Anda di halaman 1dari 21

IDENTITAS NASIONAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kewarganegaraan

DOSEN PENGAMPUH:
Nuvazria Achir, S.H, M.H

DISUSUN OLEH:

Nabila Pricilia Pakaya (821423041)


Nur Amaliah Abdullah (821423010)
Najmi Qamariah tomayahu (821423011)
Mohamad Ridwan Maku (821423018)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
senantiasa memberikan rahmat dan kesempatan bagi kita selaku umat-Nya, karena
berkat izin dan kuasa-Nyalah makalah dengan judul “Identitas Nasional” ini dapat
diselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang di hadapi, namun
berkat petunjuk-Nya, dilandasi oleh kesabaran dan kemauan sehingga segala
hambatan dapat teratasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah atau pun tugas-tugas
selanjutnya.
Atas segala bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Gorontalo, Oktober 2023

Penyusun
Z
i
k
r
a
n
N
a
z
a
i r
A
n
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Makna Identitas Nasional .............................................. 3
2.2 Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional ........................ 4
2.3 Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional .......................................... 6
2.4 Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa ......................................... 7
2.5 Sumber Identitas Nasional Bangsa Indonesia ........................................ 10
2.6 Kondisi Identitas Bangsa Indonesia ....................................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
3.2 Saran....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identitas secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang membedakan dengan bang- sa lain. Berdasarkan pengertian itu ma- ka setiap
bangsa di dunia ini akan me- miliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan,
sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Hal ini juga sangat ditentukan oleh
proses bagai- mana bangsa tersebut terbentuk secara historis (Hendrizal, 2020).
Identitas nasional merupakan ciri khas yang dimiliki satu bangsa yang tentunya
berbeda antara satu bangsa, dengan bangsa yang lain. Indonesia adalah salah satu
Negara yang memiliki bermacam identitas nasional yang mengkhaskan dan tentunya
berbeda dengan Negara-negara lainnya. Mayoritas dari masyarakat mengasosiakan
identitas nasional mereka dengan negara dimana mereka dilahirkan.
Dalam hubungannya dengan identitas nasional Indonesia, kepribadi- an bangsa
Indonesia tidak bisa diketahui jika hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik.
Hal ini mengingat bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku,
kebudayaan, agama, serta yang sejak asalnya memiliki perbedaan. Kepribadian bangsa
Indonesia sebagai suatu identitas nasional secara historis berkembang dan mene-
mukan jati dirinya setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Beragamnnya suku bangsa serta bahasa di Indonesia, merupakan suatu
tantangan besar bagi bangsa ini untuk tetap dapat mempertahankan identitasnnya.
Untuk itu, sebagai generasi muda Indonesia seharusnnya sudah mengetahui identitas
nasional bangsa kita. Namun pada kenyataannya masih banyak generasi muda
indonesia yang belum tahu tentang identitas nasional dan wujud dari identitas nasional
bangsa Indonesia itu sendiri.
Seringkali masyarakat Indonesia marah ketika aset identitas nasionalnya
direbut atau ditiru oleh Negara lain, tapi dalam pengaplikasiannya sebagai warga
negara Indonesia hanya bersikap pasif dan enggan untuk menggembangkannya.
Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu Bangsa dan Negara, Selain

