Anda di halaman 1dari 90

TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT DI KANTOR


KECAMATAN GUNUNG BINTANG AWAI BARITO SELATAN
KALIMANTAN TENGAH

OLEH :

CALISTA BATARA

197052507

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2023
TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT DI KANTOR


KECAMATAN GUNUNG BINTANG AWAI BARITO SELATAN
KALIMANTAN TENGAH

Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Pada Program Studi Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Fakultas Vokasi Universitas Balikpapan

OLEH :

CALISTA BATARA

197052507

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2023

i
ii
iii
IMPLEMENTASI KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT DI KANTOR
KECAMATAN GUNUNG BINTANG AWAI BARITO SELATAN
KALIMANTAN TEGAH

Calista Batara
197052507
Sarjana Terapan Keselamatan Dan Kesehatan Keja
Fakkultas Vokasi, Universitas Balikpapan
Email : listabatara@gmail.com

ABSTRAK

Bencana merupakan suatu fenomena yang terjadi tanpa kita sadari dan datang
secara tiba – tiba. Berdasarkan catatan data dan Informasi Bencana Indonesia,
bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Tanah Datar meliputi banjir, gempa
bumi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, cuaca ekstrim, serta tanah
longsor, Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan
metode kualitatif. 1). Sistem Pemantauan dan peringan dini di Kantor
Kecamatan Gunung Bintang Awai Tidak diterapkan oleh karyawan kantor
dikarenakan pegawai sudah memahami dengan penilaian penerapan 0% 2).
Perencaan Evakuasi di Kecamatan Gunung Bintang Awai tidak sesuai karena
rute evakuasi atau muster point yang diterapkan terlalu dekat dengan gedung
dan sarana evakuasi tidak di terapkan oleh karyawan Kantor Kecamatan
Gunung Bintang Awai dengan penilaian penerapan hanya 30%. dari 6 kategori
hanya 3 yang terlaksana dengan penilaian persentase 50% sedangkan yang tidak
terlaksana dari 6 kategori ada 3 dengan penilaian persentase 50% maka tingkat
kategori kesiapsiagaan yang ada dikantor Kecamatan Gunung Bintang Awai
dinilai cukup baik dengan persentase 50%.

Kata Kunci : Implementasi, Kesiapsiagaan, Tangap Darurat.

iv
IMPLEMENTATION OF EMERGENCY RESPONSE PREPAREDNESS AT

THE GUNUNG BINTANG AWAI SOUTH BARITO CENTRAL

KALIMANTAN

Calista Batara
197052507
Applied Bachelot Occupational Health and Safety
Vocational Faculty, Universitas of Balikpapan
Email : listabatara@gmail.com

ABSTRACT

Disasters are phenomena that occur without us realizing it and come suddenly,based
on Indonesian disaster data and information records, disasters that have occurred in
Tanah Datar district include floods, earthquakes, forest and land fires, drought,
extreme weather, and landslides. Landslides the method used in this paper is to use
qualitative methods. 1). The monitoring and early warning system at the Gunung
Bintang Awai district office has not been implemented by office employees because
employees already understand the 0% implementation assessment. 2). Evacuation
planning in Gunung Bintang Awai Sub-District is not appropriate because the
evacuation route or assembly point that is applied is too close to buildings and
evacuation facilities are not carried out by employees of the Gunung Bintang Awai
sub-district office with an evaluation of only 30%. Of the 6 categories that were
implemented only 3 with a percentage rating of 50% while those that were not
implemented out of 6 Categories there were 3 with an achievement rating of 50%, so
the category of preparedness level in the Gunung Bintang Awai sub-district office
was considered quite good with an achievement of 50%.

Keywords : Implement, Preparedness, Emergency Response

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan yang maha esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Implementasi Kesiapsiagaan

Tanggap Darurat di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan

Kalimantan Tengah “ Ucapan terima kasih saya kepada semua pihak yang telah

memberikan segala bentuk dukungan, bimbingan, bantuan dan motivasi serta doa

sehingga membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Melalui kesempatan ini

saya secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. M. Isradi Zainal, MT., MH., MM., DESS., M.KK. IPU. ASEAN. Eng

selaku Rektor Universitas Balikpapan.

2. Dr. Iwan Zulfikar, M.Si selaku Dekan Fakultas Vokasi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

3. Lina Yuliana, S.Kep., M.KKK selaku Wakil Dekan K3 Universitas

Balikpapan

4. Dr. Komeyni Rusba, S.Si., M.Sc selaku Kepala Program studi DIV

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Balikpapan dan selaku Dosen

pembimbing I saya yang telah mendukung dan membantu saya dalam

penulisan penelitian ini.

5. Muhammad Ramdan, S.T.,M.T selaku Dosen Pembimbing 2 saya yang telah

mendukung dan membantu dalam penelitian saya ini.

vi
6. Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan Universitas Balikpapan yang telah

memberikan ilmu, wawasan dan pengalaman kepada penulis.

7. Kepada Kedua Orang Tua kakak Serta adik saya Gemagalgani Sani, Martha

Limbu, Indomas Dewi Flora, dan Triman Gadho Allo Barani yang selalu

memberikan kasih sayang, doa, nasehat, serta kesabaran yang luar biasa

dalam setiap langkah hidup. Saya berharap dapat menjadi anak yang dapat

dibanggakan.

8. Kepada Dirta Risky Septiani yang sudah membantu dan mau bertukar pikiran

dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Teman-teman mahasiswa Universitas Balikpapan yang telah memberikan

saran dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

10. Terima Kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi Penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulis skripsi penelitian ini

masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan oleh

karena itu saran dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan

skripsi ini.

Balikpapan, 2 Agustus 2023

Calista Batara

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR .......................................................... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................................. iv

ABSTRACT .................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah ................................................................................................. 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4

1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................................................... 4

1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4

1.5.1 Bagi Peneliti ........................................................................................................ 4

1.5.2 Bagi Perusahaan .................................................................................................. 5

1.5.3 Bagi Mahasiswa Khususnya D4K3 ..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6

2.1 Landasan Empiris ................................................................................................ 6

2.2 Landasan Teori .................................................................................................. 10

viii
2.2.1 Pengertian Bencana ........................................................................................... 10

2.2.2 Jenis-Jenis Bencana ........................................................................................... 11

2.2.3 Tahap Penanggulangan Bencana ....................................................................... 11

2.2.4 Tanggap Darurat Bencana ................................................................................. 14

2.2.5 Penyebab Bencana ............................................................................................. 17

2.2.6 Hakikat Bencana Banjir ..................................................................................... 18

2.2.7 Kategori Wilayah Terdampak Banjir ................................................................ 20

2.2.8 Upaya Penanggulangan Bencana Banjir............................................................ 21

2.2.9 Kategori Jenis Bencana Banjir .......................................................................... 23

2.2.10 Hakikat Kesiapsiagaan Karyawan Dalam Menghadapi Bencana Banjir ........ 24

2.2.11 Pengertian Kesiapsiagaan................................................................................ 25

2.2.12 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan ....................................... 26

2.2.13 Upaya Dilakukan Kesiapsiagaan ..................................................................... 29

2.2.14 Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir .................................................. 29

2.2.15 Tanggap Darurat .............................................................................................. 31

2.2.16 Tim Tanggap Darurat ...................................................................................... 31

2.3 Kerangka Teori .................................................................................................. 32

2.4 Kerangka Konsep .............................................................................................. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 34

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................ 34

3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................................... 34

3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................................... 34

3.3 Subjek Penelitian ............................................................................................... 36

ix
3.4 Objek penelitian ................................................................................................. 36

3.5 Definisi Operasional .......................................................................................... 36

3.6 Pengumpulan Data ............................................................................................ 38

3.6.1 Data Primer ........................................................................................................ 38

3.6.2 Data Sekunder ................................................................................................... 39

3.7 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 39

3.8 Pengolahan data dan Penyajian Data .............................................................. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 41

4.1 Profil Kantor ...................................................................................................... 41

4.1.1 Visi Dan Misi .................................................................................................... 41

4.1.2 Struktur Organisasi ............................................................................................ 44

4.2 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 46

4.2.1 Hasil Wawancara ............................................................................................... 46

4.2.2 Hasil Obsrevasi .................................................................................................. 56

4.3 Kesiapsiagaan Karyawan Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kantor


Kecamatan Gunung Bintang Awai.......................................................................... 58

4.4 Tanggap Darurat Bencana Banjir Di Kantor Kecamatan Gunung Bintang


Awai ............................................................................................................................ 60

4.5 Tim Penyelamat Dan Evakuasi Korban Bencana Banjir .............................. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 62

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 62

5.2 Saran ................................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 65

LAMPIRAN............................................................................................................... 67

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................................................. 35

Tabel 3.2 Definisi Operasional ........................................................................................... 37

Tabel 3.3 Data Informan ..................................................................................................... 46

Tabel 3.4 Forum Cheklist ................................................................................................... 56

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................................ 32

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 33

Gambar 2.3 Struktur Organisasi...................................................................................... 45

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja menyatakan

tempat kerja ialah setiap aktivitas yang dilakukan di ruang atau lapangan yang

tertutup atau terbuka dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga

kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber – sumber bahaya .

Bencana merupakan suatu fenomena yang terjadi tanpa kita sadari dan datang

secara tiba – tiba. Berdasarkan catatan data dan Indormasi Bencana Indonesia (DIBI),

bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Tanah Datar meliputi banjir, gempa bumi,

kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, cuaca ekstrim,serta tanah longsor (Utomo &

Marta, 2022)

Bencana alam mengakibatkan kerusakan fisik dan korban jiwa selain itu bencana

alam juga memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat. Pada skala

tertentu bencana dapat melumpuhkan perekonomian dengan menghancurkan

infrastruktruk, menggangu jaringan komunikasi, wabah penyakit, gagal panen dan

lain sebagainya. Peristiwa bencana alam yang membawa berupa kerusakan fisik dan

korban jiwa secara langsung dapat berakibat pada penurunan kinerja perekonomian

wilayah.(Isa, 2019)

Tanah longsor merupakan proses perpindahan massa batuan (tanah) akibat gaya

berat ( gravitasi ). (Naryanto, 2017)

1
2

Karakteristik Tanah wilayah rawan Banjir Berupa Tekstur tanah dan pasir

berlempung serta struktur tanah gumpal dan struktur bulat sangat porius,

permeabilitas tanah terdiri dari pergerakan air melalui tanah berpoti-pori tergolong

cepat,sedangkan tanah yang berpori-pori sehingga laju air masuk kedalam tanah

cepat, kondisi tanah yang landai berombak dan datar sehingga rawan terjadinya banjir

oleh karena itu maka banjir dapat terjadi karena air yang meluap di suatu tempat

karena naiknya permukiman air. (Rahmaniah, 2021)

Kesiapsiagaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk

mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana untuk menghindari adanya korban jiwa,

kerugian harta benda dan perubahan tata kehidupan masyarakat dikemudian hari.

Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dalam manajemen bencana yang

diartikan sebagai kesiapan masyarakat di semua lapisan untuk mengenali ancaman

yang ada di sekitarnya serta mempunyai mekanisme dan cara untuk menghadapi

bencana. (Irmayanti Amelia, 2019)

Tanggap Darurat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan

yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan

kebutuhan dasar, perlindungan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana

dan sarana. (Dina Adlina Amu, 2019).

Bencana banjir di Asia Tenggara dan Asia Selatan dimulai dari tahun 2014,

serangkaian banjir telah melanda wilayah Malaysia, Filipina, Thailand, dan Sri
3

Lanka. Sekitar 237,000 pengungsi telah di evakuasi dan jumlah kematian 21 orang di

Malaysia, 13,000 pengungsi dan jumlah kematian 31 orang di Filipina, 10,000

pengungsi dan jumlah kematian 15 orang di Thailand, dan di Sri Lanka pengungsi

sekitar 50,832 dan jumlah kematian sekitar 39 orang (Damansyah & Monoarfa, 2021)

Prosedur tanggap darurat Bencana Banjir yang ada di gedung perkantoran

Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah (tenant

emergency procedures ) tidak menjelaskan tanggung jawab dan wewenang personil

dengan peran khusus ( emergency response team).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka alasan penulis mengambil penelitian

ini yaitu “Implementasi Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Di Perkantoran Kecamatan

Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Implementasi

Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai

1.3 Batasan Masalah

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang ada di

dalam perkantoran dan mengingat keterbatasan penulis dalam hal kemampuan dan

waktu, maka penulis memberikan batasan-batasan masalah yaitu peneliti hanya

berfokus pada “Implementasi Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Perkantoran

Kecamatan Gunung Bintang Awai “


4

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui Kesiapsiagaan dan tanggap darurat Bencana Banjir di kantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kesiapsiagaan tanggap darurat Bencana Banjir pada kantor

kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah ?

2. Mengetahui Implementasi Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Kantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

a) Dapat menerapkan keilmuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan

mengaplikasikan ant ara teori yang diperoleh dari bangku kuliah ke dalam

lingkungan Kerja Perkantoran Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito

Selatan Kalimantan Tengah.

b) Menambah pengetahuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang

dapat dipelajaran di lingkungan kerja di Perkantoran Kecamatan Gunung

Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah.

c) Memperoleh Kesempatan bekerja sama dengan profesi lain yang ada di

perkantoran Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan

Tengah.
5

d) Memperoleh pengalaman bekerja sesuai dengan topik yang akan diteliti di

perkantoran Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan

Tengah.

e) Sebagai sarana menambah wawasan dan pemahaman terutama dalam

kesiapsiagaan menghadapi Bencana banjir.

1.5.2 Bagi Perusahaan

a) Memperoleh masukan positif tentang program K3 yang dapat dijadikan

acuan dalam pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran.

b) Perusahaan dapat melibatkan mahakaryawan penelitian dalam pelaksanaan

program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di lingkungan kerja

Perkantoran.

c) Laporan penelitian dapat menjadi referensi dan masukkan terhadap

kebijakan perusahaan mengenai K3.

1.5.3 Bagi Mahasiswa Khususnya D4K3

a) Meningkatkan kualitas pendidikan dan melibatkan tenaga terampil dan

tenaga lapangan dalam kegiatan penelitian.

b) Memperoleh masukan yang positif untuk dapat ditetapkan dalam program

penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Empiris

Di Landasan Empiris adalah hasil penelitian terdahulu yang menggunakan

beberapa konsep yang relevan, beberapa studi empiris sebagai acuan dalam

penelitian antara lain :

1.“Maulana, (2018 ) Analisis Manajemen Pelaksanaan Pada Kesiapsiagaan Dan

Tanggap Darurat Di Gedung Perkantoran X. memiliki kesimpulan Terdapat

beberapa kekurangan terkait perencanaan kesiapsiagaan dan tanggap darurat.

Pertama, manajemen gedung perkantoran X belum memiliki program untuk

identifikasi bahaya dan penilaian risiko. Kedua, prosedur tanggap darurat yang

sudah ditetapkan oleh manajemen gedung perkantoran X tidak memuat informasi

sarana dan peralatan proteksi yang tersedia serta tugas dan tanggungjawab dari

organisasi tanggap darurat. Ketiga terdapat perusahaan penyewa dan pekerja

yang tidak mendapatkan informasi terkait prosedur tanggap darurat. Keempat,

belum ditetapkan prosedur terkait rencana pemulihan keadaan darurat. Bentuk

dukungan partisipasi aktif yang diberikan oleh top management belum optimal

hal ini dikarenakan top management belum pernah mengikuti kegiatan simulasi

keadaan darurat secara langsung. Komunikasi tanggap darurat di gedung

perkantoran X terdiri dari panggilan terbatas dan panggilan umum. Sarana

panggilan terbatas menggunakan handy talki sedangkan sarana panggilan umum

untuk internal gedung menggunakan alarm dan public announcement.

Sarana/prasarana yang belum dimiliki oleh manajemen gedung adalah tandu dan

6
7

kursi evakuasi. Hal yang harus diperhatikan juga oleh manajemen gedung adalah

akses menuju pintu darurat yang berada di setiap lantai sering terhalang sesuatu

seperti galon air atau tempat sampah.”

2.“Heti Aprilin (2018) Kesiapsiagaan Sekolah Terhadap Potensi Bencana Banjir

Di SDN Gebangmalang Kecamatan Mojjoanyar Kabupaten Mojokerto, memiliki

kesimpulan Tingkat pengetahuan guru dan orang tua SDN Gebangmalang

kecamatan mojoanyar kabupaten mojokerto terhadap kesiapsiagaan banjir baik

sikap guru di SDN Gebangmalang kecamatan mojokerto terhadap kesiapsiagaan

bencana banjir banyak yang bersikap negatif dengan kesiapsiagaan bencana yang

tidak siap sedangkan sikap orangtua di SDN Gebangmalang kecamatan

mojoanyar kabupaten mojokerto terhadap kesiapsiagaan bencana banjir banyak

yang bersikap positif dengan kesiapsiagaan bencana yang siap persepsi resiko

guru di SDN Gebangmalang kecamatan mojoanyar kabupaten mojokerto

terhadap kesiapsiagaan bencana banjir sebagian besar memiliki persepsi yang

negative dengan kesiapsiagaan bencana tidak siap sedangkan persepsi resiko

orangtua di SDN Gebangmalang kecamatan mojoanyar kabupaten mojokerto

terhadap kesiapsiagaan bencana banjir sebagian besar memiliki persepsi yang

positif dengan kesiapsiagaan bencana sia.”

3.“Hibatul Haqqi ( 2022 ) Analisis Penanggulangan Bencana Banjir Di

Kabupaten Kendal, memiliki kesimpulan Penanggulangan pra bencana banjir di

kabupaten Kendal dilakukan oleh pemerintah daerah melalui BPBD sebagian

kkoordinator dalam penanggulangan bencana banjir serta pihak-pihak lain yang

ikut terlibat dalam upaya penanganan tersebut. Program desa tangguh bencana
8

masih belum bisa mencakup semua daerah yang rawan bencana banjir

dikarenakan anggaran yang kurang menjadikan hambatan pembentukan program

tersebut. Selain itu pencegahan dengan pembangunan fisik juga masih belum

optimal, penanggulangan tanggap darurat bencana banjir di kabupaten Kendal

dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penanggulangan bencana oleh pemerintah

daerah kabupaten Kendal. BPBD dalam tanggap darurat bencana banjir di

kabupaten Kendal menjadi penanggungjawab dalam masalah tersebut telah

menyiapkan upaya berdasarkan program penanggulangan bencana dengan

melibatkan beberapa stakeholder serta memperhatikan prinsip-prinsip

penanggulangan bencana. Adapun hambatan yang dihadapi oleh tim satgas

karena karena keterbatasan personil dan sarana pada saat bencana banjir terjadi

di banyak tempat secara bersamaan. Penanggulangan pasca bencana banjir

merupakan kegiatan yang dilakukan setelah bencana banjir terjadi di Kabupaten

Kendal. Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal melalui BPBD selaku

penanggung jawab kegiatan penanggulangan bencana telah menyiapkan program

yang melibatkan beberapa stakeholder dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan

program tersebut memperhatikan prinsip penanggulangan bencana yakni berdaya

guna dan hasil guna, kemitraan, dan pemberdayaan.”

4.“Sri Gustini (2021) Gambaran Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Antisipasi

Bencana Banjir di Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci, memiliki

kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat

disimpulkan bahwa Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

bencana banjir di Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci tergolong


9

hampir siap. Dimana tingkat pengetahuan dalam kategori sangat siap, kebijakan

dan panduan dalam kategori belum siap, rencana tanggap daraurat dalam

kategori kurang siap, sistem peringatan dalam kategori kurang siap dan

mobilisasi SDM dalam kategori belum siap. Diharapkan bagi institusi

pendidikan hasil penelitian bisa menjadi tambahan pengetahuan serta referensi

terkait kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir. Bagi peneliti lain

peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji stake holder yang berbeda dalam

kesiapsiagaan bencana. Bagi profesi perawat dapat meningkatkatkan

pengetahuan terkait kesiapsiagaan dalam antisipasi bencana”

5.“Ashar Alamsyah (2022) Sosialisasi Tanggap Bencana Banjir Pada Masyarakat

Lansia Di Desa Lok Catung, Kabupaten Banjar, memiliki kesimpulan

Kalimantan Selatan. Bukti langsung dapat dilihat dari pendukungnya kerja

pegawai dan warga dalam lingkup pemerintahan dalam penanggulangan bencana

pada masyarakat lansia di Desa Lok cantung. Memberikan program revolusi

mengacu pada nilai-nilai integritas, etos kerja dan gotong royong untuk

membangun budaya bangsa yang bermartabat, modern, maju, makmur dan

sejahtera berdasarkan Pancasila. Dapat dilihat warga Desa Lok Cantung

memiliki komunikasi yang baik kepada kami selaku mahasiswa kkn di tempat

tersebut, membina hubungan yang baik, komunikasi yang baik, serta kepedulian

mahasiswa melalui program kerja yang mahasiswa laksanakan untuk memenuhi

tugas mahasiswa. Hasil yang di capai dari kegiatan ini adalah terbentuknya

masyarakat lansia yang tanggap bencana menghadapi banjir, mengerti apa yang

harus dilakukan ketika terjadi bencana, mengerti apa yang harus ada ketika
10

bencana, mengerti manajemen ketika terjadi bencana banjir, dan mengetahui

kontak yang harus dihubungi ketika bencana banjir.”

