Anda di halaman 1dari 20

1.

Identitas Buku
Judul Novel : 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis : Hanum Salsabila Rais, Rangga Almahendra
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Cetakan : Pertama
Tebal Buku : 30 mm
Jumlah Halaman : 420 halaman
Tahun Terbit : Desember 2013
Harga : 1320-540-12
2. Sinopsis
Novel ini menceritakan perjalanan Hanum Salsabiela Rais dan suaminya
Rangga Almahendra di negara-negara Eropa seperti Wina Austria, Paris
Perancis, Cordoba dan Granada dimana tempat agama Islam menjadi
minoritas. Dan yang terakhir dikunjunginnya adalah Istanbul Turki yang
merupakan negara Islam di Eropa. Mereka mengamati sejarah-sejarah
kejayaan Islam di beberapa negara Eropa.
Perjalanan pertama dimulai di kota Wina, Austria. Hanum mengikuti
suaminya Rangga mendapat beasiswa studi doktoral di Wina, Austria. Hanum
bekerja di kampus suaminya. Hanum memiliki sahabat saat di Wina yang
bernama Fatma Pasha. Fatma merupakan orang Turki yang berteman dengan
Hanum dalam kursus Bahasa Jerman. Hanum mengenal Fatma sebagai orang
yang pantang menyerah serta sabar karena ia jatuh bangun untuk mengirim
puluhan surat lamaran pekerjaan tetapi tidak ada yang mau menerimanya,
akibat dalam pas foto ia mengenakan hijab. Fatma juga memiliki seorang anak
bernama Ayse yang berumur 3 tahun.
Suatu hari mereka pergi ke Kahlenberg, suatu bukit atau pegunungan di
Wina. Disana Hanum melihat pemandangan indah kota Wina yang dibelah
oleh sebuah sungai yang bernama Danube. Fatma menunjuk sebuah mesjid
kepada Hanum yang jauh dari ketinggian. Mesjid itu merupakan pusat
peribadatan umat Islam terbesar di Wina yang bernama Vienna Islamic Center.
Akibat Ayse tidak kuat menahan dingin, Hanum mengajak Fatma ke gereja
Saint Joseph untuk mehangatkan diri dari udara yang dingin. Setelah itu
mereka pergi ke Kafeteria untuk menikmati roti croissant serta secangkir
cappucino. Disana Hanum mendengar ledekan turis-turis kepada Islam dengan
cara memakan rakus roti croissant yang merupakan lambang dari negara turki,
tempat asal Fatma. Tetapi, karena Fatma berhati mulia, ia membalas turis-turis
itu dengan membayarkan seluruh tagihan makanannya lalu mengajak
berkenalan melalui Email. Fatma mengerti turis-turis berkata seperti itu karena
dahulu Turki pernah dipukul mundur di Kehlenberg setelah sempat
mengepung kota Wina. Fatma juga berusaha untuk menjadi agen Islam yang
baik di Eropa dan dari semua itu banyak pelajaran berharga bagi Hanum.
Di kursus Bahasa Jerman, Fatma dan Hanum diberi tugas untuk
presentasi tentang salah satu topik berita di koran. Mereka memilih
mengambil topik dari koran lokal Oesterreich. Karena sistem jual di Austria
yang unik yaitu melatih kejujuran, sehingga bisa mengambil koran tanpa harus
membayar, ataupun bayar seikhlasnya. Saat itu, Hanum tidak membawa uang
sehingga ia terpaksa mengambil koran tanpa bayar. Fatmapun mengajak
Hanum untuk ke restoran yang menerapkan sistem bayar dengan keikhlasan.
Hanum bersama dengan Rangga bertemu dan berkenalan dengan Fatma
dan suaminya Selim serta Ayse anak Fatma. Mereka bertemu di restoran yang
dijanjikan oleh Fatma. Restoran ala Pakistan bernama Der Wiener Deewan
yang menerapkan sistem “Makan sepuasnya, bayar seikhlasnya”. Hanum dan
Rangga mencoba memahami logika yang digunakan pemilik restoran yaitu
Natalie, dan Fatma memberikan pengertian bahwa sisi terindah dari manusia
adalah kedermawanaan. Berderma dan berzakat untuk membersihkan diri
sepanjang waktu. Hanum dan Ranggapun mendapatkan pelajaran Islam yang
sesungguhnya di restoran kecil tersebut.
Hari itu Fatma mengajak Hanum ke istana ikon Wina, Schoenbrunn.
Fatma menjelaskan mengenai lukisan-lukisan yang ada di Schoenbrunn
kepada Hanum, seperti lukisan Ratu Austria Maria Theresa. Salah satu anak
dari lukisan Maria Theresa merupakan Marie Antoinette yang memantik
lahirnya revolusi Prancis. Fatma menjelaskan bahwa Maria Theresa yang
merupakan istri dari Raja Prancis selalu menggelar pesta mewah dan
menyuguhkan roti dari Wina yang menjadi populer yaitu croissant.
