Anda di halaman 1dari 3

EVALUASI AKHIR TAHUN 2019/2020 KEPESANTRENAN

PUTRA
SMAU BERBASIS PESANTREN AMANATUL UMMAH

Sistem Barcode
Adanya sisitem baru barcode untuk pengabsenan santri dapat membantu transparasi dan kontroling
keaktifan santri, namun sistem belum bisa dikatakan berjalan optimal dengan beberapa kendala
sebagai berikut

- Tidak ada nya penindakan bagi santri yang melanggar (hanya sebatas laporan keaktifan saja).
Dalam satu semester rata- rata presentase keaktifan santri dalam mengikuti kegiatan
pesantren hanya 50% dari 280 santri putra. Namun tidak adanya penindakan terkait ini
karena saking banyaknya santri yang sulit dikondisikan. Solusi: merumuskan lagi bentuk
penindakan santri yang berlaku indisipliner dan perlu dibahas lebih lanjut
- Banyak santri yang tidak membawa kartu sebab lupa atau rusak. Solusi: perlu dibuatkan
kartu permanen unutk semua santri dan dianggarkan pengadaan kartu smart card untuk
setiap siswa dengan berkoordinasi dengan bendahara.
- Sistem sempat vakum kurang lebih 4 minggu. Beberapa factor yang menghambat di
antaranya adalah sbb: kurangnya teamwork dalam pelaksanaan & pengawalan sistem,
kurangnya legacy dari beberapa pihak, kurangnya rasa sense of belonging, dan kurangnya
koordinasi . Solusi: perlu dibentuk tim khusus sebanyak 3 orang dan bertanggung jawab
dalam pelaksanaan dan pengawalan system. Jika tidak ada dari pihak guru, SDM dari siswa
dapat menjadi opsi altiernatif.

Sistem keamanan, ketertiban, & perizinan:


Keamanan & Perizinan menjadi poin vital dalam ketertiban santri di pesantren. Sistem
pencatatan pelanggaran santri & prosedur penindakan yang sebelumnya dilakukan secara
konvensional kini sudah terekam secara sistematis dan terstuktur, per bulan Februari 2020. Total
sebanyak 97 kasus pelanggaran yang sudah ditindak dan direkam oleh kepesantrenan putra.

Selain itu Infrasturkur guna menunjang ketertiban dan kemana sudah tersedia per bulan Maret
2020 (berupa Tralis & Kunci Gerbang). Namun beberapa kendala yang ditemukan dalam
pelaksanaannya adalah sebagai berikut

- Tidak terdatanya santri siapa saja yang pulang dan kapan harus Kembali secara tersistematis,
semua dilakukan secara konvensional. Sehingga memungkinkan santri bisa Kembali ke
pondok dengan terlambat, kecuali ustad2 dapat mendeteksinya secara konvensional (modal
ingatan). belum terlaksanaan ta’zir denda santri yang pulang tanpa izin / dating terlambat
dengan maksimal dan Belum lagi atus kas masuk infaq santri pemulangan yang belum
sepenuhnya dapat direkap ke bendahara Asrama. Solusi: perlu dibuatkan kartu kontroling
perizinan untuk setiap santri sehingga ustad2 dapat tracing berapa lama santri pulang dan
berapa kali santri pulang serta pembukuan arus kas masuk keuangan dari hasil infaq
perizinan pemulangan dan denda santri yang pulang tanpa izin / terlambat Kembali ke
pondok
- Ada beberapa tindakan santri yang merusak jendela (kelas 10 & kelas 12). Solusi: perlu
komunikasi dan pemahaman lagi ke para santri agar ikut serta menjaga & tidak merusak
fasislitas pesantren.
- Kurangnya SDM: untuk sementara system bisa dihandle satu orang, namun jika tidak dikawal
dengan adanya tim khusus, makan dapat dipastikan system bisa tidak bertahan lama. Solusi:
perlu dibentuk tim khusus sebanyak 3 orang dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan
dan pengawalan sistem.

Sistem Piket & pengobrakan


Pelaksanaan pengobrakan, pengondisian sudah dijadwalkan oleh tiap pembimbing melalui
mekanisme piket baik dari pembimbing ( 4 hari / minggu), fungsionaris (2 hari / minggu), serta wali
kelas, dan guru tahfidz (1 hari/ minggu) dan diberlakukan monitoring & evaluasi melalui tools Key
Perfomance Indicator (KPI). Namun beberapa kendala yang ditemukan dalam pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:

- Pelaksanaan kehadiran piket masih belum optimal 100%. Kehadiran pembimbing dalam piket
sebesar 84%. Sedangkan kehadiran fungsionaris sebesar 47% (bahkan ada yang tidak berkenan
piket). Serta kehadiran wali kelas/ guru tahfidz sebesar 42%.

- Pelaksanaan pengondisian juga masih perlu dioptimalkan lagi, sebesar 60% kinerja pembimbing
dalam hal pengondisian / pengobraakan. Sedangkan kinerja fungsionaris sebesar 40% dan wali
kelas / guru tahfidz sebesar 17% (artinya rendahnya nilai disebabkan tidak hadir piket atau piket
tanpa ikut serta dalam pengondisian santri / hanya bermalam di pesantren dan kemudian langsung
pulang).

-Solusi: tetap dilakukan kontroling, monitoring, serta evaluasi, tapI juga diperlukan kekompakan
dari masing masing pihak agar system dapat berjalan dengan optimal. Selain itu TEMPAT YANG
NYAMAN menjadi POIN UTAMA dalam keberhasilan pelaksaaan ini agar masing masing pihak
menjadi lebih betah stay di kantor, maka tempat perlu dibuat sedemikian rupa agar cozy, bersih,
dan tersedia sarana berupa (dispenser, komputer, dan camilan). Selebihnya perlu dibahas lebih
lanjut untuk menemukan solsui yang win-win

Stigma diskrimatif yang ditangkap dari bebrapa santri akibat terlalu condong mendindak kelas 10.
Solusi: tidak ada lagi santri yang tidak dikondisikan, perlu dilakukan mekanisme pengobrakan
secara merata dan bareng2 ke semua kelas sehingga tidak timbul lagi stigma diskirimatif dari pihak
santri
Kebersihan dan Sarana Prasarana
Kebersihan sudah terhitung lebih tertata, dengan dilakukan pengadaaan alat2 kebersihan dan
pengecatan ulang, serta ditambah dengan adanya wastafel dan keran untuk cuci kaki dan tangan.
Namun beberapa kendala yang ditemukan dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

- Belum adanya koordinasi dengan tim kebersihan dari Yayasan, sehingga pesantren tidak bisa
mengontrol kinerja tim kebersihan dari Yayasan. Slusi: perlu rembukan dengan tim
kebersihan dari Yayasan
- Kesadaran santri dalam kebersihan masih perlu dioptimalkan lagi. Solusi: sosialisasi tentang
pola hidup bersih ke para santri dan menjaga fasilitas kebersihan yang sudah ada. Selain
itu adakannya lagi system rewarding bagi kamar yang bersih
- Mic dan sound pesantren rusak. Solusi: perlu diperbaiki segera

Keuangan.
Kas keuangan pesantren yang telah dilaporkan bendahara sebesar 2.050.000. sumber dana salah
satu yang terbesar adalah dari ta’ziran, tapi hanya sebagaian kecil yang belum bayar. Serta
pemasukan dari infaq perizinan pulang perlu dikolektifkan secara terpusat.

Anda mungkin juga menyukai