Anda di halaman 1dari 18

POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal.

- 58
PONTIANAK
Material Teknik

BAB IV
LOGAM BUKAN BESI
Hasil belajar
Setelah berhasil menyelesaikan, melengkapi tugas-tugas dan latihan dari bab ini, Saudara
dapat mengidentifikasi macam-macam logam bukan besi dan paduannya serta sifatnya
masing-masing, dan dapat menerapkan dalam pemilihan bahan untuk keperluan perencanaan.

Kriteria Penilaian
Keberhasilan Saudara dalam menguasai bab ini dapat diukur dengan kriteria kemampuan
sebagai berikut :
1. Menyebutkan keunggulan dari sifat-sifat logam non-ferro.
2. Menyebutkan sifat dan penggunaan tembaga
3. Menjelaskan proses pemurnian aluminium.
4. Menjelaskan sifat dan penggunaan timah.
5. Menyebutkan dua macam paduan tembaga yang paling banyak
digunakan.

4.1. Tembaga.
Tembaga berwarna coklat keabu-abuan dan mempunyai struktur kristal FCC. Temabag
mempunyai sifat yang sangat baik yaitu : sebagai penghantar listrik dan panas yang baik,
mampu tempa, liat dan mudah dibentuk menjadi pelat atau kawat.
Bijih tembaga hasil tambang dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :
- Bijih sulfida.
- Bijih oksida.
- Bijih murni ( native ).
Beberapa bijih tembaga yang dikenal antara lain :
Mineral Rumus kimia Kandungan tembaga
Chalcopyrite Cu Fe S2 34,6 %
Bornite 5Cu S Fe2 S3 55,6 %
Chalcocite Cu2 S 68,5 %
Malachite Cu CO3 Cu ( OH )2 57,4 %
Native copper Cu 99,99 %

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


38
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Heterogenite 2 Cu2 O3 CuO H2O 60 %

Proses pemurnian bijih tembaga dapat dilakukan dengan proses Pyrometallurgy maupun
dengan proses Hydrometallurgy.
a. Proses Pyrometallurgy.
Proses ini menggunakan temperatur tinggi yang diperoleh dari pembakaran bahan
bakar. Bijih tembaga yang telah dipisahkan dari kotoran-kotoran dipanggang untuk
menghilangkan asam belerang dan selanjutnya bijih ini dilebur di dalam dapur
peleburan.

1. Linning ; 2. Nose or Mouth ; 3. Tuyere ; 4. Roller stand

Gambar 4.1. Konvertor untuk Tembaga

Pada peleburan tersebut bijih-bijih dipisahkan dari terak dan akan dihasilkan
matte, selanjutnya matte ini diproses pada Konvertor untuk memisahkan unsur besi
dan belerang sehingga akan didapat tembaga blister.
Ternyata pada tembaga blister masih mengandung sejumlah unsur besi, belerang,
seng, nikel, arsen dan sebagainya, sehingga masih perlu diproses ulang (refining)
pada dapur Reverberatory.
b. Proses Hydrometallurgy.
Proses pemurnian secara Hydromettalurgy dilakukan dengan cara melarutkan bijih
tembaga ( leaching ) ke dalam suatu larutan tertentu, kemudian tembaga
dipisahkan dari bahan ikutan lainnya (kotoran).
- Bijih tembaga yang bersifat oksida, pelarutannya menggunakan asam sulfat
(H2SO4), dengan reaksi sebagai berikut :

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


39
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

CuCO3 Cu(OH)2 + 2 H2SO4 2 CuSO4 + CO2 + 3 H2O


- Bijih tembaga yang bersifat sulfida atau native, pelarutannya menggunakan
ferri sulfat [2Fe2(SO4)3], dengan reaksi sebagai berikut :
Cu2S + 2 Fe2(SO4)3 2 CuSO4 + 4 FeSO4 + S
Untuk bijih Chalcopyrite dan Bornite, rekasinya berjalan lambat dan tidak
dapat larut seluruhnya. Setelah hasil pelarutan (leaching) dipisahkan dari
bagian-bagian yang tidak dapat larut, kemudian larutan tersebut diproses secara
elektrolis sampai didapatkan tembaga murni.