Selanjutnya Fatma mengajak Hanum ke Wien Stadt Museum yang
didirikan untuk mengabdikan sejarah kota Wina. Merekapun langsung naik ke
lantai dua museum karena mengingat waktu sudah sore. Hanum begitu cermat
mengamati satu demi satu objek di lantai dua. Tiba-tiba ketika lampu padam
Hanum mencari Fatma,Fatma menangis ketika sedang melihat salah satu
lukisan. Fatma menunjukan suatu lukisan pria tua berwajah arab dengan
serban kepada Hanum. Ia menjelaskan kepada Hanum bahwa lukisan tersebut
adalah lukisan Kara Mustafa Pasha , yaitu seorang panglima perang Dinasti
Turki yangmana Fatma memiliki jalinan darah dengannya atau keturunannya.
Fatma meratapi kakek buyutnya karena kakeknya merupakan seorang
penakluk dan mungkin penjahat. Fatma kembali menjelaskan kepada Hanum
mengenai kejadian di Kehlenberg karena tiga ratus tahun lalu Turki
menyerang Wina dan diserbu balik dari Kahlenberg dipimpin oleh Kara
Mustafa kakeknya. Kakeknya melakukan kesalahan besar dengan menghunus
pedang ke semua orang dan menawarkan kebencian. Maka dari itu Fatma
menangis karena kakeknya memilih jalan jihad yang salah.
Setelah 3 bulan belum pernah mengunjungi rumah Fatma, Hanum
memutuskan untuk berkunjung ke rumahnya. Disana Hanum bertemu dengan
tiga sahabat dekat Fatma yaitu Latife, Ezra dan Oznur. Ezra dan Latife
menguasai Bahasa Jerman lebih baik dari Fatma, karena keduanya memiliki
supermarket kecil. Sementara Oznur sepenanggungan dengan Fatma, ibu
muda dengan satu anak. Ezra merupakan seorang mualaf ia belajar Al-Qur’an
dengan Fatma dan Latife. Rumah Fatma sering dijadikan tempat bertukar
pikiran, mereka memiliki tujuan jihad yang baik dan menjadi agen Islam yang
baik.Isi tujuan jihadnya yaitu “SYIAR MUSLIM DI AUSTRIA”: Tebarkan
Senyum Indahmu, Kuasai Bahasa Jerman dan Inggris, dan Selalu Jujur Dalam
Berdagang. Tujuan itu merupakan hasil diskusi Fatma dan sahabat-sahabatnya.
Tebarkan senyum merupakan contoh dari Latife yang selalu senyum pada
pelanggan, dan semua orang bahkan saingan dagangnya Ezra sehingga Ezra
memutuskan masuk Islam karena Islam dalam hadist mengajarkan untuk
senyum adalah sedekah. Selalu jujur dalam berdagang juga merupakan contoh
Latife yang tidak pernah berbohong pada pelanggannya. Dan untuk tujuan
kedua yaitu Kuasai Bahasa Jerman dan Inggris,karena mereka tidak memiliki
guru Inggris maka Hanum yang bisa berbahasa Inggris dijadikan sebagai guru
Inggris mereka yang baru.
Fatma berkata kepada Hanum bahwa ia memiliki angan-angan yang sama
untuk mengelilingi Eropa. Hanum ingin ke Istanbul untuk melihat Gereja yang
diubah menjadi Masjid sedangkan Fatma ingin ke Spanyol tepatnya Cordoba
dan Granada untuk melihat kebalikan dari Hanum yaitu Masjid yang diubah
menjadi Katedral Katolik.
Saat itu sedang berlangsungnya Piala Eropa. Di Austria menyediakan Fan
Zone untuk supporter bola menyaksikan pertandingan bola di tiga layar
raksasa. Hanum dan Fatma ikut menyaksikan pertandingan sepak bola,
terutama Turki karena perwakilan negara Islam di sepak bola Eropa. Pada
pertandingan pertama Turki memang kalah dari portugal 2-0.
Pembagian hasil ujian Bahasa Jerman di kelaspun tiba. Fatma Pasha
sebagai siswi terbaik. Tetapi disayangkan, pada saat itu Hanum tidak pernah
melihat Fatma lagi. Fatma dan sahabat-sahabatnya menghilang. Hanum sering
menghubungi, mengirim email kepada Fatma, tetapi Fatma tidak
membalasnya. Hanum merasa kehilangan karena Fatma adalah sahabat
baiknya di Wina. Fatma memiliki janji-janji yang belum ditepati kepada
Hanum yaitu menonton pertandingan Turki yang kedua, bertemu seorang
imam di Vienna Islamic Center dan menjelajah tempat-tempat historis di
Eropa. Hanumpun berjanji akan melunasi janji-janji Fatma bersama dengan
suaminya.
Hanum dan Rangga menepati janji pertama Fatma untuk menonton
pertandingan antara Turki dengan Swiss, yang pada akhirnya dimenangkan
oleh Turki 2-1. Sesuai dengan prediksi Fatma bahwa Turki akan bersinar di
pertandingan-pertandingan selanjutnya.
