang
kan sabda Rasulullah Saw: penting dalam ranah administrasi/manajemen
pendidikan terkait dengan sumber daya
َخ ََل ِق ِ إمَّنَا بعِثْت ِِلَُتِِّم
ْ صال َح ْاِل
َ َ ُ ُ
manusia yang terlibat dalam proses dinamika
pendidikan. Penelitian ini menyimpulkan
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyem- bahwa tahapan dalam manajemen yang baik,
purnakan akhlak yang baik”. (HR Ahmad dan dari proses perencanaan, rekrutmen, seleksi,
dishahihkan oleh al-Albani) penempatan, kompensasi, penghargaan,
Maka dari itu, salah satu solusi yang pendidikan dan pelatihan/pengembangan
harus di gunakan adalah memperhatikan harus berjalan dengan baik untuk menentukan
sumber daya manusia yang ada dengan hasil atau produk lulusan yang baik (Nuraeni,
membentuk diri mereka dengan nilai-nilai 2019).
panca jiwa untuk menjadi generasi yang Penelitian lainnya yang ditulis oleh
unggul dan berkarakter. Pendidikan yang Syamsuri tentang Eksistensi dan Kontribusi
tidak hanya mengajarkan pelajaran akademik Pondok Modern Darussalam Gontor Dalam
saja melainkan juga mengajarkan nilai-nilai Pembangunan Sumber Daya Manusia.
moral dan akhlak mulia (nilai-nilai kehidupan) Penelitian ini mencoba untuk membahas
(Najwa Mu’minah, 2017). Maka pendidikan pembangunan sumber manusia di pesantren
201
Penanaman Nilai-Nilai Panca Jiwa Dalam Mewujudkan Manajemen Sumber Daya Manusia Yang Unggul
Fajar Surya Ari Anggara, Soritua Ahmad Ramdani Harahap, Abdul Thoriq
202
Inovator: Jurnal Manajemen
Vol. 11 (1) 2022
yang sudah sangat lama, tetapi juga karena Dengan adanya harmonisasi antara
kultur, metode, dan jaringan yang diterapkan dimensi pendidikan dan dimensi pengajaran,
oleh lembaga agama tersebut (Imam Syafe’I, maka tujuan pendidikan di pesantren menjadi
2017). jelas (Hadi Purnomo, 2017). Maka hal ini juga
membuktikan, bahwa pesantren memberikan
Selian itu, munculnya pesantren di
kontribusi besar dalam kemajuan bangsa
tanah Jawa juga bersamaan dengan kedatan-
dengan mencetak penerus bangsa yang ber-
gan Walisongo yang menyebarkan Islam di
moral dan berakhlak mulia.
daerah tersebut. Menurut catatan sejarah,
tokoh yang pertama kali mendirikan pesantren
Manajemen Pondok Pesantren
adalah Syaikh Maulana Malik Ibrahim (Anik
Faridah, 2019). Salah satu kelebihan dari mod- Bacalah dengan (menyebut) nama
el pendidikan yang dikembangkan para Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah mencip-
Walisongo itu (dan kemudian menjadi ciri takan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
khas pendidikan pesantren) terletak pada pola Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang
pendekatannya yang didasarkan pada segala mengajar (manusia) dengan perantara kalam (baca
sesuatu yang sudah akrab dengan masyarakat tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
dan perpaduan antara aspek teoritis dan prak- tidak diketahuinya” (Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).
tis. Contohnya, Sunan Giri menggunaka Bagaimana fungsi dari manajemen pondok
metode pendekatan permainan untuk pesantren dengan sistemnya itu dapat disem-
mengajarkan Islam kepada anak-anak, Sunan purnakan, disesuaikan dalam tugas negara
Kudus menggunakan dongeng, Sunan Kalija- dewasa ini, kita mengetahui bahwa pondok
ga mengajarkan Islam melalui wayang kulit, pesantren telah merintis, menguak keluar se-
dan Sunan Derajat mengenalkan Islam melalui hingga berhasil memberikan basis kekuatan
keterlibatan langsung dalam rangka me- atau benteng ideologis negara, bangsa sejak
nangani kesengsaraan yang dialami masyara- zaman demak sampai detik ini (Imam
kat (Anik Faridah, 2019). Zarkasyi, 1965).
