Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM : MENINGKATKAN EFEKTIVITAS EVALUASI DAN


PEMBELAJARAN
Oleh
Nabila Dampolii
221012127
Email : nabiladampolii2004@gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang pembelajaran tes diagnostik dalam konteks
pendidikan agama Islam. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan
penilaian dan efektivitas pembelajaran melalui penggunaan tes diagnostik yang
komprehensif dan tepat. Penelitian ini didasarkan pada pemahaman bahwa
penilaian yang efektif dapat memberikan informasi berharga tentang pemahaman
siswa dan keberhasilan akademik.
Dalam artikel ini, penulis menjelaskan pentingnya menggunakan
pengujian diagnostik sebagai alat penilaian yang lebih komprehensif. Tes
diagnostik ini dirancang untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa dalam
memahami konsep pendidikan agama Islam. Dengan mengeksplorasi berbagai
aspek pembelajaran, tes diagnostik ini dapat membantu guru dalam merancang
strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu setiap siswa.
Metode pengembangan tes diagnostik dalam artikel ini melibatkan
langkah-langkah seperti pemilihan materi yang relevan, perancangan pertanyaan
dengan tingkat kesulitan yang bervariasi, dan pengujian validitas dan reliabilitas
tes Penggunaan tes diagnostik yang komprehensif dan teruji dapat memberikan
gambaran yang akurat tentang kemampuan siswa dalam Pendidikan Agama Islam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tes diagnostik dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan efektivitas evaluasi
dan pembelajaran. Dengan mengidentifikasi kelemahan siswa, guru dapat
merancang intervensi yang tepat untuk membantu siswa meningkatkan
pemahaman mereka. Selain itu, tes diagnostik juga dapat memberikan umpan
balik yang jelas kepada siswa, sehingga mereka dapat mengidentifikasi area yang
memerlukan perbaikan
Kesimpulannya, pengembangan tes diagnostik dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan
penilaian dan pembelajaran. Dengan pendekatan yang komprehensif dan tepat, tes
diagnostik ini dapat membantu siswa dan guru lebih memahami konsep
pendidikan agama Islam dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara
keseluruhan.
Kata Kunci : Tes Diagnostik, Pembelajaran dan Pendidikan Agama Islam
Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan di negara-negara mayoritas Muslim. Pembelajaran PAI bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, serta membentuk
karakter yang baik pada diri peserta didik. Menurut Rusydi Ananda, tujuan
penilaian adalah untuk mengetahui apakah bahan ajar yang disampaikan dikuasai
siswa dan apakah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai dengan
harapan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan penilaian merupakan
komponen penting dalam pembelajaran. Penilaian membantu guru memantau
kemajuan siswa, mengukur pemahaman mereka tentang konsep agama, dan
memastikan efektivitas metode pengajaran dan kurikulum.
Alat pengujian dan penilaian memegang peranan penting dalam Upaya
penilaian pembelajaran PAI. Ujian yang merupakan salah satu alat penilaian yang
umum digunakan memberikan gambaran pemahaman siswa terhadap materi PAI
Ujian dapat berupa ujian tertulis, ujian lisan, ujian objektif (pilihan ganda ) atau
ujian praktek. Namun tes bukanlah satu-satunya alat penilaian yang terlibat dalam
pembelajaran PAI. Terdapat berbagai alat penilaian seperti observasi, proyek,
portofolio, wawancara atau diskusi kelompok, yang dapat memberikan gambaran
yang lebih komprehensif tentang pemahaman siswa tentang agama dan praktik.1
Dalam konteks pembelajaran PAI, penting untuk memahami peran, fungsi,
dan efektivitas tes dan alat penilaian lainnya. Penelitian sebelumnya telah
membahas berbagai aspek terkait penilaian dalam pembelajaran PAI, antara lain
jenis tes yang digunakan, penggunaan alat penilaian alternatif, serta tantangan dan
manfaat yang terkait dengan penerapannya. Namun demikian, masih terdapat
ruang penelitian lebih lanjut untuk memperdalam pemahaman kita tentang alat
tes dan penilaian dalam konteks pembelajaran PAI.
Oleh karenanya artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan tes Diagnostik dengan
1
Assadi. Pengembangan Evaluasi Dan Alat Tes Dalam Pembelajaran Pai Berbasis It Di
MI Asy-Syafi’iyyah Kota Singkawang, dalam jurnal Pendidikan Islam. Vol 1 No 2 Juli Tahun
2020
melakukan beberapa tes pada proses pembelajaran Pendekatan penilaian yang
lebih baik diharapkan dapat diterapkan dalam konteks pendidikan agama Islam.
Hal ini akan berdampak positif terhadap pengembangan kurikulum, metode
pengajaran di sekolah dan peningkatan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai
Islam, serta tercapainya tujuan akhir pendidikan agama Islam dalam membentuk
kepribadian siswa yang berakhlak mulia. dan berkomitmen untuk menjalankan
ajaran agama.
Metode Penelitian
Pembahasan menggunakan metode tinjauan literatur yang komprehensif
tentang penggunaan tes diagnostik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Ini melibatkan mempelajari penelitian sebelumnya, teori-teori terkait, dan praktik
terbaik dalam pengembangan tes diagnostik. Selain itu, Pembahasan ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode kajian pustaka. Teknik
pengumpulan data dengan menelaah berbagai sumber kepustakaan dari berbagai
dokumen. Perlu diketahui bahwa sifat utama dari data dokumen ini adalah tidak
terbatas ruang dan waktu, sehingga memberikan kesempatan bagi peneliti untuk
mengeksplorasi hal-hal yang terjadi di masa lalu.
Pembahasan
Konsep Tes Diagnostik
Tes diagnostik sebagai tes yang dapat digunakan untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan siswa. Oleh karena itu, hasil tes diagnostik dapat
menjadi landasan untuk memastikan tindak lanjut berupa pengobatan yang tepat
dan berdasarkan kelemahan siswa. Tes diagnostik mempunyai dua fungsi utama,
yaitu: mengidentifikasi masalah atau kesalahan yang dihadapi siswa dan
merencanakan tindakan lebih lanjut berupa upaya penyelesaian berdasarkan
masalah atau kesalahan tersebut.
Hasil tes diagnostik dapat digunakan untuk melaksanakan intervensi yang
efektif terhadap siswa, baik secara individu maupun tradisional, untuk tujuan
menilai pembelajaran. Tes diagnostik tidak hanya memberikan informasi numerik
sebagai indikator kemampuan siswa tetapi juga menggambarkan tingkat
kemahiran siswa pada sub-kemampuan tertentu.
Hal yang perlu kita ketahui dalam menetapkan enam kondisi yang harus
