Anda di halaman 1dari 12

RESENSI NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA

KARYA: HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA


ALMAHENDRA

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Pelajaran Sejarah
Oleh:
Keysha Tsalasila Putri
Kelas X.7

SMAN 2 KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah S.W.T/Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan naskah
Resensi sebuah novel, yang berjudul “99 Cahaya di Langit Eropa” karya Hanum Salsabiela
Rais dan Rangga Alhmahendra dalam rangka memenuhi tugas dalam mata Pelajaran Sejarah
yang diharapkan dapat bermanfaat dan mengembangkan pengetahuan kami sebagai peserta didik
kelas X.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan - kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan naskah
lebih lanjut.
Tulisan ini dapat penuhi dan diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada Ibu Dra. N. Sri
Endang S., M.Pd. selaku guru mata Pelajaran Sejarah juga Teman Teman Kelas X.7 serta Orang
Tua yang telah memberikan bimbingan dan dukungannya demi kelancaran dan kelengkapan
tulisan ini. Akhinya, semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

Kuningan, 18 Januari 2024


Keysha Tsalasila Putri

ii
iii
A. Identitas Novel

 Judul: 99 Cahaya Di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di


Eropa)

 Pengarang: Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

 Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

 ISBN: 978-979-22-7274-1

 Jenis buku: Nonfiksi/Novel Islam

 Jumlah halaman: 412 Halaman

1
B. Sinopsis Novel

Novel 99 Cahaya di Langit Eropa berkisah tentang perjalanan penulis mencari


sejarah Islam ke tempat mengandung unsur keislaman dan spiritual untuk mengenal
Islam dengan cara berbeda. Ketika dakwah bersatu dengan pengetahuan, perdamaian, dan
Islam bersinar terang di langit eropa. Alur yang terdapat dalam novel ini adalah alur
campuran. Amanat dapat kita petik dari novel ini adalah teruslah belajar mencari tahu
tentang sejarah penyebaran, penaklukan Islam, dan ceritakan kepada semua orang apa
yang diketahui.

Buku ini berisi kisah-kisah perjalanan kedua penulis selama berada di Eropa.
Hanum dan Rangga tinggal selama 3 tahun di Eropa tepatnya di Wina, Austria saat
Rangga mendapat beasiswa program doktoral di Universitas di Austria. Keduanya
berkesempatan menjelajahi Eropa dan menemukan keindahan Eropa yang tidak sekadar
hanya Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro,
Colloseum Roma atau gondola-gondola di Venezia. Namun, mereka menemukan
keindahan lain dari Eropa, mereka menjelajah sejarah dan menemukan bahwa Islam
pernah berjaya di tanah itu. Eropa dan islam pernah menjadi pasangan serasi. Namun,
ketamakan manusia membuat dinasti itu runtuh. Melalui buku ini, penulis ingin
menceritakan tentang beberapa tempat dimana Islam mempunyai kisah yang cukup
menarik didalamnya. Kisah-kisah dari beberapa tempat didalamnya yang bisa membuat
penulis dan pembaca enggan untuk melakukan kesalahan yang sama. Tempat itu antara

2
lain Wina (austria), Paris (Perancis), Granada dan Cordoba (andalusia/Spanyol), dan
Istanbul (turki).

Hanum yang harus beradaptasi dengan lingkungan dan Bahasa di Austria


membuat dirinya terpaksa mengikuti kursus Bahasa. Selama kursus itulah Hanum
berkenalan dengan Fatma, wanita asal Turki yang berhasil menggugah jiwa kelana
Hanum untuk menyusuri jejak Islam di Eropa. Fatma yang notabene hanya seorang ibu
rumah tangga ternyata memiliki wawasan luas tentang sejarah Islam di Eropa. sebatang
coklat yang berkesan awal mula pertemuan dengan Fatma. Fatma mengajak Hanum
berkeliling kota dan memamerkan kota Wina. Persahabatan mereka membawa banyak
cerita, seperti: Perjalanan Kahlenberg (kamu dapat melihat cantiknya kota Wina),
Restaurant Der Wiener Fresco (restaurant yang mempunyai konsep makan sepuasnya dan
bayar seikhlasnya), Museum Kota Wina (Museum Istana Hofburg, Museum
Schoenbrunn, Museum Kembar Kunsthistorische, dan Naturhistorische), Berkunjung
Rumah Fatma, Rathaus Fan-zone Wina, dan Vienna Islamic Center.