203
Penanaman Nilai-Nilai Panca Jiwa Dalam Mewujudkan Manajemen Sumber Daya Manusia Yang Unggul
Fajar Surya Ari Anggara, Soritua Ahmad Ramdani Harahap, Abdul Thoriq
204
Inovator: Jurnal Manajemen
Vol. 11 (1) 2022
bukan berarti kepasifan, ia justru pancaran bersikap hati-hati dalam menerima bantuan
dari kekuatan kesanggupan, ketabahan, dan dari pihak lain karena khawatir bantuan ini
penguasaan diri dalam rangka menghadapi akan menodai jiwa berdikari yang ingin
perjuangan hidup. Jiwa ini modal berharga dibangun di pesantren ini. Namun demikian,
untuk membangun sikap pantang mundur sikap ini bukan berarti membuat Gontor
dalam menghadapi berbagai macam kesulitan. menjadi institusi yang kaku sehingga menolak
Pendidikan kesederhanaan yang diajarkan orang-orang yang memang sungguh-sungguh
antara lain kesederhanaan dalam berpakaian, ingin membantu pengembangan pesantren,
potongan rambut, makan, tidur, berbicara, hanya saja bantuan tersebut sifatnya mesti
bersikap, dan bahkan berpikir. Contoh tidaklah mengikat (Staf Sekretariat Pondok
kehidupan pribadi kyai; baik rumah, cara Modern Gontor, 1997).
berpakaian, pola makan, bertingkah laku, 4. Jiwa Ukhuwah Islamiyyah.
maupun mendidik santri, untuk hidup Jiwa persaudaraan ini menjadi dasar
sederhana (Staf Sekretariat Pondok Modern interaksi antara santri, kyai dan guru, dalam
Gontor, 1997). sistem kehidupan pondok. Dari sinilah
Hal itu juga membuat santri yang tumbuh kerelaan untuk saling berbagi dalam
kurang mampu tidak minder dan santri yang suka dan duka, hingga kesenangan dan
kaya tidak punya rasa sombong. Akan tetapi kesedihan dirasakan bersama. Kesadaran
pada hakikatnya, kesederhanaan tidaklah berbagi seperti ini diharapkan tidak hanya
kaku. Ukuran kesederhanaan di Gontor diatur berlaku di pondok, melainkan menjadi bagian
dalam kerangka manajemennya, yakni dari kualitas pribadi yang dia miliki setelah
menggunakan sesuatu yang sesuai dengan tamat dari pondok dan berkiprah di
kondisi dari kebutuhan dengan pertimbangan masyarakat.
efisiensi dan efektifitas. Misalnya, Jiwa ukhuwah ini tampak pada pergaulan
pembangunan gedung-gedung yang sehari-hari santri yang ditanamkan adanya
bertingkat di Gontor bukan untuk tujuan saling menghormati dan saling menghargai
unjuk gigi atau ingin dilihat, melainkan antara santri senior dan santri junior.
memang sudah saatnya dibangun. Yakni Interasksi antar santri dalam jalinan ukhuwah
sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan Islamiyyah (Staf Sekretariat Pondok Modern
pengajarannya. Gontor, 1997). Tidak ada dinding yang dapat
3. Jiwa Berdikari. memisahkan antara mereka di pondok, tetapi
Kesanggupan menolong diri sendiri. juga memengaruhi ke arah persatuan umat
Kesanggupan untuk menolong diri sendiri dalam masyarakat setelah mereka terjun di
tidak hanya berlaku untuk santri sebagai masyarakat.
individu. Tapi, juga bagi pesantren sebagai 5. Jiwa Kebebasan.
institusi. Pribadi yang berdikari berarti pribadi Bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas
yang selalu belajar dan melatih dirinya untuk dalam menentukan masa depan, bebas dalam
mengurus kepentingannya tanpa terus memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari
menerus bergantung pada belaskasihan orang berbagai pengaruh negatif dari luar,
lain. Begitupun institusi yang berdikari. Ia masyarakat. Jiwa bebas ditanamkan kepada
mampu bertahan di atas kemampuannya dan santri agar menjadikan santri berjiwa besar
berusaha untuk tidak selalu mengandalkan dan optimis dalam menghadapi segala
uluran bantuan pihak lain. kesulitan.
Dalam kehidupan keseharian Gontor, santri Maka arti kebebasan yakni bebas didalam
dididik untuk mengurus segala keperluannya garis-gari positif, dengan penuh tanggung
sendiri, mengurus toko mini, organisasi, unit jawab; baik didalam kehidupan pondok
kegiatan, kesekretariatan, asrama, olahraga, pesantren itu sendiri, maupun dalam
kursus-kursus. Semuanya diurus oleh santri kehidupan bermasyarakat, sebagaimana KH.