1
itu pembentukan Identitas Nasional sendiri telah menjadi ketentuan yang telah di
sepakati bersama. Menjunjung tinggi dan mempertahankan apa yang telah ada dan
berusaha memperbaiki segala kesalahan dan kekeliruan di dalam diri suatu Bangsa dan
Negara sudah tidak perlu di tanyakan lagi, terutama di dalam bidang Hukum.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
membahas isu mengenai identitas nasional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari makna identitas nasional?
2. Bagaimana faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional?
3. Bagaimana unsur-unsur pembentuk identitas nasional?
4. Bagaimana identitas nasional sebagai karakter bangsa?
5. Bagaimana sumber identitas nasional bangsa indonesia?
6. Bagaimana kondisi identitas bangsa indonesia?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami makna dari identitas nasional?
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami faktor-faktor pendukung
kelahiran identitas nasional?
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami unsur-unsur pembentuk
identitas nasional?
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami identitas nasional sebagai
karakter bangsa?
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami sumber identitas nasional
bangsa indonesia?
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kondisi identitas bangsa
indonesia?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Makna Identitas Nasional
Setiap negara yang merdeka dan berdaulat memiliki identitas nasionalnya
masing-masing agar negara tersebut dapat dikenal oleh negarabangsa lain dan mampu
menjaga eksistensi serta kelangsungan hidup negara-bangsa tersebut. Secara
etimologis identitas nasional berasal dari dua kata “identitas” dan “nasional”.
Kata identitas berasal dari kata “identity” (Inggris) yang dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary berarti: (1) (C,U) who or what sb/ sth is; (2) (C,U) the
characteristics, feelings or beliefs that distinguish people from others; (3) the state of
feeling of being very similar to and able to understand sb/sth. Sementara dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), identitas berarti ciri-ciri atau keadaan khusus
seseorang atau jati diri. Kata nasional berasal dari kata “national” (Inggris) yang dalam
Oxford Advanced Learner’s Dictionary berarti: (1) connected with a particular nation;
shared by a whole nation; (2) owned, controlled or financially supported by the federal,
government. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “nasional” berarti bersifat
kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa.
Menurut HAR Tilaar, bangsa adalah suatu keseluruhan alamiah dari seseorang
karena daripadanyalah seorang individu memperoleh realitasnya yang artinya,
seseorang dapat dibedakan karena nasionalitasnya sebab bangsa menjadi penciri yang
membedakan bangsa yang satu dengan bangsa lainnya. Ada sejumlah ciri yang menjadi
corak dan watak bangsa yakni sifat religius, sikap menghormati bangsa dan manusia
lain, persatuan, gotong royong dan musyawarah, serta ide tentang keadilan social
(Chotimah, 2016). Dengan demikian identitas nasional dapat didefinisikan sebagai jati
diri yang melekat pada suatu bangsa yang diikat oleh adanya kesamaan fisik (budaya,
agama dan bahasa) maupun non fisik (visi, cita-cita dan tujuan).
Identitas nasional bersifat buatan, dan sekunder. Bersifat buatan karena
identitas nasional itu dibuat, dibentuk, dan disepakati oleh warga bangsa sebagai
identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder karena sebelum memiliki

3
identitas nasional, warga bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas
kesukubangsaan (Chotimah, 2016). Hal ini sesuai dengan konsep “struktur identitas
dan kepentingan” yang dikembangkan oleh Wendt di mana identitas terbentuk karena
adanya kepentingan yang dibawa oleh negara melalui proses learning dan proses
interaksi yang ada di dalam negara tersebut (Wendt, 1992). Dalam konteks ini, identitas
nasional terbentuk berdasarkan adanya kepentingan dari warganegara yang berasal dari
berbagai suku bangsa untuk membentuk kesepakatan dan tujuan bersama akibat
kondisi atau situasi tertentu sehingga menjadikan mereka merasa senasib dan
seperjuangan. Dalam hal ini, sebuah negara bangsa menjadi representasi kultural di
mana identitas nasional diproduksi secara terus-menerus sehingga negara akan
bertindak berdasarkan identitas nasional yang melekat di dalam jati diri tersebut.
2.2 Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta
keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung
kelahiran identitas tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional bangsa Indonesia meliputi dua faktor penting. Pertama, faktor obyektif, yang
meliputi faktor geografis, ekologis dan demografis. Kedua, faktor subyektif, yaitu
faktor historis, sosial, politik dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo,
2002).
Kondisi geografis-ekologis, yang membentuk Indonesia sebagai wilayah
kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antar
wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan
demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia serta identitasnya, melalui
interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari interaksi berbagai faktor
tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa dan negara bangsa,
beserta identitas bangsa Indonesia yang muncul tatkala nasionalisme berkembang di
Indonesia pada awal abad XX.
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya The
Power of Indety, mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu

4
bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor primer,
faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif. Uraian faktor-faktor tersebut
sebagai berikut.
1. Faktor primer
Faktor pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama, dan sejenisnya.
Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama
wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda
dengan kekhasan masing-masing. Unsur-unsur yang beraneka ragam yang masing-
masing memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri menyatukan diri dalam persekutuan hidup
bersama yaitu bangsa Indonesia. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan
keberanekaragaman dan hal inilah yang dikenal dengan Bhinnika Tunggal Ika.
2. Faktor pendorong
Faktor kedua meliputi pembangunan komunikasi dan tekhnologi lahirnya
angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan negara.
Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
serta pembangunan negara dan bangsanya juga merupakan suatu identitas nasional
yang bersifat dinamis. Oleh karena itu, bagi bangsa Indonesia prose pembentukan
identitas nasional dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi
bangsa Indonesia dalam membangun bangsa dan negara Indonesia. Dalam hubungan
ini diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa serta langkah yang sama dalam
memajukan bangsa dan negara Indonesia.
3. Faktor penarik
Faktor ketiga mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi,
tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa
Indonesia, unsur bahasa telah merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional,
sehingga bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia.
Bahasa melayu telah dipilih sebagai bahasa antara etnis yang ada di Indonesia,
meskipun masing-masing.

5
4. Faktor reaktif
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan
identitas nasional bangsa Indonesia yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa
Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajah lain. Pencarian identitas nasional
bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa Indonesia
untuk membangun bangsa dan negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa dan
negara Indonesia juga dibangun dari unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi,
budaya, etnis, agama serta geografis yang saling berkaitan dan terbentuk melalui proses
yang cukup panjang
2.3 Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional
Menurut ICCE (2005), unsur unsur pembentuk identitas nasional adalah
sebagai berikut:
1. Sejarah
Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah entitas negarabangsa yang
modern, bangsa Indoensia pernah mengalami kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan
nusantara, yakni Majapahit dan Sriwijaya, dikenal sebagai pusat-pusat kerajaan
Nusantara yang pengaruhnya menembus batas- batas teritorial dimana dua kerajaan itu
berdiri.
2. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi
tiga unsur yaitu: akal budi, peradaban dan pengetahuan. Akal budi dapat dilihatpada
sikap ramah dan santun bangsa Indonesia, sedangkan paradaban, salah satunya,
tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai kompromi nilai-nilai
bersama (shared value) bangsa Indonesia yang majemuk.
3. Suku bangsa
Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Meski demikian,
lebih dari sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa
Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus
terus dikembangkan dan dibudayakan.

6
4. Agama
Keanekaragaman agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah
Indonesia. Dengan kata lain, keragaman agama dan keyakinan tidak hanya dijamin oleh
konstitusi negara kita, tetapi juga merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus
dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia.
5. Bahasa.
Bahasa adalah salah satu atribut identitas nasional Indonesia
2.4 Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa
Setiap bangsa memiliki identitasnya. Dengan memahami identitas bangsa
diharapkan akan memahami jati diri bangsa sehingga menumbuhkan kebanggaan
sebagai bangsa. Dalam pembahasan ini tentu tidak bisa mengabaikan pembahasan
tentang keadaan masa lalu dan masa sekarang, antara idealitas dan realitas dan antara
das Sollen dan das Seinnya. Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter, kharassein
atau kharax”, dalam bahasa Prancis “caractere” dalam bahasa Inggris “character.
Dalam arti luas karakter berarti sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang
membedakan seseorang dengan orang lain Sehingga karakter bangsa dapat diartikan
tabiat atau watak khas bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2011).
Menurut Max Weber, cara yang terbaik untuk memahami suatu masyarakat
adalah dengan memahami tingkah laku anggotanya. Dan cara memahami tingkah laku
anggota adalah dengan memahami kebudayaan mereka yaitu sistem makna mereka.
Manusia adalah makhluk yang selalu mencari makna terus menerus atas semua
tindakannya. Makna selalu menjadi orientasi tindakan manusia baik disadari atau tidak.
Manusia juga mencari dan berusaha menjelaskan ‘logika’ dari tingkah laku sosial
masyarakat tertentu melalui kebudayaan mereka sendiri.
Dalam masyarakat berkembang atau masyarakat Dunia Ketiga, pada umumnya
menghadsapi tiga masalah pokok yaitu nation-building, stabilitas politik dan
pembangunan ekonomi. Nation-building adalah masalah yang berhubungan dengan
warsian masa lalu, bagaimana masyarakat yang beragam berusaha membangun

