Anda di halaman 1dari 42

KARYA TULIS

“Pengaruh perkembangan
perbankan terhadap
pertumbuhan ekonomi
Indonesia”

Disusun oleh :

NAMA : CHRISTIAN
ALDY GUNAWAN
NIP : 80642203
Teller Bakti Tahap I
Periode agt’18 – agt’19
PT. BANK CENTRAL ASIA
KANTOR KAS LARANGAN
cbg SIDOARJO
RUKO PASAR LARANGAN
B-14
Telp (031) 807661
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ini
berdasarkan tugas serta pengalaman satu tahun
pertama saya sebagai Teller “Bakti BCA”.

Alasan karya tulis ini dibuat adalah


merupakan persyaratan untuk melanjutkan
program permagangan Bakti BCA ke tahap
lanjutan yang diselenggarakan oleh Biro
Perekrutan dan Pengembangan Potensi Sumber
Daya Manusia PT. Bank Central Asia, Tbk.

Sebelumnya saya ingin mengucapkan


terima kasih kepada beberapa pihak yang telah
membantu dan tentunya memberikan support
kepada saya sehingga dapat menjalankan tugas
dengan baik. Rasa terima kasih saya ucapkan
kepada:
1. Bapak Saswito selaku Pimpinan KCU
Sidoarjo.
2. Ibu Sophia Rumpuin selaku Kepala Layanan
KCU Sidoarjo.
3. Ibu Eka Wahyuning Asri selaku Kepala
Operasional Cabang kk Larangan.
3. Rekan-rekan kerja yang telah memberikan
dukungan dan motivasi selama program bakti
saya serta menyelesaikan karya tulis ini.
4.Serta seluruh nasabah maupun pihak ketiga
yang telah membagikan ilmu dan pengalaman
yang menjadi pembelajaran yang berharga bagi
saya.

Saya senantiasa berdoa kepada Tuhan


Yang Maha Esa semoga karya tulis yang begitu
berharga bagi saya ini, dapat bermanfaat untuk
semua pembaca. Walaupun tentunya karya tulis
ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca akan sangat membantu dan
bermanfaat bagi saya dikemudian hari.Terima
kasih.

i
d
o
a
r
j
o
,

1
3

J
u
l
i

2
0
1
9

h
r
i
s
t
i
a
n

A
l
d
y

G
u
n
a
w
a
n

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................

DAFTAR ISI..................................................................

BAB I. PENDAHULUAN .............................................

1.1 Latar Belakang .............................................

1.2 Tujuan Penulisan ...........................................

BAB II. PEMBAHASAN ..............................................

2.1 Pengertian bank .............................................


2.2 Peran perbankan dalam perekonomian .........

2.3 Profil BANK BCA ........................................

2.4 Peran Bank Indonesia dalam stabilitas

keuangan .........................................................................

2.5 Peran Bank Indonesia dalam

pengendalian inflasi ........................................................

2.6 Peran Bank Indonesia dalam system

pembayaran .....................................................................

2.7 OJK dan pengawasannya ..............................

2.6 Strategi perbankan Indonesia untuk

perekonomian global .......................................................

BAB III. PENUTUP ......................................................

3.1 Kesimpulan ...................................................

3.2 Daftar pustaka ...............................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

“Bank” adalah badan usaha yang menghimpun


dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
mengelolanya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
kehiduapan rakyat banyak, seperti yang tertulis
dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998
tanggal 10 Nopember 1998. Aktivitas perbankan
yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia
perbankan adalah kegiatan (Funding). Pengertian
menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara
membeli dari masyarakat luas.

Pembelian dana dari masyarakat ini diakukan


oleh Bank dengan cara memasang berbagai strategi
agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam
bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dipilih oleh
masyarakat adalah seperti giro, tabungan, deposito
berjangka dan sertifikat deposito dan lain
sebagainya. Oleh karena itu pihak perbankan harus
memberikan berbagai penawaran dan
menumbuhkan kepercayaan sehingga masyarakat
berniat untuk menanamkan dananya.

Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh


besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau
mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula
bunga pinjamanan dan demikian pula sebaliknya.
Disamping bunga simpanan, pengaruh besar kecilnya
bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan
yang diambil, biaya operasional yang dikeluarkan,
cadangan resiko kredit macet, pajak serta pengaruh
lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan
menghimpun dana (Funding) dan menyalurkan uang
(Lending) ini merupakan kegiatan utama perbankan

Dalam pertumbuhan ekonomi sebenarnya,


peranan bank dalam membantu usaha para nasabah
yang memerlukan dana, baik dana Investasi maupun
dana untuk modal kerja diharapkan adanya
peningkatan pembangunan di berbagai sektor.Bagi
pemerintah sendiri dengan menyebarnya pemberian
kredit akan menambah penerimaan pajak dari
keuntungan dari para nasabah dan bank dan adanya
kesempatan kerja jika kredit digunakan sebagai
pembangunan usaha baru atau perluasan usaha
sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru.

Meningkatnya jumlah barang dan jasa jelaslah


bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan
dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar di
masyarakat.Akan menambah deviasa negara
terutama untuk produk-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam
negeri dengan fasilitas kredit, yang jelas akan
menghemat devisa negara.

Yang menjadikan permasalahan saat ini adalah


apakah seluruh bank-bank swasta yang ada di
Indonesia dapat dikatakan sehat dan para nasabah
untuk mendapatkan dana dapat memenuhi syarat-
syarat yang berlaku di dunia perbankan.