dan untuk santri. Karena itulah, Gontor selalu Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A menjelaskan
205
Penanaman Nilai-Nilai Panca Jiwa Dalam Mewujudkan Manajemen Sumber Daya Manusia Yang Unggul
Fajar Surya Ari Anggara, Soritua Ahmad Ramdani Harahap, Abdul Thoriq
bahwa: “kebebasan bukan berarti bebas tanpa baik karena perbuatan dan program kebaikan
aturan, tapi bebas yang bertanggung jawab, sangat banyak dan itu ada dipundak mereka
sesuai dengan aturan, karena dalam sebagai pemegang amanat penerus estafet
kehidupan apapun tidak ada yang tanpa pembangunan bangsa.
aturan.” Paradigma pembangunan yang
Jiwa kebebasan ini diajarkan dalam berorientasi pada keunggulan komparatif
pondok, misalnya Jiwa kebebasan Pondok dengan lebih mengandalkan sumber daya
dalam menentukan kurikulum, kalender, dan alam dan tenaga kerja yang murah, kini mulai
program akademik. Selain itu, jiwa ini juga bergeser ke arah pembangunan yang
ditampilkan pada semboyan lembaga menekankan pada keunggulan bersaing.
pendidikan Gontor yang dibebaskan dari Kualitas SDM, penguasaan teknologi tinggi
kepentingan golongan atau partai politik dan peningkatan fungsi sosial mendapat
tertentu dan “berdiri di atas dan untuk semua perhatian (Malik Fadjar, 2009).
golongan” (Staf Sekretariat Pondok Modern Manusia menjadi individu yang
Gontor, 1997). mampu memanfaatkan seluruh potensi
Pembinaan skill di PM Gontor melalui sumber daya yang dimilikinya. Secara umum,
pendidikan berbasis panca jiwa, merupakan potensi manusia dibagi menjadi potensi
suatu pendidikan yang tidak diragukan lagi, jasmani dan potensi rohani. Potensi manusia
nilai ini mencakup pembinaan moral (mental), ini sangat penting sebagai anugerah Allah
pengembangan kecerdasan, fisik dan SWT dalam menunaikan dan menjalankan
keterampilan (skill). Dengan kata lain, belajar tugas kekhalifahannya di muka bumi.Inilah
mencukupi dan menolong diri sendiri. tujuan atau tujuan utama (ultimate goal)
Pemuda-pemuda terdidik yang menolong diri pendidikan Islam (Hasan Langgulung, 2005).
sendiri, ia menghadapi masa depan dengan Manusia dalam pandangan Islam
penuh harapan, jalan hidup luas terbentang di merupakan makhluk unggulan, yang dibekali
depannya. Sebaliknya pemuda yang tak bebrapa potensi, yaitu akal,qolbu dan jasad
percaya kepada dirinya, dia senantiasa was- estetik. Potensi tersebut harus dikembangkan
was dan ragu-ragu, serta tidak akan mendapat untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang
kepercayaan dari masyarakat, sedang dia memungkinkan manusia melakukan tugas
sendiri tidak percaya akan dirinya. esensial dalam hidupnya yaitu, “Beribadah
Sejarah mencatat bahwa PM Gontor Kepada Tuhan” dan “Khalifah Allah”.
adalah lembaga pendidikan pesantren yang Pengembangan sumber daya manusia dapat
telah banyak melahirkan tokoh-tokoh agama, didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan
pejuang serta pemimpin masyarakat, sistematis dan terencana yang dirancang
merupakan bukti bahwa pesantren berperan untuk mempromosikan karyawan agar
banyak dalam membangun Indonesia (Staf menguasai keterampilan yang dibutuhkan
Sekretariat Pondok Modern Gontor, 1997). untuk memenuhi kebutuhan kerja saat ini dan
Pondok pesantren merupakan lembaga swasta masa depan.