dipertimbangkan ketika melakukan tes diagnostik. Keenam syarat tersebut adalah:
(1)dilaksanakan untuk meningkatkan prestasi siswa dan bukan untuk menentukan
kelulusan, (2) dilaksanakan dalam suasana nyaman dan menyenangkan, (3)
dilaksanakan secara jujur yang dilakukan siswa secara mandiri, (4) pada saat ujian
diagnostik , siswa dapat bertanya – tanya mengenai hal yang kurang jelas, (5)
guru mendorong siswa untuk menjawab semua pertanyaan, dan (6) jadwal
pelaksanaannya tidak ketat atau siswa dapat mengerjakan tes pada waktunya
sendiri.
Adapun tes diagnostik seharusnya memiliki enam sifat sebagai berikut: (1)
dapat menampilkan indikator kompetensi yang telah atau belum dikuasai siswa;
(2) indikator kompetensi yang belum dikuasai siswa ditunjukkan dengan jelas
pada hasil tes diagnostik; (3) hasil tes diagnostik dapat mengarahkan siswa untuk
mempelajari indikator kompetensi yang masih perlu dipelajari kembali; (4) hasil
tes diagnostik dapat langsung ditindaklanjuti siswa untuk memperbaiki
pencapaian kompetensi; (5) hasil tes diagnostik langsung dapat diketahui siswa
setelah siswa selesai melaksanakan tes, dan 6) soal-soal yang ada dalam tes
diagnostik dapat mengukur pencapaian kompetensi siswa secara mendalam2
Uraian di atas menunjukkan bahwa tes diagnostik yang efektif harus
diintegrasikan dengan baik ke dalam kegiatan belajar mengajar. Tes diagnostik
harus dapat membantu guru memahami kesulitan siswa ketika menyelesaikan
soal-soal yang berkaitan dengan keterampilan yang harus dikuasai siswa. Oleh
karena itu, skor yang diperoleh pada tes diagnostik harus dianggap sebagai
informasi tentang kelemahan siswa yang hendaknya digunakan untuk
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga siswa dapat mencapai tingkat
kemahiran minimal.
Tes diagnostik sering dilakukan sebelum tes ringkasan. Hal ini disebabkan
karena tujuan diagnostik adalah untuk memantau proses belajar siswa, yang
meliputi proses mendeteksi kelemahan siswa pada mata pelajaran tertentu.
2
Samsul Hadi, K. Ima Ismara, and Effendie Tanumihardja, “Pengembangan Sistem Tes
Diagnostik Kesulitan Belajar Kompetensi Dasar Kejuruan Siswa Smk,” Jurnal Penelitian Dan
Evaluasi Pendidikan 19, no. 2 (2019): 168–75
Pendekatan yang dilakukan guru dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa
berbeda-beda tergantung kesulitan belajar yang dialami siswa. Selain itu Adapun
lima pendekatan dalam pengujian diagnostik, yaitu: pendekatan catatan fisik,
pendekatan pengetahuan awal, pendekatan pencapaian tujuan pembelajaran,
pendekatan validasi kesalahan, identifikasi dan pendekatan pengetahuan
terstruktur.
Konsep Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan berasal dari kata didik, setelah mempunyai awalan me
sehingga menjadi education yang berarti mengasuh dan melatih, untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan pengajaran dan bimbingan serta kepemimpinan dalam
etika dan kecerdasan. Kata pendidikan setelah ditambah awalan dan akhiran
dengan kata dasar sebelum pendidikan mempunyai arti proses perubahan sikap
dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk menjadi
manusia yang cerdas melalui pengajaran dan pelatihan. Dalam bahasa Inggris,
pendidikan disebut education, yang berasal dari kata “educate” yang berarti
membawa kemajuan dan perkembangan. Pendidikan secara sempit didefinisikan
sebagai proses tindakan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan.
Pendidikan agama Islam merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
mengambil tanggung jawab dalam mendorong, mengembangkan dan
mengarahkan potensi peserta didik agar dapat berperan dan berfungsi sesuai
dengan hakikatnya. Pihak yang disebut “bertanggung jawab” dalam definisi di
atas adalah orang tua anak, dan guru serta pendidik lainnya diberi sejumlah
tanggung jawab sebagai orang tua. Jadi, maksud dari ungkapan “agar mereka
mempunyai fungsi dan peranan sesuai dengan fitrah yang terjadi” tidak lebih dari
menjamin bahwa orang-orang yang terpelajar akan menjadi hamba Allah dengan
penuh ketaqwaan, ketaatan dan kesetiaan sesuai dengan kodratnya.
Secara teoritis pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
sikap mental yang diungkapkan dalam perbuatan baik, baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain. Pada hakikatnya pendidikan agama Islam adalah
pendidikan keimanan sekaligus pendidikan amal shaleh. Oleh karena itu,
pendidikan agama Islam mencakup sikap dan perilaku individu atau kelompok
dengan tujuan mendatangkan kebahagiaan dalam hidup, oleh karena itu berkaitan
dengan pendidikan individu dan masyarakat.3
Pendidikan agama Islam adalah suatu proses pembelajaran yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan yang komprehensif tentang
ajaran dan prinsip-prinsip agama Islam kepada individu. Tujuan utama dari
pendidikan agama Islam adalah membentuk manusia yang taat beragama,
memiliki pemahaman yang mendalam tentang Islam, serta mampu
mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Konsep
pendidikan agama Islam melibatkan berbagai aspek, termasuk pengajaran tentang
keyakinan dan doktrin-doktrin Islam, pemahaman tentang Al-Qur'an sebagai kitab
suci, pengajaran tentang kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai
contoh teladan, serta nilai-nilai moral dan etika Islam.
Pendidikan agama Islam juga mencakup pemahaman tentang ibadah,
seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, serta pentingnya menjaga hubungan yang
baik dengan Allah SWT dan sesama manusia. Selain itu, pendidikan agama Islam
juga memberikan pengetahuan tentang sejarah Islam, kajian tentang fiqh (hukum
Islam), dan akhlak mulia yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pendidikan agama Islam, penting untuk dipahami bahwa Islam adalah
agama yang inklusif dan menghormati kebebasan beragama setiap individu. Oleh
karena itu, pendidikan agama Islam juga melibatkan pemahaman tentang toleransi
antar umat beragama, dialog antar umat beragama dan menghargai perbedaan
dalam masyarakat multikultural.
Efektivitas dan Evaluasi
Secara etimologis, “valuation” berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu
evaluasi, dari akar kata value, artinya nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab
disebut alqiamah atau altaqdir' yang berarti penilaian (assessment). Sedangkan
penilaian pendidikan secara harafiah dalam bahasa Arab sering disebut dengan al-
taqdir altelbiyah, dipahami sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau

3
Sudadi Sudadi, “Konsep Pendidikan Agama Islam (Pai) Berbasis Pesantren Di Lembaga
Pendidikan Umum,” INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 25, no. 2 (2020): 174–88,
https://doi.org/10.24090/insania.v25i2.3083.
penilaian terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kegiatan gerakan
pendidikan4
Efektivitas dalam konteks pendidikan mengacu pada tingkat keberhasilan
suatu program, kegiatan, atau strategi pembelajaran dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Efektivitas dapat diukur dengan mengamati sejauh mana
tercapainya hasil yang diharapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Saat
mengevaluasi efektivitas, fokusnya adalah pada hasil akhir dan dampak yang
dicapai. 5
Efektifitas di dalam proses pembelajaran sangatlah penting yaitu untuk
mengetahui keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Pembelajaran adalah suatukegiatan yang melibatkan seseorang dalam
upaya memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai yang
baik dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada.Salah satu
cara meningkatkan efektivitas pembelajaran6
Penilaian, sebaliknya, adalah proses sistematis dalam mengumpulkan
informasi, menganalisis, dan mengevaluasi suatu program, kegiatan, atau strategi
pembelajaran. Tujuan utama evaluasi adalah untuk memahami seberapa sukses
suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
untuk memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
efektivitas program atau kegiatan tersebut di masa yang akan datang. 7
Dalam konteks pendidikan, penilaian dapat dilakukan pada berbagai
tingkatan, mulai dari penilaian individu siswa hingga penilaian keseluruhan
kurikulum. Penilaian mungkin melibatkan pengumpulan dan analisis data
kualitatif dan kuantitatif, seperti observasi kelas, tes, wawancara, dan survei.

