Kegiatan Pembelajaran
Apersepsi :
Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari tentang
Opener memerankan penokohan dalam drama
Guru memotivasi siswa untuk memerankan penokohan dalam
drama
Guru menyampaikan konsep dasar memerankan penokohan dalam
drama
Peserta didik menganalisis proses memerankan penokohan dalam
drama
Siswa menganalisis memerankan penokohan dalam drama
Siswa mencatat dengan rapih seluruh hasil diskusi dalam
TELAAH pertemuan di kelas sehingga mampu mengaktifasi pola aksara
peserta didik
CLOSURE
Mengetahui,
Babak I
Malin Kundang memiliki seorang sahabat bernama Rasyid. Suatu hari ketika istirahat
seusia bekerja. Malin Kundang dan Rasyid mendengar ada kapal besar milik seorang
saudagar kaya sedang berlabuh di Pantai Air Asin.
Seketika itu pulalah muncul keinginan Malin Kundang dan Rasyid untuk pergi
merantau. Rasyid dan Malin Kundang merasa hanya dengan merantaulah mereka
akan mampu merubah nasibnya.
Rasyid
Hei, Malin…
Malin Kundang
Hei Rasyid ada apa?
Rasyid
Apakah kamu mendengar ada kapal besar milik seorang saudagar kaya sedang
berlabuh di dekat sini?
Malin Kundang
Iya, aku mendengar kabar tersebut. Lantas ada apa? Adakah untungnya
bersandarnya kapal itu bagi kita? Bukankah kapal-kapal itu seperti kapal lainnya
yang sering singgah di sini?
Rasyid
Aduh kamu ini, Malin…Kapal itu bisa mengubah nasib kita, Malin.
Malin Kundang
Maksudmu bagaimana?
Rasyid
Kita datang ke sana lalu melamar pekerjaan sebagai anak buah kapal. Siapa tahu kita
diijinkan bekerja di sana. Ku dengar gaji kerja di kapal jauh berkali-kali lipat
dibanding dengan gaji kita sekarang.
Malin Kundang
Benarkah yang kau katakan itu, Rasyid?
Rasyid
Tentu. Aku ingin ke sana lalu melamar pekerjaan di sana. Siapa tahu lamaranku
diterima dan kemudian aku diperbolehkan kerja di sana.
Malin Kundang
Kalau kerja di kapal. Kamu akan merantau?
Rasyid
Iya, aku akan merantau. Kamu mau ikut?
Malin Kundang
Iya, aku ingin ikut merantau. Sebab, aku sudah bosan hidup miskin seperti ini saya
mau merubah nasib, ya saya mau sekali jadi kapan kita mulai berangkat ?
Rasyid
Baik bagaimana kalau besok pagi ?
Malin Kundang
Baiklah kalau begitu lebih cepat lebih baik, tetapi saya harus meminta restu kepada
ibuku lebih dulu.
Rasyid
Baiklah, Malin. Mintalah restu pada ibumu. Siapa tahu berkat restu dari ibu akan
membukakan rejeki buatmu di perantauan nanti.
Malin Kundang
Besoknya pagi atau siang?
Rasyid
Kira-kira sekitar matahari sepenggalah kutunggu kau dermaga, ya?
Malin Kundang
Baiklah, kawan. Terima kasih, ya .
Rasyid
Iya sama-sama, kawan.
Babak II
Malam harinya Malin Kundang segera meminta restu kepada ibunya untuk pergi
merantau
Malin Kundang
Bu, Malin mau minta restu
Mande
Kamu mau kemana, Nak?
Malin Kundang
Saya mau mengubah nasib keluarga kita, Bu.
Mande
Bagaimana caranya, Nak?
Malin Kundang
Tadi pagi saya ketemu Rasyid. Dia memberi tahu ada kapal yang bersandar di pantai
dekat desa kita. Lalu kami berdua memutuskan untuk pergi merantau lewat kapal itu
Mande
Malin, apakah kau tega meninggalkan ibumu yang sudah tua ini tinggal di rumah
sendirian?
Malin Kundang
Malin juga tidak tega, Bu. Tetapi Malin juga ingin merubah nasib keluarga kita
supaya bisa menjadi kaya. Malin sudah bosan hidup miskin dan dihina sama
tetangga terus menerus, Bu.