7
kesatuan bersama. Stabilitas politik merupakan masalah yang terkait dengan realitas
saat ini yaitu ancaman disintegrasi. Sedangkan masalah pembangaunan ekonomi
adalah masalah yang terkait dengan masa depan yaitu (dalam konteks Indonesia)
masyarakat adil dan Makmur.
Identitas dan modernitas juga seringkali mengalami tarik menarik. Atas nama
identitas seringkali menutup diri dari perubahan, ada kekhawatiran identitas yang
sudah dibangun oleh para pendahulu tercerabut dan hilang. Sehingga identitas bukan
sesuatu yang hanya dipertahankan namun juga selalu berproses mengalami
perkembangan. Pembentukan identitas Indonesia juga mengalami hal demikian.
Indonesia yang memiliki beribu etnis harus menyatukan diri membentuk satu identitas
yaitu Indonesia, suatu proses yang sangat berat kalau tidak ada kelapangdadaan bangsa
ini untuk bersatu. Bukan hanya etnik yang beragam, Indonesia juga terdiri atas
kerajaan-kerajaan yang sudah establish memiliki wilayah dan rajanya masing-masing
dan bersedia dipersatukan dengan sistem pemerintahan baru yang modern yaitu
demokrasi presidensial. Dalam konteks ini Soekarno pernah mengatakan: “Saja berkata
dengan penuh hormat kepada kita punja radja-radja dahulu, saja berkata dengan beribu-
ribu hormat kepada Sultan Agung Hanjokrosusumo, bahwa Mataram, meskipun
merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Prabu Siliwangi di
Padjajaran, saja berkata, bahwa keradjaannja bukan nationale staat, Dengan perasaan
hormat kepada Prabu Sultan Agung Tirtajasa, saja berkata, bahwa keradjaannja di
Banten, meskipun merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada
Sultan Hasanoeddin di Sulawesi, jang telah membentuk keradjaan Bugis, saja berkata,
bahwa tanah Bugis jang merdeka itu bukan nationale staat”.
Negara bangsa adalah negara yang lahir dari kumpulan bangsa-bangsa. Negara
Indonesia sulit terwujud apabila para raja bersikukuh dengan otoritas dirinya dan ingin
mendirikan negaranya sendiri. Keadaan demikian tentu mengindikasikan ada hal yang
sangat kuat yang mampu menyatukan beragam otoritas tersebut. Keadaan geografis
semata tentu tidak cukup mampu menyatukannya karena secara geografis sulit
membedakan kondisi wilayah geografis Indonesia dengan Malaysia, Pilipina,

8
Singapura dan Papua Nugini. Akan tetapi perasaan yang sama karena mengalami nasib
yang sama kiranya menjadi faktor yang sangat kuat. Selain daripada itu apabila
menggunakan pendekatan Weber sebagaimana tersebut di atas, maka kesatuan sistem
makna juga menjadi salah satu faktor pemersatu. Sistem makna cenderung bersifat
langgeng dan tetap meskipun pola perilaku dapat berbeda atau berubah. Sistem makna
yang membangun identitas Indonesia adalah nilai-nilai sebagaimana termaktub dalam
Pancasila. Nilai-nilai Pancasila mengandung nilai-nilai yang merupakan sistem makna
yang mampu menyatukan keragaman bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut hidup
dalam sendi kehidupan di seluruh wilayah Indonesia. Tidak ada literatur yang
menunjukkan bahwa ada wilayah di Indonesia yang menganut paham ateis. Seluruh
masyarakat memahami adanya Realitas Tertinggi yang diwujudkan dalam ritual-ritual
peribadatan. Ada penyembahan bahkan pengorbanan yang ditujukan kepada Zat yang
Supranatural yaitu Tuhan. Masyarakat tidak menolak ketika‘Ketuhanan’ dijadikan
sebagai dasar fundamental negara ini.
Dari penjelasan ini dapatlah dikatakan bahwa identitas bangsa Indonesia adalah
Pancasila itu sendiri, sehingga dapat pula dikatakan bahwa Pancasila adalah karakter
bangsa. Nilai-nilai tersebut bersifat esoterik (substansial), ketika terjadi proses
komunikasi, relasi dan interaksi dengan bangsa-bangsa lain realitas eksoterik juga
mengalami perkembangan. Pemahaman dan keyakinan agama berkembang sehingga
terdapat paham baru di luar keyakinan yang sebelumnya dianut. Pemahaman
kemanusiaan juga berkembang karena berkembangnya wacana tentang hak asasi
manusia. Kecintaan pada tanah air kerajaannya dileburkan dalam kecintaan pada
Indonesia. Pemerintahan yang monarkhi berubah menjadi demokrasi. Konsep keadilan
juga melintasi tembok etnik.
Para pendiri bangsa melalui sidang BPUPKI berusaha menggali nilai- nilai
yang ada dan hidup dalam masyarakat, nilai-nilai yang existing maupun nilainilai yang
menjadi harapan seluruh bangsa. Melalui pembahasan yang didasari niat tulus
merumuskan pondasi berdirinya negara ini maka muncullah Pancasila. Dengan