Bijih
Tembaga

Konsentras
i

Bahan Konsentrat

Buang Pemanggang
an

Gas Peleburan
Stock

Terak Matte
Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi
40
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Buang

Konverto
r

Blister Terak

Cu,Ag,Sb,Ni,dsb. Tembaga Casting

Gambar 4.2. Diagram Proses Pemurnian Bijih Tembaga

SifatTembaga :
kuat, liat, maliabel (mampu bentuk), tahan terhadap korosi, konduktivitas panas dan
listriknya sangat tinggi.

Kekuatan tarik :
(200 – 300) N/mm2.

Massa jenis :
8,9 kg/dm3.

Titik lebur :
(1070 – 1090) oC.

Penggunaan :
Tembaga banyak digunakan untuk konduktor listrik, alat solder, pipa spiral pendingin,
kerajinan tangan, sebagai bahan dasar Kuningan dan Perunggu, dsb.

4.2. Aluminium.
Aluminium mempunyai struktur kristal FCC. Sifat aluminium yang menonjol adalah
massa jenisnya yang rendah dan daya hantar listrik atau panas yang cukup baik. Selain itu
aluminium juga tahan terhadap korosi pada media yang berubah-ubah, dan mempunyai
ductilitas (sifat liat) yang tinggi.
Bijih aluminium dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
- Bauksit
Bijih ini didapat dalam bentuk batu-batuan yang berwarna merah atau coklat.
Bauksit setelah dipisahkan dari kotoran-kotoran penghantar akan didapat: Kaolin
(Al2O3. 2 SiO2. H2O), Bochmite / Diaspore (Al2O3. H2O), Gibbsite (Al2O3. 3 H2O).
Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi
41
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

- Nepheline [ (Na K)2O. Al2O3. SiO2 ]


- Alunite [ K2SO4Al2 (SO4)3. 4 Al (OH)3 ]
- Cyanite ( Al2O3. SiO2 ), bijih ini tidak diproduksi untuk aluminium, melainkan
diproduksi untuk peleburan langsung menjadi paduan aluminium-silikon.
Metode proses pemurnian aluminium dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
1). Proses Elektrothemis :
Pada proses ini bijih-bijih dicairkan atau direduksi dalam dapur listrik, sehingga
diperolehlah cairan aluminium. Dalam penggunaannya proses ini menggunakan
energi listrik yang sangat besar,oleh karena itu proses ini jarang dipakai.
2). Proses asam :
Pada proses ini bijih-bijih aluminium dilarutkan dengan larutan asam (H 2SO4,
HCl,dsb ). Dari reaksi ini maka akan didapat garam [Al 2 (SO4)3.AlCl3], sehingga
unsur - unsur penghantar dapat dipisahkan. Setelah garam terpisah dari
penghantarnya,barulah kemudian logam dipisahkan dari garam tersebut. Dalam
industri proses ini digunakan pada batas-batas tertentu, karena dibutuhkan
peralatan-peralatan tahan asam yang sangat mahal.
3). Proses alkaline :
Proses ini adalah efect dari reaksi bauksit dengan NaOH atau Na 2CO3 dengan
bahan tambahan kapur/ batu kapur. Dari hasil ini akan didapatkan sodium
aluminate. Pada proses ini unsur-unsur oksida besi, titanium, dan kalsium dapat
dipisahkan, dan silisium yang ada dalam bijih-bijih akan bereaksi dengan alkali
yang mengakibatkan sebagian dari alkalis dan silisium yang bereaksi akan
mengotori aluminium yang akan dihasilkan.Oleh karena itu metode alkalin sering
digunakan pada bijih-bijih dengan kandungan silikah yang rendah.
Sifat Aluminium : Ringan, lunak, ulet, kekuatan tariknya rendah, tahan terhadap
korosi, dan penghantar panas dan listrik yang tinggi.
Massa jenis : 2,7 kg/dm3
Titik lebur : 6600C
Kekuatan tarik : - Dituang: 90 – 120 N/mm2
- Diannealing : 70 N/mm2
- Diroll : 130 - 200 N/mm2