Hanum mengunjungi Vienna Islamic Centre dengan Rangga. Hanum
pernah melihat mesjid itu dari kejauhan ketika bersama dengan Fatma di
Kehlenberg. Disana Rangga melaksanakan sholat Jum’at yang mungkin jarang
dilakukan oleh Rangga karena Kampusnya tidak peduli terhadap pemeluk
Agama Islam. Setelah Sholat Jum’at Rangga mempertemukan Hanum dengan
Imam di Vienna Islamic Center yaitu Imam Hasyim. Tempat Vienna Islamic
Center bersebrangan dengan sungai Danube dimana itu merupakan tempat
maksiat karena banyak orang memakai bikini, Hanum yang penasaran
bertanya kepada Imam Hasyim. Namun, Imam Hasyim menjawab bahwa letak
Masjid dekat sungai Danube membawa berkah karena banyak orang yang
menjadi Mualaf akibat rasa penasaran terhadap suara kumandang Adzan.
Setelah menjawab,Imam Hasyim memberikan kartu nama salah seorang
mualaf kepada Rangga yang tinggalnya di Paris, Perancis.
Hanum dan Rangga berencana pergi ke Paris, Perancis. Karena Rangga
akan menghadiri sebuah konferensi disana. Hanum teringat bahwa Imam
Hasyim pernah memberikan kartu nama salah seorang mualaf di Paris,
Perancis. Hanum mengirim email kepada mualaf di Paris yang bernama
Marion Latimer. Marion Latimer membalas dengan cepat dan akan menemani
jalan-jalan Hanum. Hanum juga mengirim email kepada Fatma karena
perjalanan pertamanya bukan ke Istanbul dan Cordoba melainkan ke Paris.
Tibalah Hanum dan Rangga di Paris, Perancis. Mereka lalu naik kereta
menuju Saint Michel untuk bertemu dengan Marion. Marion Latimer seorang
mualaf, bule dan mengenakan kerudung. Marion menganggap bahwa rukun
Islam itu ada 6 yang keenam adalah menjaga kehormatan dengan jilbab.
Marion mengajak Rangga dan Hanum jalan-jalan dengan mobilnya. Tetapi
sebelumnya ia menjelaskan tentang Patung Saint Michel, bahwa Patung Saint
Michel adalah patung dari Malaikat Mikail yang bertugas menyebar rizki.
Namun Kristen dan Yahudi menganggap bahwa Malaikat Mikail adalah
Malaikat pelindung dan menyerupai Tuhan.
Saat berada dalam perjalanan, Marion menunjuk Pantheon yang asalnya
Gereja lalu diubah menjadi kuburan. Marion juga menceritakan salah satu
kuburan di Pantheon yaitu kuburan dari Voltaire yang merupakan sastrawan
pembuat fragmen drama Fanatisme atau Muhammad Sang Nabi. Voltaire
menceritakan kisah nabi Muhammad secara negatif. Tetapi anehnya Voltaire,
setelah 30 tahun ia membuat fragmen Muhammad, ia malah menulis esai
tentang islam, agama yang menjungjung toleransi. Voltaire seorang ateis yang
pada saat kematiannya ia menyebut Tuhan.
Esok harinya Marion menepati janji untuk berjalan-jalan dengan Hanum.
Karena, Marion memiliki ahli mengeksplorasi tempat bersejarah, Hanum
menginginkan untuk mengunjungi tempat bersejarah. Marion mengajak
Hanum ke museum Louvre. Museum Louvre mengoleksi lukisan-lukisan
karya maestro dunia seperti Rembrandt, M. Angelo, Rafael dan lukisan Mona
Lisa karya Leonardo Da Vinci. Marion dan Hanum untuk pertama
mengunjungi Islamic Gallery di Museum Lourve, tetapi museum tersebut
ditutup akibat renovasi dan benda-bendanya dipindahkan ke Sully Wing dan
dicampur dengan Mesir Kuno. Merekapun melihat benda-benda kaligrafi
warisan budaya Islam di Sully Wing. Marion memperhatikan sebuah bola
emas dan menjelaskan kepada Hanum bahwa itu bola langit yang merupakan
peta antariksa ilmu falak yang dikembangkan astronom Islam pada abad ke
12. Marion juga memperlihatkan kepada Hanum sebuah piring berbahan
terakota yang bertuliskan kaligrafi Arab tepat Kufic atau tulisan arab kuno.
Mereka bingung akan tulisan Arab tersebut, tetapi karena Marion bekerja
sebagai peneliti di Arab World Institute Paris yang mensyaratkan keahlian
Bahasa Arab, Marion pun bisa menjawabnya bahwa artinya “Ilmu
Pengetahuan itu pahit awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya”.
Hanum merasa sejuk akan arti dari tulisan itu. Marion menunjukkan piring
lain kepada Hanum yang terbuat dari metal. Piring itu bertuliskan Kufic yang
memiliki arti “Janganlah menelantarkan harapan. Perjuangan masih panjang”.
Hanum memaknai arti tersebut untuk selalu optimisme.
Setelah dari Sully Wing mereka pergi ke Departemen Lukisan Middle
Age, dibawah Mezanin Louvre. Sebelumnya mereka berkunjung ke lukisan
Mona Lisa yang ternyata ukurannya kecil. Mereka pergi ke Departemen
Lukisan untuk mempelajari Kufic karena Hanum ingin mempelajari Kufic
lainnya. Hanum heran mengapa Marion mengajak ke Departemen Lukisan
untuk mempelajari Kufic. Tiba-tiba Marion mengajak Hanum mendekati
sebuah lukisan, yaitu lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus. Marion menyuruh
Hanum untuk meneliti hijab yang digunakan Bunda Maria. Dan ternyata
dihijab yang digunakan Bunda Maria terdapat Pseudo Kufic. Marion
menjelaskan bahwa arti Kufic tersebut adalah lafal Tauhid “La Ilaa ha Ilallah”.