9
demikian karena Pancasila digali dari pandangan hidup bangsa, maka Pancasila dapat
dikatakan sebagai karakter sesungguhnya bangsa Indonesia.
Pancasila dirumuskan melalui musyawarah bersama anggota BPUPKI yang
diwakili oleh berbagai wilayah dan penganut agama, bukan dipaksakan oleh suatu
kekuatan/rezim tertentu. Dengan demikian Pancasila betul-betul merupakan nilai dasar
sekaligus ideal untuk bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang merupakan identitas sekaligus
karakter bangsa (Kaelan, 2007). Lima nilai dasar yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan adalah realitas yang hidup di Indonesia. Apabila
kita tinggal di luar negeri amatlah jarang kita mendengar suara lonceng gereja, adzan
magrib atau suara panggilan dari tempat ibadah agama. Suara itu di Indonesia sudah
amat biasa. Ada kesan nuansa religiusitas yang kental yang dalam kehidupan bangsa
kita, sebagai contoh masyarakat Bali setiap saat orang melakukan upacara sebagai
bentuk persembahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, suasana sakralitas religius
amatlah terasa.
Gotong royong sebagai bentuk perwujudan dari kemanusiaan dan persatuan
juga tampak kental di Indonesia yang tidak ditemukan di negara lain. Kerjabakti
bersama dan ronda, misalnya, adalah salah satu contoh nyata karakter yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain, bangsa yang komunal tanpa
kehilangan hak individualnya.
2.5 Sumber Identitas Nasional Bangsa Indonesia
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta
keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung
kelahiran identitas yaitu: (1) Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis, ekologis
dan demografis. (2) Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa (Suryo, 2002).
1. Dasar Negara
Pancasila bukan muncul secara tiba-tiba yang dipaksakan oleh suatu rezim
melainkan melalui suatu fase historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum
dirumuskan secara formal yuridis dalam pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat

10
negara, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai
tersebut tidak lain adalah bangsa Indonesia sen- diri. Dalam pengertian seperti ini,
menurut Notonagoro (1988), bangsa Indo- nesia adalah sebagai kausa matrealis
Pancasila. Nilai tersebut kemudian di- angkat dan dirumuskan secara formal oleh para
pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Dasar negara yang merupakan lambang yang menyatukan bangsa Indonesia,
yang beragam-ragam, merupakan kesepakatan bersama yang menyatukan bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu, dasar yang melandasi negara merupakan identitas nasional.
Indonesia sebagai negara yang berdaulat memiliki landasan fundamental yaitu
Pancasila yang merupakan tujuan dan pedoman dalam berbangsa dan bertanah air di
Indonesia, serta kunci dasar pemersatu bangsa Indonesia.
Landasan fundamental ini merupakan nilai-nilai dasar kehidupan bagi bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia
merupakan negara demokrasi yang dalam pemerintahannya menganut sistem
presidensiil, dan Pancasila ini merupakan jiwa dari demokrasi. Demokrasi yang
didasarkan atas lima dasar tersebut dinamakan Demokrasi Panca- sila. Dasar negara ini
dinyatakan oleh Presiden Soekarno (Presiden Indonesia yang pertama) dalam
Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Untuk menciptakan Indonesia yang dicita-citakan, bangsa Indonesia memiliki
dasar instrumental berupa UUD 1945, Burung Garuda sebagai lambang negara, bahasa
Indonesia, dan lagu kebangsaan.
2. Wilayah dan Kondisi Geografis
Dalam kemerdekaannya bangsa Indonesia menyatakan bahwa wilayah negara
kesatuan ini meliputi segenap wilayah bekas jajahan pemerintah kolonial Belanda.
Wilayah yang terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis
lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak
antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania diakui kedaulatannya oleh