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


42
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Penggunaan : Karena sifatnya yang ringan, aluminium banyak digunakan dalam


pembuatan kapal terbang, rangka khusus untuk kapal laut
modern, kendaraan, dan bangunan industri.Karena ringan dan
penghantar panas yang baik, aluminium banyak dipakai untuk
keperluan alat-alat masak. Aluminium juga banyak dipakai
untuk kabel-kabel listrik ,karena konduktifitas listriknya tinggi
dan relatif lebih murah jika dibandingkan dengan
tembaga.Aluminium tuang dibuat jika dikehendaki kontruksi
yang ringan dengan kekuatan yang tidak terlalu besar.

4.3. Nikel
Nikel mempunyai sifat yang keras, bentuk struktur kristalnya FCC dan juga bersifat
magnetis. Nikel cocok dibuat paduan binary dan ternary untuk memperbaiki sifat tahan korosi
dan tahan panas. Bijih-bijih nikel dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu :
- Bijih sulfida , bijih ini mengandung :
0,5 - 5,6 % Ni
34 - 52 % Fe
2 - 22 % SiO2
4 - 6 % Al2O3
0,8 - 1,8 % Cu
21 - 28 % S
1,9 - 7 % CaO
2,25 % MgO
- Bijih silikat, bijih ini mengandung :
0,9 - 1,6 % Ni
0,01 % Si
0,1 - 1,5 % CaO
5,1 - 22 % MgO
12 - 14 % Fe
34 - 42 % SiO2
1 % Al2O3

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


43
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Setelah bijih melalui proses pendahuluan (crushing, drying dan sintering),


selanjutnya proses pemurnian bijih nikel dilakukan secara Pyrometallurgy dan
Hydrometallurgy.
a. Proses Pyrometallurgy.
Reduksi yang terjadi pada proses ini hanya sebagian kecil dari unsur besi yang dapat
diikat menjadi terak, sedangkan sebagian besarnya masih terikat dalam bentuk ferro-
nikel alloy.
Untuk memisahkan unsur besi tersebut, maka di dalam proses peleburan ditambahkan
beberapa bahan yang mengandung belerang (Gypsum atau Pyrite). Karena perbedaan
daya ikat besi dan nikel terhadap oksigen dan belerang (sulfur), maka dari proses ini
akan didapat mate yaitu paduan Ni3S2 dan FeS.
Mate yang dihasilkan ini masih juga banyak mengandung besi, sehingga selanjutnya
mate yang masih dalam keadaan cair di proses lagi di dalam Konvertor. Pada proses
konvertor diberikan bahan tambah yaitu silikon, untuk mengikat oksida besi menjadi
terak. Karena terak hasil konvertor ini masih mengandung Nikel yang cukup tinggi,
maka terak tersebut biasanya dilebur kembali (Resmelting).
Selanjutnya mate hasil dari konvertor dipanggang untuk memisahkan belerang,
kemudian direduksi kembali dengan karbon, sampai didapat logam nikel.

Bijih Setelah melalui proses pendahuluan


(Crushing, Drying, Sintering)

Bahan
Tambah Pelebura
n

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


44

Konverto
Reduks Penggilinga
r
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Mate Terak

Terak

Mate Bessemer

Panggang

Oksida Gas dan Debu


Nikel

Pemisaha
n

Terak NIKEL Gas Debu


s

Gambar 4.3. Proses Pemurnian Bijih Nikel

b. Proses Hydrometallurgy.
Pada proses ini consentrat dilarutkan ke dalam larutan ammonia, Nikel, Tembaga dan
Cobalt larut ke dalam larutan ammonia tersebut. Kemudian larutan dididihkan untuk
memisahkan tembaga, selanjutnya larutan yang masih berisi nikel dan cobalt diproses
dalam autoclave dengan hidrogen pada tekanan 15 atm (abs) dan pada temperatur 175
- 225 oC.
Sifat Nikel : kuat, liat dan tahan korosi.
Massa jenis : 8,9 kg/dm3.
Titik lebur : 1458 oC.
Kekuatan tarik : - diannealing : 400 - 500 N/mm2
- di roll : 700 - 800 N/mm2

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


45
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Penggunaan : banyak digunakan untuk pelapisan logam, sebagai unsur paduan


untuk meningkatkan kekuatan dan sifat-sifat mekanik baja.