Hanum langsung terkejut akan penjelasan Marion, karena kalimat sakral
agama Islam berada di simbol suci umat Katolik. Hanum yang merasa
penasaran menanyakan mengapa terdapat lafal itu dihijab Bunda Maria.
Marion menjelaskan bahwa seorang raja Eropa pernah memakai mantel
bertuliskan kaligrafi Arab. Itu karena ia menyukai budaya Arab, terutama
kaligrafi. Mentel itu berada di Istana Hofburg, Wina, Austria. Bangasawan dan
Raja-raja Eropa lainpun berbinar-binar saat melihat kerajinan tangan orang
Timur Tengah. Hasil industri Timur Tengah tak lepas dari pahatan/bordir
bertuliskan “Laa Ilaa ha Illallah” karena pada saat itu lafal tersebut merupakan
kata favorit di Timur Tengah. Maka dari itu Hanum berfikir dan
menyimpulkan bahwa pelukis tidak sengaja melukis lafal Tauhid tersebut dan
juga pelukis tidak mengetahui arti dari lafal tersebut.
Setelah dari Museum Louvre, Marion mengajak Hanum ke Jardin des
Tuileries(taman besar tepat di tengah kota Paris). Marion menjelaskan bahwa
disana terdapat Air mancur besar, monumen Obelisk Mesir, Jalan Champs
Elyees dan monumen Arc de Triomphe yang membentuk garis lurus
sempurna. Marion juga menjelaskan mengenai Axe Historique menggunakan
mapnya, yaitu sebuah garis lurus yang membelah kota Paris. Bangunan pada
garis itu dibangun oleh untuk merayakan kemenangan Napoleon Bonaparte
Sang Penakluk Eropa. Napoleon hanya membangun dua monumen yang
selanjutnya dibangun oleh penerusnya. Marion menyuruh Hanum untuk
meneliti garis lurus tersebut yang ternyata menuju ke arah kiblat Umat Islam
yaitu Kakbah, kota Mekkah. Hanum masih tidak percaya dan Marion langsung
membuktikannya dengan menunjuk patung Quadriga dan 2 malaikat emas
pada salah satu monumen Arc de Triomphe du Carrousel yang menghadap ke
arah Mekkah. Marion melanjutkan penjelasan, bahwa monumen itu dibangun
pada saat setelah Napoleon dari ekspedisinya menaklukkan Mesir. Menurut
kabar saat kembali dari Mesir, Napoleon menjadi religius dan mengagumi Al
Qur’an serta Nabi Muhammad.
Setelah itu Marion mengajak Hanum ke Masjid Besar yang berada di
jantung Kota Paris. Hanum menyelesaikkan dan menjamak sholatnya
sedangkan Marion sedang tidak sholat. Di kompleks Masjid itu terdapat kafe
dan restoran serta sekolah. Lalu mereka makan di restoran yang berada di
kompleks Masjid.
Setelah puas berjalan-jalan, Hanum dan Marion bertemu Rangga di
Notre Dame, Gereja raksasa di Paris. Marion dan Hanumpun mengakhiri
pertemuan mereka di kota Paris yang singkat dan meresap ke dalam hati. Lalu,
Hanum dan Rangga berjalan mengelilingi Notre Dame dan tidak sengaja
mereka melihat Point Zero, yaitu titik nol kota Paris yang memiliki mitos jika
yang menginjak akan kembali ke kota Paris. Hanum mencoba untuk
menginjak Point Zero dan ia berdoa “ Ya Allah, Semoga Cahaya Islam
kembali menyinari bumi Eropa”.
Rangga dan Hanum kembali ke Wina, Austria. Disana mereka
mengunjungi Schatzmmer Museum untuk menginvestigasi gambar di internet
mengenai mantel keramat Raja Roger yang tersimpat rapi di Istana Hofburg.
Mereka langsung melihat mantel yang menurut Marion membawa hasil karya
masyarakat Timur Tengah yang penuh cita rasa Qur’ani. Mantel itu
merupakan mantel pengangkatan Raja Katolik Eropa di Sisilia, yang
seharusnya penuh ikonisasi Katolik. Mantel itu malah terbukti terdapat
kaligrafi arab , tetapi Marion yang dapat menerjemahkannya tidak bersama
mereka.
Ketika datang hari ulang tahun Hanum, Ayah Hanum tiba-tiba meminta
Hanum untuk mewakilinya mengunjungi Cordoba dan Granada. Hanum juga
tiba-tiba teringat terhadap cita-cita Fatma untuk mengunjungi Cordoba dan
Granada. Hanumpun langsung mencari tiket murah untuk mewujudkan mimpi
ayahnya dan juga mimpi sahabatnya Fatma pada saat libur musim panas
suaminya.