Bukan hanya mengajaknya berkelana di kota Wina, kebesaran hati seorang Fatma
yang menerima cerca dari kalangan non muslim menyadarkan Hanum, bahwa Islam
seharusnya dimaknai luar dan dalam. Bukan sekedar casing yang Islam, namun jiwa dan
pikiran kaum bar-bar. Perjalanan menemukan sejarah Islam yang dianggap Hanum
sebagai pembelajaran tentang makna kehidupan dan juga tentang ajaran Islam yang
penuh cinta kasih dan kedamaian. Setelah itu terdapat SMS yang menyatakan bahwa
Fatma akan kembali ke Turki dan Fatma tiba-tiba menghilang setelah mereka mengikat
janji akan berkelana bersama menapaki jejak Islam yang ada di Spanyol, Perancis, dan
Turki yang pernah berjaya pada masanya. Demi memenuhi janji itu Hanum kemudian
mulai menjelajah sendiri bersama suami.

Tempat kedua yang diceritakan penulis adalah Paris, Perancis. Kota ini dikenal
City of lights, yang berarti pusat peradaban Eropa. Di Paris, Hanum bertemu dengan

3
seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute
Paris. Marion merupakan orang asli Eropa yang jatuh cinta dengan Islam karena
negaranya Paris. Marion menceritakan kepada Hanum dan Rangga alasannya memeluk
Islam yang diawali dengan mengambil jurusan sejarah studi Islam abad pertengahan.
Marion menunjukkan kepada penulis bahwa Eropa adalah pantulan cahaya kebesaran
Islam. Eropa menyimpan harta karun sejarah Islam yang luar biasa berharganya. Seperti
kufic-kufic pada keramik yang berada di musseum louvre. Yang lebih mencengangkan
Hanum, pada lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus, hijab yang dipakai Bunda Maria
bertakhtakan kalimat tauhid, Laa ilaaha illallah.

Selain benda-benda 'kecil' didalam museeum louvre, Marion juga memberi tahu
tentang Voie Triomphale atau Jalan kemenangan yang dibuat Napoleon Bonaparte,
tempat dua gerbang kemenangan (arc du triomphe) yang sangat megah. menurut Marion,
bila ditarik garis lurus imajiner maka akan menghadap arah kiblat. Mungkin akan
menjadi konspirasi apabila Eropa mengakui Napoleon beragama Islam, tapi kedekatan
beliau dengan Islam tak terbantahkan. Selain itu, Jenderal kepercayaan Napoleon,
Francois Menou mengucapkan Syahadat setelah menaklukan mesir dan syariat- syariat
islam juga menginspirasi Napoleonic Code.

Setelah ke Paris, mereka selanjutnya menjelajahi Cordoba dan Granada. Dua kota
di Andalusia yang menurut beberapa ahli adalah True City of Lights. Cordoba merupakan
ibukota Andalusia dimana peradaban Eropa dimulai. Pada kota ini berkembang ilmu
pengetahuan dan menginspirasi kota-kota lain di Eropa. Pada masa keemasan itu,
Cordoba bukan negara islam seluruhnya, namun toleransi antar agama menjadi suatu
landasan kuat hingga menjadi kota yang sangat dikagumi sekaligu membuat iri kota- kota
lain. di Cordoba terdapat Mezquita, yaitu masjid besar yang menjadi Kathedral setelah
jatuh ke tangan Raja Ferdinand dan ratu Isabela. nama bangunan ini sekarang menjadi,
the Mosque Cathedral. Sementara itu Granada adalah kota terkahir dimana islam takluk
di daratan Eropa. Atau bisa disebut sebagai dinasti islam terakhir yang mencoba bertahan