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Bencana

Bencana adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah

manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan

hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini diluar

kemampuan masyarakat dengan segala sumberdayanya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, tentang

penanggulangan bencana pasal 1 ayat 1:

“Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan

dampak psikologis”.

Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001 : 35) Mengemukakan bahwa: Bencana

adalah Terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal, bersifat merugikan

kehidupan manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat.

Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian bencana diatas, bahwa pada

dasarnya pengertian bencana secara umum yaitu suatu kejadian atau 22 peristiwa

yang menyebabkan kerusakan berupa sarana prasana maupun struktur sosial yang

sifatnya mengganggu kelangsungan hidup masyarakat.


11

2.2.2 Jenis-Jenis Bencana

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008), bencana alam

digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu :

a) Bencana alam : bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh kejadian alam, antara lain :

gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan

atau puting beliung, dan tanah longsor.

b) Bencana non alam : bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi, epidemik, dan wabah penyakit.

c) Bencana sosial : bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi

konflik sosial antar kelompok atau antar komunikasi dan teror.

2.2.3 Tahap Penanggulangan Bencana

1. Tahap Pra Benacana


a. Peringatan Dini
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang 19 kemungkinan terjadinya

bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007

tentang penanggulangan bencana pada pasal 46 Ayat 2 dilakukan melalui:

1) Pengamatan gejala bencana


12

2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana

3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang

4) Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana

5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.

b. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah

yang tepat guna dan berdaya guna. Membangun kesiapsiagaan adalah

unsur penting, namun mudah dilakukan karena menyangkut sikap dan

mental dan budaya serta disiplin di tengah masyarakat. Kesiapsiagaan

adalah tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan

ketahanan anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu

bencana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana pasal 45 ayat 1 dan 2 yaitu:

1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana

2) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini

3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar

4) Penyiapan lokasi evakuasi


13

5) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutakhiran prosedur tetap

tanggap darurat bencana

6) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan bahan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana

c. Mitigasi
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan

peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi

bencana adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang

ditimbulkan akibat suatu bencana. Dari batasan ini sangat jelas bahwa

mitigasi bersifat pencegahan sebelum kejadian. Mitigasi bencana harus

dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai upaya

dan pendekatan antara lain:

1. Pendekatan struktural
Mitigasi struktural adalah bentuk mitigasi yang terstruktur dan

sistematis yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah dalam

mengurangi dampak negtif banjir. Secara teknis mitigasi bencana

dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana misalnya,

membuat rancangan atau desain yang kokoh, dan membuat rancangan

teknis pengamanan, misalnya tanggul banjir, tanggul lumpur untuk

mengendalikan tumpahan bahan berbahaya.


14

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 pasal

47 ayat 1 yaitu:

1) Pelaksanaan penata ruang

2) Peraturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata

bangunan

3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik

secara konvensional maupun modern.

2. Pendekatan Administratif
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan

pendekatan administratif dalam manajemen bencana, khususnya di

tahap mitigasi.

3. Pendekatan Manusia

Pendekatan secara manusia ditujukan untuk membentuk manusia

yang paham dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku

dan cara hidup manusia harusdapat diperbaiki dan disesuaikan dengan

kondisi lingkungan dan potensi bencana yang dihadapinya.

2.2.4 Tanggap Darurat Bencana

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

dan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta


15

benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan sarana prasarana.

Sedangkan tanggap darurat yaitu kegiatan memobilisasi dan

peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengkonsilidasi diri melalui

penyediaan sarana dan prasarana korban bencana alam.

3. Pasca Bencana

Setelah terjadinya bencana dan selesainya masa tanggap darurat,

diharapkan korban bencana atau pengungsi kembali ke rumah/ tempat asal

dimana mereka tinggal. Dalam hal memungkinkan tidak bisa kembali, bisa

ditempuh jalan lain misalnya melalui relokasi ke tempat lain yang aman

secara fisik maupun nonfisik. a. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah

pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya

secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada

wilayah pascabencana.

Pada Pasal 58 dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana dimaksud;

1. Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 57 huruf a dilakukan

melalui kegiatan:
16

a) Perbaikan lingkungan daerah bencana

b) Perbaikan sarana dan prasarana umun

c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat

d) Pemulihan psikologi social

e) Pelayanan kesehatan

f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik

g) Pemulihan sosial dan ekonomi budaya

h) Pemulihan keamanan dan ketertiban

i) Pemulihan fungsi pemerintahan

j) Pemulihan fungsi pelayanan publik.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

b. Rekonstruksi

Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan

sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat

pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan

berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya


17

hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala

aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

2.2.5 Penyebab Bencana

Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :

(1) Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada

campur tangan manusia.

(2) Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena

alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia, dan

(3) Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat

perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan

terorisme. Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah

karena adanya interaksi antara ancaman (hazard) dan kerentanan

(vulnerability). Ancaman bencana menurut Undang-undang Nomor 24

tahun 2007 adalah “Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa

menimbulkan bencana”. Kerentanan terhadap dampak atau risiko

bencana adalah “Kondisi atau karateristik biologis, geografis, sosial,

ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu

wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan

masyarakat untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan

menanggapi dampak bahaya tertentu” (MPBI, 2004:5).


18

2.2.6 Hakikat Bencana Banjir

a. Pengertian Banjir

Banjir adalah meluapnya aliran sungai air melebihi kapasitas

tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran yang lebih

rendah di sekitar sungai (Yulaelawati), 2008:4). Sedangkan menurut

kodoatie dan Sugiyanto 2002:73, menyatakan bahwa banjir merupakan

proses meluapnya air sungai ke dataran sehingga dapat menimbulkan

kerugian harta benda penduduk serta dapat menimbulkan korban jiwa.

b. Faktor-Faktor Penyebab Bencana Banjir

Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :

(1) Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada

campur tangan manusia.

(2) Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena

alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia, dan

(3) Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat

perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan

terorisme. Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah

karena adanya interaksi antara ancaman (hazard) dan kerentanan

(vulnerability). Ancaman bencana menurut Undang-undang Nomor 24

tahun 2007 adalah “Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa


19

menimbulkan bencana”. Kerentanan terhadap dampak atau risiko

bencana adalah “Kondisi atau karateristik biologis, geografis, sosial,

ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu

wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan

masyarakat untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan

menanggapi dampak bahaya tertentu” (MPBI, 2004:5).

C. Dampak Banjir

Menurut Mistra (2007),dampak banjir akan terjadi akan terjadi pada

beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut

ini :

1.Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa atau meniggal, hanyut,

tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah

dan penduduk terisolasi.

2. Aspek Pemerintah, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen,

arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya

pemerintahan.

3.Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak

berfungsinya pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta benda, ternak dan

terganggunya perekonomian masyarakat.

4. Aspek Sarana atau Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah

penduduk, penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran,


20

fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan

komunikasi.

5.Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, obyek wisata,

persawahan atau lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul

atau jaringan irigasi.

2.2.7 Kategori Wilayah Terdampak Banjir

a. Kategori Biasa

Kondisi dalam kategori biasa adalah banjir yang terjadi hanya

menggenangi jalan dan masuk ke dalam rumah maksimal setengah meter saja.

Dalam keadaan ini tidak diperlukan persiapan yang luar biasa karena tingkat

bahayanya sangat kecil. Tidak diperlukan evakuasi atau diadakan dapur umum.

Setiap penghuni rumah dapat melakukan pengamanan sendiri sesuai kehendak

masing-masing.

b. Kategori Sedang

Kondisi banjir sudah menggenangi jalan dengan ketinggian 0,5-1,2 m.

Penghuni masih bisa berdiam di rumah paling tidak di bawah atap rumah.

Penghuni rumah bertingkat bisa tetap tinggal di lantai dua. Aktivitas kehidupan

masih bisa berjalan seperti biasa. Evakuasi tidak diperlukan, dapur umum bisa

diadakan ataupun tidak perlu diadakan.


21

2.2.8 Upaya Penanggulangan Bencana Banjir

Menurut (Ir. Sugiyanto, M. Eng : 2012 : 233) Penanggulangan Banjir perlu

dilakukan untuk menangani penanggulangan banjir dalam keadaan darurat

terutama untuk bangunan pengandalian banjir yang rusak dan kritis. Hal ini

terutama untuk menangani banjir tahunan yang perlu penanganan tahunan pada

waktu musim hujan atau banjir. Perencanaan penanggulangan banjir perlu dibuat

sebelumnya, berdasarkan pengalaman yang telah lalu Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam perencanaan penanggulangan banjir :

1. Identifikasi masalah Sebelum terjadi banjir pada musim kemarau,

sebaiknya dilakukan pemeliharaan tanggul dan bangunan pengandali banjir.

Namun di dalam survei perlu dilakukan pula identifikasi pada tempat –tempat

tertentu di sepanjang sungai rawan terhadap banjir.

2. Kebutuhan bahan dan peralatan penanggulangan Bahan dan peralatan yang

diperlukan adalah untuk digunakan pada waktu Penanggulangan Banjir.

Keperluan tersebut harus disiapkan sebelum banjir dan dalam keadaan baik.

Baban yang dapat disiapkan sebelumnya antara lain, kawat lonjong, karung

plastik, ijuk, kayu, dsb. Sedangkan peralatan meliputi :

a. Alat kerja

b. Alat transportasi

c. Alat komunikas

d. Peralatan penerangan

e. Perlengkapan personil
22

3. Kebutuhan tenaga penanggulangan Kebutuhan tenaga biasanya cukup

banyak, maka peran serta dari masyarakat dalam penanggulangan. Personil

Kimpraswil yang terbatas sebaiknya dapat mengkoordinir para tenaga

sukarela tersebut, supaya dapat lebih efektif. Tenaga kerja tersebut harus jelas

pembagiannya dan dibuat dalam kelompok misalnya :

Kelompok ronda, pengamat, pekerja penanggulangan darurat dan regu

cadangan. Disamping itu pengarahan tenaga, perlu didiskusikan dengan aparat

pemerintahan setempat dan sesuai dengan tugas dan wewenang pada satuan

kordinasi pelaksana penanggulangan Bencana Alam. Agar supaya dapat

berjalan secara efektif, perlu adanya rencana pelaksana yang meliputi :

a. Penentuan lokasi pos dan daerah kerja

b.Organisasi pelaksana teknis penanggulangan (berlaku satu musim )

4. Upaya penanggulangan banjir dan Langkah – langkah penanggulangan

banjir meliputi;

a. Menyiapkan sarana dan prasarana Sarana dan prasarana adalah salah satu

tolak ukur keberhasilan suatu daerah dalam melaksanakan pembangunan.

Adapun sarana dan prasarana yang digunakan oleh pemerintah Kota Makassar

dalam penanggulangan bencana banjir

b. Melakukan penghijauan Suatu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

untuk mencegah air yang banyak debit air yang berfungsi untuk meresap air

yang dilakukan daerah hulu dengan cara menanam pohon.