4
Ina Magdalena et al., “Pentingnya Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran Dan Akibat
Memanipulasinya,” Masaliq 3, no. 5 (2023): 810–23, https://doi.org/10.58578/masaliq.v3i5.1379.
5
Sania Latifah and Supardi Supardi, “Efektivitas Pembelajaran Daring (Studi Kasus Hasil
Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X IPS SMA Nurul Yaqin Tahun 2020/2021) Sania Latifah,
Supardi,” Jurnal Serambi Akademica 9, no. 7 (2021): 1120–27.
6
Hasim Aslihatul Rahmawati, Neni Nuraeni, “Efektiitas Pelaksanaan Evaluasi
Pendidikan Pada Minat Belajar Peserta Didik,” Islamika 14, no. 1 (2020): 74.
7
I Nyoman Wage, Nengah Bawa Atmadja, and I Putu Sriartha, “Evaluasi Efektifitas
Program Penguatan Pendidikan Karakter Ditinjau Dari Contexs, Input, Process Dan Produk,”
Pendidikan IPS Indonesia 4, no. 2 (2020): 94–105, https://doi.org/10.23887/pips.v4i2.3401.
Evaluasi efektivitas pendidikan dapat mencakup beberapa aspek, antara
lain:
 Penilaian pembelajaran:
Penilaian ini menitikberatkan pada pencapaian hasil belajar individu siswa.
Melalui tes, pekerjaan rumah, dan penilaian lainnya, guru dapat mengevaluasi
pemahaman siswa terhadap materi dan kemampuan mereka dalam menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
 Evaluasi Program:
Evaluasi program bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas keseluruhan program
pendidikan, seperti kurikulum bahasa, program pelatihan guru, atau program kelas
tambahan. Evaluasi ini meliputi pengumpulan data mengenai tujuan program,
metode pengajaran yang digunakan, dan dampak yang ditimbulkan.
 Evaluasi Program:
Evaluasi program dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas program yang
digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Evaluasi
ini mencakup peninjauan materi kursus, metode pengajaran, dan penggunaan
sumber daya pendukung.
 Evaluasi lembaga pendidikan:
Evaluasi ini mencakup penilaian kinerja lembaga pendidikan secara
keseluruhan, seperti sekolah atau universitas. Hal ini melibatkan analisis kualitas
pengajaran, manajemen sekolah, kebijakan pendidikan, keterlibatan siswa dan
prestasi akademik.
Dalam evaluasi efektivitas, penting untuk menggunakan metode yang
tepat, mengumpulkan data yang valid dan reliabel, dan menganalisis temuan
evaluasi secara obyektif. Hasil evaluasi yang diperoleh dapat digunakan untuk
membuat perbaikan dan pengembangan program pendidikan di masa depan, serta
untuk mendukung pengambilan keputusan yang berdasarkan bukti
Salah satu cara untuk mengoptimalkan proses pembelajaran adalah
dengan memperbaikinya melalui hasil penilaian. Penilaian ini dapat berupa
penilaian hasil belajar siswa dan penilaian proses pembelajaran. Faktor penilaian
berperan penting dalam menentukan efektivitas pembelajaran baik proses
pembelajaran maupun hasil. Penilaian merupakan pekerjaan penting yang harus
dilakukan dengan baik di luar kelas proses pembelajaran, karena melalui penilaian
guru memperoleh valid data tentang kemampuan siswanya.
Data ini akan menjadi dasar bagi guru untuk mengambil keputusan
tentang pembelajaran. Selain itu, evaluasi juga dapat digunakan oleh guru sebagai
refleksi untuk meningkatkan kinerjanya sendiri serta kualitas pengajaran atau
pengelolaan kelasnya. Dalam pengelolaan kelas, pendidik harus mencoba atau
bahkan menciptakan berbagai inovasi agar pembelajaran menjadi menyenangkan.
Tanpa dukungan dan kemauan pendidik untuk melakukan inovasi dalam
pembelajaran, pembelajaran akan menjadi membosankan bagi siswa.8
Penting untuk dicatat bahwa pemahaman tentang konsep pendidikan
agama Islam dapat bervariasi di antara individu dan komunitas. Hal ini
dikarenakan Islam memiliki beragam aliran dan pendekatan interpretasi yang
berbeda. Oleh karena itu, penting untuk mendiskusikan dan mempelajari
pendidikan agama Islam dengan bijak, terbuka, dan menghormati perbedaan
pendapat.
Pembelajaran Tes Diagnostik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Tes pembelajaran diagnostik dalam pendidikan agama Islam adalah proses
penggunaan tes atau alat penilaian khusus untuk mengetahui kebutuhan,
pemahaman, dan kemampuan siswa dalam konteks pembelajaran agama Islam.
Tujuan utama tes diagnostik adalah untuk mengumpulkan informasi awal yang
mendalam tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan kebutuhan siswa dalam
hal pemahaman agama Islam.