Bank-bank swasta di Indonesia tidaklah


seluruhnya dapat dikatakan sehat. Adanya ijin
pendirian bank umum, biasanya akan diberikan
sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Sedangkan
menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998,
persyaratan pendirian sebuah bank adalah :

• Susunan organisasi dan kepengurusan.

• Permodalan.

• Kepemilikan.

• Keahlian di bidang perbankan.

• Kebijakan rencana kerja.

Setelah sebuah bank terbentuk apakah bank


tersebut dalam kondisi yang sehat sehingga Bank
Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank
dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana
bank tersebut harus dijalankan bahkan dihentikan
kegiatan operasinya.

1.2 Tujuan penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah menjelaskan


pengalaman penulis selama menjadi peserta Magang
Bakti BCA. Adapun tujuan penulis mengikuti program
ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman serta mempersiapkan diri menjadi
tenaga kerja siap pakai khususnya dalam bidang
perbankan. Selain itu juga penulisan karya tulis ini
juga merupakan salah satu persyaratan untuk
kelulusan dari ProgramMagang Bakti BCA.
Pengertian bank

Bank adalah sebuah tempat di mana uang


disimpan dan dipinjamkan. Menurut Undang-
undang Negara Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidur rakyat
banyak. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan
secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang
keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu
berkaitan dalam bidang keuangan.

Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa


menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan
kredit. Evolusi bank berawal dari awal tulisan,
dan berlanjut sampai sekarang di mana bank
sebagai institusi keuangan yang menyediakan
jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi
yang memegang lisensi bank. Lisensi bank
diberikan oleh otoriter supervisi keuangan dan
memberikan hak untuk melakukan jasa
perbankan dasar, seperti menerima tabungan dan
memberikan pinjaman.

Kata bank berasal dari bahasa Italia banca atau


uang. Biasanya bank menghasilkan untung dari
biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan
bunga dari pinjaman.

Situs lain mengatakan, Masyarakat pada


umumnya telah mengetahui bahwa bank itu
adalah tempat menabung, menyimpan uang
ataupun meminjam uang bagi masyarakat yang
membutuhkan. Berikut akan disampaikan dua
definisi bank, sebagai berikut:

a) Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998,


tentang Perbankan menyatakan: Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

b) Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart


mendefinisikan: Bank adalah suatu badan yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit,
baik dengan alat pembayarannya sendiri atau
dengan uang yang diperolehnya dariorang lain
maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat
penukar baru berupa uang giral.

c) Somary berpendapat bahwa bank adalah suatu


badan yang berfungsi sebagai pengambil dan
pemberi kredit, baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa


bank merupakan tempat penyimpanan uang,
pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara
dalam lalu lintas pembayaran.

Peranan Perbankan dalam Perkonomian

Para ahli perbankan di negara-negara maju


mendefinisikan bank umum sebagai institusi
keuangan yang berorientasi laba. Untuk
memperoleh laba tersebut bank umum
melaksanakan fungsi intermediasi. Karena
diizikan mengumpulkan dana dalam bentuk
deposito, bank umum disebut juga sebagai
lembaga keuangan depositori. Berdasarkan
kemampuannya menciptakan uang (giral), bank
umum dapat juga disebut sebagai bank umum
pencipta uang giral.

Pengertian bank umum menurut Undang-Undang


No. 10 tahun 1998 :

“Bank Umum adalah bank yang melaksanakan


kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.“

Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan di


bawah ini menujukkan betapa pentingnya
keberadaan bank umum dalam perekonomian
modern, yaitu :
1. Penciptaan uang

Uang yang diciptakan bank umum adalah uang


giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme
pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank
umum menciptakan uang giral menyebabkan
possisi dan fungsinya dalam pelaksanaan
kebijakan moneter.

Bank sentral dapat mengurangi atau menambah


jumlah uang yang beredar dengan cara
mempengaruhi kemampuan bank umum
menciptakan uang giral.

2. Mendukung Kelancaran Mekanisme


Pembayaran

Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat


penting adalah mendukung kelancaran
mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan
karena salah satu jasa yang ditawarkan bank
umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan
mekanisme pembayaran.

Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring,


transfer uang, penerimaan setoran-setoran,
pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai,
kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah
dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem
pembayaran elektronik.

3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat

Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank


umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana
simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk
lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh
lebih besar dibandingkan dengan lembaga-
lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan
yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya
melalui penyaluran kredit.

4. Mendukung Kelancaran Transaksi


Internasional

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk


memudahkan dan atau memperlancar transaksi
internasional, baik transaksi barang/jasa maupun
transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi
antara dua pihak yang berbeda negara selalu
muncul karena perbedaan geografis, jarak,
budaya dan sistem moneter masing-masing
negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi
dalam skala internasional akan memudahkan
penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan
adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak
yang melakukan transaksi internasional dapat
ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

5. Penyimpanan Barang-Barang Berharga

Penyimpanan barang-barang berharga adalah


satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan
oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan
barang-barang berharga yang dimilikinya seperti
perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak
yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa
(safety box atau safe deposit box). Perkembangan
ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank
memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan
sekuritas atau surat-surat berharga.

6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya

Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh


bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat
ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon
membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang
melalui atm, membayar gaji pegawai dengan
menggunakan jasa-jasa bank.

Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan


rasa aman dan nyaman kepada pihak yang
menggunakannya.

BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21


Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia
N.V. Selama 60 tahun berkarya membangun
Negara dan bangsa Indonesia, BCA secara
konsisten memberikan layanan dengan kualitas
terbaik. Konsistensi yang dilaksanakan secara
berkesinambungan ini sukses membawa BCA
sebagai bank transaksi terkemuka dan terdepan di
Indonesia.
Seiring dengan pencitraan yang sangat
membanggakan tersebut, secara pasti BCA
berhasil mewarnai gerak langkahnya dengan
berbagai prestasi. Dan di tahun 2012 serangkaian
prestasi yang berhasil diukir oleh BCA,
diantaranya adalah :

1. “ Bank nasional berkinerja


terbaik tahun 2006.” Dalam
ajang kompetisi yang dimotori
oleh Majalah Infobank ini,
BCA kembali memperoleh
anugrah Golden Trophy Award
dan dinobatkan sebagai bank
nasional terbaik tahun 2006,
kategori bank nasional
bermodal 10 (sepuluh) triliun
rupiah sampai dengan 50 (lima
puluh) triliun rupiah.
Penghargaan ini diperoleh
karena BCA berhasil
mempertahankan bahkan
meningkatkan kinerja
keuangannya selama 5 (lima)
tahun berturut – turut.

2. “ Best of the best “ dalam e–


company award 2007, ajang
kompetisi yang
diselenggarakan oleh Majalah
Warta Ekonomi. Penilaian
ditujukan kepada berbagai
perusahaan yang dinilai
berkinerja baik dan
berdasarkan standar
internasional.

3. Prestasi berskala internasional


dari majalah ekonomi
internasional “ Asia Money “,
berhasil didapatkan oleh BCA.
Dalam kompetisi ini BCA
berhasil mendapatkan 3 (tiga)
gelar sekaligus , yaitu Best
Local Cash Management Bank
in Indonesia; yang merupakan
hasil pilihan perusahaan. Gelar
kedua adalah sebagai Best
Local Currency Cash
Management Service; yang
merupakan hasil pilihan
lembaga – lembaga keuangan.
Dan gelar ketiga adalah sebagai
Best Provider in Indonesia for
Local Currency Products –
Structured Interest Rate
Product.
4. BCA dinobatkan sebagai salah
satu perusahaan di antara 7
(tujuh) besar perusahaan
terbaik di Indonesia untuk
kategori keuangan, dalam
sebuah acara bertajuk
“Anugrah Bussiness Review
2007.

5. BCA kembali meraih


penghargaan dari Markplus
Insight dan Majalah
Marketeers. Setelah
sebelumnya dinobatkan sebagai
merek paling diminati oleh
kaum wanita untuk kategori
Term Most Favorite Women
Brand 2012, kini BCA berhasil
meraih predikat sebagai merek
paling diminati pengguna
internet dalam ajang
penganugerahan Indonesia
Most Favorite Netizen Brand
2012.

6. Kini BCA menjadi Bank


Swasta Pertama dan satu-
satunya dalam Mensukseskan
Penggunaan E-ticket
TransJakarta.

Berbagai prestasi yang membanggakan yang


berhasil dicapai oleh BCA ini sangat ditentukan
oleh manajemen BCA yang professional di
bidangnya.Selain itu, Teknologi Informasi yang
selalu dikembangkan BCA dalam merancang
berbagai produk – produk jasa untuk memenuhi
kebutuhan nasabah yang selalu berkembang
mengikuti perkembangan zaman, juga
menentukan kesuksesan BCA. Keunggulan
Teknologi Informasi BCA terletak pada E–
Channel BCA, yaitu ATM, Klik BCA, Klik BCA
Bisnis, BCA by Phone, Mobile Banking, BCA
Mobile dan Klik Pay BCA.

Selain keunggulan teknologi informasi,


kesuksesan BCA juga didukung dengan layanan
BCA.Layanan nasabah adalah salah satu kunci
keberhasilan yang mutlak diperhatikan oleh
setiap penyelenggara jasa perbankan. BCA yang
tumbuh sebagai bank transaksi terbesar di
Indonesia, sangat memahami hal tersebut.
Berbagai program peningkatan kualitas layanan
nasabah, secara berkesinambungan dilaksanakan
oleh BCA. Wujud nyata dari pengembangan
program peningkatan kualitas layanan nasabah
adalah penghargaan Consumer Banking
Excellence Award dari majalah SWA yang
bekerja sama dengan Perbanas dan Institut
Banking Indonesia, berhasil diraih oleh BCA
pada tahun ke 5 (lima) setelah program SMART
dan SMART KP diluncurkan.

Selain penghargaan tersebut, pada tahun 2007


BCA juga berhasil mendapatkan peringkat ke 8
(delapan) untuk kategori Bank Umum yang
dinilai berhasil memberikan pelayanan
berkualitas (service excellent) kepada para
nasabahnya.

Prestasi ini juga didukung dengan perolehan


tiga penghargaan lain, yaitu peringkat pertama
kategori Internet Banking, peringkat kedua
kategori Phone Banking Officer, dan sebagai “
The Rising Star Banking Service Excellent”.

Pencapaian berbagai prestasi nasional dan


internasional ini merupakan hasil kerja keras
BCA, di mana BCA secara konsisten
menerapkan berbagai kompetisi secara intern
yang difokuskan pada aspek jasa pelayanan.
Selain itu, berbagai pelatihan terhadap sumber
daya manusia (SDM) yang terlibat dalam
kegiatan operasional BCA juga dilakukan untuk
mengembangkan potensi dan kualitas SDM serta
untuk meningkatkan kinerja SDM BCA, yang
pada akhirnya dapat membantu pencapaian
prestasi BCA.
Kualitas dan potensi sumber daya manusia
BCA dikembangkan di Training Center BCA.
Training Center BCA adalah pusat latihan terbaik
diantara bank – bank lain. Penilaian ini diperoleh
berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh
lembaga independent MARS. Training Center
BCA ditunjang dengan fasilitas yang lengkap dan
sumber daya manusia (instruktur) yang
berkualitas.Keberadaan Training Center berperan
untuk melatih dan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia BCA supaya siap menghadapi
tantangan dunia kerja perbankan.