Tibalah Hanum dan Rangga di Cordoba. Mereka pergi pada saat
peralihan musim semi ke musim panas. Cordoba terkenal dengan peradaban
Islam di Eropa ribuan tahun lalu. Awal mereka tiba, mereka bertemu dengan
Gomez seorang pelayan yang mengantarkan mereka ke hotel. Gomez saat itu
sedang keasyikan mendengarkan pertandingan Spanyol vs Portugal. Saat itu
Gomez menunjuk sebuah bangunan yang di Spanyol disebut Mezquita atau
Masjid. Mezquita merupakan Masjid yang berubah menjadi Gereja yang
namanya berubah menjadi Mosque Cathedral. Mereka menginap di tempat
yang memang dekat tujuan utama yaitu Mezquita.
Saat ingin memulai petualangan, mereka bertemu seorang perempuan
yang berkerudung di hotel. Tetapi perempuan tersebut ternyata non muslim
atau yahudi dan mereka teringat bahwa di hotel mereka terdapat patung
Maimonides (Filsuf Yahudi di Cordoba).
Diawal petualangan pada pagi hari, mereka bertemu dengan Pak Tua
yang bernama Hasan.Hasan merupakan seorang Muslim yang melayani
penjualan daging Babi dan kedai kopi. Rangga dan Hanum mencicipi kopi di
tempat Hasan tersebut, dan Hasanpun mengajak ngobrol mereka dengan
keramahan.
Setelah Rangga dan Hanum selesai dari kedai kopi tersebut, mereka
melanjutkan perjalanan masuk ke Mezquita. Hanum berniat melaksanakan
sholat di Mezquita, tetapi petugas melarangnya. Mezquita adalah bangunan
yang sangat megah dan indah, Hanum masih merasakan bahwa Mezquita
masih sebuah Masjid walaupun sudah diubah menjadi Gereja. Mereka lalu
mengunjungi pusat dari Mezquita yaitu mihrab , tempat imam shalat. Di sana
mereka melihat ukiran tulisan “Allah” dan “Muhammad” yang masih utuh
dari semua kaligrafi ayat Al-Qur’an yang telah dihapus.
Merekapun keluar dari Mezquita dan tiba-tiba mereka ditawari oleh
seorang Pelayan Tur yang bernama Sergio. Sergio menawari perjalanan tur
serta berbagi cerita sejarah di kota Cordoba yang merupakan kota Islam kuno.
Sergio menceritakan sejarah dimulai dari kota Cordoba yang merupakan kota
keharmonisan hidup antar umat beragama. Seperti arah mihrab yang berada di
dalam Mezquita tidak ke arah kiblat Mekkah, karena Sultan Al
Rahman(penguasa saat itu) jika membangun mihrab ke arah kiblat maka akan
menghancurkan gereja disampingnya, ia ingin menjaga keharmonisan antar
umat beragama dan kiblat tetap diarahkan ke Mekkah walaupun tidak sesuai
arah mihrab. Ia juga menjelaskan mengenai Cordoba Time. Dimana saat itu
Eropa sangat religius, dogma gereja menjadi pengekang utama intelektualitas
manusia, melahirkan kemunduran bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Mereka yang religius menjadi sangat takut dosa, sehingga sekarang orang
Eropa banyak yang Ateisme dan Sekularisme. Sergiopun melanjutkan
ceritanya mengenai Cordoba kota banyak cahaya oleh lampu minyak, juga
menjelaskan jembatan yang menghubungkan dua daratan Cordoba, dan yang
terakhir ia memperlihatkan patung Averroes atau Ibnu Rushd, lalu
menjelaskan bahwa Averroes adalah Filsuf terkenal dan seorang muslim di
Cordoba yang menyatakan dua kebenaran yang tak terpisahkan antara agama
dan ilmu pengetahuan. Merekapun terus berbincang-bincang hingga hampir
lupa waktu.
Setelah tur di kota Cordoba Rangga dan Hanum melanjutkan perjalanan
ke Granada dengan bus. Granada merupakan dinasti Islam terakhir yang
mencoba bertahan di Spanyol setelah Cordoba. Tujuan utama mereka di
Granada untuk mengunjungi Al-Hambra. Al-Hambra merupakan sebuah Istana
kesultanan Islam dari kekhalifahan Nasrid. Di dalam istana mereka
menumpang tour guide dari rombongan Melayu. Tour guide itu menjelaskan
mulai dari Gate of Justice dan Charles’s Palace atau istana Raja Spanyol yang
dibangun masa Renaissance. Setelah itu Rangga, Hanum beserta rombongan
Melayu melanjutkan ke Istana utama, The Nasrid Palace. Tour guide yang
bernama Luiz melanjutkan penjelasannya mengenai penyerahan kunci istana
dari Mohammad Boabdil (sultan terakhir di Granada) kepada Isabella dan
Ferdinand tanda menyerahkan diri, lalu Isabella dan Ferdinand menyebarkan
kristen dengan pembaptisan seluruh umat Islam dan Yahudi secara paksa.
Yang terakhir Luiz mengajak mereka semua untuk melihat keanggunan Istana
Al-Hambra pada malam hari.
Berakhirlah perjalanan Rangga dan Hanum di Cordoba dan Granada.
Hanumpun kembali mengirimkan email mengenai cerita di Cordoba dan
Granada kepada sahabat lamanya Fatma.