4.4. Magnesium.
Magnesium tergolong logam ringan, dan tahan terhadap karat berkat lapisan oksida
magnesium. Magnesium alloy dapat dituang pada cetakan pasir dan juga dapat dilas dan
dimesin. Bijih magnesium yang banyak kita kenal adalah magnesit /magnesium karbonat (Mg
CO3), dolomit Ca Co3. Mg Co3, carolite Mg Cl2 K Cl6 H2O.
Proses pemurnian magnesium dapat dilakukan dengan metoda Thermal dan Electrolitic.
a. Proses thermal didasarkan pada reduksi magnesium oksida dengan karbon, silikon
atau unsur lain pada temperatur dan vakum yang tinggi. Proses ini terdiri dari
beberapa tahapan sebagai berikut :
- Reduksi pendahuluan bijih.
- Reduksi penguapan dan pengembunan uap magnesium.
- Peleburan kristal (condensat crystal) menjadi magnesium kasar.

Gambar 4.4 Magnesium Electrolytic cell.

Keterangan gambar 4.4 :


1. Anode (grafit)
2. Katode (pelat baja)
3. Dinding pemisah (hood)

b. Proses Elektrolisis terdiri dari beberapa tingkat, yang prinsipnya adalah pengerjaan
pendahuluan dari garam magnesium anhidrous murni, elektrolisa dalam kondisi lebur.
Masing-masing proses ini dibedakan menurut bijih yang diginakan (dapat juga
Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi
46
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

carnalite, magnesium, chlorida, dsb), dan cara pengerjaan pendahuluannya (magnesite


chlorination, dihidration of magnesium chloride).
Elektrolit larutan garam magnesium dalam teknik tidak digunakan lagi karena
magnesium lebih elektronegatif dibandingkan dengan ion hidrogen pada katoda dan
tidak ada cara untuk memperbaiki teknik tersebut.
Sifat Magnesium : Lunak, kekuatan tariknya rendah, tahan korosi.
Massa jenis : 1,74 gram/cm3
Titik lebur : 6570C
Penggunaan : Magnesium dipadu dengan unsur lain untuk memperoleh
bahan-bahan struktural yang akan digunakan untuk roda
pesawat, panel-panel pesawat. Penggunaan lain adalah
untuk “Pyrotechnic”, “Explossive technics” dan “Flash
lights”.
4.5 Seng
Seng tergolong logam rapuh, tetapi pada temperatur 1000 - 1500C mempunyai sifat-sifat
mudah di roll dan ditarik menjadi kawat. Logam ini mempunyai susunan kristal hcp. Dari
produksi seng 45% digunakan untuk galvanisasi(pelapisan agar tahan terhadap karat).Seng
juga sangat cocok digunakan untuk paduan beras, bronze dsb.Logam ini terdapat dalam
bentuk berbagai mineral antara lain : Hemomorphite Zn2SiO4H2O, Smith Soute ZnCO3, dsb.
Proses pemurnian seng dapat dilakukan dengan metode destilasi, elektrolisa. Sebelum
proses destilasi, konsentrat terlebih dahulu di panggang, sementara itu untuk proses elektrolisa
konsentrat didahului dengan proses leaching.
- Pemanggangan : bertujuan untuk memisahkan seng dengan belerang, dengan prinsip :
2ZnS + 5O2 2ZnO + 2SO 4. Tinggi temperatur pemanggang tergantung pada
jenis bijih dan besar butirannya.
- Leaching : bertujuan untuk mengubah seng oksida menjadi larutan ( ZnSO4) atau
seng sulfat, dengan prinsipnya : ZnO + H2SO4 ZnSO4 + H2O
- Dalam proses destilasi ini konsentrat dan batu bara dibakar dalam dapur sehingga
temperaturnya mencapai 14000C. Pada dapur ini seng direduksi menjadi uap,
reaksinya yaitu : ZnO + CO = Zn uap + CO2. Uap seng ini kemudian dimasukkan
kedalam kondensor.