23

c. Persiapan penanggulangan banjir Pada awal terjadinya gejala banjir yang

didasarkan pada peramalan banjir, hendaknya diberitakan pada petugas /

kepala regu, sehingga semua personil segera mempersiapkan diri.

Perkembangan tahap berikutnya menjadi siaga 1 ataupun kondisi banjir

menurun harus diberitakan pada para petugas, agar dapat dihindari hal –hal

yang tidak di inginkan. Apabila keadaan akan meningkat pada siaga I,

hendaknya dilakukan pemeriksaan bahan, peralatan dan prasarana yang lain

yang diperlukan.

2.2.9 Kategori Jenis Bencana Banjir

Menurut undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, bencana diklasifikasikan atas 3 jenis. Yaitu:

1. Bencana Alam Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin

topan, dan tanah longsor

2. Bencana Non Alam Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan

oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa

gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

3. Bencana Sosial Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan

teror.
24

2.2.10 Hakikat Kesiapsiagaan Karyawan Dalam Menghadapi Bencana


Banjir

Pada umumnya ketika terjadi bencana alam, sistem lingkungan dan

manusia akan selalu terlibat. Proses alamiah yang terjadi bencana alam tidak

akan mengancam suatu masyarakat apabila kawasan yang berpengaruh tidak

dipengaruhi oleh masyarakat. banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya

mengelola bencana dengan baik, salah satu faktor adalah karena bencana belum

pasti terjadinya dan tidak diketahui kapan akan terjadi sebagai akibatnya,

manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah pengamanan dan

pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadinya (Ramli, 2010

: 12). Untuk itu diperlukan sistem manajemen bencana yang bertujuan untuk :

a. mempersiapkan diri menghadapi bencana atau kejadian yang tidak di inginkan.

b.Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu bencana

atau kejadian.

c. Meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat atau organisasi tentang

bencana sehingga terlibat dalam proses penanggulangan.

d. Melindungi anggota masyarakat dari bahaya atau dampak bencana sebagai

korban dan penderitaan yang dialami dapat dikurangi. Salah satu

penanggulangan bencana adalah kesiapsiagaan, dalam Undang-undang Nomor

24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pengertian kesiapsiagaan

adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
25

guna. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam kesiapsiagaan (Undang-undang

Nomor 24 tahun 2007, dalam pasal 45) yaitu :

1. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana.

2. Pengorganisasian, pengujian, dan pemasangan sistem peringatan dini.

3. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar.

4. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme

tanggap darurat.

5. Penyiapan lokasi evakuasi

6. Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap

darurat.

7. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan

pemulihan prasarana dan sarana.

Menurut LIPI–UNESCO/ISDR (2006), bahwa salah satu stakeholders

utama dalam penanggulangan bencana adalah individu dan rumah tangga.

Dengan demikian kajian tentang kesiapsiagaan dalam penelitian ini difokuskan

pada kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi bencana banjir.

2.2.11 Pengertian Kesiapsiagaan

Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan kesiapsiagaan

sebagai,keadaan siap siaga‟. Berasal dari kata dasar „siap siaga‟, yang berarti

„siap untuk digunakan atau untuk bertindak‟. Dalam Bahasa Inggris, padanan

kata, kesiapsiagaan‟ adalah preparedness. Sementara definisi yang diberikan

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007, kesiapsiagaan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan sebagai upaya mengantisipasi bencana melalui


26

pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya

bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan

berubahnya tata kehidupan masyarakat. Kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan

yang memungkinkan pemerintah, organisasi-organisasi, masyarakat, komunitas,

dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan

tepat guna. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan

rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumberdaya dan pelatihan

personil (Nick Carter 1991 dalam LIPI-UNESCO/ISDR, 2006 : 5).

2.2.12 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan

Dimensi kesiapsiagaan bencana meliputi : penilaian bencana, manajemen

arahan dan koordinasi, respons perencanaan dan kesepakatan secara formal dan

informal, dukungan sumber daya, fasilitas proteksi, penanggulangan

kegawatdaruratan dan fungsi perbaikan serta inisiatif untuk pemulihan.

Masingmasing dimensi memiliki jenis kegiatan yang disesuaikan dengan dimensi

yang dimaksud (Sutton dikutip oleh Firma dalam jurnalnya) Menurut LIPI–

UNESCO/ISDR (2006) terdapat 5 faktor kritis kesiapsiagaan untuk

mengantisipasi bencana alam, seperti bencana banjir, yaitu:

(a) Pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana,

(b) Kebijakan dan Panduan,

(c) Rencana untuk Keadaan Darurat Bencana,

(d) Sistim Peringatan Bencana dan

(e) Kemampuan untuk Memobilisasi Sumber Daya. Ke lima faktor kritis ini
27

kemudian disepakati menjadi parameter dalam assessment framework,

yaitu :

a. Parameter pertama adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko

bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci

untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat

memengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga

dalam mengantisipasi bencana, terutama bagi mereka yang bertempat

tinggal di daerah pesisir yang rentan terhadap bencana alam.

b. Parameter kedua adalah kebijakan dan panduan yang berkaitan dengan

kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam. Kebijakan

kesiapsiagaan bencana alam sangat penting dan merupakan upaya

konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana. Kebijakan yang

signifikan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan meliputi: pendidikan

publik, emergency planning, sistim peringatan bencana dan mobilisasi

sumber daya, termasuk pendanaan, organisasi pengelola, SDM dan

fasilitasfasilitas penting untuk kondisi darurat bencana. Kebijakan-

kebijakan dituangkan dalam berbagai bentuk, tetapi akan lebih

bermakna apabila dicantumkan secara konkret dalam peraturan-

peraturan, seperti: SK atau Perda yang disertai dengan job description

yang jelas. Agar kebijakan dapat diimplementasikan dengan optimal,

maka dibutuhkan panduan-panduan operasionalnya.

c. Parameter ketiga adalah rencana untuk keadaan darurat bencana alam.

Rencana ini menjadi bagian yang penting dalam kesiapsiagaan,


28

terutama berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan,

agar korban bencana dapat diminimalkan. Upaya ini sangat krusial,

terutama ada saat terjadi bencana dan hari-hari pertama setelah bencana

sebelum bantuan dari pemerintah dan dari pihak luar datang.

d. Parameter keempat berkaitan dengan sistem peringatan bencana. Sistem

ini meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya

bencana. Dengan peringatan bencana ini, masyarakat dapat melakukan

tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan

kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan latihan dan simulasi, apa

yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana dan

bagaimana harus menyelamatkan diri dalam waktu tertentu, sesuai

dengan lokasi dimana masyarakat sedang berada saat terjadinya

peringatan.

e. Parameter kelima yaitu:

mobilisasi sumber daya. Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya

manusia (SDM), maupun pendanaan dan sarana – prasarana penting

untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat mendukung atau

sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana alam. Karena

itu, mobilisasi sumber daya menjadi faktor yang krusial. Untuk

mengukur tingkat kesiapsiagaan masyarakat, maka lima parameter yang

telah disepakati tersebut harus diterjemahkan menjadi variabel-variabel

yang dapat dihitung nilainya. Jumlah variabel bervariasi antar parameter

dan antar stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi masing-


29

masing. Di bawah ini adalah tabel framework kesiapsiagaan individu

dalam mengantisipasi bencana alam.

2.2.13 Upaya Dilakukan Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda

dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada

saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara

lain (BNPB, 2008):

1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.

2. Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis bagi setiap sektor penanggulangan

bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).

3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan

4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.

5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna

mendukung tugas kebencanaan.

6.Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini

(earlyWarning)

7. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)

8. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)

2.2.14 Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir

Ada beberapa tahapan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

bencana banjir yaitu sebagai berikut :


30

a. Tahap Sebelum Terjadi Banjir Kegiatan yang dilakukan adalah

meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bahaya banjir meliputi:

(a) pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat untuk

berperan dalam pengendalian banjir,

(b) bersama dengan pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun dan

mensosialisasikan program pengendalian banjir.

(c) mentaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air antara lain tidak

melakukan kegiatan kecuali dengan izin dari pejabat yang berwenang

untuk : mengubah aliran sungai; mendirikan, mengubah atau

membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai;

membuang benda-benda atau barang-barang padat dan atau cair ataupun

yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang

diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran; pengerukan atau

penggalian bahan galian golongan C dan atau bahan lainnya; pengaturan

untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat pengaturan untuk

mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat dilakukan dengan :

1) penyediaan informasi dan pendidikan;

2) rehabilitasi, rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas umum;

3) melakukan penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya;

4) penyesuaian pajak;

5) asuransi banjir.
31

2.2.15 Tanggap Darurat

Tanggap Darurat Bencana adalah organisasi penanganan tanggap darurat

bencana yang dipimpin oleh seorang komandan Tanggap Darurat Bencana dan di

bantu oleh staf komando dan staf umum, memiliki struktur organisasi standar

yang menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas

dan memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan

instansi/lembaga/prganisasi terkait untuk pengerahan sumber daya. Tanggap

darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada

saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yaitu

meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan

kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsian, penyelamatan, serta

pemulihan prasarana dan sarana.

2.2.16 Tim Tanggap Darurat

Tim Tanggap Darurat (TTD) adalah regu pertama yang akan melakukan

pertolongan saat terjadi keadaan darurat, antara lain bencana alam tim tanggap

darurat dapat melakukan tugasnya dengan efektif dan efisien jika mereka

mendapatkan informasi yang cukup tentang risiko yang dihadapi. Informasi

tersebut didapatkan dari rencana manajemen risiko keadaan darurat yang telah

disusun sebelumnya (Dhani & Rachmat, 2019). Proses penyampaian informasi

ini yang disebut risiko komunikasi. Risiko komunikasi adalah pertukaran

informasi tentang risiko antara pihak terkait. Tujuan utama dari risiko

komunikasi adalah untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan tentang risiko,

serta sikap pada saat terjadi bencana. Jika tim tanggap darurat tidak dibentuk
32

sebelumnya ataupun tim tidak diberi pelatihan sebelumnya maka risiko

komunikasi serta terjadinya bencana rentan terjadi.

2.3 Kerangka Teori

Bencana

Jenis – Jenis Bencana


- Bencana alam
- Bencana non alam
- Bencana sosial

Penyebab
Banjir

Bencana
Banjir

Penanggulangan Dampak Banjir


Banjir
-Aspek Penduduk

-Aspek Pemerintah

- Aspek Ekonomi

-Aspek Sarana atau


Prasarana

- Aspek Lingkungan
Kesiapsiagaan Banjir

Tanggap Darurat

Gambar 2.1 Kerangka Teori


33

2.4 Kerangka Konsep

Manajemen Pelaksanaan

- Aspek Penduduk

- Aspek Pemerintah

- Aspek Ekonomi

- Aspek Sarana atau


Prasarana

-Aspek Lingkungan

Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan metode

kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang akan dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku,

presepsi, motivasi dan tindakan secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong 2017).