Berikut beberapa hal penting yang perlu dipahami ketika mempelajari tes
diagnostik dalam pendidikan agama Islam:
 Mengidentifikasi kebutuhan siswa:
Tes diagnostik membantu guru Guru mengidentifikasi kebutuhan individu
siswa dalam memahami agama Islam. Dengan mengumpulkan data pemahaman
siswa tentang konsep agama, tingkat pengetahuan, serta kelebihan dan kelemahan
8
Miftha Huljannah, “Pentingnya Proses Evaluasi Dalam Pembelajaran Di Sekolah
Dasar,” Educator (Directory of Elementary Education Journal) 2, no. 2 (2021): 164–80,
https://doi.org/10.58176/edu.v2i2.157.
dalam memahami Islam, guru dapat merancang rencana pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan setiap siswa.
 Mengukur pemahaman dan keterampilan:
Tes diagnostik dapat digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep agama Islam dan kemampuannya dalam menerapkan ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari. Tes ini dapat mencakup berbagai aspek, seperti
pemahaman ibadah, pengetahuan Al-Quran dan Hadits, serta pemahaman etika
dan moralitas dalam Islam.
 Menentukan Tingkat Akademik:
Tes diagnostik membantu guru menentukan tingkat pengetahuan dan
keterampilan siswanya tentang Islam. Dengan mengetahui tingkat pemahaman
siswanya, guru dapat merencanakan pengajaran yang tepat untuk tingkat
pembelajaran yang sesuai. Tes diagnostik membantu guru mengidentifikasi siswa
yang memerlukan bantuan ekstra atau penyesuaian terhadap metode pengajaran
mereka.
 Menyusun rencana pembelajaran:
Hasil tes diagnostik memberikan informasi penting bagi guru untuk
merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan
mengetahui kelemahan dan kelebihan siswa dalam memahami Islam, guru dapat
merancang strategi pengajaran yang efektif, memilih metode pengajaran yang
tepat, dan menyiapkan materi pembelajaran yang relevan dan menarik bagi siswa.
 Memantau pertumbuhan siswa:
Tes diagnostik dapat digunakan sebagai alat pemantauan untuk melacak
pertumbuhan siswa dalam memahami Islam dari waktu ke waktu. Dengan
mengulangi tes diagnostik secara berkala, guru dapat melihat perubahan
pemahaman siswa, mengidentifikasi area yang masih memerlukan perbaikan, dan
mengevaluasi efektivitas strategi pengajaran yang diterapkan saat ini.
Adapun tes diagnostik bisa dari beberapa assesmen yang ditentukan oleh
seorang guru. Asesmen Diagnostik ialah serumpun kegiatan yang dilakukan
secara spesifik untuk melihat kompetensi, serta kelemahan atau kesulitan
peserta didik, sehingga pendidik bisa menyesuaikan kelerasan materi yang
akan diajarkan sesuai kompetensi dan kondisi terhadap peserta didik.
Selain itu, pendidik dapat melihat kesulitan dan kelemahan siswa melalui
penilaian diagnostik yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Penilaian
diagnostik dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Dibuat untuk mengatasi
berbagai kesulitan yang dihadapi siswa, harus diformat dan dirancang sebagai
fungsi diagnostik, 2) Melakukan analisis menganalisis perkembangan sumber
kesalahan atau kesulitan yang akan menjadi masalah, 3) Buatlah pertanyaan
dalam bentuk jawaban yang disediakan dan mempunyai jawaban ringkas yang
dapat memberikan informasi yang lengkap.9
Perlu diketahui bahwa tes diagnostik dalam pendidikan agama Islam harus
adil, obyektif, dan mencakup berbagai aspek penting ajaran agama Islam.
Penggunaan tes diagnostik hendaknya diintegrasikan dengan baik ke dalam proses
pembelajaran dan dibarengi dengan upaya memberikan bantuan dan dukungan
tambahan kepada siswa yang memerlukannya.
Dilanjutkan dengan penilaian diagnostik aspek psikomotorik siswa yang
dapat dilihat melalui gerak tubuh dan komunikasi nonverbal. Sekilas hal itu bisa
dilakukan, namun pada prinsipnya apakah siswa selalu mengikuti petunjuk guru
selama proses pembelajaran, yaitu postur duduk saat belajar seperti apa yang
harus dilakukan siswa saat belajar? Tentu hal ini perlu dipertanyakan agar seorang
pendidik juga tahu. Perilaku psikomotorik siswa yang fokus belajar dapat diamati
pada bagaimana siswa menyikapi guru dengan menggunakan komunikasi
nonverbal. Pembelajaran menjadi menyenangkan apabila pendidik dapat
menghadirkan ketenangan pikiran dalam pembelajaran dan memberikan
perhatian lebih kepada peserta didik.
Alat pengujian dan penilaian memegang peranan penting dalam Upaya
penilaian pembelajaran PAI. Ujian yang merupakan salah satu alat penilaian yang
