LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Siklus 2
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah Siklus 2
B. Buku
1. Abidin, Tita, dan Hana (2018)
menyatakan bahwa pembelajaran
literasi di sekolah dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran
literasi ditujukan agar peserta didik
mampu menguasai dimensi bahasa dan
dimensi kognitif literasi yaitu proses
pemahaman bacaan, proses membaca
dan menulis, serta proses analisis.
2. Mansyur, Isnawati dan Hikmawati
(2022) menyatakan bahwa ada tiga
tahapan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan literasi
peserta didik yaitu:
a. Tahap pembiasaan: mengembangkan
minat baca peserta didik
b. Tahap pengembangan: meningkatkan
pemahaman bacaan peserta didik
c. Tahap pembelajaran: pengembangan
keterampilan berbahasa peserta didik
C. Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Harsono Kawaka)
Ada sekitar 30% peserta didik yang
kemampuan literasinya berada pada
tingkatan yang ada perlu intervensi
khusus. Kemampuan literasi dipengaruhi
oleh minat baca dan konsep guru dalam
memberikan pemahaman literasi kepada
peserta didik.
2. Guru sertifikasi (Dolu Yohanis
Pas,S.Pd,Gr)
Masih ada peserta didik yang
kemampuan literasinya berada pada
tingkatan perlu intervensi khusus.
Indikatornya yaitu kelancaran membaca,
ketahanan peserta didik dalam membaca
teks, pemahaman peserta didik terhadap
isi bacaan.
4 Kurangnya Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
kemampuan A. Jurnal Ilmiah terhadap hasil kajian literatur
berpikir kritis 1. Puspita dan Dewi (2021) menyatakan dan hasil wawancara, serta
peserta didik bahwa dengan kemampuan berpikir kritis dikonfirmasi melalui
kelas IV peserta didik dapat memiliki sikap observasi/pengamatan dapat
ilmiah, dan memiliki kemampuan diketahui bahwa kurangnya
pemecahan masalah yang baik pada saat kemampuan berpikir kritis
proses pembelajaran maupun dalam peserta didik disebabkan oleh:
menghadapi permasalahan nyata. 1. Guru belum memfasilitasi
Dengan manfaat tersebut, maka sekolah peserta didik untuk bepikir kritis
dasar memiliki peran penting dalam 2. Guru masih menggunakan
melatih kemampuan berpikir kritis pembelajaran berpusat pada
peserta didik. guru
2. Winoto dan Prasetyo (2020) 3. Peserta didik belum terlibat aktif
menyatakan bahwa proses pembelajaran dalam pembelajaran
yang masih dilakukan secara 4. Kurangnya kemampuan
konvesional akan cenderung membuat pemecahan masalah peserta
peserta didik menjadi pasif sehingga didik
peserta didik kurang kreatif dan tidak 5. Model pembelajaran yang
mampu berkompetisi. Pembentukan digunakan guru masih belum
nalar atau logika dan keterampilan dapat tepat dan sesuai
ditumbuhkan dengan adanya 6. Kondisi fisik dan kecemasan
pembelajaran yang mengarahkan peserta peserta didik
didik untuk berpikir kritis, maka guru 7. Motivasi belajar peserta didik
perlu merancang strategi pembelajaran yang masih rendah
yang efektif. 8. Mengajak peserta didik
3. Wulandari dan Ahmad (2020) menggunakan pembelajaran
menyatakan bahwa penyebab rendahnya kontekstual
kemampuan berpikir kritis peserta didik 9. Belum menggunakan
adalah penggunaan model pembelajaran pembelajaran dan soal-soal
yang kurang tepat dalam proses kegiatan HOTS
belajar mengajar.
B. Buku
1. Maulana (2017) menyatakan bahwa
indikator peserta didik dikatakan
memiliki kemampuan berpikir kritis
yang baik yaitu mampu mendeteksi
perbedaan informasi, mengumpulkan
data, mengidentifikasi, mencari alternatif
pemecahan masalah, membuat prediksi
dari informasi yang tersedia, serta
mampu menganalisis.
2. Nurjaman (2020) menyatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis sangat
diperlukan oleh peserta didik mengingat
perkembangan teknologi yang semakin
pesat sehinggamemungkinkan siapa
saja dapat
C. Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Harsono Kawaka)
Sebenarnya peserta didik sudah memiliki
kemampuan berpikir kritis, hanya saja
guru terkadang kurang memfasilitasi
peserta didik untuk berpikir kritis.