11
Belanda sendiri dan dunia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
merdeka, berdaulat dan Bersatu.
3. Politik Indonesia
Indonesia adalah negara Demokrasi Pancasila. Segala sesuatu di Indo- nesia
diatur dan dimusyawarahkan secara mufakat, hikmat dan kebijaksanaan. Perpolitikan
di Indonesia berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
4. Ideologi dan Agama
Seperti diatur dalam UUD 1945 bahwa negara Indonesia menjamin kebebasan
beragama di dalam kehidupan warga negara Indonesia. Masing-masing warga negara
Indonesia berhak untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing dan
menjalankan peribadatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing warga
negara Indonesia. Hak dalam hidup beragama di Indonesia dilindungi oleh negara.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat agamis. Agama-agama yang
tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan
Konghucu. Dari agama-agama di atas, agama Islam merupakan agama yang dianut oleh
mayoritas bangsa Indonesia. Dalam Islam terdapat banyak golongan dan kelompok
pemahaman misalnya kelompok Islam santri untuk menunjukkan keislaman yang kuat
dan Islam abangan atau Islam nominal bagi beberapa masyarakat Islam di Jawa.
Sedangkan di kalangan kelompok santri sendiri perbedaan pemahaman dan
pengamalan Islam dikenal dengan kelom- pok modernis atau tradisionalis. Kelompok
pertama lebih berorientasi pada pencarian tafsir baru atau ijtihad atas wahyu Allah.
Sedangkan kelompok tradisionalis lebih menyadarkan pengamalan agamanya pada
pendapat-pendapat ulama (Kuntowijoyo, 1997).
Indonesia merupakan negara yang multiagama, oleh karena itu Indonesia dapat
dikatakan sebagai negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Banyak kasus
disintegrasi bangsa yang terjadi akhir-akhir ini melibatkan agama sebagai faktor
penyebabnya. Misalnya, Ambon yang sering kali diisukan sebagai pertikaian antara
dua kelompok agama, meskipun isu ini belum tentu benar. Tetapi isu agama adalah
salah satu isu yang mudah menciptakan konflik. Salah satu jalan yang dapat

12
mengurangi resiko konflik antaragama, perlunya diciptakan tradisi saling menghormati
antara agama-agama yang ada (Magnis, 1995). Menghormati berarti mengakui secara
positif dalam agama dan kepercayaan orang lain, juga mampu belajar satu sama lain.
Sikap saling menghormati dan menghargai memungkinkan penganut agama-agama
yang berbeda bersama-sama berjuang demi pembangunan yang sesuai dengan martabat
yang diterima manusia dari Tuhan.
5. Ekonomi
Perekonomian bangsa Indonesia seperti diatur dalam UUD 1945 adalah
ekonomi yang bersifat kerakyatan. Kekayaan alam dan segala hal yang me- nyangkut
hajat hidup orang banyak diatur oleh negara untuk sebesar- besarnya digunakan demi
menyejahterakan seluruh penduduk Indonesia. Dalam perekonomian negara Indonesia
terdapat tiga bentuk badan usaha yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS), dan koperasi.
Jadi, bangsa Indonesia memiliki asas perekonomian untuk kekayaan alam dan
menyangkut hidup orang banyak diatur oleh negara, sedangkan bidang lainnya
dijalankan oleh swasta dan koperasi.
6. Pertahanan Keamanan
Ciri khas dari bangsa Indonesia dalam bidang ini bahwa pertahanan di
Indonesia adalah pertahanan rakyat semesta atau dikenal Hankamrata (Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta). Pertahanan di Indonesia bersifat menyeluruh bagi
masyarakat Indonesia. Apabila salah satu wilayah Indonesia diserang, maka seluruh
masyarakat di Indonesialah yang akan mengamankan dan mempertahankannya.
7. Demografi
Penduduk Indonesia dapat dibagi secara garis besar dalam dua kelompok. Di
bagian barat Indonesia penduduknya kebanyakan adalah suku Melayu, sementara di
timur adalah suku Papua, yang mempunyai akar di kepulauan Melanesia. Banyak
penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang
lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda atau
Batak. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali suku dan budaya dan adat istiadat.