umum digunakan memberikan gambaran pemahaman siswa terhadap materi PAI.
Ujian dapat berupa ujian tertulis, ujian lisan, ujian objektif (pilihan ganda ) atau
9
Taufik Hidayat. Asesmen Diagnostik : Analisis Hasil Konsentrasi Peserta Didik Dalam
Pembelajaran Pai Di Smp Plus Nusantara Kota Medan. Raudhah Proud To Be Professionals
Jurnaltarbiyahislamiyah Volume X Nomor X Edisi Juni/Desember Tahun, 2022.
ujian praktek. Namun tes bukanlah satu-satunya alat penilaian yang terlibat dalam
pembelajaran PAI. Terdapat berbagai alat penilaian seperti observasi, proyek,
portofolio, wawancara atau diskusi kelompok, yang dapat memberikan gambaran
yang lebih komprehensif tentang pemahaman siswa tentang agama dan praktik
Dalam konteks pembelajaran PAI, penting untuk memahami peran, fungsi,
dan efektivitas tes dan alat penilaian lainnya. Penelitian terdahulu telah
membahas berbagai aspek terkait penilaian dalam pembelajaran PAI, antara lain
jenis tes yang digunakan, penggunaan alat penilaian alternatif, serta tantangan dan
manfaat yang terkait dengan penerapannya. Namun demikian, masih terdapat
ruang penelitian lebih lanjut untuk memperdalam pemahaman kita tentang alat tes
dan penilaian dalam konteks pembelajaran PAI.
Untuk melakukan tes dan penilaian pembelajaran PAI, berikut beberapa
langkah yang dapat dilakukan: Menurut Isa Anshori, langkah-langkah
menyiapkan instrumen penilaian (Tes) adalah: a) Mengidentifikasi tujuan tes. b)
Menganalisis program penelitian. c) Menetapkan kriteria kecukupan minimum
(KKM). d) Menganalisis buku teks dan sumber belajar. e) Susunan kisi-kisi uji. f)
Tulis TPK/Indeks. g) Tulis pertanyaan. h) Analisis pertanyaan. i) Pertimbangkan
pertanyaannya. j) Identifikasi pertanyaan yang benar. k) Kumpulkan soal pada tes
standar
 Identifikasi tujuan penilaian: Langkah pertama adalah menentukan tujuan
penilaian Anda. Anda ingin mengukur pemahaman siswa tentang konsep
agama Islam, keterampilan mengamalkan agama, sikap atau nilai-nilai
keagamaan, atau kombinasi dari beberapa aspek tersebut. Jelaskan tujuan
penilaian Anda untuk memandu proses selanjutnya
 Merancang alat penilaian: Berdasarkan tujuan penilaian, merancang alat
penilaian yang sesuai. Alat ini dapat berupa tes tertulis, tes lisan, tes
objektif (pilihan ganda), tes praktik, observasi, wawancara, atau gabungan
dari alat tersebut. Pastikan alat penilaian yang Anda gunakan sesuai
dengan tujuan penilaian dan mampu mengumpulkan data yang
diperlukan. tenaga kuda.
 Perencanaan penilaian: Perencanaan penilaian terperinci. Menentukan
waktu, tempat, dan metode penilaian yang akan digunakan. Pastikan juga
alat penilaiannya akurat.
Adapun Evaluasi diagnostik ini merupakan evaluasi yang dilakukan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh calon peserta ataupun
peserta yang mengikuti suatu program.
Evaluasi diagnostik bagi calon peserta program dilakukan untuk melihat
pengetahuan, afeksi, dan keterampilan prasyarat yang harus dimiliki calon
peserta tersebut. Selain terhadap calon peserta program evaluasi diagnostik
dilakukan juga terhadap peserta yang sudah mengikuti program untuk
memonitor tingkat ketercapaian program oleh peserta dan melihat kelemahan-
kelemahannya sehingga pengelola program dapat menyesuaikan program
dengan tingkat ketercapaian dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki peserta.
Evaluasi diagnostik ini bisa berbentuk tes maupun non tes. Tes digunakan
untuk melihat aspek kognitif dan psikomotor peserta didik. Dari hasil tes akan
diketahui dimana letak kelemahan seseorang peserta didik dalam menguasai
materi pelajaran.10
Untuk melihat aspek emosional digunakan teknik pengujian non-. Alat
yang dapat digunakan dapat berupa wawancara, sosiometri, observasi, dan
lain-lain. ini harus dilakukan oleh guru berkoordinasi dengan yang melakukan
tes diagnostik. Jika seorang anak mempunyai kelemahan dalam memahami
materi yang dijelaskan dalam hasil tes diagnostik, maka kelemahan tersebut
mungkin disebabkan oleh sikap anak yang buruk dalam belajar atau ada
kelainan lain yang menghalangi anak untuk nyaman dalam belajar. studi.
mempelajari.
Diagnostik dalam Meningkatkan Efektivitas Evaluasi Pembelajaran
Pembelajaran tentang tes diagnostik dalam pendidikan agama Islam dapat
ditingkatkan untuk meningkatkan penilaian dan efektivitas pembelajaran dengan
mengikuti langkah-langkah berikut:

