Peranan seorang pendidik sangat besar bagi siswa. Untuk itu, sejak merancang,
memfasilitasi, hingga menilai proses pembelajaran, guru harus hadir secara utuh.
Setiap hal kecil yang disampaikan guru di kelas akan berkontribusi pada kecakapan
hidup anak saat dewasa.
Semua yang dirancang untuk disimak siswa harus bertujuan, karena ketika guru sedang
mengajar di kelas, sebenarnya sedang membentuk masyarakat di masa depan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan sebagai tuntunan, yaitu tuntunan dalam hidup
tumbuhnya murid, maka mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara menggagas sistem pendidikan
yang humanis dan transformatif, yang dapat
memelihara perdamaian dunia, yaitu sistem Among
dengan slogan:
Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya yang perlu kita jaga dan
rawat. Maka, kita hendaknya tidak lantas meniru kebudayaan bangsa lain
dan melupakan kebudayaan dari leluhur, tetapi menerima budaya asing
yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia (Ki Hadjar Dewantara).
3. Konsentris
Budi Pekerti (watak) merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan,
dan kehendak atau kemauan, sehingga menimbulkan suatu tenaga atau
perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa (afektif), sehingga menghasilkan karsa
(psikomotor).
Budi Pekerti atau watak merupakan kodrat setiap manusia, sehingga kita
sebagai pendidik perlu memahami kodrat itu dan dapat mendampingi
tumbuhnya kecakapan budi pekerti murid dalam kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang dialaminya (Ki Hadjar Dewantara)
Teori Konvergensi
Teori konvergensi didasarkan pada 2 teori utama, yaitu:
1. Teori Tabularasa yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas kosong yang dapat diisi dan
ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan yang diinginkan pendidik.
2. Teori Negatif yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi penuh dengan
berbagai macam coretan dan tulisan
Ki Hadjar Dewantara memberikan pandangan baru dari kedua teori tersebut dengan menggabungkan
teori tabularasa dan teori negatif menjadi teori konvergensi, yaitu kodrat manusia sebagai suatu kertas
yang sudah terisi dengan tulisan-tulisan yang samar dan belum jelas arti dan maksudnya. Maka, tugas
pendidikan adalah membantu manusia atau individu untuk menebalkan dan memperjelas arti dan maksud
tulisan samar yang ada di kertas tersebut dengan tuntunan terbaik.
Melalui proses pendidikan kecakapan budi pekerti murid bertumbuh dan berkembang, sehingga mampu
mengendalikan tabiat asli dan watak biologis akan semakin tersamarkan dan menebalkan watak-watak
baik murid yang akan mewujudkan kepribadian dan budi pekerti yang baik.
Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan
Kebahagiaan
Fungsi Pendidikan adalah untuk mengantarkan murid agar siap hidup dan memberikan
kepercayaan kepada murid, bahwa di masa depan mereka akan mampu mengisi zamannya,
demi mencapai keselamatan dan kebahagian.
Fungsi pendidikan akan berjalan sesuai dengan cita-cita Ki Hadjar Dewantara, jika guru
memahami hal-hal berikut:
Bagian yang mengubah pemahaman saya adalah Teori Konvergensi, dimana awalnya saya hanya tahu
tentang teori Tabularasa yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas kosong yang dapat diisi dan
ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan yang diinginkan pendidik. Dengan teori
konvergensi saya menjadi paham bahwa, kodrat manusia sebagai suatu kertas yang sudah terisi dengan
tulisan-tulisan yang samar dan belum jelas arti dan maksudnya. Maka, tugas pendidikan adalah
membantu manusia atau individu untuk menebalkan dan memperjelas arti dan maksud tulisan samar yang
ada di kertas tersebut dengan tuntunan terbaik.
Langkah konkret saya adalah dengan merancang dan menerapkan pembelajaran yang berpihak pada
murid sesuai dengan kodrat keadaan murid, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.