Penelitian ini difokuskan dalam Implementasi Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di

Perkantoran Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan

Kalimantan Tengah Jl. PP Dinan No.15 RT.11 RW.02. Kab. Barito selatan. Prop.

Kalimantan Tengah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian membutuhkan waktu penelitian yang dimulai dari pada bulan

Mei – Juni 2023.

34
35

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No. Tahapan Waktu Penelitian

Kegiatan Nov Des Jan Feb Maret April Mei

1 Pengajuan judul

2 Penyusunan

proposal

3 Observasi

lapangan

4 Wawancara

5 Analisis dan

pengolahan data

6 Penyususnan

laporan

7 Sidang
36

3.3 Subjek Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penellitian kualitatif dengan pendekatan

observasional wawancara mendalam. Informasi utama pada penelitian ini adalah

pihak yang terlibat langsung dalam manajemen kesiapsiagaan dan tanggap darurat

Bencana Banjir di gedung perkantoran kecamatan Gunung Bintang Awai Barito

Selatan Kalimantan Tengah ada 3 orang yaitu : 2 tim BPBD, dan 1 Karyawan di

perkantoran kecamatan gunung bintang awai.

3.4 Objek penelitian

Objek penelitian merupakan penjelasan tentang apa saja atau siapa saja yang

menjadi objek penelitian dan juga dimana dan kapan penelitian ini dilakukan. Objek

dalam penelitian ini adalah Analisis Manajemen Pelaksanaan Kesiapsiagaan Dan

Tanggap Darurat Di Gedung Perkantoran Kecamatan Gunung Bintang Awai.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah rumusan tentang ruang lingkup dan juga Ciri – ciri

suatu konsep yang menjadi pokok pembahasan serta penelitian suatu karya ilmiah

(Putranto, 2020)
37

Tabel 3.2
Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Ukur
UU No. 24 Tersedia
Tahun 2007 Kebijakan
Kesiapsiagaan
/ Tidak
Tentang
karyawan
tersedia
1 Kesiapsiagaan terhadap Penanggulangan Ordinal
kebijakan.
bencana banjir. Wawancara bencana.

Wawancara
Tanggap UU No. 24 Tersedia
Tahun 2007 Kebijakan
Darurat
/ Tidak
Tentang
kegiatan yang
tersedia
Penanggulangan
dilakukan
kebijakan.
Bencana. Ordinal
dengan segera
2 pada saat Observasi
Tanggap
Darurat kejadian
bencana untuk
Observasi
menangani
dampak buruk
yang
ditimbulkan.
38

3.6 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan dengan metode

observasi langsung, wawancara, dan dokumentasi. Metode observasi langsung

dilakukan untuk mengetahui Implementasi Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Bencana

Banjir di kantor kecamatan gunung bintang awai barito selatan Kalimantan tengah.

Metode wawancara dilakukan untuk melengkapi data dan untuk validasi data yang

telah didapatkan di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan

Kalimantan Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan sekunder.

3.6.1 Data Primer

a. Observasi lapangan

Observasi dilakukan secara langsung dengan mengamati lingkungan kerja,

dan melakukan peninjauan lapangan kerja unuk mengetahui Implementasi

kesiapsiagaan dan tanggap darurat karyawan di kantor kecamatan Gunung

Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah sebelum mendatangi tempat

kerja, peneliti menentukan/mengklarifikasi data yang diperlukan, sebagai

pedoman penelitian dalam pengamatan lingkungan kerja.

b. Interview / Wawancara

Wawancara dilakukan kepada informan dengan cara berkomunikasi secara

langsung dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara ini bertujuan

untuk memperoleh informasi yang lebih detail dan akurat berdasarkan penelitian

yang dilakukan.
39

3.6.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dapat bersumber dari dokumen laporan,

regulasi atau peraturan – peraturan yang berkaitan dengan masalah yang detail.

Data sekunder yang diambil yaitu :

a. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data karyawan yang akan

digunakan sebagai bahan penelitian.

b. Kumpulan studi kepustakaan ( buku – buku, jurnal public, artikel ) dan

informasi dari media elektronik yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.7 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dapat dilakukan dengan berbagai macam

metode penelitian yaitu observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Metode –

metode penelitian tersebut memerlukan instrumen. Instrumen penelitian yang

dimaksud yaitu:

1. Alat tulis ( pensil dan pena )

2. Buku tulis yang dapat digunakan untuk menulis atau menggambarkan data

yang didapatkan dari informan.

3. Menyiapkan lembar wawancara ( interview )

4. Kamera handphone yang dapat digunakan untuk pengambilan dokumentasi

yang ada di lapangan.


40

3.8 Pengolahan data dan Penyajian Data

Data dapat diperoleh dengan cara mendeskripsikan hasil wawancara dan

observasi/checklist berdasarkan yang dijelaskan dalan bentuk uraian dengan teks

naratif dan didukung dengan dokumen – dokumen, serta foto – foto yang berkaitan

dengan penerapan prinsip Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Kantor Kecamatan

Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah untuk diadakannya suatu

kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Kantor

Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai merupakan salah satu kecamatan yang

berada di dalam wilayah Kabupaten Barito Selatan, dengan ibu kota Tabak Kanilan.

Adapun luas wilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai adalah kurang lebih 1.939.

km yang terdiri dari 21 Desa, kondisi Topografi Kecamatan Gunung Bintang Awai

berupa kurang lebih 80% dataran tinggi dan kurang lebih 20% dataran rendah. Secara

umum jalur transportasi yang ditempuh di wilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai

merupakan transportasi dari ibu kota Kecamatan Gunung Bintang Awai menuju ibu

kota Kabupaten Barito Selatan, termasuk transportasi menuju sebagian besar Desa

yang tersebar diwilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai pada umumnya melalui

transportasi darat, dan ada sebagian Desa yang kemudian dilanjutkan dengan

transportasi air. Kecamatan Gunung Bintang Awai di bentuk berdasarkan peraturan

Daerah Kabupaten Barito Selatan No. 02 Tahun 2008 tentang pembentukan

organisasi dan tata kerja perangkat daerah yang dilimpahkan oleh bupati.

4.1.1 Visi Dan Misi

1. Visi

Terwujudnya Pelayanan yang optimal melalui pemerintah yang

efektif, efisien, bersih dan bertanggung jawab dengan berlandaskan

Iptek dan imtaq

2. Misi

41
42

- Memberikan Pelayanan yang optimal kepada masyarakat dengan

cepat, tepat dan bertanggung jawab agar sejalan dengan Visi dan

Misi yang telah ditetapkan oleh Bupati Barito Selatan

- Melaksanakan pembinaan secara berkala Kepala Desa dan BPD

dalam Wilayah Kecamatan Gunung Bintang awai agar kegiatan

yang dilaksanakan dimasing-masing Desa bisa sejalan dengan Visi

dan Misi Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai dan tidak

menyimpang dari Visi dan Misi yang ditetapkan oleh Bupati

Barito Selatan.

- Melaksanakan Pengawasan dan Pengendalian secara terpadu

kepada seluruh Aparatur Penyelengara pemerintah Kecamatan

Gunung Bintang Awai agar para penyelengara pemerintah yang

ada dalam wilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai dapat

melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan

aturan dan ketentuan yang berlaku dalam Wilayah Kabupaten

Barito Selatan maupun pemerintah Republik Indonesia.

- Membuat Laporan pelaksanaan kegiatan pemerintah Kecamatan

kepada Bupati Barito Selatan secara benar dan bertanggung jawab.

3. Tugas

Tugas yang ditetapkan Kantor Kecamatan Gunung Bintang

Awai Kabupaten Barito Selatan adalah sebagai berikut :

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat


43

b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman

dan ketertiban umum

c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan

perundang – undangan

d. Mengkoordinasikan pemerintah prasarana dan fasilitas

pelayanan umum.

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah

di tingkat kecamatan.

f. Mebina penyelenggaraan kegiatan pemerintah Desa dan /

atau Kelurahan.

g. Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi

ruang lingkup tugasnya dan / atau yang belum dapat

dilaksanakan pemerintah Desa / Kelurahan.

4. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas Kantor Kecamatan

Gunung Bintang Awai mempunyai fungsi sebagai berikut :

- Berupaya memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya kepada

masyarakat

- Menyelenggarakan sesuatu dengan berkoordinasi baik pada

penyusunan rencana kerja / kegiatan yang akan diselenggarakan

dengan pihak – pihak yang terkait.

- Memnuat laporan kepada Bupati Barito Selatan sesuai dengan

kenyataan yang ada di lapangan


44

- Berupa mempertahankan serta meningkatkan disiplin dan etos

kerja.

4.1.2 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe

organisasi, perdepartemen organisasi kedudukan dan jenis wewenang pejabat,

bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggungjawab, rentang

kendali dan sistem pimpinan organisasi. Dengan Adanya struktur organisasi

maka karyawan dapat mengetahui secara jelas pembagian kerja, fungsi, dan jenis

kegiatan yang dikoordinasikan secara baik. Struktur organisasi Kantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah dapat

dilihat pada gambar berikut :


CAMAT

YUST ELLGOLAND,S.I.P.,M .,M.Si


NIP. 19731018 199903 1 00
SEKCAM

M. NURHUSAINI,SE
NIP. 19650516 199401 1 018

KASUBBAG UMUM & KASUBAG PERENCANAAN &


KEPEGAWAIAN KEUANGAN

TETI PEMBERIANI,S.SOs PAHRUL JAYA, A.Md.AK


NIP. 19821117200604 2 031 NIP. 19800303 200501 1 002

KASI PEMERINTAHAN KASI TRANTIBUM KASI PPM KASI KESRA

GEMAGALGANI SANI, S.SOs DONATUS JAGO,SH SUGIATO EKARIANO, S.SOs


NIP19651231 199401 1 029 NIP. 1960720 201101 1 001 NIP.19690915 199903 1 010 NIP.19770324 200901 1002

Gambar 2.3 Struktur Organisasi

45
46

4.2 HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil penelitian yang diperoleh penulis di kantor kecamatan Gunung

bintang Awai Barito Selatan Kalimantan Tengah yang beralamat di jalan

1. Profil Informan

Untuk melihat gambaran Implementasi Kesiapsiaggan Tanggap Darurat di

Kantor Kecmatan Gunung Bintang Awai Barito Selatan Kalimantan

Tengah, maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan,

sehingga memperoleh jawaban terhadap masalah – masalah yang berada di

kantor tersebut.