Di tahun 2015 dan 2016 BCA mampu meraih


diurutan nomor 3 bank terbesar di indonesia
meskipun bank swasta.

PERAN BANK INDONESIA DALAM


STABILITAS KEUANGAN

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem


pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak
saja menjaga stabilitas moneter, namun juga
stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem
pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia
dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti
oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan
banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter
dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter
memiliki dampak yang signifikan terhadap
stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya,
stabilitas keuangan merupakan pilar yang
mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem
keuangan merupakan salah satu alur transmisi
kebijakan moneter, sehingga bila terjadi
ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi
kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara
normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter
secara fundamental akan mempengaruhi
stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya
fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar
belakang mengapa stabilitas sistem keuangan
juga masih merupakan tugas dan tanggung
jawab Bank Indonesia.

Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank


Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem
keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia
memiliki lima peran utama dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama
yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk


menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar
terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan
berimbang. Hal ini mengingat gangguan
stabilitas moneter memiliki dampak langsung
terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang
terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan
kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter,
Bank Indonesia telah menerapkan suatu
kebijakan yang disebut inflation targeting
framework.

Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital


dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan
yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan
kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan
melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.
Seperti halnya di negara-negara lain, sektor
perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam
sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di
sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan
keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk
mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem
pengawasan dan kebijakan perbankan yang
efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin
pasar melalui kewenangan dalam pengawasan
dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum
(law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang
ada menunjukkan bahwa negara-negara yang
menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas
sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu,
upaya penegakan hukum (law enforcement)
dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan
stakeholder serta sekaligus mendorong
kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk
menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara
berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun
Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana
implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan


untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to
settle) pada salah satu peserta dalam sistem
sistem pembayaran, maka akan timbul risiko
potensial yang cukup serius dan mengganggu
kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan
tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat
menular (contagion risk) sehingga menimbulkan
gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia
mengembangkan mekanisme dan pengaturan
untuk mengurangi risiko dalam sistem
pembayaran yang cenderung semakin meningkat.
Antara lain dengan menerapkan sistem
pembayaran yang bersifat real time atau dikenal
dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang dapat lebih meningkatkan
keamanan dan kecepatan sistem pembayaran.
Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank
Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk
mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem
pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan


pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses
informasi-informasi yang dinilai mengancam
stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara
macroprudential, Bank Indonesia dapat
memonitor kerentanan sektor keuangan dan
mendeteksi potensi kejutan (potential shock)
yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan.
Melalui riset, Bank Indonesia dapat
mengembangkan instrumen dan indikator
macroprudential untuk mendeteksi kerentanan
sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan
tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi
bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk meredam gangguan
dalam sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai


jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi
bank sentral sebagai lender of the last resort
(LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran
tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral
dalam mengelola krisis guna menghindari
terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan.
Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan
likuiditas pada kondisi normal maupun krisis.
Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang
menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi
memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik.
Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat
diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan
likuiditas temporer namun masih memiliki
kemampuan untuk membayar kembali. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank
Indonesia harus menghindari terjadinya moral
hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko
sistemik dan persyaratan yang ketat harus
diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

Peranan Bank Indonesia dalam Pengendalian


Inflasi

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(BI), pada salah satu pasalnya disebutkan bahwa
BI adalah lembaga negara yang independen.

Maksud kalimat tersebut adalah Independen


diartikan sebagai lembaga negara yang bebas dari
campur tangan pemerintah dan atau pihak
lainnya. Selanjutnya, dalam Pasal 9 dinyatakan
bahwa pihak lain dilarang melakukan segala
bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan
tugas BI, dan demikian pula BI wajib menolak
atau mengabaikan segala bentuk campur tangan
dari pihak manapun dalam rangka melaksanakan
tugasnya. Independensi tersebut ditandai dengan
diberikannya kewenangan penuh pada BI dalam
menetapkan target-target yang akan dicapai (goal
independence) dan kebebasan dalam
menggunakan berbagai piranti moneter
(instrument independence) dalam mencapai
target tersebut. Selanjutnya, dalam Pasal 10
ditegaskan bahwa BI memiliki kewenangan
untuk melaksanakan kebijakan moneter melalui
penetapan sasaran moneter dengan
memperhatikan sasaran laju inflasi. Demikian
pula, untuk lebih meningkatkan efektivitas
pengendalian moneter serta kapasitasnya sebagai
lender of the last resort, dalam Pasal 11
dinyatakan bahwa pemberian kredit oleh BI
kepada bank dibatasi.

Jangka waktu kredit kepada bank maksimal 90


hari dan penggunaannya hanya untuk mengatasi
kesulitan pendanaan jangka pendek. Selain itu,
kredit tersebut harus dijamin dengan surat
berharga yang bernilai tinggi dan mudah
dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah
kredit atau pembiayaan yang diterima oleh bank.

Tujuan dan tugas BI saat ini sesuai dengan


undang-undang baru tersebut adalah tujuan BI
adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut BI
mempunyai 3 tugas utama, yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter tersebut, BI berwenang menetapkan
sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan
sasaran laju inflasi yang ditetapkan. Perlu
dikemukakan bahwa tugas pokok BI berubah
sejak diterapkannya undang-undang tersebut,
yaitu dari multiple objective (mendorong
pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan
kerja, dan memelihara kestabilan nilai rupiah)
menjadi single objective (mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah). Dengan
demikian tingkat keberhasilan BI akan lebih
mudah diukur dan dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.

Yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah


adalah kestabilan nilai rupiah tercermin dari
tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi.
Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga
barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu tekanan inflasi yang berasal dari
sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam
hal ini, BI hanya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari
sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari
sisi penawaran (bencana alam, musim kemarau,
distribusi tidak lancar, dll) sepenuhnya berada
diluar pengendalian BI. Oleh karena itu, untuk
dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang
rendah dan stabil, diperlukan adanya kerjasama
dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik
pemerintah maupun swasta. Tanpa dukungan dan
komitmen tersebut niscaya tingkat inflasi yang
sangat tinggi selama ini akan sulit dikendalikan.
Selanjutnya nilai tukar rupiah sepenuhnya
ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan
panawaran yang terjadi di pasar. Apa yang dapat
dilakukan oleh BI adalah menjaga agar nilai
rupiah tidak terlalu berfluktuasi secara tajam.
BI mengontrol tingkat inflasi dengan cara Seperti
dikemukakan diatas bahwa kontrol BI atas inflasi
sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh
banyak faktor. Oleh karena itu, BI selalu
melakukan assessment terhadap perkembangan
perekonomian, khususnya terhadap kemungkinan
tekanan inflasi. Selanjutnya respon kebijakan
moneter didasarkan kepada hasil assessment
tersebut. Perlu disampaikan pula bahwa
pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan hanya
melalui kebijakan moneter, melainkan juga
kebijakan ekonomi makro lainnya seperti
kebijakan fiskal dan kebijakan di sektor riil.
Untuk itulah koordinasi dan kerjasama antar
lembaga lintas sektoral sangatlah penting dalam
menangani masalah inflasi ini.

Kebijakan moneter BI kedepan yang lebih


memfokuskan pada sasaran tunggal inflasi
dilakukan dengan cara Sasaran akhir kebijakan
moneter BI di masa depan pada dasarnya lebih
diarahkan untuk menjaga inflasi. Pemilihan
inflasi sebagai sasaran akhir ini sejalan pula
dengan kecenderungan perkembangan terakhir
bank-bank sentral di dunia, dimana banyak bank
sentral yang beralih untuk lebih memfokuskan
diri pada upaya pengendalian inflasi. Alasan
yang mendasari perubahan tersebut adalah,
pertama, bukti-bukti empiris menunjukkan
bahwa dalam jangka panjang kebijakan moneter
hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi,
kebijakan moneter tidak dapat mempengaruhi
variabel riil, seperti pertumbuhan output ataupun
tingkat pengangguran. Kedua, pencapaian inflasi
rendah merupakan prasyarat bagi tercapainya
sasaran makroekonomi lainnya, seperti
pertumbuhan pada tingkat kapasitas penuh (full
employment) dan penyediaan lapangan kerja
yang seluas-luasnya. Ketiga, yang terpenting,
penetapan tingkat inflasi rendah sebagai tujuan
akhir kebijakan moneter akan menjadi nominal
anchor berbagai kegiatan ekonomi.

Strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai


sasaran inflasi yang rendah adalah :

1. Mengkaji efektivitas instrumen moneter dan


jalur transmisi kebijakan moneter.

2. Menentukan sasaran akhir kebijakan moneter.

3. Mengidentifikasi variabel yang menyebabkan


tekanan-tekanan inflasi.

4. Memformulasikan respon kebijakan moneter.

Dapat ditambahkan bahwa laju inflasi yang


diperoleh dari indeks harga konsumen (IHK)
sebagai sasaran akhir dan laju inflasi inti (core
atau underlying inflation) sebagai sasaran
operasional.

Konsep inflasi inti (core inflation) dapat kita bagi


menjadi dua yaitu Berdasarkan pengertiannya,
ada 2 konsep dalam pengertian inflasi inti.
Pertama, inflasi inti sebagai komponen inflasi
yang cenderung ‘menetap’ atau persisten
(persistent component) di dalam setiap
pergerakan laju inflasi. Kedua, inflasi inti sebagai
kecenderungan perubahan harga-harga secara
umum (generalized component). Core inflation
pada beberapa literatur disebut juga dengan
underlying inflation. Inflasi inti inilah yang dapat
dipengaruhi atau dikendalikan oleh BI. Di dalam
operasionalnya, BI tidak menggunakan inflasi
IHK sebagai acuan dalam mengambil kebijakan
moneter, namun menggunakan inflasi inti.

Penggunaan inflasi inti sebagai sasaran


operasional dikarenakan inflasi inti dapat
memberikan signal yang tepat dalam
memformulasikan kebijakan moneter. Sebagai
contoh, dalam hal terjadi gangguan permintaan
(demand shock) yang mengakibatkan inflasi
tinggi, respon bank sentral akan mengetatkan
uang beredar sehingga tingkat inflasi dapat
ditekan. Disamping itu, kebijakan tersebut dapat
juga untuk menyesuaikan kembali pertumbuhan
ekonomi pada tingkat yang sesuai dengan
kapasitas perekonomian. Sebaliknya, jika inflasi
meningkat karena terjadinya gangguan
penurunan di sisi penawaran (supply side),
misalnya kenaikan harga makanan karena musim
kering maka kebijakan uang ketat justru dapat
memperburuk tingkat harga dan pertumbuhan
ekonomi. Respon yang dapat dilakukan oleh
bank sentral adalah kebijakan melonggarkan
likuiditas perkonomian justru diperlukan untuk
menstimulir peningkatan penawaran.