13
Suku bangsa adalah golongan so- sial yang khusus, yang bersifat askriptif (ada
sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin (Barth,
1988). Di Indo- nesia terdapat banyak sekali suku bang- sa atau kelompok etnis dengan
tidak kurang dari 300 dialek bahasa. Populasi penduduk Indonesia saat ini diperkira-
kan mencapai 265 juta. Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya ber-etnis Jawa.
Sisanya terdiri dari etnis- etnis yang mendiami kepulauan di luar Jawa seperti suku
Makassar-Bugis (3,68%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%), dan suku
lainnya. Mereka mendiami daerah-daerah tertentu se- hingga mereka dapat dikenali
dari mana asalnya. Etnis Tionghoa hanya berjumlah 2,8% dari populasi Indonesia,
tetapi mereka menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia (Danandjaja, 1999). Mayoritas
dari mereka bermukim di perkotaan.
8. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan diguna- kan sebagai rujukan atau pedoman untuk petunjuk (dalam bentuk
kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
Intinya adalah kebudayaan merupakan patokan nilai-nilai etika dan moral, baik yang
tergolong sebagai ideal atau yang seharusnya (world view) maupun yang operasional
dan aktual di dalam kehidupan sehari-hari (ethos).
Seperti suku bangsa yang banyak dimiliki Nusantara, demikian pula dengan
kebudayaan. Terdapat ratusan kebudayaan Indonesia yang membentuk identitas
nasional Indonesia sebagai bangsa yang dilahirkan dengan kemajemukan identitasnya.
9. Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendu-kung identitas nasional yang lain. Bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur
bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Di
Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku
bangsa atau etnis.

14
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan sebutan bahasa Melayu yang merupakan
bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami kepulauan Nusantara. Selain
menjadi bahasa komunikasi di antara suku-suku di Nusantara, bahasa Melayu juga
menempati posisi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan
Nusantara yang dipergunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para
pedagang asing.
Pada tahun 1928 bahasa Melayu mengalami perkembangan yang luar biasa.
Pada tahun tersebut, melalui peristiwa Sumpah Pemuda Indonesia, para tokoh pemuda
dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
2.6 Kondisi Identitas Bangsa Indonesia
Menurut Hendrizal (2020), kondisi identitas bangsa Indonesia terbagi dalam
beberapa cakupan, diantaranya :
1. Dalam Perekonomian
Kekayaan alam saat ini banyak yang dikelola oleh asing. Pengelolaan ini
memberikan keuntungan yang sangat kecil sekali bagi bangsa Indonesia. Tidak hanya
di bidang pertambangan, bahkan lahan perkebunan pun telah mulai sedikit demi sedikit
dikuasai oleh negara lain. Beberapa bidang yang menyangkut hajat hidup orang banyak
seperti air minum tidak lagi sepenuhnya dikuasai oleh negara. Indonesia memiliki
kekayaan alam yang melimpah, na- mun pengelolaannya mayoritas dikuasai oleh
asing.
Pola hidup masyarakat atau bangsa Indonesia saat ini merupakan pola
kehidupan yang mengagungkan produk asing. Masyarakat Indonesia saat ini lebih
senang apabila produk yang dikonsumsinya merupakan buatan luar negeri.
2. Dalam Kebudayaan
Beberapa budaya, lagu dan tarian telah dicaplok oleh bangsa lain. Kebudayaan
batik telah dipatenkan oleh Malaysia sebagai produk budayanya. Lagu, tarian, seni
musik, bahkan makanan khas bangsa Indonesia banyak yang dicaplok begitu saja oleh