10
Mindani, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 2022.
 Identifikasi tujuan dan isi:

Identifikasi tujuan spesifik tes diagnostik dan tentukan konten apa yang akan
dinilai. Pastikan tujuan dan isi tes konsisten dengan kurikulum dan tujuan
pembelajaran Muslim.

 Merancang alat pengujian yang sesuai:

Merancang alat pengujian yang sesuai dengan tujuan dan isi yang ditentukan.
Memastikan alat ujinya mencakup berbagai aspek penting pembelajaran agama
Islam, seperti pemahaman konsep, penerapan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari, pengetahuan Al-Qur'an dan Hadits, serta etika dan moralitas Islam.

 Instruksi yang jelas:

Memberikan instruksi yang jelas kepada siswa tentang tujuan dan format tes.
Jelaskan secara rinci apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana mereka
akan menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas.

 Diversifikasi format pertanyaan:

Gunakan berbagai jenis pertanyaan seperti pilihan ganda, esai pendek, esai, dan
studi kasus untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi secara
komprehensif. Jenis pertanyaan yang berbeda akan memungkinkan siswa untuk
menunjukkan pemahaman mereka dengan cara yang berbeda.

 Sesuaikan tingkat kesulitan:

Sesuaikan tingkat kesulitan soal dengan tingkat pemahaman siswa. Ajukan


pertanyaan yang mencakup tingkat pemahaman dasar, menengah, dan lanjutan
untuk mengidentifikasi siswa dengan pemahaman yang baik serta mereka yang
membutuhkan bantuan tambahan.

 Gunakan pertanyaan terbuka:

Sertakan pertanyaan terbuka dalam pengujian diagnostik. Pertanyaan terbuka


memungkinkan siswa untuk mengungkapkan pemikirannya lebih mendalam dan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk menerapkan pemahamannya
tentang agama Islam dalam konteks kehidupan nyata.

 Memberikan masukan yang membangun:

Setelah menyelesaikan tes diagnostik, memberikan masukan yang


membangun kepada siswa. Memberikan penjelasan atas jawaban yang benar,
mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan siswa, dan memberikan saran
perbaikan. Umpan balik yang efektif akan membantu siswa memahami bidang-
bidang di mana mereka perlu meningkatkan pemahaman mereka.

 Analisis Data:

Menganalisis data skor tes diagnostik untuk lebih memahami pemahaman dan
kebutuhan siswa secara keseluruhan. Identifikasi pola atau tren yang muncul dari
hasil tes untuk membantu merancang rencana pembelajaran yang memenuhi
kebutuhan siswa.

 Menyesuaikan gaya mengajar:

Menggunakan hasil tes diagnostik sebagai dasar untuk menyesuaikan metode


pengajaran dan merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif. Identifikasi
area yang perlu ditingkatkan dan sesuaikan metode pengajaran, bahan ajar, atau
sumber daya yang digunakan.

 Penilaian Berkelanjutan:

Melakukan penilaian berkelanjutan terhadap tes diagnostik dan pembelajaran


secara keseluruhan. Tinjau dan perbarui alat pengujian, metode pengajaran, dan
strategi penilaian secara teratur untuk memastikan relevansi dan efektivitasnya.

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, pengembangan tes


diagnostik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat meningkatkan
penilaian dan efektivitas pembelajaran, serta membantu siswa lebih memahami
agama Islam.
Selain itu, Pembelajaran diagnostik merupakan metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan belajar siswa. Penilaian untuk
pembelajaran berfokus pada pengukuran prestasi siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam konteks ini, pembelajaran diagnostik
dapat berkontribusi dalam meningkatkan efektivitas penilaian pembelajaran
dengan cara sebagai berikut:

 Pengumpulan informasi awal:

Melalui pembelajaran diagnostik, guru dapat mengumpulkan informasi awal


tentang pemahaman dan keterampilan siswa sebelum memulai pembelajaran.
Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang penilaian yang
memenuhi kebutuhan siswa.

 Identifikasi kebutuhan individu:

Dengan menggunakan metode diagnostik, guru dapat mengidentifikasi


kebutuhan individu siswa secara lebih spesifik. Hal ini memungkinkan guru
merancang penilaian yang lebih tepat sasaran dan tepat, berdasarkan kelebihan
dan kelemahan masing-masing siswa.

 Menyesuaikan gaya mengajar:

Hasil pembelajaran diagnostik dapat membantu guru menyesuaikan gaya


mengajarnya. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan siswa, guru dapat
merancang strategi pembelajaran yang tepat untuk memenuhi kebutuhan individu
siswa. Hal ini dapat membantu meningkatkan efisiensi pembelajaran dan pada
akhirnya meningkatkan prestasi siswa.

Umpan balik yang ditargetkan:

Penilaian pembelajaran berdasarkan pembelajaran diagnostik dapat memberikan


umpan balik yang lebih tepat sasaran kepada siswa. Guru dapat memberikan
umpan balik secara spesifik terhadap kemajuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran serta memberikan saran atau rekomendasi untuk perbaikan lebih
lanjut.
 Pelacakan kemajuan:

Pembelajaran diagnostik memungkinkan pemantauan kemajuan siswa secara


terus menerus. Guru dapat menggunakan penilaian terkait pembelajaran
diagnostik untuk melacak kemajuan siswa dari waktu ke waktu. Hal ini
memungkinkan guru untuk lebih akurat mengidentifikasi perubahan pemahaman
dan keterampilan siswa.

 Merencanakan pembelajaran dengan lebih efektif:

Dengan menggunakan informasi dari pembelajaran diagnostik, guru dapat


merencanakan pembelajaran dengan lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan
siswa. Penilaian pembelajaran berdasarkan pembelajaran diagnostik dapat
membantu guru merancang pengalaman belajar yang sesuai, menargetkan area
untuk perbaikan, dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada
siswa.