Setelah lama menunggu akhirnya Fatma membalas Email Hanum. Dalam
isi Emailnya Fatma menyampaikan ia menghilang akibat anaknya Ayse sakit
dan meninggal dunia.Hanum sempat kaget atas kehilangan Ayse, karena
banyak kenangan yang mereka buat. Tetapi, Fatma sudah mendapatkan
pengganti Ayse yang bernama Baran. Hanumpun terbesit dalam pikirannya
untuk pergi ke Istanbul dan mengunjungi imperium Islam terakhir pada masa
lalu yaitu Dinasti Usmaniyah atau Ottoman.
Tiba Hanum dan Rangga di Sabiha Gokcen International Airport,Istanbul
Turki. Negara yang mayoritas Islam terbesar di Eropa. Hanum mendapat sms
dari sahabatnya Fatma untuk datang ke rumahnya. Hanum juga mendapat sms
dari kenalannya di Wina, seorang perempuan batak yang sedang magang di
Istanbul yaitu Ranti Tobing. Ranti Tobing mengajak Hanum untuk pergi ke
tujuan pertamanya, Hagia Sophia.
Merekapun tiba di Hagia Sophia. Hagia Sophia merupakan sebuah gereja
kebanggaan penganut kristen yang diubah sebagai masjid raya untuk menjadi
ikon kemenangan Dinasti Usmaniyah atas Byzantium Romawi. Sekarang
Hagia Sophia telah menjadi sebuah museum. Di dalam Hagia Sophia, Hanum
melihat lukisan Tuhan, malaikat berwarna emas di langit kubah. Terdapat juga
desain awal Hagia Sophia yaitu lukisan Tuhan-Tuhan Kirsten. Sementara itu,
motif kaligrafi Islami bahasa Qur’ani ukuran raksasa dan ukiran bunga
menghiasi rel atap dan pucuk pilar Hagia Sophia.
Dari Hagia Sophia mereka melanjutkan perjalanan dengan berkunjung ke
Blue Mosque, Masjid Sultan Ahmed. Karena saat itu Hanum ingin
melaksanakan Shalat Dzuhur. Mereka disana mengamati ukiran, pahatan dan
lukisan geometris dengan kaligrafi Qur’ani berwarna warni yang ada di
dinding dan atap Blue Mosque. Banyak wisatawan non-muslim yang
berkunjung ke Blue Mosque dan mengamati juga ukiran geometris Blue
Mosque. Akhirnya, Hanum dan Ranggapun kembali ke penginapan setelah
sempat Shalat Subuh.
Diakhir perjalanan Hanum dan Fatma bertemu kembali di Topkapi
Palace. Fatma membawa Baran, bayi 3 bulan. Fatmapun kaget melihat
perubahan Hanum yang telah menggunakan hijab yang diberikannya sewaktu
di Austria. Hanum dan Fatma saling melampiaskan rasa kangennya setelah 3
tahun berpisah. Hanum saling bertukar cerita mengenai perjalanan di Eropa
dari awal mereka bertemu sampai Hanum yang menghabiskan waktu
menjelajahi sejarah Islam di Eropa. Hanum tidak lupa memberi sertifikat
kursus Bahasa Jerman Fatma yang menjadi terbaik dikelasnya. Fatma merasa
kaget dan haru. Fatma juga memberi hasil balasan Email turis-turis di
Kehlenberg dahulu. Mereka berbincang-bincang dengan tawa haru suka dan
cita.

3. Tema
Perjalanan Menapaki dan Mempelajari Sejarah Islam Di Eropa
4. Penokohan
a. Hanum:
Jenis Penokohan :Protagonis, karena mempunyai rasa keingin tahuan pada
islam yang sangat besar
Watak :
Setia dan Patuh (Karena ia selalu mendampingi suaminya dalam
menjalankan perkuliahannya)
Setia kawan (Halaman 109, karena ia akan melunasi janji-janji Fatma, dan
juga ia selalu menganang Fatma sebagai sahabat terbaiknya.)
Penyayang (Halaman 33-34, karena ia menolong Ayse yang sedang
kedinginan,dan ia juga menyayangi sahabat-sahabatnya)
Peduli (Halaman 33-34, Halaman 93-94, karena ia menolong Ayse yang
sedang kedinginan dan juga ia peduli terhadap orang sesama muslim
seperti Fatma dan sahabat-sahabatnya dengan memberikan pengetahuan
B.Inggris yang dimilikinya)
Baik hati(Halaman 93-94, karena ia telah memberikan pengetahuan/
mengajarkan bahasa Inggris kepada Fatma dan teman-temannya)
Pantang meyerah(Karena ia tidak lelah dan terus mempelajari sejarah di
Eropa serta menjadi agen Islam yang baik seperti Fatma)
Tekun dan Rajin( Karena ia telah mengelilingi dan mempelajari sejarah
Islam dibeberapa bagian negara Eropa)
Ramah dan Sopan (Semua orang yang bertemu dengannya ia beri
keramahan dan kata-kata sopannya)
Pintar dan Cerdas (Karena ia memiliki pengetahuan Bahasa Jerman dan
Inggris yang baik)
b. Rangga :
Jenis Penokohan : Protagonis, Karena bersama-sama hanum menjelajahi
eropa
Watak :
Sabar (Halaman 210-217, karena ia tetap sabar walaupun diganggu Stefan)
Setia (Karena ia mendampingi Hanum dalam perjalanan Turnya)
Peduli (Karena ia terus menasehati Hanum yang tidak menggunakan hijab)
c. Fatma :
Jenis Penokohan : Protagonis ,karena dialah yang pertama kali mengajak
hanum menyusuri rahasia-rahasia kebesaran islam di eropa
Watak :
Salehah (Halaman 23, karena ia menjalankan kehidupan yang berdasar
pada syariat Islam)
Sabar dan Tabah( Halaman 23 , karena ia tetap mempertahankan hijab
walaupun banyak rintangan menghadang, Halaman 38-42,47 ia sabar
menghadapi turis yang menghina negaranya Turki ,Halaman 319-320, ia
tetap sabar walaupun anaknya Ayse telah tiada)
Pantang Menyerah ( Halaman 23, karena ia tidak menyerah menjadi
muslimah yang baik , Halaman 47, karena ia terus berusaha menjadi agen
Islam yang baik di Eropa)
Tekun ( Halaman 93, tekun untuk mencari ilmu)
Taat (Karena ia selalu menjalankan perintah Allah Swt. dan sesuai syariat
Islam)
Dermawan (Halaman 41, karena ia membayari tagihan turis)
d. Ayse :
Jenis Penokohan : Protagonis,karena anak dari Fatma yang selalu menuruti
perkataan ibunya.