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


47
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

- Pada proses hydrometallurgy konsentrat yang telah dipanggang, dileaching dengan


asam belerang. Seng sulfat yang didapat dari leaching tersebut dipisahkan dan
kemudian di elektrolisa. Pada proses elektrolisa ini logam seng mengendap pada
katode dan oksigen di lepaskan pada anoda. Larutan yang tertinggal adalah larutan
asam belerang dan dapat di gunakan untuk proses elektrolisa ulang.
Reaksi pada proses ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Pada katode : Zn2+ + SO42- + 2C = Zn + SO42-
Pada anode : H2O + 2C = 2H+ + 1/2 O2

Konsentrat
Pemanggang
an

Gas & debu Konsentrat

Debu Gas
Leaching

Produksi
HSO4
Residu Larutan sulfat

Elektrolis
a
Destilas
Seng Elektrolis
i

Terak Debu Seng

Gambar 4.5. Proses Pemurnian Logam Seng

Sifat Seng : Lunak, ulet, kekuatan tariknya rendah, tahan terhadap korasi.
Massa jenis : 7,1 gr/cm3
Titik lebur : 4200C
Kekuatan tarik : - dituang 30 N/mm2
- dipress/ditekan 140 N/mm2
Penggunaan : Seng banyak digunakan untuk melapisi pelat baja untuk
mendapatkan “galvanised iron “, sebagai dasar dari paduan

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


48
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

penuangan cetak, dan seng juga dipakai sebagai unsur paduan


pembuatan kuningan.

4.6 Timbel.
Timbel berwarna abu-abu kebiru-biruan, logam ini sangat lunak atau lembek dan mampu
tempa. Logam ini mempunyai struktur kristal FCC, sifat konduksi panas dan listrik yang baik,
dan kekerasannya 1/10 dari logam tembaga. Timbel di produksidari bijih timbel atau hasil
sampingan dari bijih logam lain. Bijih timbel tersebut didapatkan dalam bentuk berbagai
mineral antara lain : galena PbS, cerusoite PbCO 3, dan anglisite PbSO4.Kadang-kadang bijih
timah hitam lebih banyak mengandung seng dari pada timbel, sehingga disebut bijih seng
timbel.
Proses pemurnian bijih timbel dapat dilakukan dengan 3 (tga) cara, yaitu
a. Reduksi bijih timbel dengan besi sulfit.
Metode ini merupakan dasar peleburan, disini dihasilkan timbel dan mate sulfida.
Untuk mendapatkan timbel murni dapat dilakukan dengan metode yang lain. Metode
ini jarang digunakan karena cukup mahal dan rumit.
b. Reduksi antara timbel sulfida dan timbel sulfate/ oxide.
Reduksi udara atau reaksi pemanggangan menghasilkan bentuk timbel dan oksida
belerang. Sistem ini merupakan dasar peleburan yang digunakan sejak jaman dahulu.
c. Reduksi oksida timbel dengan karbon atau carbon mono oxide.
Proses pemurnian ini meliputi pemgerjaan pendahuluan oksida timbel, timbel silikat
atau senyawa oksida lainnya dengan cara pemanggangan dan sintering.
Untuk metode b dan c diatas, peleburannya dilaksanakan didapur pelumeran bijih (ore
hearth furnace). Sebelum konsentrat dilebur pada dapur pelumeran bijih, konsentrat
tersebut harus dipanggang lebih dahulu pada “Blast roasting”.
Dalam pemanggangan ini sulfida terbakar dan membentuk sulfida dioksida, reaksinya
sebagai berikut : 2PbS + 3O3 2PbO + 2SO2 + 199,6 kkal.
Pada ore-heart-smelting proses berlangsung pada temperatur 700 – 800 0C dan reaksi
yang terjadi yaitu : 2PbO + 2SO2 + O2 = 2PbSO4 + 183 kkal
Oksidasi yang terjadi dimulai dari permukaan partikel-partikel dan secara perlahan-lahan
masuk kedalam. Interaksi yang terjadi antara oxida bagian dalam partikel dan sulfat pada
bagian permukaan menghasilkan timbel :