Inflasi yang akan dipakai BI dalam menetapkan


targetnya adalah BI menetapkan IHK sebagai
targetnya, seperti yang diterapkan di semua
negara yang menganut sistem target inflasi secara
eksplisit. Ada beberapa alasan yang mendasari
dipilihnya IHK sebagai target bank sentral, baik
dari sisi teoritis maupun dari segi kepraktisannya.
Kelebihan digunakannya IHK ini antara lain
adalah merupakan alat ukur yang paling tepat
dalam mengukur tingkat kesejahteraan
masyarakat karena IHK mengukur indeks biaya
hidup konsumen. Seperti yang berlaku pada
negara-negara lain institusi yang bertugas
mengumpulkan data statistik selalu
memfokuskan sebagian besar sumber dayanya
untuk menghasilkan data IHK yang reliable
dibandingkan indeks harga lainnya, sehingga
hasil pengukuran IHK selalu memiliki kualitas
yang lebih baik dan selalu tersedia secara tepat
waktu.

Tekanan terhadap angka inflasi dapat dibagi dua


Dilihat dari asalnya, tekanan inflasi dapat
dibedakan atas domestic pressures (berasal dari
dalam negeri) dan external pressures (berasal dari
luar negeri). Tekanan yang berasal dari dalam
negeri dapat diakibatkan oleh adanya gangguan
dari sisi penawaran dan permintaan serta
kebijakan yang diambil oleh instansi lain di luar
BI, misalnya kebijakan penghapusan subsidi
pemerintah, kenaikan pajak, dll. Gangguan dari
sisi penawaran dapat timbul apabila terjadi
musim kering yang mengakibatkan gagal panen,
terjadinya bencana alam, gangguan distribusi
tidak lancar dan adanya kerusuhan-kerusuhan
sosial yang berakibat terputusnya pasokan dari
luar daerah. Gangguan dari sisi permintaan dapat
terjadi apabila otoritas moneter menerapkan
kebijakan uang longgar.

Peranan Bank Indonesia Dalam Sistem


Pembayaran

Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai


peranan penting dalam sistem pembayaran. Ada
beberapa pihak yang terlibat di dalam sistem
pembayaran yaitu pihak yang menyelenggarakan
sistem pembayaran, pihak yang mendukung
sistem pembayaran, pihak yang memberikan jasa
dalam sistem pembayaran, dan pihak yang
mengatur serta mengawasi sistem pembayaran.

Peranan Bank Indonesia dalam sistem


pembayaran sangat luas, karena sebagai operator,
regulator, dan sekaligus sebagai pengawas.
Hubungan bank sentral dengan sistem
pembayaran setiap Negara memiliki kadar yang
berbeda, ada yang memiliki keterlibatan tinggi
(Indonesia), dan ada yang sedikit (Hongkong).

Peranan bank sentral dalam sistem pembayaran


dapat dilihat pada tabel 1.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Berdasarkan UU. No. 23 Tahun 1999 tentang


Bank Indonesia, wewenang mengatur,
mengawasi, dan memberi atau mencabut izin
berdirinya bank mutlak menjadi wewenang Bank
Indonesia. Luasnya cakupan tugas dan
wewenang Bank Indonesia menimbulkan
kerentanan akan keefektifan khususnya tugas
pengawasan. Mengingat begitu banyaknya bank-
bank umum dan Bank Prekreditan Rakyat yang
harus diawasi. Maraknya kasus perbankan seperti
kasus Bank Century, City Bank, dan pembobolan
bank oleh orang dalam menunjukkan lemahnya
system intern bank itu sendiri dan pengawasan
oleh Bank Indonesia.

Oleh sebab itu, timbul gagasan tugas pengawasan


perbankan diserahkan ke lembaga khusus. Tugas
mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga
pengawas sektor jasa keuangan yang independen,
dan dibentuk dengan undang-undang yang
pembentukannya dilaksanakan selambat-
lambatnya 31 Desember 2010. Tetapi sampai
dengan akhir tahun 2010, lembaga yang
rencananya akan diberi nama Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) belum terbentuk.

Tarik menarik kepentingan antara Bank


Indonesia dengan pihak-pihak lain terus terjadi,
sehingga terbentuknya OJK berjalan dengan alot.
Rencanana OJK tidak hanya bertugas mengawasi
sektor perbankan, tetapi juga jasa keuangan

B. Pengawasan Perbankan
Dalam menjalankan tugas pengawasan
perbankan, saat ini OJK melaksanakan
pengawasan dengan menggunakan dua
pendekatan yaitu:
1. Pengawasan Berdasarkan
Kepatuhan/Compliance Based Supervision
(CBS), yaitu pemantauan kepatuhan bank
terhadap ketentuan-ketentuan yang terkait
dengan operasi dan pengelolaan bank di
masa lalu dengan tujuan untuk memastikan
bahwa bank telah beroperasi dan dikelola
secara baik dan benar menurut prinsip-
prinsip kehati-hatian. Pengawasan terhadap
pemenuhan aspek kepatuhan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan pengawasan bank berdasarkan
Risiko; dan
2. Pengawasan Berdasarkan Risiko/Risk Based
Supervision (RBS) yaitu pengawasan bank
yang menggunakan strategi dan metodologi
berdasarkan risiko yang memungkinkan
pengawas bank dapat mendeteksi risiko
yang signifikan secara dini dan mengambil
tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat
waktu.
Pengawasan/pemeriksaan bank berdasarkan
risiko dilakukan terhadap jenis-jenis risiko
sebagai berikut