Mande
Baiklah, Malin. Jika itu memang sudah menjadi keputusanmu. Ibu akan memberimu
restu. Doa ibu akan senantiasa menyertaimu. Ibu berharap kamu akan sukses dan
menjadi kaya seperti yang kamu inginkan. Tetapi, jika sudah kaya jangan lupa untuk
pulang, ya, Nak.
Malin
Baik, Ibu. Terima kasih atas doa dan restunya, Bu. Malin berjanji akan pulang dan
menjemput ibu bila sudah sukses nanti. Kapan kamu berangkat, Nak?
Malin Kundang
Malin akan berangkat merantau besok pagi, Bu.
Mande
Secepat itukah kamu akan pergi, Nak, Kamu akan pergi meninggalkan ibu sendirian?
Malin Kundang
Iya, Bu. Doakan Malin agar selamat dan berhasil sampai tujuan ya, Bu.
Babak III
Keesokan harinya dengan diantarkan ibunya. Malin Kundang dan Rasyid pergi
menuju ke pantai desa mereka, tempat kapal besar milik saudagar kaya itu
bersandar.
Tidak lama berselang kapal itu segera berlayar meninggalkan kampung halaman
Malin Kundang dan Rasyid.
Malin Kundang
Akhirnya kita sampai juga di tanah perantauan, kawan.
Rasyid
Iya, Malin kita sudah dekat dengan cita-cita kita.
Malin Kundang
Bagaimana ini kawan, kita di sini akan kerja apa?
Rasyid
Tidak tahu Malin Kundang, saya juga sedang kebingungan. (Lalu tiba-tiba saudagar
kaya pemilik kapal muncul)
Saudagar
Apakah kalian benar-benar sedang menginginkan sebuah pekerjaan?
Rasyid
Benar, Tuan Saudagar!
Saudagar
Kebetulan saya sedang mencari 2 orang pekerja untuk kapalku. Apakah kalian mau
bekerja bersamaku?
Rasyid
Tentu saja kami mau Tuan saudagar. Kira-kira kapan kami diperbolehkan mulai
bekerja?
Saudagar
Nanti kalau kapal ini sudah sampai. Kalian bisa bekerja di rumahku.
Malin Kundang
Rumah Tuan Saudagar ada di mana?
Saudagar
Nanti saja kalau kapal ini sudah berlabuh. Kalian berdua ikuti saja langkahku
Malin Kundang dan Rasyid
Baik Tuan Saudagar.
Babak IV
Akhirnya kapal pun sampai. Saudagar segera turun usai memerintahkan anak
buahnya menurunkan barang-barang yang dibeli dari Pantai Air Manis.
Malin Kundang dan Rasyid mengikuti kemana pun saudagar itu pergi. Hingga
sampailah mereka pada sebuah rumah besar yang sangat indah.
Kedatangan saudagar kaya itu disambut oleh seorang perempuan muda yang sangat
cantik parasnya. Belakangan diketahui bahwa perempuan muda itu merupakan putri
dari saudagar.
Begitu sampai di rumah saudagar. Rasyid dan Malin Kundang segera bekerja seperti
yang diperintahkan sang saudagar.
Putri
Ayah siapakah nama dua orang itu .
Saudagar
Yang mana?
Putri
Yang gagah, tampan dan rajin dan itu, Yah.
Saudagar
Oh yang itu, dia bernama Malin Kundang
Putri
Oh, namanya Malin Kundang
Saudagar
Memangnya ada apa, Putriku?
Putri
Tidak ada apa-apa Yah, Saya cuma ingin tahu saja. Sudah dulu ya, Yah. Saya, mau
beberes di dapur dulu.
Saudagar
Baiklah, Nak.
Babak V
Sejak hari itu, Putri semakin kagum pada Malin Kundang. Selain itu Putri juga jatuh
cinta sejak pandangan pertama kepada Malin Kundang.
Hal yang sama juga dirasakan Malin Kundang. Karena dirasa Malin Kundang adalah
anak yang baik dan rajin. Saudagar pun mengijinkan putrinya menikah dengan Malin
Kundang.
Setelah menikah dengan putri saudagar tersebut. Malin Kundang semakin rajin
bekerja. Berkat ketekunannya, kini Malin Kundang telah menjadi kaya raya.
Sayangnya nasib malang justru dialami Rasyid. Sebab, sering malas-malasan dalam
bekerja. Ia pun dipulangkan ke kampung halamannya.
Suatu hari Malin Kundang dan istrinya berlayar ke Pantai Air Manis untuk membeli
sesuatu.