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


49
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

PbS + PbSO4 = 2Pb + 2SO2 - 100,2 kkal


2PbO + PbS = 3Pb + SO2 - 56,1 kkal
Dalam prakteknya timbel yang didapat masih mengandung unsur lain 1 : 8 % (Au, Ag,
Cu, Zn, As, Sb, Bi, Fe).
Timah hitam ini perlu direfining yang pelaksanaannya dengan menggunakan metode
pyrometalurgy.

Konsentrat timah
hitam
Bahan tambah
Batu bakar Blast Roasting
Roasting
Sinter Gas , debu

Peeleburan Pemisaha
n

Terak Timah Hitam Gas Debu

Refinin
g
Timah Cu, As, Sb, Sn, Ag,
Hitam Au, Zn
Gambar 4.6. Proses Pemurnian Timbel (Timah Hitam)

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


50
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Sifat timbel : lunak, ulet, kekuatan tarikannya sangat rendah dan tahan terhadap
korosi.
Massa jenis : 11,3 kg/dm3
Titik lebur : 3280C
Kekuatan tarik : 15 – 20 N/mm2
Penggunaan : sebagai pelindung kabel listrik, untuk kisi-kisi pelat aki, pelapis pada
industri kimia, sebagai dasar untuk paduan solder, dsb.

4.7 Timah.
Timah mempunyai 3 (tiga) perubahan ollotropi, pada kondisi normal 13 – 161 oC disebut
timah beta, fase ini mempunyai warna perak dan dapat ditempa. Bila timah dipanaskan
sampai suhu di atas 161 oC berubah menjadi timah gamma, pada fase ini timah sangat rapuh
dan mudah dihancurkan menjadi bentuk halus. Pada temperatur di bawah 13 oC, berubah
menjadi timah alpha dan pada fase ini struktur kristalnya berbentuk diamond.
Bijih timah yang banyak dikenal adalah bijih Cassiterite (batu timah), bijih ini berwrna
kuning muda hingga kecoklatan tergantung zat yang dikandungnya. Logam lain yang sering
menyertai Cassiterite adalah tungsten, tembaga, seng, timbel dan beberapa mineral lainnya.
Sebelum bijih timah dilebur untuk pemurnian, terlebih dahulu dilakukan proses
pendahuluan yang meliputi pemanggangan, leaching dan pemisahan secara magnetik.
Pemanggangan (roasting) dimaksudkan untuk memisahkan belerang arsen dan antimon,
proses ini memerlukan temperatur yang cukup tinggi hingga belerang terbakar.
Leaching (pelarutan) dimaksudkan untuk memisahkan unsur-unsur Fe, Pb dan As dengan
menggunakan larutan asam hydrochlorida (HCl) pada temperatur 130 oC.
Sedangkan pemisahan secara magnetik, yang dilakukan setelah proses leaching
(pelarutan), adalah untuk memisahkan unsur-unsur yang magnetis dan setengah magnetis,
sehingga didapat unsur non magnetik (Cassiteric).
Setelah proses pendahuluan, kemudian dilanjutkan dengan proses pemurnian secara
pyrometallurgy, dengan melakukan peleburan di dalam dapur Reverberatory adau Dapur
Listrik. Cassiteric tidak dapat diprose secara Hydrometallurgy, karena Cassiteric tidak dapat
larut pada larutan asam mapun alkalis.
Hasil dari peleburan akan didapatkan timah kasar (pig tin), dimana timah kasar ini harus
diproses pada Refining untuk mencapai standard tertentu sebelum dipasarkan.

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


51
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Sifat Timah : tahan korosi.