Watak :
Pendiam
Salehah
Patuh/Penurut
e. Latife :
Jenis Penokohan : Protagonis, karena ia teman Fatma yang mimiliki sikap
yang baik
Watak :
Ramah (Halaman 91-92, karena ia selalu terbarkan senyum ke semua
orang)
Jujur ( Halaman 92, karena ia tidak pernah berbohong kepada pelanggan)
Tekun (Halaman 93, tekun untuk mencari ilmu)
f. Oznur :
Jenis Penokohan : Protagonis
Watak :
Tekun (Halaman 93, tekun untuk mencari ilmu)
Berbakti (Halaman 89)
g. Ezra :
Jenis Penokohan : Protagonis
Watak :
Tekun (Halaman 93, tekun untuk mencari ilmu)
h. Stefan :
Jenis Penokohan : Antagonis, karena ia selalu mengganggu keimanan
Rangga
Watak :
Pengganggu (Halaman 210, karena ia selalu mengganggu Rangga)
i. Selim :
Jenis Penokohan : Protagonis, karena membantu Fatma dan Rangga
Watak :
Cerdas dan Pintar
Baik Hati/Rendah Hati(Halaman 347, ia memberi tiket untuk Rangga dan
Hanum masuk ke TapKapi)
Pekerja keras (Halaman 347, ia bekerja keras untuk menafkahi
keluarganya terutama anaknya yang masih umur 3 bulan, Baran)
j. Imam Hashim :
Jenis Penokohan : Protagonis,karena menjelaskan tentang islam di daerah
Wina dan membantu Hanum dan Rangga.
Watak :
Pintar dan Cerdas (Halaman 116-118, karena ia menjelaskan tentang islam
dan letak dari mesjid Vienna Islamic Center)
Berwibawa
Penolong (Halaman 120, karena ia memberi kartu nama seorang mualaf
untuk membantu Rangga dan Hanum di Prancis)
k. Natalie Deewan:
Jenis Penokohan : Protagonis, karena merupakan agen muslim sejati yang
tidak hanya mempromosikan islam bukan hanya dari mulut tapi dari
perbuatannya.
Watak :
Baik Hati/Rendah Hati(Halaman 58-59, karena ia membuka sebuah
Restoran dengan bayar seikhlasnya)
l. Marion:
Jenis Penokohan : Protagonis, karena membantu Hanum menjelajahi
eropa.
Watak :
Penolong (Halaman 128, 132, karena ia telah membimbing dan memberi
tumpangan kepada Hanum dan Rangga ketika di Perancis)
Menepati Janji (Halaman 140, ia menpati janji kepada Hanum untuk
mengajak jalan-jalan)
Cerdas/Pintar(Halaman 148-181, karena ia menjelaskan tentang sejarah-
sejarah Islam di kota Paris, Perancis dan juga menjelaskan mengenai Kufic
serta lukisan di museum)
m. Gomez:
Jenis Penokohan : Protagonis, karena mengantar Rangga dan Hanum ke
hotel
Watak :
Baik Hati (Halaman 233-234,karena mengantarkan Hanum dan Rangga ke
hotel)
Ceroboh (Halaman 235-236)
Kurang Sopan (Halaman 235-236, karena ia kurang menghargai Rangga
dan Hanum sebagai penumpang)
n. Hasan:
Jenis Penokohan : Protagonis, karena sudah menjadi agen muslim yang
baik di spanyol
Watak :
Ramah (Halaman 249, karena ia menerima Hanum dan Rangga dengan
perkataan ramah)
Sopan (Halaman 249, karena ia dengan sopan mengajak Hanum dan
Rangga untuk masuk ke kedainya)
Taat (Halaman 251, karena ia tak pernah memkan daging babi meski ia
berjualan daging babi)
o. Sergio:
Jenis Penokohan : Protagonis, Karena menjadi pemandu yang baik dalam
menjelaskan sejarah di kota Cordoba.