15
bangsa lain. Selain itu, pola kehidupan generasi muda bangsa Indonesia saat ini telah
luntur dan bersifat kebarat-baratan.
Tidak ada rasa kebanggaan lagi dalam penggunaan bahasa Indonesia bertata
krama Indonesia. Kehidupan dan kebudayaan yang berbau kebarat-baratan dianggap
lebih tinggi statusnya dan lebih modern.
3. Dalam Nasionalisme
Paham nasionalisme di Indonesia lahir sejak abad ke-20. Pada waktu itu
semangat menentang kolonialisme Belanda mulai bermunculan di kalangan pribumi.
Cita-cita bersama untuk merebut kemerdekaan menjadi semangat umum di kalangan
tokoh-tokoh pergera- kan nasional untuk memformulasikan bentuk nasionalisme yang
sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Hal yang patut disayangkan bahwa per-
debatan panjang di antara para tokoh pergerakan nasional tentang paham kebangsaan
itu berakhir pada saling curiga yang sulit dipertemukan. Mereka sepakat tentang
perlunya suatu konsep nasionalisme Indonesia merdeka, tetapi mereka berbeda dalam
persoalan nilai atau watak nasionalisme Indonesia.
Secara garis besar terdapat tiga pemikiran besar tentang watak nasionalisme
Indonesia yang terjadi pada masa sebelum kemerdekaan yakni paham keislaman,
Marxisme, dan nasionalisme Indonesia (Alfian, 1978). Sejalan naik- nya pamor
Soekarno dengan menjadi Presiden pertama RI, kecurigaan di antara para tokoh
pergerakan yang telah tumbuh di saat-saat menjelang kemer- dekaan berkembang
menjadi pola kete- gangan politik yang lebih permanen antara negara melalui figur
nasionalis Soekarno di satu sisi dengan para tokoh yang mewakili pemikiran Islam dan
Marxisme di sisi lain.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang
dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang
lainnya.
2. Faktor pendukung kelahiran identitas nasional meliputi faktor primer, faktor
pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif.
3. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional meliputi sejarah, kebudayaan, suku
bangsa, agama, dan bahasa.
4. Setiap bangsa memiliki identitasnya. Dengan memahami identitas bangsa
diharapkan akan memahami jati diri bangsa sehingga menumbuhkan
kebanggaan sebagai bangsa. Identitas bangsa Indonesia adalah Pancasila itu
sendiri, sehingga dapat pula dikatakan bahwa Pancasila adalah karakter bangsa.
5. Sumber identitas nasional bangsa Indonesia meliputi dasar negara, wilayah dan
kondisi geografis, politik Indonesia, ideologi dan agama, ekonomi, pertahanan
keamanan, demografi, kebudayaan, serta bahasa.
6. Kondisi identitas bangsa Indonesia yang meliputi perekonomian, kebudayaan,
dan nasionalisme belum sepenuhnya diwujudkan secara sempurna oleh
masyarakat Indonesia.
3.2 Saran
Diharapkan agar penulis lain dapat melengkapi makalah ini kedepannya, baik
dari segi teori maupun kasus terkait identitas nasional bangsa Indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA
Alfian. (1978). Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Gramedia. Jakarta.

Barth, F. 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. UI Press. Jakarta.

Chotimah, H.C. (2016). Identitas Nasional Dan Norma Internasional Sebagai


Pertimbangan Politik Indonesia Dalam Merespons Aksi Dan Jaringan
Terorisme Global. Politica, 7(2), 189-209.

Danandjaja, J. (1999). Integrasi Suku-suku Bangsa di Indonesia pada Umumnya dan


Suku Bangsa Tionghoa pada Khususnya.

Hendrizal. (2020). Mengulas Identitas Nsional Bangsa Indonesia Terkini. Jurnal PPKn
dan Hukum, 15(1), 1-21.

Kaelan, M.S. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma. Yogyakarta.

Kuntowijoyo. 1997. Identitas Politik Umat Islam. Mizan. Bandung.

Magnis-Suseno, Franz. (1995). Mencari Sosok Demokrasi: Sebuah Telaah Filosofis.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Notonagoro. (1988). Pancasila secara Ilmiah Populer. Bina Aksara. Jakarta.

Suryo, J. (2002). Pembentukan Identitas Nasional. Makalah Seminar Terbatas


Pengembangan Wawasan tentang Civic Education. UMY. Yogyakarta.

Tim ICCE UIN Jakarta. (2005). Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani. Prenada Media. Jakarta.

Wendt, A. (1992). Anarchy is What States Make of It: The Social Construction of
Power Politics. International Organization, 46(2).

18

Anda mungkin juga menyukai