Adapun Informan yang di maksud dapat dilihat di tabel di bawah ini :

Tabel 3.3 Data Informan

No Nama Keterangan Umur

1 Donatus Jago Kasi Trantibum 47 Tahun

Kasi pencegahan

2 Abdul Azis dan 50 Tahun

Kesiapsiagaan

3 Rahmadi Staf Bencana 54 Tahun

4.2.1 Hasil Wawancara

Berikut ini adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian yang
dilakukan dengan beberapa informan yang menjadi bagian dalam Implentasi
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai
47

Barito Selatan Kalimantan Tengah. Dimana wawancara ini dilakukan dengan


tiga informan yang dimana jabatan pekerjaan yang berbeda – beda yaitu :

Hasil wawancara Terhadap Informan 1


A. Data Umum
1. Nama : Donatus Jago S.H
2. Jabatan : Kasi Trantibum ( Keaman dan Ketertiban Umun
3. Umur : 50 tahun

Data Pertanyaan

1. Apakah dilakukan pelaksanaan teknis penanggulangan bencana banjir?

“ Iya dilaksakan, kami telah menerapkan pelaksanaan teknis


penanggulangan bencana banjir “

2. Apakah di kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai disediakan lokasi


evakuasi apabila terjadi bencana banjir ?
“ Iya ada disediakan evakuasi bila terjadi bencana banjir, kami
menerapkan area muster point penyelamatan para karyawan bila
terjadi bencana banjir “

3. Apakah ada penyiapan dukungan dan mobilisasi seperti fasilitas


kesehatan bagi karyawan ?
“ Ada kami memfasilitasi karyawan dengan adanya pemeriksaan
kesehatan dan juga alat bantu medis pada saat banjir melanda
kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai“

4. Apakah rambu muster point di tempatkan pada tempat yang dapat


terlihat oleh karyawan ?

“ Tidak karena kami tidak memasang rambu muster point di area


muter point yang kami maksud“
48

5. Apakah ada panduan keselamatan bila terjadi banjir ?

“ Iya ada, kami merepkan panduan keselamatan seperti


mengarahkan karyawan ke muster point“

6. Apakah penerapan kesiapsiagaan tanggap darurat sudah terlaksana


dikantor kecamatan ?

“ Iya sudah terlaksana “

7. Apakah sarana evakuasi pada kantor kecamatan Gunung Bintang Awai


sudah cukup untuk mengevakuasi karyawan jika terjadi keadaan
darurat bencana banjir ?

“Belum cukup kami menempatkan muster point hanya didepan


kantor saja bukan didataran tinggi “

8. Apakah karyawan yang ada cukup tanggap dalam menghadapi situasi


darurat bencana banjir ?

“ iya cukup tanggap dalam menyelamatkan diri dan berkas serta


barang elektronik yang sekiranya terkena air maka, karyawan
kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai meminta bantuan
kepada tim BPBD “

9. Apakah anda mengetahui prosedur kesiapsiagaan tanggap darurat di


kantor kecamatan Gunung Bintang Awai bila terjadi bencana banjir ?

“ Iya tau karna kami telah melakukan pelatihan kesiapsiagaan


tanggap darurat “
49

10. Apakah Karyawan telah menerapkan pemantau dan peringan dini di


Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai ?

“ Tidak, kami disini tidak menerapkan tentang adanya peringatan


dini bila terjadi banjir “

Dari hasil wawancara yang di lakukan terhadap informan 1 yang di

dapatkan :

Pelaksanaan teknis penanggulangan bencana banjir telah diterapkan di

Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai, Karyawan kantor juga

menerapkan area muster point penyelamatan para karyawan bila terjadi

bencana banjir di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai juga

memfasilitasi karyawan dengan adanya pemeriksaan kesehatan dan juga alat

bantu medis pada banjir melanda, tidak terdapat rambu muster point pada

Kantor Kecamatan Gunung Binrang Awai.

Dikantor juga sudah diterapkan panduan keselamatan seperti

mengarahkan karyawan ke muster point, penerapan kesiapsiagaan tanggap

darurat juga sudah terlaksana di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai,

untuk sarana evakuasi pada kantor belum cukup karena karyawan

menempatkan muster point hanya didepan kantor saja bukan di dataran

tinggi, karyawan cukup tanggap dalam menghadapi situasi darurat bencana

banjir seperti menyelamatkan diri dan berkas-berkas penting serta barang

elektronik yang sekiranya terkena air para karyawan Kantor Kecamatan


50

Gunung Bintang Awai juga sudah mengetahui prosedur kesiapsiagaan

tanggap darurat di kantor karena telah melakukan pelatihan kesiapsiagaan

tanggap darurat. Dan karyawan Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai

tidak menerapkan tentang adanya peringatan dini bila terjadi banjir.

Hasil wawancara Terhadap Informan 2


B. Data Umum
1. Nama : Abdul Azis, s.p
2. Jabatan : Kasi Pencegahan dan kesiapsiagaan
3. Umur : 48 tahun

Data Pertanyaan

1. Apakah dilakukan pelaksanaan teknis penanggulangan banjir ?

“ Iya dilaksanakan “

2. Apakah di kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai disediakan lokasi


evakuasi apabila terjadi bencana banjir ?

“ Ada dilakukkan evakuasi bila terjadi bencana banjir“

3. Apakah ada penyiapan dukungan dan mobilisasi seperti fasilitas


kesehatan bagi karyawan ?

“ Iya ada, karyawan juga ada pemeriksaan kesehatan dan juga alat
bantu medis pada saat banjir melanda Kantor Kecamatan Gunung
Bintang Awai “

4. Apakah rambu muster point di tempatkan pada tempat yang dapat


terlihat oleh karyawan ?
“ Tidak terdapat rambu muster point di Kantor Kecamatan Gunung
Bintang Awai“
51

5. Apakah ada panduan keselamatan bila terjadi banjir ?

“ Iya ada “

6. Apakah penerapan kesiapsiagaan tanggap darurat sudah terlaksana


dikantor kecamatan ?

“ Iya sudah terlaksana “

7. Apakah sarana evakuasi pada kantor kecamatan Gunung Bintang Awai


sudah cukup untuk mengevakuasi karyawan jika terjadi keadaan
darurat bencana banjir ?

“ Belum cukup “

8. Apakah karyawan yang ada cukup tanggap dalam menghadapi situasi


darurat bencana banjir ?

“ Iya sudah cukup tanggap dalam menghadapi situasi darurat


bencana banjir “

9. Apakah anda mengetahui prosedur kesiapsiagaan tanggap darurat di


kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai bila terjadi banjir ?

“ Iya tau “

10. Apakah karyawan telah menerapkan pemantau dan peringatan dini di


Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai ?
“ Tidak menerapkan tentang adanya peringatan dini bila terjadi
banjir “
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan 2 yang

didapatkan :
52

Di kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai dilaksanakan teknis

penanggulangan bencana banjir dan diterapkan juga lokasi muster point

penyelamatan karyawan bila terjadi bencana banjir, dan difasilitasi dengan

adanya pemeriksaan kesehatan dan juga alat bantu medis di kantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai tidak terdapat muster point, dan ada

panduan keselamatan bila terjadi banjir seperti mengarahkan karyawan ke

muster point.

Penerapan kesiapsiagaan tanggap darurat sudah terlaksana di Kantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai, dan belum cukup sarana evakuasi

karena karyawan menempatkan muster point hanya didepan Kantor saja

bukan di dataran yang tinggi. Karyawan Kantor Kecamatan Gunung

Bintang Awai cukup tanggap dalam menghadapi situasi darurat bencana

banjir seperti menyelamatkan diri dan berkas penting serta alat elektronik

yang sekiranya terkena air, Karyawan juga mengetahui prosedur

kesiapsiagaan tanggap darurat dikantor Kecamatan Gunung Bintang Awai

seperti mengikuti pelatihan kesiapsiagaan tanggap darurat. Dan karyawan

tidak menerapkan pemantauan peringatan dini bila terjadi banjir

Hasil wawancara Terhadap Informan 3

4. Data Umum
1. Nama : Rahmadi, A.Md, SST
2. Jabatan : Staf Analis Bencana
3. Umur : 54 tahun
53

Data Pertanyaan

1. Apakah dilakukan pelaksanaan teknis penanggulangan banjir ?

“ Iya dilaksanakan pelaksanaan penanggulangan banjir “

2. Apakah di kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai disediakan lokasi


evakuasi apabila terjadi bencana banjir ?

“ Iya ada disediakan lokasi evakuasi bila terjadi bencana banjir“

3. Apakah ada penyiapan dukungan dan mobilisasi seperti fasilitas


kesehatan bagi karyawan ?

“ ada disediakan kesehatan dan juga alat bantu medis pada kantor
Kecamatan Gunung Bintang Awai“

4. Apakah rambu muster point ditempatkan pada tempat yang dapat


terlihat oleh karyawan ?
“ tidak ada rambu muster point di Kantor Kecamatan Gunung
Bintang Awai“

5. Apakah ada panduan keselamatan bila terjadi banjir ?


“ Iya ada “

6. Apakah penerapan kesiapsiagaan tanggap darurat sudah terlaksana di


kantor kecamatan ?

“ Iya sudah terlaksana “

7. Apakah sarana evakuasi pada kantor kecamatan Gunung Bintang Awai


sudah cukup untuk mengevakuasi karyawan jika terjadi keadaan
darurat bencana banjir ?

“ Belum cukup “
54

8. Apakah karyawan yang ada cukup tanggap dalam menghadapi situasi


darurat bencana banjir ?

“ Iya sudah cukup tanggap dalam menyelamatkan diri dan berkas


serta barang elektronik yang sekiranya terkena air, karyawan Kantor
Kecamatan Gunung Bintang Awai meminta bantuan kepada tim
BPBD “

9. Apakah anda mengetahui prosedur kesiapsiagaan tanggap darurat di


kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai bila terjadi banjir ?

“ Iya tau “

10. Apakah Karyawan telah menerapkan pemantauan dan peringatan dini


di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai ?

“Tidak menerapkan tentang adanya peringatan dini bila terjadi


banjir“

Dari hasil wawancara yang di lakukan terhadap informan 3 yang di

dapatkan :

Pelaksanaan teknis penanggulangan bencana banjir telah dilakukan di

Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai disediakan juga evakuasi bila

terjadi bencana banjir dan menerapkan area muster point penyelamatan

karyawan, dan ada penyiapan dukungan yang memfasilitasi karyawan

dengan adanya pemeriksaan kesehatan dan juga alat bantu medis pada saat

banjir melanda Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai, tidak terdapat


55

rambu muster point di Kantor Kecamatan Karyawan juga menerapkan

panduan keselamatan seperti mengarahkan karyawan ke muster point.

