Anda di halaman 1dari 3

Apa Kehendak Allah Bagi Hidup Saya?

Sebagai orang Kristen, tema “Apa kehendak Allah bagi hidup saya?”
tentu bukanlah hal yang asing bagi kita. Khususnya bagi anak muda
Kristen, tema ini mungkin selalu mewarnai pikiran dan hati mereka
setiap waktu. Merenungkan dan mengharapkan jawaban Allah atas
pertanyaan “Apa kehendak Allah bagi hidup saya?” tentu merupakan hal
yang sangat baik. Namun, seringkali kita kurang memahami arti
“kehendak Allah” sehingga sekalipun pertanyaan kita tepat,
kecenderungan hati kita menyimpang.

Apakah realita yang terjadi di dalam hidup kebanyakan orang Kristen?


Banyak orang Kristen yang ketika bertanya mengenai kehendak Allah
bagi hidup mereka, sebenarnya sedang bertanya:

“Di antara si A, B, dan C, siapakah yang Allah kehendaki menjadi


pasangan kelak saya?”
“Tuhan mau saya masuk universitas apa?”
“Tuhan ingin saya masuk jurusan apa?”
“Tuhan mau saya bekerja di perusahaan apa?”
“Tuhan mau saya, saya, dan saya … ”

Sebagai seorang anak, tentu tidak ada salahnya menanyakan hal-hal


penting seperti itu kepada Sang Ayah, yang adalah Bapa sorgawi kita.
Tetapi kita salah jika berpikir bahwa semua pertanyaan itu adalah
keseluruhan kehendak Allah bagi kita. Justru sebaliknya, universitas
apa, jurusan apa, bekerja di mana, tinggal di mana, dan berbagai
pertanyaan-pertanyaan spesifik lainnya, bukanlah tema utama dalam
kehendak Allah bagi hidup kita. Kehendak Allah yang utama dalam
hidup kita sangatlah jelas dicatat di dalam Alkitab dan jika kita mencoba
merangkumnya, adalah ini: Jadilah serupa dengan Yesus (Roma
8:29), dengan kuasa Roh Kudus yang memampukan kita (Galatia 5:22-
23), demi kemuliaan Allah (Matius 5:16).

Mari kita menyelidiki hati kita masing-masing. Apakah yang lebih


sering mengisi pikiran kita:
“Tuhan mau saya masuk jurusan apa”
atau
“Tuhan mau saya hidup kudus”;

“Tuhan mau saya bekerja di perusahaan apa”


atau
“Kebiasaan apa yang harus saya tinggalkan karena itu tidak memuliakan
Allah”;

“Tuhan mau saya berkarir dalam bidang apa”


atau
“Tuhan mau saya menjadi serupa dengan Kristus”?

Sekali lagi, “universitas apa, jurusan apa, berkarir dalam bidang apa,
siapa calon pasangan hidup saya” bukanlah hal yang negatif tetapi jika
hal-hal itu lebih sering mengisi pikiran kita dibanding “kekudusan,
keserupaan dengan Kristus, firman Allah, memuliakan Allah, melawan
dosa”, maka hal itu menandakan bahwa sesungguhnya kita masih self-
centered dan tidak memuliakan Allah. Bukannya berfokus kepada
Tuhan, kita berfokus pada diri sendiri. Bukannya mencari kemuliaan
Tuhan, kita mencari apa yang terbaik dan aman untuk diri sendiri. Allah
tidak akan memberitahukan kehendak-kehendak-Nya yang spesifik, atau
dengan kata lain “rahasia-Nya” kepada orang yang demikian.
Daud pernah berkata:

“The secret of the Lord is with those who fear Him, And He will show
them His covenant.”
(Psalm 25:14, NKJV)
yang artinya “rahasia-rahasia Allah diberitahukan-Nya kepada orang-
orang yang takut akan Dia, dan Ia akan menunjukkan kepada mereka
perjanjian-Nya” (Mazmur 25:14).

Orang yang sungguh-sungguh takut akan Allah dan yang bergaul karib
dengan-Nya (Mazmur 25:14) akan selalu ingin untuk hidup kudus,
berperang melawan dosa, rajin berdoa dan belajar firman Tuhan, serta
senantiasa rindu untuk melakukan hal-hal yang menyukakan hati Allah.
Kepada orang-orang yang demikianlah Allah akan membukakan
“rahasia-Nya”. Ia akan menuntun setiap langkah mereka sehingga
mereka selalu berjalan di dalam kehendak-Nya. Allah akan mengarahkan
hati mereka serta mengaruniakan hikmat yang cukup bagi mereka
sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat – tentang
universitas apa, jurusan apa, siapa pasangan yang cocok, berkarir dalam
bidang apa, dan lain sebagainya – ketika mereka diperhadapkan dengan
berbagai pilihan yang sulit.

Oleh sebab itu, sebelum kita terlalu disibukkan dengan berbagai “rahasia
Allah” yang masih tanda tanya dan yang ujung-ujungnya hanya berpusat
pada diri sendiri, marilah kita terlebih dahulu mulai mengisi hati dan
pikiran kita dengan kehendak Allah yang jelas-jelas telah dinyatakan-
Nya di dalam Alkitab.
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia,
semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap
didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah
semuanya itu… Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai
kamu.” (Filipi 4:8-9)

Anda mungkin juga menyukai