4
di spanyol dan istana Al-Hambra dari kekhalifahan Nasrid. Di Granada terdapat benteng
megah yang menjelaskan betapa megahnya Islam di masa keemasan. Hanum dan Rangga
mengikuti tour guide bernama Luiz. Di istana Al Hambra Hanum terkejut dan takjub
pada saat menyadari ukiran-ukiran itu adalah ayat-ayat al-Quran yaitu la hawla wala
quwwata illa billah. Ukiran kaligrafi al-Quran tersebut dipahat pada setiap sudut, atap dan
dinding istana. Keindahan yang dikatakan Luiz kepada hanum terlihat begitu matahari
terbenam istana Nasrid berpijar terang serta pilar-pilar yang memancarkan Kaligrafi
Qur’ani dan dinding yang berpilin inskripsi Arab mengerlipkan nuansa merah, biru, dan
hijau.

Hanum mendapatkan surat balasan dari Fatma yang memberitahukan kabar duka
tentang anaknya Ayse yang telah meninggal dunia. Dia teringat setiap kenangan dengan
Ayse sehingga membaca email Fatma membuatnya berkeinginan untuk pergi ke Turki
dan disetujui oleh Rangga. Kemudian Hanum dan Rangga melanjutkan petualangannya
ke Turki dan Hanum sudah berjanji untuk menemui Fatma.

Sebelum itu, Hanum dan Rangga pergi ke Hagia Sophia bersama dengan Ranti.
Hagia Sophia sejarahnya adalah sebuah masjid yang pernah berganti menjadi gereja dan
sekarang dijadikan museum. Mereka melanjutkan perjalanan ke Blue Mosque Masjid
Sultan Ahmed, masjid yang dibangun tepat di depan Hagia Sophia dengan ukuran yang
jauh lebih besar. Pada saat bertemu, Hanum dan Fatma saling bertukar cerita,
pengalaman, dan juga membahas email balasan dari Paul, orang waktu kejadian Croissant
waktu di Wina. Mereka berbincang, tertawa, terharu hingga mengeluarkan air mata
bersama.

Selanjutnya mereka menjelajahi Istanbul sebagai ibu kota Turki.


Istanbul/kontatinopel adalah saksi sejarah dimana Islam pernah memiliki masa keemasan.
Pada masa itu, luas wilayah Islam lebih luas dari Kerajaan Romawi. Namun, di Turki
tidak ditinggalkan istana yang megah, bukan karena tidak mampu melainkan karena

5
Sultan mereka mencontohkan kesederhanaan. Sesuatu hal yang mulai dilupakan
pemimpin-pemimpin saat ini.

C. Unsur Intrinstik Novel


1. Tema :
 Menapak Jejak Islam di Benua Eropa.
2. Tokoh :
 Hanum:Protagonis, karena merupakan mempunyai rasa keinginan tahu
pada islam yang sangat besar.
 Rangga: Protagonis, karena bersama-sama hanum menjelajahi eropa.
 Fatma : Protagonis, karena dialah yang pertama kali mengajak hanum
menyusuri rahasia-rahasia kebesaran islam di eropa.
 Eyse : Protagonis, karena anak dari Fatma yang selalu menuruti perkataan
ibunya.
 Selim : Protagonis, karena membantu Fatma dan menjelaskan segala yang
diketahuinya tentang islam di eropa.
 Paul : Antagonis, karena telah menghina kerajaan turki yang pernah
berkuasa.
 Imam Hashim: Protagonis, karena menjelaskan tentang islam di daerah
Wina.
 Natalie Dewan: Protagonis, karena merupakan agen muslim sejati yang
tidak hanya mempromosikan islam bukan dari mulut.