Penerapan Kesiapsiagaan tanggap darurat juga sudah terlaksana di

kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai dan belum cukup sarana untuk

mengevakuasi karena muster point hanya ditempatkan di depan kantor

saja bukan di dataran tinggi, karyawan yang ada cukup tanggap dalam

menyelamatkan diri dan berkas-berkas serta barang elektronik yang

sekitanya terkena air. karyawan juga mengetahui prosedur kesiapsiagaan

tanggap darurat di kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai karena telah

melakukan pelatihan kesipasiagaan tanggap darurat, dan karyawan tidak

menerapkan tentang adanya pemantauan peringatan dini bila terjadi

bencana banjir.
56

4.2.2 Hasil Obsrevasi

Tabel 3.4 Forum Cheklist


No Penerapan
Tidak
Penanggulangan Terlaksana Keterangan
Terlaksana
Bencana

1. Tahap Prabencana

Tidak diterapkan di
Pemasangan Sistem kantor Kecamatan
Peringatan dini ✓ Gunung Bintang
Awai
Telah diterapkan
oleh Kantor
Penyiapan lokasi
Kecamatan Gunung
evakuasi ✓
Bintang Awai

Tidak diterapkan
Infrastruktur dikantor Kecamatan
perlindungan banjir ✓ Gunung Bintang
Awai

Telah diterapkn oleh


Pelatihan dan kantor Kecamatan

kesadaran karyawan Gunung Bintang
Awai

Telah diterapkan
✓ Oleh Kecamatan
Bantuan Kesehatan /
Gunung Bintang
Alat medis
Awai

Penyiapan sistem
informasi dan Telah diterapkan
komunikasi yang ✓ oeh kantor
cepat dan terpadu Kecamatan Gunung
guna mendukung Bintang Awai
tugas kebencanaan

2 Tahap Pasca Bencana

Perbaikan Telah diterapkan


lingkungan daerah ✓ oleh Kantor
bencana Kecamatan Gunung
57

Bintang Awai

Telah diterapkan
Perbaikan sarana
✓ oleh Kantor
dan pra sarana
Kecamatan Bintang
umum
Awai
Telah diterapkan
Pelayanan ✓ oleh Kantor
Kesehatan Kecamatan Gunung
Bintang Awai
Sumber : Undang – Undang No 24 Tahun 2007

Penjelasan terkait keterangan dari hasil pengamatan penerapan

kesiapsiagaan kesiapsiagaan dikantor Kecamatan Gunung Bintang Awai

Barito Selatan sesuai dengan checklist yaitu :

Tahap Prabencana
1. Pemasangan sistem peringatan dini tidak diterapkan oleh kantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai

2. Penyiapan lokasi evakuasi telah diterapkan di kantor Kecamatan

Gunung Bintang Awai dengan adanya lokasi muster point yang berada

di depan kantor.

3. Tidak diterapkan adanya infrastruktur perlindungan bencana banjir di

kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai.

4. Telah diterapkan pelatihan dan kesadaran karyawan di kantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai

5.Telah diterapkan bantuan kesehatan / alat medis dikantor Kecamatan

Gunung Bintang Awai seperti pemeriksaan kesehatan terhadap setiap

karyawan.
58

6.Telah diterapakan penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang

cepat dan terpadu guna mendukung tugas kebencanaan, seperti

menghubungi pihak BPBD jika terjadi banji.

Tahap Pasca Bencana

1. Telah diterapkan perbaikan lingkungan daerah di kantor Kecamatan

Gunung Bintang Awai .

2. Telah diterapkan perbaikan sarana dan prasarana umum dikantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai.

3. Telah diterapkan pelayanan Kesehatan di kantor Kecamatan Gunung

Bintang Awai.

4.3 Kesiapsiagaan Karyawan Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kantor


Kecamatan Gunung Bintang Awai

Sebelum terjadinya bencana banjir Karyawan kantor Kecamatan Gunung

Bintang Awai menerapkan Pengaturan area kerja, para karyawan kantor menyimpan

barang berharga dan barang penting lainnya di tempat yang lebih tinggi untuk

mengurangi risiko kerusakan akibat air. Mereka juga menerapkan evaluasi dan

peningkatan terhadap tingkat kesiapsiagaan karyawan dan rencana tanggap darurat,

hasil evaluasi tersebut untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kesiapsiagaan

di masa mendatang.

Terdapat beberapa kategori Kesiapsiagaan banjir yang ada di Kantor Kecamatan

Gunung Bintang Awai :


59

1. Sistem Pemantauan dan peringan dini di Kantor Kecamatan

Gunung Bintang Awai Tidak diterapkan oleh karyawan kantor

dikarenakan pegawai sudah memahami dengan penilaian

penerapan 0%

2. Perencaan Evakuasi di Kecamatan Gunung Bintang Awai tidak

sesuai karena rute evakuasi atau muster point yang diterapkan

terlalu dekat dengan gedung dan saran evakuasi tidak diterapkan

oleh karyawan Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai dengan

penilaian penerapan hanya 30%.

3. Infrastruktur Perlindungan Banjir di Kantor Kecamatan Gunung

Bintang Awai tidak diterapkan oleh karyawan seperti membangun

atau meningkatan sistem tanggul dan pintu air dengan penilaian

penerapan 0%.

4. Pelatihan dan kesadaran telah diterapkan oleh karyawan di Kantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai seperti pelatihan mengenai

prosedur tanggap darurat bencana banjir dan juga membuat

perlindungan aset kantor denga penilaian penerapan 85%.

5. Pengelolaan krisis dan bantuan di Kantor Kecamatan Gunung

Bintang Awai karyawan telah menerapkan atau mempersiapkan

fasilitas kesehatan dan bantuan medis untuk menghadapi situasi

darurat saat banjir terjadi dengan penilaian penerapan 97%.

6. Kerjasama antar lembaga Karyawan Kantor Kecamatan Gunung

Bintang Awai telah bekerjasama dengan tim BPBD dalam


60

menghadapi resiko bencana dan mengurangi kerugian akibat

bencana banjir tersebut dengan penilaian penerapan 95%.

4.4 Tanggap Darurat Bencana Banjir Di Kantor Kecamatan Gunung Bintang


Awai

Tanggap darurat yang dilakukan di kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai

yaitu menerapkan pendidikan dan pelatihan seluruh karyawan di kantor

mendapatkan pendidikan dan pelatihan mengenai prosedur tanggap darurat bencana

banjir, karyawan juga membuat perlindungan aset kantor seperti perangkat

elektronik, dokumen penting, dan barang – barang berharga lainnya jika terjadi

bencana banjir akan diamankan ke tempat yang lebih aman. Karyawan kantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai juga melakukan evaluasi dan revisi terhadap

rencana tanggap darurat jika diperlukan. Sistem tanggap darurat disesuaikan dengan

perubahan kondisi dikantor dan pengetahuan terbaru mengenai tanggap darurat

bencana banjir di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai.

4.5 Tim Penyelamat Dan Evakuasi Korban Bencana Banjir

Tim penyelamatan dan evakuasi korban bekerjasama dengan BPBD ( Badan

Penanggulangan Bencana Daerah) yang bertugas di Kabupaten Barito Selatan dan

akan turun ke Kecamatan Gunung Bintang Awai apabila terjadi bencana banjir.

Alat – alat yang digunakan oleh tim penyelamat yaitu perahu karet adalah alat

utama yang digunakan untuk menyelamatkan korban dan mengangkut mereka dari

daerah yang tergenang air. Tim penyelamat juga menggunakan alat komunikasi

seperti radio, telepon satelit untuk berkoordinasi dengan tim penyelamat lainnya,
61

mereka juga membawa peralatan medis darurat seperti kotak P3K ( Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan ) seperti perban, obat –obatan, dan peralatan lainnya

untuk memberikan pertolongan medis kepada korban banjir selain itu tim

penyelamat juga menggunakan pakaian pelindung seperti jaket tahan air dan sepatu

bot khusus, untuk melindungi diri mereka dari air kotor dan potensi bahaya lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Kesiapsiagaan Tanggap

Daruat di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai maka dapat ditarik simpulan

sebagai berikut :

1. Karyawan Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai telah melaksanakan

kesiapsiagaan tanggap darurat dalam menghadapi bencana banjir walaupun

ada beberapa yang belum diterapkan.

2. Karyawan Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai telah melakukan

pelatihan atau pendidikan kesiapsiagaan tanggap darurat bencana banjir.

3. Dalam menerapkan kesiapsiagaan karyawan kantor Kecamatan Gunung

Bintang Awai bekerjasama dengan tim BPBD dalam menghadapi situasi

saat bencana banjir.

4. Terdapat beberapa penilaian persentase kategori Kesiapsiagaan banjir yang

ada di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai yang telah dilaksanakan

dari 6 kategori hanya 3 yang terlaksana dengan penilaian persentase 50%

sedangkan yang tidak terlaksana dari 6 kategori ada 3 dengan penilaian

persentase 50% maka tingkat kategori kesiapsiagaan yang ada dikantor

Kecamatan Gunung Bintang Awai dinilai cukup baik dengan persentase

50%.

62
63

5.2 Saran

Berdasarkan Hasil Pembahasan dan simpulan maka saran yang dapat diberikan

antara lain :

1. Penerapan kesiapsiagaan tanggap darurat yang belum terlaksana atau belum

sesuai lebih ditingkatkan lagi dan dilaksanakan sebagai upaya

penanggulangan bencana banjir di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai

seperti penerapan muster point penyelamatan karyawan tidak efektif yang

seharusnya berada di dataran tinggi.

2. Bahwa pengaturan kedepan pelaksanaan penanggulangan bencana Banjir di

Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai harus menjalin sinergis antara

BPBD dalam kabupaten Barito Selatan, dan karyawan diharapkan menjadi

kolaborasi yang baik membantu terciptanya penanganan bencana yang cepat

dan efektif. Sehingga BPBD kabupaten barito selatan mempunyai payung

hukum dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana dalam penanganan

bencana.

3. Adapun Perencaan Evakuasi di Kecamatan Gunung Bintang Awai yang

belum terlaksana sebaiknya dilaksanakan dan diterapkan, semstinya muster

point ditempatkan di area tinggi yang tidak terkena banjir sebagai upaya

menghindari banjir di area kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai.

4. Infrastruktur Perlindungan Banjir di Kantor Kecamatan Gunung Bintang

Awai yang belum diterapkan sebaiknya diterapkan dengan adanya pembuatan


64

tanggul dan pintu air sebagai upaya pencegahan banjir dan untuk

mengedalikan arah aliran air agar tidak memasuki area pemukiman warga.

5. Pemasangan sistem peringatan dini tidak diterapkan oleh kantor Kecamatan

Gunung Bintang Awai sebaiknya dibuat sistem peringatan agar karyawan

dapat bersiap sebelum banjir datang.


65

DAFTAR PUSTAKA

Damansyah, H., & Monoarfa, S. (2021). Partisipasi Masyarakat Dengan Mitigasi

Bencana Banjir Di Desa Tolite Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo.