2. Guru Sertifikasi (Dolu Yohanis
Pas,S.pd,Gr)
Kemampuan berpikir kritis peserta
didik masih kurang.
Penyebabnya adalah pembelajaran
dilakukan guru selalu monoton dan tidak
variatif, sehingga mempengaruhi daya
nalar anak untuk berpikir kritis
5 Model Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
pembelajaran A. Jurnal Ilmiah terhadap hasil kajian literatur
yang 1. Sari (2021) menyatakan bahwa dan hasil wawancara, serta
digunakan keberhasilan proses belajar mengajar dikonfirmasi melalui
guru belum ditentukan oleh beberapa faktor salah observasi/pengamatan dapat
inovatif satunya guru. Dalam melaksanakan diketahui bahwa guru belum
pembelajaran, guru hendaknya menggunakan model
melakukan berbagai persiapan dan pembelajaran yang inovatif
pemilihan perangkat pembelajaran yang disebabkan oleh:
menyenangkan dan dapat membuat 1. Kurangnya kedisiplinan
peserta didik aktif dan saling interaktif. guru dalam menyiapkan
strategi pembelajaran
2. Tibahary dan Muliana (2018) 2. Guru terlalu nyaman
menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan pembelajaran
hanya berpusat pada guru memiliki konvensional (berpusat
banyak kelemahan. Sedangkan pada guru)
pembelajaran yang berpusat pada peserta 3. Kurangnya pengetahuan
didik dan peran guru adalah membantu guru terkait model-model
peserta didik menemukan sendiri fakta, pembelajaran yang inovatif
konsep, atau prinsip akan membentuk 4. Guru kesulitan memilih
karakter peserta didik menjadi lebih model pembelajaran
kreaktif, interaktif, inovatif, dan inovatif yang sesuai
inspiratif. Untuk itu diperlukan 5. Latar belakang dan generasi
implementasi model- model guru yang berbeda-beda
pembelajaran yang inovatif di setiap 6. Kurangnya pengetahuan
kelas. guru terkait penggunaan
3. Nisa (2020) menyatakan bahwa dalam
teknologi
melahirkan generasi cerdas dan
berkarakter, guru diharapkan mampu 7. Fasilitas dan sarana belajar
menghadapi tantangan perubahan zaman yang belum memadai
dimana peserta didik sekarang adalah
generasi milenial. Salah satu alternatif
yang dapat dilakukan guru adalah
dengan melakukan pengembangan model
pembelajaran yang diimplementasikan
dalam proses pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
4. Rahayu dan Firmansyah (2018)
menyatakan bahwa paradigma
Pendidikan Nasional Abad 21 adalah
bahwa setiap individu peserta didik itu
unik dan memiliki talenta masing-
masing sehingga metode
pembelajaran pun harus memperhatikan
keberagaman dari masing-masing peserta
didik. Namun, kenyataannya guru jarang
sekali yang mengembangkan perangkat
pembelajaran yang sesuai dengan
karakter peserta didik, guru hanya
menjelaskan materi yang sudah ada di
buku paket, lalu peserta didik tinggal
mendengarnya. Untuk itu, guru perlu
meningkatkan keterampilan dalam
menerapkan pembelajaran yang inovatif
di kelas.
B. Buku
Ponidi dkk (2021) menyatakan bahwa
guru perlu melakukan pengembangan
terhadap model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Konsep model pembelajaran erat
kaitannya dengan gaya belajar peserta
didik dalam meningkatkan prestasi
belajarnya. pembelajaran yang bervariasi
dan inovatif akan memberikan suasana
belajar yang menarik dan tidak
membosankan bagi peserta didik.
C. Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Harsono Kawaka)
Dari hasil supervisi, guru belum
maksimal dalam menggunakan
pembelajaran yang inovatif, adapun
guru-guru yang terkendala dalam
menggunakan pembelajaran inovatif
disebabkan oleh kurangnya pemahaman
guru, kurangnya kedisiplinan guru dalam
merancang pembelajaran, sudah nyaman
dengan pembelajaran konvensional.
2. Guru Sertifikasi (Dolu Yohanis
Pas,S.pd,Gr), dilihat dari beberapa
indikator, banyak guru yang masih
menggunakan pembelajaran
konvensional. Penyebabnya adalah latar
belakang dan generasi pendidik yang
berbeda-beda, kurangnya pemahaman
guru terkait penggunaan teknologi, dan
kurangnya kolaborasi antara para guru.