6
 Marion: Protagonis, karena membantu Hanum menjelajahi eropa.
 Gomez: Protagonis, karena mengantar rangga dan hanum ke tempat-tempat
sejarah islam di eropa.
 Hasan: Protagonis, karena sudah menjadi agen muslim yang baik di
spanyol.
 Sergio: Protagonis, karena menjadi pemandu yang baik dalam
menjelaskan.
3. Alur :
 Novel ini menggunakan alur campuran.
4. Amanat :
 Jadikanlah sejarah menjadi pelajaran berharga bagi kita khususnya generasi
muda islam.
 Jangan pernah untuk berhenti mempelajari bagaimana perkembangan
sejarah peradaban islam di Negara Eropa yang sebenarnya sangat
membanggakan bagi kita sebagai pemeluknya.

D. Keunggulan dan kelemahan novel


a. Keunggulan Novel
 Kelebihan buku 99 cahaya di langit eropa ini adalah kita sebagai pembaca akan
merasakan seolah-olah sedang mengelilingi eropa dengan berbagai model
pendeskripsian dari penulis yang menghadirkan gambaran Eropa kedalam
imajinasi kita.
 Mengajak kita untuk mengamalkan Islam secara total melalui perilaku yang
mencerminkan Islam, lewat contoh tokoh yang bernama Fatma.
 Cerita yang disampaikan begitu santai dengan bahasa yang lugas dan
sederhana sehingga seakan mengajak pembaca turut serta dalam perjalanan
spiritual yang dilakukan.
 Buku ini hingga lembar terakhir menguatkan kita sebagai seorang muslim
bahwa : di belahan bumi manapun, menegakkan aqidah keislaman kita, berarti
7
kita bersiap untuk menjadi “agen muslim sejati” yaitu sebagai muslim yang
membawa rahmat bagi sekelilingnya, rahmatan lil alamin & kebangkitan
peradaban Islam adalah saat umat Islam kembali pada Al-Qur’an yang tidak
sekedar dibaca, tetapi juga di pelajari dan diteliti detil artinya sesuai dengan
bidang keilmuan kita. Menumbuhkan (kembali) kecintaan umat Islam pada Al-
Qur’an, akan menjadi dasar kembali bersinarnya peradaban Islam seperti
beberapa ribu tahun silam.
 Memberikan gambaran baru tentang Eropa selain keindahan dan kemegahan
bangunan di seantero dunia.
b. Kelemahan Novel
 Pada pemotongan sub bab dalam buku terkesan dipaksakan. Ketika sudah
sampai pada akhir sub bab, tiba-tiba kita masuk lagi pada rangkaian cerita
sebelumnya yang terputus.
 Pada bagian penutup, akan lebih menarik jika maksud dari penulis langsung
masuk ke sub bab Ka’bah tanpa harus memasuki cerita yang lainnya, meski
bagian tersebut menjelaskan mengapa penulis ingin pergi haji.

E. Kesimpulan

Kehancuran Islam di Eropa adalah karena setitik nilai perang saling


menguasai yang menyebabkan trauma berkepanjangan. Jika proses masuknya
Islam terus konsisten melalui cara damai seperti di Indonesia, tentulah Eropa
hingga kini masih bercahaya sebagaimana Cordoba berhasil menerangi abad
gelap di Eropa.
Kini minoritas Islam di Eropa harus berjuang untuk mengembalikan citra
Islam yang keras menjadi lembut, seperti Fatma yang tetap santun meski
mendengar hujatan dari orang-orang Eropa non muslim. Itulah sejatinya Islam,
agama yang cinta damai. Sayang, selalu dan masih saja ada yang memaknai

8
Islam harus ditegakkan dengan jalan yang keras, menebar teror melalui
hembusan jihad, atau demo yang berujung anarkis seperti di Indonesia.
Sudah saatnya umat Islam belajar dari kegagalan Islam berjaya di Eropa.
Nafsu untuk menjadi lebih, nafsu untuk menguasai, dan nafsu merasa paling
benar atas nama agama hanya akan memperburuk citra Islam di mata dunia.

Anda mungkin juga menyukai