Zaitun (Jurnal Ilmu Kesehatan), 7(2). https://doi.org/10.31314/zijk.v7i2.1146

Dhani, M. R., & Rachmat, A. N. (2019). Pembentukan Tim Tanggap Darurat Sebagai

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Di

Institusi Pendidikan. Heuristic, 16(2), 98–103.

https://doi.org/10.30996/he.v16i2.2969

Isa, M., Studi, P., Fakultas, M., Universitas, E., & Surakarta, M. (2016). BENCANA

ALAM : BERDAMPAK POSITIF ATAU NEGATIF TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI ? 147–156.

Kunci, K. (2019). Jurnal Manajemen Bencana ( JMB ) SOCIAL NETWORK

ANAYLSIS OF HEALTH CLUSTER COORDINATION. 5(1), 1–18.

https://doi.org/10.33172/jmb.v5i1.603

Kusumo, P., & Nursari, E. (2016). Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir dengan Sistem

Informasi Geografis pada DAS Cidurian Kab. Serang, Banten. STRING (Satuan

Tulisan Riset Dan Inovasi Teknologi), 1(1), 29–38.

https://doi.org/10.30998/string.v1i1.966

Naryanto, H. S. (2017). Analisis Kejadian Bencana Tanah Longsor Tanggal 12

Desember 2014 Di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar,


66

Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. In Jurnal Alami : Jurnal

Teknologi Reduksi Risiko Bencana (Vol. 1, Issue 1, p. 1).

https://doi.org/10.29122/alami.v1i1.122

Putranto, M. N. (2020). Tinjauan Operasional Bagian General Affair Pada Pt .

Kamadjaja Logistics. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta, 5.

Rahmaniah. (2021). Analisis Penyebab Bencana Alam Banjir yang Ada di Wilayah

Indonesia. 1–10. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/gmpn4

Reichenbach, A., Bringmann, A., Reader, E. E., Pournaras, C. J., Rungger-Brändle,

E., Riva, C. E., Hardarson, S. H., Stefansson, E., Yard, W. N., Newman, E. A.,

& Holmes, D. (2019). In Progress in Retinal and Eye Research (Vol. 561, Issue

Utomo, D. D., & Marta, F. Y. D. (2022). Dampak Bencana Alam Terhadap

Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Terapan

Pemerintahan Minangkabau, 2(1), 92–9 https://doi.org/10.33701/jtpm.v2i1.2395


67

LAMPIRAN
68
69

LEMBAR WAWANCARA

Informan 1
A. Data Umum
4. Nama : Donatus Jago S.H
5. Jabatan : Kasi Trantibum ( Keaman dan Ketertiban Umun
6. Umur : 50 tahun

Data Pertanyaan

1. Apakah dilakukan pelaksanaan teknis penanggulangan bencana banjir?

“ Iya dilaksakan, kami telah menerapkan pelaksanaan teknis


penanggulangan bencana banjir “

2. Apakah di kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai disediakan lokasi


evakuasi apabila terjadi bencana banjir ?
“ Iya ada disediakan evakuasi bila terjadi bencana banjir, kami
menerapkan area muster point penyelamatan para karyawan bila
terjadi bencana banjir “

3. Apakah ada penyiapan dukungan dan mobilisasi seperti fasilitas


kesehatan bagi karyawan ?
“ Ada kami memfasilitasi karyawan dengan adanya pemeriksaan
kesehatan dan juga alat bantu medis pada saat banjir melanda
kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai“

4. Apakah rambu muster point di tempatkan pada tempat yang dapat


terlihat oleh karyawan ?

“ Tidak karena kami tidak memasang rambu muster point di area


muter point yang kami maksud“
70

5. Apakah ada panduan keselamatan bila terjadi banjir ?

“ Iya ada, kami merepkan panduan keselamatan seperti


mengarahkan karyawan ke muster point“

6. Apakah penerapan kesiapsiagaan tanggap darurat sudah terlaksana


dikantor kecamatan ?

“ Iya sudah terlaksana “

7. Apakah sarana evakuasi pada kantor kecamatan Gunung Bintang Awai


sudah cukup untuk mengevakuasi karyawan jika terjadi keadaan
darurat bencana banjir ?

“Belum cukup kami menempatkan muster point hanya didepan


kantor saja bukan didataran tinggi “

8. Apakah karyawan yang ada cukup tanggap dalam menghadapi situasi


darurat bencana banjir ?

“ iya cukup tanggap dalam menyelamatkan diri dan berkas serta


barang elektronik yang sekiranya terkena air maka, karyawan
kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai meminta bantuan kepada
tim BPBD “

9. Apakah anda mengetahui prosedur kesiapsiagaan tanggap darurat di


kantor kecamatan Gunung Bintang Awai bila terjadi bencana banjir ?

“ Iya tau karna kami telah melakukan pelatihan kesiapsiagaan


tanggap darurat “

10. Apakah Karyawan telah menerapkan pemantau dan peringan dini di


Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai ?
71

“ Tidak, kami disini tidak menerapkan tentang adanya peringatan


dini bila terjadi banjir “
72

LEMBAR WAWAMCARA
Informan 2
B. Data Umum
5. Nama : Abdul Azis, s.p
6. Jabatan : Kasi Pencegahan dan kesiapsiagaan
7. Umur : 48 tahun

Data Pertanyaan

1. Apakah dilakukan pelaksanaan teknis penanggulangan banjir ?

“ Iya dilaksanakan “

2. Apakah di kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai disediakan lokasi


evakuasi apabila terjadi bencana banjir ?

“ Ada dilakukkan evakuasi bila terjadi bencana banjir“

3. Apakah ada penyiapan dukungan dan mobilisasi seperti fasilitas


kesehatan baggi karyawan ?

“ Iya ada, karyawan juga ada pemeriksaan kesehatan dan juga alat
bantu medis pada saat banjir melanda Kantor Kecamatan Gunung
Bintang Awai “

4. Apakah rambu muster point di tempatkan pada tempat yang dapat


terlihat oleh karyawan ?
“ Tidak terdapat rambu muster point di Kantor Kecamatan Gunung
Bintang Awai“

5. Apakah ada panduan keselamatan bila terjadi banjir ?

“ Iya ada “
73

6. Apakah penerapan kesiapsiagaan tanggap darurat sudah terlaksana


dikantor kecamatan ?

“ Iya sudah terlaksana “

7. Apakah sarana evakuasi pada kantor kecamatan Gunung Bintang Awai


sudah cukup untuk mengevakuasi karyawan jika terjadi keadaan
darurat bencana banjir ?

“ Belum cukup “

8. Apakah karyawan yang ada cukup tanggap dalam menghadapi situasi


darurat bencana banjir ?

“ Iya sudah cukup tanggap dalam menghadapi situasi darurat


bencana banjir “

9. Apakah anda mengetahui prosedur kesiapsiagaan tanggap darurat di


kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai bila terjadi banjir ?

“ Iya tau “

10. Apakah karyawan telah menerapkan pemantau dan peringatan dini di


Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai ?

“ Tidak menerapkan tentang adanya peringatan dini bila terjadi


banjir “
74

LEMBAR WAWANCARA

Informan 3

C. Data Umum
4. Nama : Rahmadi,A.Md, SST
5. Jabatan : Staf Analis Bencana
6. Umur : 54 tahun

Data Pertanyaan

1. Apakah dilakukan pelaksanaan teknis penanggulangan banjir ?

“ Iya dilaksanakan pelaksanaan penanggulangan banjir “

2. Apakah di kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai disediakan lokasi


evakuasi apabila terjadi bencana banjir ?

“ Iya ada disediakan lokasi evakuasi bila terjadi bencana banjir“

3. Apakah ada penyiapan dukungan dan mobilisasi seperti fasilitas


kesehatan bagi karyawan ?

“ ada disediakan kesehatan dan juga alat bantu medis pada kantor
Kecamatan Gunung Bintang Awai“

4. Apakah rambu muster point di tempatkan pada tempat yang dapat


terlihat oleh karyawan ?
“ tidak ada rambu muster point di Kantor Kecamatan Gunung
Bintang Awai“

5. Apakah ada panduan keselamatan bila terjadi banjir ?


“ Iya ada “
75

6. Apakah penerapan kesiapsiagaan tanggap darurat sudah terlaksana


dikantor kecamatan ?

“ Iya sudah terlaksana “

7. Apakah sarana evakuasi pada kantor kecamatan Gunung Bintang Awai


sudah cukup untuk mengevakuasi karyawan jika terjadi keadaan
darurat bencana banjir ?

“ Belum cukup “

8. Apakah karyawan yang ada cukup tanggap dalam menghadapi situasi


darurat bencana banjir ?

“ Iya sudah cukup tanggap dalam menyelamatkan diri dan berkas


serta barang elektronik yang sekiranya terkena air, karyawan Kantor
Kecamatan Gunung Bintang Awai meminta bantuan kepada tim
BPBD “

9. Apakah anda mengetahui prosedur kesiapsiagaan tanggap darurat di


kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai bila terjadi banjir ?

“ Iya tau “

10. Apakah Karyawan telah menerapkan pemantauan dan peringatan dini


di Kantor Kecamatan Gunung Bintang Awai ?

“Tidak menerapkan tentang adanya peringatan dini bila terjadi


banjir“
76

DATA CHEKLIST

No Penerapan
Tidak
Penanggulangan Terlaksana Keterangan
Terlaksana
Bencana

1. Tahap Prabencana

Tidak diterapkan di
Pemasangan Sistem kantor Kecamatan
Peringatan dini ✓ Gunung Bintang
Awai
Telah diterapkan
oleh Kantor
Penyiapan lokasi
Kecamatan Gunung
evakuasi ✓
Bintang Awai

Tidak diterapkan
Infrastruktur dikantor Kecamatan
perlindungan banjir ✓ Gunung Bintang
Awai

Telah diterapkn oleh


Pelatihan dan kantor Kecamatan

kesadaran karyawan Gunung Bintang
Awai

Telah diterapkan
✓ Oleh Kecamatan
Bantuan Kesehatan /
Gunung Bintang
Alat medis
Awai

Penyiapan sistem
informasi dan Telah diterapkan
komunikasi yang ✓ oeh kantor
cepat dan terpadu Kecamatan Gunung
guna mendukung Bintang Awai
tugas kebencanaan

2 Tahap Pasca Bencana

Perbaikan Telah diterapkan


lingkungan daerah ✓ oleh Kantor
bencana Kecamatan Gunung
77

Bintang Awai

Telah diterapkan
Perbaikan sarana
✓ oleh Kantor
dan pra sarana
Kecamatan Bintang
umum
Awai
Telah diterapkan
Pelayanan ✓ oleh Kantor
Kesehatan Kecamatan Gunung
Bintang Awai

Anda mungkin juga menyukai