Watak :
Cerdas/Pintar ( Halaman 269-283, karena ia mengetahui segala sejarah
yang ada di dalam kota Cordoba dan menceritakannya kepada Hanum dan
Rangga)
p. Petugas Mezquita :
Jenis Penokohan : Antagonis, karena ia telah melarang Hanum untuk
Sholat di dalam Mezquita
Watak :
Tegas ( Halaman 261, karena ia telah melarang Hanum untuk sholat dan
juga mengawasi Hanum di dalam Mezquita)

Ibu-Ibu dari Malaysia :


Jenis Penokohan : Protagonis, karena membantu Hanum dan Rangga
Watak :
Baik hati/ Rendah hati (Halaman 297, karena telah mengajak Hanum dan
Rangga ikut Tour Guidenya)

Luiz :
Jenis Penokohan : Protagonis
Watak :
Cerdas/Pintar (Halaman 296-303, karena ia mengetahui sejarah Al-
Hambra dan menjelaskan kepada para peserta Tour).

Ranti Tobing :
Jenis Penokohan : Protagonis, karena telah membantu Hanum dan Rangga
menjelajahi Istanbul
Watak :
Baik Hati/ Rendah Hati (Halaman 330-331, karena ia menawarkan diri dan
menemani Hanum untuk berjalan-jalan di Istanbul)
Saling Menghargai (Halaman 339, ia tidak masuk kedalam Masjid untuk
menghargai umat agama lain)

5. Alur
Maju Mundur, Dimulai dari perjalanan suami istri Rangga dan Hanum di
Eropa, untuk mengunjungi negara-negara yang memiliki sejarah Islam
seperti Wina Austria, Paris Perancis, Cordoba dan Granada, dan Istanbul
Turki. Dalam membahas sejarah agama Islam terdapat flash back atau
mengulangi masa lalu.

6. Amanat
a. Tuntutlah ilmu terutama ilmu Agama Islam baik ilmu sejarahnya maupun
ilmu akhiratnya.
b. Jadikanlah sejarah menjadi pelajaran berharga bagi kita generasi muda
muslim.
c. Jadilah pejuang Islam yang benar dan menjadi Agen Islam yang baik
dengan berjihad dijalan yang Allah tanpa menggunakan kekerasan.
d. Bagikanlah ilmu yang kita miliki terutama mengenai ilmu Agama Islam.
e. Tebarkanlah salam, senyuman/keramahan dan kebaikan sebagai Agen
Islam yang baik.
f. Rajinlah bersedekah, tingkatkan keikhlasan dan kedermawanan karena
untuk membersihkan diri kita dari perbuatan-perbuatan dosa yang telah
diperbuat.
g. Hormati dan hargai umat agama lain dalam menjalankan ibadahnya
masing-masing.
h. Persahabatan dapat membuat kita menjadi seorang yang lebih baik,
carilah teman yang membuat kita menjadi muslim atau muslimah yang
taat.
i. Islam mengajarkan kita untuk saling menyayangi, peduli dan saling
membantu terutama kepada orang yang membutuhkan kita.
j. Tingkatkan Iman dan Ketakwaan kita atas kebesaran-kebesaran Allah
Swt. yang telah menunjukkan kebesaran agama Islam di Eropa bahkan
Dunia.

7. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan:
1. Membaca buku 99 Cahaya di Eropa, serasa ikut mengembara langsung ke
Eropa dan sekaligus belajar sejarah Islam di Eropa yang begitu
membanggakan dan mengharukan.
2. Buku ini pun dilengkapi peta penjelajahan penulis ke tempat-tempat
sejarah Islam di Eropa serta halaman lux berwarna di bagian belakang,
lengkap dengan foto tempat-tempat yang disinggahi penulis selama
berpetualang di Eropa.
3. Buku ini ditulis dengan bahasa yang begitu lancar mengalir dan mudah
dipahami. Meskipun ditulis dengan gaya novel, tetap tak mengurangi
esensinya sebagai buku yang sarat akan ilmu dan pengetahuan agama.
4. Dengan membaca buku ini dapat memberikan gambaran atau pengetahuan
tentang Eropa selain dari segi ke indahan dan kemegahan bangunan.
5. Mengajak kita untuk mengamalkan Islam secara total melalui perilaku
yang mencerminkan Islam, lewat contoh tokoh yang bernama Fatma.
Kelemahan:
1. Pemotongan sub bab dalam buku terkesan dipaksakan. Ketika telah sampai
pada akhir sub bab, tiba-tiba kita masuk kembali pada rangkaian cerita
sebelumnya yang terputus.
2. Bagian awal epilog yang kurang memberikan kesan. Karena ada cerita lain
sebelum sub bab Ka’bah. Meskipun bagian tersebut merupakan penjelasan
mengapa penulis ingin berhaji.
3. Rata atau indent kanan dan kiri tidak sama, sehingga terkesan tulisan
dalam novel kurang rapih dan indah.

8. Kesimpulan
Novel 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan bacaan yang layak bagi
semua kalangan terutama bagi yang ingin mempelajari sejarah Islam dengan
mudah. Tidak salah bila novel ini menjadi salah satu best seller Penerbit
Gramedia dan sudah dicetak ulang sebanyak empat kali dalam kurun waktu
dua bulan (November dan Desember) .

Anda mungkin juga menyukai