Masa jenis : 7,3 kg/dm3
Titik lebur : 232 oC
Kekuatan tarik : 40 - 50 N/mm2
Penggunaan : untuk melapisi pelat baja lunak (kaleng-kaleng kemasan), sebagai
bahan untuk soder, sebagai unsur paduan untuk logam besi (baja)
dan kuningan serta logam lainnya.

Bijih Timah

Konsentrasi

Unsur lain Konsentrat

Pemisahan
Fe,Pb,As

Konsentrat Unsur Lain

Peleburan

Terak Timah Kasar

Peleburan
Ulang

Terak Timah Kasar

Refining

Timah Terak

Gambar 4.7. Proses Pemurnian Timah.

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


52
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

4.8 Paduan Bukan Besi.


Logam-logam bukan besi dan paduannya tidak diproduksi secara besar-besaran seperti
logam besi, tetapi penggunaannya cukup vital untuk kebutuhan industri, karena memiliki
sifat-sifat yang tidak ditemukan pada logam besi (besi tuang dan baja).
Sifat-sifat pada logam bukan besi antara lain :
- Mampu dibentuk dengan baik
- Kekuatan lebih rendah dari logam besi
- Massa jenisnya rendah
- Mempunyai warna yang menarik
- Penghantar panas dan listrik yang baik
- Sukar dilas
- Tahan terhadap korosi
4.8.1 Paduan Alumunium.
Paduan alumunium yang banyak dipakai dalam industri, dapat dibagi dalam 2 (dua)
kelompok, yaitu : Wrought alloy, dibuat dengan proses tempa, dan Casting alloy,
dibuat dengan proses pengecoran.
Paduan alumunium tempa mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi mendekati baja.
Sedangkan paduan alumunium tuang, merupakan paduan yang kompleks dari
alumunium dengan tembaga, nikel, besi, silikon dan unsur lainnya.
Duralium (dural) adalah paduan Al – Cu – Mg, dimana Mg dapat ditambahkan untuk
meningkatkan kekuatan dan ketahan tarhadap korosi. Komposisi Dural adalah : (2,2 –
5,2)% Cu, lebih dari 1,75% Mg, dan masing-masing di atas 1% untuk Si, Fe dan Mn.
Paduan alumunium lainnya adalah Silumin, yaitu paduan alumunium dengan
kandungan Si sekitar (8 - 14)%, ditambah dengan Cu (0,8 %), Mg (0,3 %) dan Mn
(0,5 %), merupakan paduan alumunium yang mempunyai sifat dapat dituang dengan
baik, tahan korosi dan liat.

4.8.2 Paduan Tembaga.

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


53
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Paduan tembaga merupakan paduan bukan besi yang paling banyak digunakan, ada 2
(dua) kelompok besar paduan tembaga, yaitu : Brass (Kuningan) dan Bronze
(Perunggu).
- Brass (Kuningan).
Bahan dasar untuk Brass adalah tembaga dan seng. Dengan penambahan sedikit
timah, nikel, mangan, alumunium dan unsur-unsur lain, dapat mempertinggi
kekerasan dan kekuatan serta tahan korosi.
- Bronze (Perunggu).
Bahan dasar untuk Bronze adalah tembaga dan timah, dengan penambahan unsur-
unsur lain seperti alumunium, silikon, mangan, besi dan beryllium dalam
prosentase yang kecil. Perunggu yang paling banyak digunakan adalah perunggu
dengan kandungan (25 - 30)% Sn.

4.9 Soal-soal Latihan.


Untuk lebih memahami terhadap materi yang telah disampaikan, berikut ini diberikan
soal-soal latihan beserta jawabannya.
 Pertanyaan.
1. Sebutkan keunggulan dari sifat-sifat logam bukan besi.
2. Sebutkan sifat dan penggunaan tembaga
3. Jelaskan proses pemurnian aluminium.
4. Sebutkan sifat dan penggunaan timah.
5. Sebutkan dua macam paduan tembaga yang paling banyak
digunakan.

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


54
POLITEKNIK NEGERI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Hal. - 58
PONTIANAK
Material Teknik

Achmad Kasim Bab IV – Logam Bukan Besi


55

Anda mungkin juga menyukai