 Berkolaborasi dengan siswa dan orang tua:

Melalui penilaian berbasis pembelajaran diagnostik, guru dapat melibatkan


siswa dan orang tua dalam proses penilaian. Guru dapat berkomunikasi dengan
siswa dan orang tua tentang hasil pembelajaran diagnostik, mendiskusikan
kekuatan dan kelemahan siswa, dan merencanakan langkah perbaikan. Kemitraan
ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan dukungan orang tua dalam
pembelajaran.

Dengan mengintegrasikan pembelajaran diagnostik ke dalam penilaian


pembelajaran, guru dapat meningkatkan efektivitas penilaian dan memberikan
pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa.

Analisis Data:

Menganalisis data skor tes diagnostik untuk lebih memahami pemahaman dan
kebutuhan siswa secara keseluruhan. Identifikasi pola atau tren yang muncul dari
hasil tes untuk membantu merancang rencana pembelajaran yang memenuhi
kebutuhan siswa.
Menyesuaikan gaya mengajar:

Menggunakan hasil tes diagnostik sebagai dasar untuk menyesuaikan metode


pengajaran dan merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif. Identifikasi
area yang perlu ditingkatkan dan sesuaikan metode pengajaran, bahan ajar, atau
sumber daya yang digunakan.

Penilaian Berkelanjutan:

Melakukan penilaian berkelanjutan terhadap tes diagnostik dan pembelajaran


secara keseluruhan. Tinjau dan perbarui instrumen tes, metode pengajaran, dan
strategi evaluasi secara berkala untuk memastikan kesesuaian dan efektivitasnya.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, pengembangan tes diagnostik


dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat meningkatkan efektivitas
evaluasi dan pembelajaran serta membantu siswa mencapai pemahaman yang
lebih baik tentang agama Islam.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dalah bahwa pengembangan tes diagnostik


dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berkontribusi pada
peningkatan efektivitas evaluasi dan pembelajaran. Dengan menggunakan tes
diagnostik, guru dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa secara
lebih spesifik, serta merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan individu siswa. Hal ini memungkinkan guru untuk memberikan umpan
balik yang terarah, menyesuaikan instruksi, dan merencanakan pembelajaran yang
lebih efektif. Melalui penggunaan tes diagnostik, evaluasi pembelajaran menjadi
lebih relevan, terfokus, dan mampu memantau kemajuan siswa secara kontinu.
Dengan demikian, pengembangan tes diagnostik dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam dapat membantu meningkatkan pencapaian siswa dan memfasilitasi
pemahaman yang lebih baik tentang agama Islam.

Daftar Pustaka
Assadi. Pengembangan Evaluasi Dan Alat Tes Dalam Pembelajaran Pai Berbasis
It Di MI Asy-Syafi’iyyah Kota Singkawang, dalam jurnal Pendidikan
Islam. Vol 1 No 2 Juli Tahun 2020

Hasim Aslihatul Rahmawati, Neni Nuraeni, “Efektiitas Pelaksanaan Evaluasi


Pendidikan Pada Minat Belajar Peserta Didik,” Islamika 14, no. 1 (2020):
74.
I Nyoman Wage, Nengah Bawa Atmadja, and I Putu Sriartha, “Evaluasi
Efektifitas Program Penguatan Pendidikan Karakter Ditinjau Dari
Contexs, Input, Process Dan Produk,” Pendidikan IPS Indonesia 4, no. 2
(2020): 94–105, https://doi.org/10.23887/pips.v4i2.3401.

Ina Magdalena et al., “Pentingnya Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran Dan


Akibat Memanipulasinya,” Masaliq 3, no. 5 (2023): 810–23,
https://doi.org/10.58578/masaliq.v3i5.1379.
Miftha Huljannah, “Pentingnya Proses Evaluasi Dalam Pembelajaran Di Sekolah
Dasar,” Educator (Directory of Elementary Education Journal) 2, no. 2
(2021): 164–80,

Mindani, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), Angewandte


Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2022.

Samsul Hadi, K. Ima Ismara, and Effendie Tanumihardja, “Pengembangan Sistem


Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Kompetensi Dasar Kejuruan Siswa
Smk,” Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan 19, no. 2 (2019): 168–
75
Sania Latifah and Supardi Supardi, “Efektivitas Pembelajaran Daring (Studi
Kasus Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X IPS SMA Nurul
Yaqin Tahun 2020/2021) Sania Latifah, Supardi,” Jurnal Serambi
Akademica 9, no. 7 (2021): 1120–27.
Sudadi Sudadi, “Konsep Pendidikan Agama Islam (Pai) Berbasis Pesantren Di
Lembaga Pendidikan Umum,” INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif
Kependidikan 25, no. 2 (2020): 174–88,
https://doi.org/10.24090/insania.v25i2.3083.

Taufik Hidayat. Asesmen Diagnostik : Analisis Hasil Konsentrasi Peserta Didik


Dalam Pembelajaran Pai Di Smp Plus Nusantara Kota Medan. Raudhah
Proud To Be Professionals Jurnaltarbiyahislamiyah Volume X Nomor X
Edisi Juni/Desember Tahun, 2022.

Anda mungkin juga menyukai