Putri
Akhirnya kita sampai sudah, kanda.
Malin kundang
Iya, dindaku sayang. Dinda, lihatlah pedagang baju itu. Ia adalah Rasyid teman kanda
yang dulu dipulangkan karena sering malas-malasan dalam bekerja.
Putri
Benarkah demikian, Kanda ?
Malin kundang
Benar, Dinda. Mari kita datangi dan bantu dia.
Putri
Mari, Kanda.
Malin Kundang
Hai, sahabatku Rasyid
Rasyid
Oh ternyata kamu, sahabatku. Kamu sudah jadi orang kaya sekarang dan engkau
sudah menjadi suami dari Putri tuan kita dulu, Selamat ya!
Malin Kundang
Iya, kawan Syukur Alhamdulillah. Seandainya dulunya kamu tidak malas-malasan,
mungkin kamu bisa menjadi sepertiku sekarang
Rasyid
Benar apa yang engkau katakan, kawan. Sedari dahulu yang namanya penyesalan
memang akan datang belakangan. Aku menyesal karena dulu kerja malas-malasan.
Malin Kundang
Ya sudah saya pamit mau membeli sesuatu dulu, ya. Dan tolong terima ini. Aku
memberimu modal supaya usahamu makin berkembang.
Rasyid
Terima kasih, kawan.
Babak VI
Sesudah Malin Kundang berlalu. Rasyid segera mengabari Mande, dan mengajak
Mande pergi menemui anak semata wayangnya ke dermaga.
Mande
Malin, Malin (berteriak), Malin Kundang anakku tersayang. Kamu sudah pulang, Nak.
Ibu sudah sangat rindu padamu, Nak.
Putri
Kamu siapa? Berani-beraninya kamu mengaku sebagai ibu mertuaku?
Mande
Saya ibundanya Malin Kundang, Nak.
Malin Kundang
Bohong, Apa kamu sudah gila, mana mungkin saya mempunyai ibu miskin, tua
seperti kau.
Mande
Malin, ini Ibumu nak,aku yang melahirkan dan membesarkanmu,mengapa engkau
berubah menjadi seperti ini? Apakah kekayaanmu telah membuatmu lupa pada ibu
yang telah melahirkanmu?
Putri
Suamiku tidak mungkin memiliki ibu yang miskin, tua dan kotor sepertimu.
Malin Kundang
Kamu bukan ibuku! Menjauhlah dariku, nanti bajuku bisa kotor wanita tua (sambil
mendorong ibunya)
Mande
Ya Allah, mengapa anakku berubah menjadi seperti ini? Mengapa hatinya menjadi
sekeras batu? Aku yang telah melahirkan dan merawatnyaa Ya Allah. Berilkanah
anakku itu teguranmu, sesungguhnya anakku telah menjadi anak yang durhaka!!
Tuhan kukutuk dia menjadi sebuah batu.
Tiba-tiba langit menjadi gelap. Hujan badai terjadi dengan seketika. Dan sebuah kilat
menyambar tubuh Malin Kundang.
Malin Kundang
Aaaahhhhh, Mohon ampun Ibu. Maafkan Malin, Ibu !!!!
Namun semua sudah terlambat. Setelah tersambar kilat tubuh Malin Kundang
menjadi batu. Dan sampai sekarang batu Malin Kundang si anak durhaka itu masih
bisa disaksikan.
1. Instrumen Penilaian Sikap Spiritual
Skor
No Indikator
4 3 2 1
1 Peserta didik mampu bersungguh-sungguh dalam berdo’a SB B C D
sebelum memulai pembelajaran dengan tidak tengak-tengok dan
mengombrol
2 Peserta didik terbiasa melaksanakan sholat Dhuha dengan Khusyu, SB B C D
terlihat tenang, tidak berbicara dan melakukan gerakan diuar gerakan
sholat
Rata- Predikat
NO NAMA (1) (2) (3) (4) (5)
rata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Skor
No Indikator 90- 80- 60- 0-
100 89 79 59
1 Peserta didik mampu memahami aturan yang berlaku dalam SB B C D
kehidupan sehari- hari di rumah.
2 Peserta didik dapat menjelaskan aturan yang berlaku dalam SB B C D
kehidupan sehari- hari
3 Peserta didik dapat mengidentifikasi aturan yang berlaku SB B C D
dalam kehidupan sehari- hari di rumah.