 Risiko Kredit = Risiko


yang timbul sebagai akibat kegagalan
counterparty memenuhi kewajibannya.
 Risiko Pasar = Risiko
yang timbul karena adanya pergerakan
variabel pasar (adverse movement) dari
portofolio yang dimiliki oleh bank yang
dapat merugikan bank. Variabel pasar
antara lain suku bunga dan nilai tukar.
 Risiko Likuiditas = Risiko
yang antara lain disebabkan bank tidak
mampu memenuhi kewajiban yang telah
jatuh tempo.
 Risiko Operasional = Risiko
yang antara lain disebabkan adanya
ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem atau adanya
problem eksternal yang mempengaruhi
operasional bank.
 Risiko Hukum = Risiko
yang disebabkan oleh adanya kelemahan
aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis
antara lain disebabkan adanya tuntutan
hukum, ketiadaan peraturan perundang-
undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan seperti tidak
dipenuhi syarat sahnya kontrak dan
pengikatan agunan yang tidak sempurna.
 Risiko Reputasi = Risiko
yang antara lain disebabkan adanya
publikasi negatif yang terkait dengan
kegiatan usaha bank atau persepsi negatif
terhadap bank.
 Risiko Stratejik = Risiko
akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan
stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis
 Risiko Kepatuhan = Risiko
yang disebabkan bank tidak mematuhi
atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain
yang berlaku.
 Risiko Imbal Hasil = Risiko
akibat perubahan tingkat imbal hasil yang
dibayarkan bank kepada nasabah, karena
terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang
diterima bank dari penyaluran dana, yang
dapat mempengaruhi perilaku nasabah
dana pihak ketiga bank.
 Risiko Investasi = Risiko
akibat bank ikut menanggung kerugian
usaha nasabah yang dibiayai dalam
pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang
menggunakan metode net revenue
sharing maupun yang menggunakan
metode profit and loss sharing.
 Risiko Intra - Grup = Risiko
akibat ketergantungan suatu entitas baik
secara langsung maupun tidak langsung
terhadap entitas lainnya dalam satu
konglomerasi keuangan dalam rangka
pemenuhan kewajiban perjanjian tertulis
maupun perjanjian tidak tertulis baik yang
diikuti perpindahan dana dan/atau tidak
diikuti perpindahan dana.
 Risiko Asuransi = Risiko
akibat kegagalan perusahaan asuransi
memenuhi kewajiban kepada pemegang
polis sebagai akibat dari ketidakcukupan
proses seleksi Risiko (underwriting),
penetapan premi (pricing), penggunaan
reasuransi, dan/atau penanganan klaim.

MPSJKI

mewujudkan konglomerasi keuangan yang sehat


dan stabil yang mendukung stabilitas sistem
keuangan

SISTEM konglom Memper


& erasi kuat
keuanga Impleme
METOD n yang ntasi
OLOGI sehat dan Pengawa
KEBIJA stabil san
KAN yang Terintegr
menduku asi
IMPLE ng Terhada
MENTA stabilitas p
SI sistem Konglo
keuanga merasi
mewujud
n
kan
Keuanga
n

Mengem
bangkan
Sistem
dan
Metodolo
gi
Pengawas
an
Terintegr
asi
Terhadap
Konglom
erasi
Keuanga
n

SDM
yang
handal

Sistem IT
yang
efektif
Roadmap Industri Perbankan

Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia

Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia (RP2I) 2015-2019 mencakup pengembangan


Bank Konvensional yang bertujuan agar pengembangan perbankan dapat berjalan selaras dengan
visi pembangunan Indonesia, untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
makmur. Arah pengembangan dan penguatan industri perbankan Indonesia yang tertuang dalam
RP2I dirancang untuk mengantisipasi tantangan pada industri perbankan baik pada skala
domestik maupun global. RP2I juga telah dirancang dengan tetap memperhatikan peluang bagi
industri perbankan berupa potensi dan keunggulan yang dimiliki Indonesia seiring dengan upaya
mendorong perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkesinambungan.

1. Peluang dan Tantangan Perbankan Indonesia

Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang menjadi negara maju di masa
yang akan datang. Potensi besar tersebut memerlukan dukungan pembiayaan dari seluruh SJK
termasuk dari industri perbankan. Selain dari sisi domestik berupa kebutuhan pembiayaan
tersebut, potensi pengembangan yang berasal dari regional yaitu adanya penerapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) dan keberadaan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar
negeri atau bank dengan kepemilikan asing yang dapat menciptakan peluang untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional. Tidak hanya itu, pada era perkembangan Teknologi Informasi
(TI) yang pesat, financial technology juga turut berperan secara signifikan pada perkembangan
industri perbankan ke depan. 45

Booklet Perbankan

Indonesia 2018

Bab 2

2. Arah Kebijakan Pengembangan Perbankan Jangka Menengah 2015-2019

Hal-hal yang menjadi fokus OJK dalam pengembangan industri perbankan dalam jangka
menengah dan diharapkan mampu merespon perubahan lingkungan internal dan eksternal
industri perbankan antara lain:

a. pengoptimalan peran bank dalam upaya mendukung ketahanan pangan, energi dan sektor
prioritas lain, pembiayaan sektor ekonomi tertentu, serta pengembangan dan penerapan prinsip-
prinsip pendanaan yang berkelanjutan;

b. penyempurnaan struktur kepemilikan bank untuk mendukung pembangunan ekonomi yang


berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan pengembangan pada tata kelola dan manajemen risiko serta
penerapan standar internasional, baik dari sisi aturan, laporan, dan pengawasan;
c. penerapan pengawasan terintegrasi berdasarkan risiko yakni dengan: (i) melakukan
pengawasan terhadap konglomerasi perusahaan guna mendeteksi secara dini risiko yang dapat
ditimbulkan terhadap sistem jasa keuangan; (ii) mengembangkan dan menerapkan mekanisme
pengawasan berbasis risiko; dan (iii) meningkatkan pemeriksaan kepatuhan profesi dan lembaga
penunjang;

d. penguatan protokol manajemen krisis dan koordinasi lintas institusi melalui penyempurnaan
mekanisme pencegahan dan penanganan krisis, penyempurnaan recovery and resolution plan,
dan peningkatan koordinasi antar instansi terkait dalam penanganan krisis keuangan;

e. pembahasan mengenai kesamaan peluang (prinsip resiprositas) bagi perbankan Indonesia


untuk memperluas jangkauan layanan di wilayah ASEAN dan mekanisme penyelesaian sengketa
untuk mengantisipasi terjadinya dispute lintas batas di negara ASEAN. Sebagai bentuk antisipasi
atas terjadinya persaingan dengan perbankan negara-negara ASEAN, OJK akan mendorong
perbankan nasional untuk meningkatkan kapasitas baik permodalan maupun infrastruktur
melalui proses konsolidasi agar tangguh bersaing di pasar keuangan ASEAN;46

Booklet Perbankan

Indonesia 2018

Bab 2

f. pengembangan produk dan/atau layanan keuangan mikro sesuai dengan kebutuhan usaha
sehingga mendukung peningkatan akses pendanaan usaha oleh Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM). Untuk meningkatkan kemampuan perbankan termasuk perbankan syariah
dalam menjangkau masyarakat yang selama ini belum atau kurang mendapat akses keuangan,
dilakukan melalui inisiatif keuangan inklusif dan Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam
Rangka Keuangan Inklusif/Laku Pandai (branchless banking);

g. pengembangan infrastruktur teknologi informasi agar lebih optimal dan tetap dapat menjamin
keamanan dan keandalan layanan aplikasi dan data/ informasi;

h. penguatan fungsi dan peran Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam mendukung
perekonomian daerah melalui: (i) penguatan kapasitas dan tata kelola BPD melalui program
transformasi BPD yang telah diinisiasi oleh OJK dengan melibatkan Asosiasi Bank
Pembangunan Daerah (Asbanda) dan Kementerian Dalam Negeri yang akan menjadi acuan
dalam penguatan kapasitas dan tata kelola BPD, dan (ii) peningkatan komitmen pemilik untuk
mendukung peranan dan kapasitas BPD;

i. peningkatan peran perbankan syariah dengan ekspansi usaha, jaringan, produk keuangan
syariah, dan fair playing field bagi BUS dengan menyusun pengaturan yang mendorong
pertumbuhan BUS sesuai dengan karakteristik usaha dan tingkat kesiapan industri; dan
j. penguatan struktur permodalan dan kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) melalui
sinergi dengan bank umum dan meningkatkan komitmen pemilik terhadap peran BPR dalam
rangka mendukung perekonomian daerah. Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan kualitas
pengawasan terhadap BPR, OJK akan menerapkan pengawasan berbasis risiko.

Kesimpulan

Kebijakan yang diambil pemerintah bila di telah secara jernih sebenarnya merupakan upaya
untuk menekan laju pertumbuhan ekonomi secara sengaja, sadar dan dilakukan secara sistematis.

Kondisi kehadiran Dana Moneter Internasional dalam ikut membenahi ekonomi Indonesia yang
di kecam banyak pihak karena di nilai bonafide oleh pelaku ekonomi Internasional sehingga
mereka masih mau bertransaksi dengan Indonesia. Bila tidak ada dukungan IMF, Indonesia bisa
dikucilkan dalam perdagangan Internasional, artinya ekonomi Indonesia akan kian terpuruk
setelah tertimpa krisis moneter.

Kondisi makro ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis apabila Indonesia ingin menarik
investasi asing lewat proses provitasi BUMN ataupun divestasi bank-bank publik yang dilakukan
oleh BPPN, maka Indonesia harus memberikan insentif lebih bagi para calon investor tersebut.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dilakukan secara sadar, sehingga harus dipikirkan
dampak jangka panjang dari kebijakan tersebut dan jangan sampai Indonesia dijauhi oleh
investor Internasional.

Disamping itu jika para pengusaha diberikan kesempatan untuk mendapatkan kredit maka dia
akan berupaya berproduksi untuk menghasilkan keuntungan guna membayar utang dan
membayar pajaknya. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah mendorong eksport nasional,
terlebih lagi dalam kondisi dunia yang mengalami resesi seperti ini.

Oleh sebab itu diperlukan kebijakan yang berbeda terutama untuk sektor-sektor yang menjadi
prioritas sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi.

Dan harapan kita semua agar pemerintah melalui bank-bank yang sehat dapat memberikan dana
kepada para nasabah yang membutuhkan sekaligus sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di
negara Indonesia yang kita cintai ini.
Daftar pustaka

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/booklet-perbankan-
indonesia/Documents/Pages/Booklet-Perbankan-Indonesia-
2018/Booklet%20Perbankan%20Indonesia%202018.pdf

https://www.academia.edu/19898778/Sejarah_Perbankan

https://aripuspitamgt.wordpress.com/2015/07/02/sejarah-singkat-perbankan-indonesia/

http://www.kemenperin.go.id/artikel/20090/Outlook-Perekonomian-Indonesia-2019

Anda mungkin juga menyukai