yang tetap survive sampai sekarang, bukan Aktivitas pendidikan Islam tidak hanya
hanya karena pondok pesantren berlandaskan sekedar mentransfer pegetahuan dan keahlian,
Islam namun juga karena pondok pesantren tetapi juga mampu merealisasikan nilai-nilai
merupakan lembaga pendidikan asli Indonesia simbol-simbol dari ritual Islami, etika,
(Hadi Purnomo, 2017). kebudayaan, dan keteladanan. Nilai-nilai yang
Penanaman nilai-nilai pondok direalisasikan dalam Pondok Modern
pesantren dengan panca jiwa sangat Darussalam Gontor beserta segenap pondok
diperlukan untuk melahirkan generasi cabang dan pondok pesantren alumni Gontor
penerus yang bermoral dan berakhlak mulia. maupun Universitas Darussalam Gontor
Pemuda dan pemudi seharusnya tidak lagi sendiri meliputi jiwa keikhlasan, jiwa
berfikir dan melakukan perbuatan yang tidak
206
Inovator: Jurnal Manajemen
Vol. 11 (1) 2022
kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwah dialami oleh para santri dan warga Pondok
Islamiyah dan jiwa bebas. dimaksudkan untuk mencapai tujuan
Realisasi nilai-nilai tersebut menjadi pendidikan. Profil Alumni Pondok Modern
bekal untuk mewujudkan keunggulan bangsa Darusalam Gontor memiliki peran sebagai
dengan inti peta jalan pondok modern yang mu’min, Muslim, muhsin. Peran ini didukung
disebut Panca Jangka. Panca Jangka Gontor beberapa indikator yang meliputi komitmen
meliputi Pendidikan dan Pengajaran, pada perjuangan, berorientasi perekat ummat,
Kaderisasi, Pergedungan, Pengadaan Sumber berjiwa guru, dan sebagai warga negara yang
Dana, Kesejahteraan Keluarga Pondok. baik. Motto Pendidikan Pondok Modern
Orientasi Pendidikan & Pengajaran mencakup Darusalam Gontor terdiri atas 4 aspek, yaitu
dari unsur-unsur Keislaman, Keilmuan, berbudi tinggi, berbadan sehat,
Kemasyarakatan. berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas.
Oleh karena itu, untuk mencapai
tujuan pendidikan era generasi emas 2045, 5. Kesimpulan
penetapan tujuan pendidikan dibagi menjadi
tiga tahap (Kementrian Pendidikan dan Simpulan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2017): Manusia memegang peran penting dalam
Pada tahap pertama (2016-2025), fokus memberikan kontribusi untuk menciptakan
pembangunan dalam pendidikan adalah generasi penerus yang berkulitas untuk bang-
meningkatkan kemampuan penyelenggara sa. Dengan nilai-nilai yang sudah ditanamkan
pendidikan untuk memperluas layanan, di Pondok pesantren mampu menjadi benteng
meningkatkan modernisasi dalam pelaksanaan dan memberikan bekal kepada lulusannya
proses pembelajaran, dan selalu mendorong agar tetap memegang teguh nilai yang sudah
peningkatan layanan agar masyarakat dapat didapatkan. Penanaman nilai tersebut, salah
menikmati pendidikan. Semua lapisan satunya dengan panca jiwa yang mampu
masyarakat. menguatkan diri seorang santri, dari jiwa
Pada tahap kedua (2026-2035), rencana ikhlas, jiwa sederhana, jiwa berdikari, jiwa
pembangunan pendidikan merupakan tahap ukhuwwah Islamiyyah dan jiwa bebas.
untuk mewujudkan kemandirian, kemajuan, Ketika sumber daya manusia tersebut
keadilan dan kemakmuran rakyat Indonesia, mampu ikhlas, sederhana dalam berbagai hal,
serta mempercepat pembangunan berbagai tidak bergantung pada orang lain, tetap men-
bidang melalui struktur ekonomi yang stabil jaga hubungan antara orang lain dan organ-
berdasarkan keunggulan kompetitif. Untuk isasi, dan bebas dalam bertindak sesuai aturan
mencapai pendidikan pada tahap kedua, yang ada maka akan terciptanya sumber daya
pemerintah akan mengutamakan pendidikan manusia yang berkualitas sesuai dengan visi
karakter. Indonesia untuk menjadi generasi emas 2045.
Pembangunan pendidikan tahap ketiga Pendidikan memang bukan jalan satu-satunya
(2036-2045) bertujuan untuk meningkatkan untuk menjadikan sumber daya manusia yang
taraf pendidikan masyarakat Indonesia yang berkualitas, namun tanpa fokus dalam aspek
dapat menciptakan sumber daya manusia pendidikan maka tujuan untuk menciptakan
yang unggul dan berdaya saing internasional. sumber daya manusia berkualitas akan sulit
Mencapai beberapa tahapan tersebut dicapai.
maka strategi pendidikan Pondok Modern
Darusalam Gontor yaitu dengan pola
Pendidikan yang terintegrasi dalam
kehidupan Pondok dengan segala totalitasnya
menjadi media pembelajaran dan pendidikan.
Pendidikan berbasis komunitas: segala yang
didengar, dilihat, dirasakan, dikerjakan, dan
207
Penanaman Nilai-Nilai Panca Jiwa Dalam Mewujudkan Manajemen Sumber Daya Manusia Yang Unggul
Fajar Surya Ari Anggara, Soritua Ahmad Ramdani Harahap, Abdul Thoriq
208
Inovator: Jurnal Manajemen
Vol. 11 (1) 2022
209