Anda di halaman 1dari 9

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : Zainab K. Syukur


Institusi : SD Negeri Bama
Masalah
Hasil eksplorasi penyebab masalah
No. yang telah Analisis eksplorasi penyebab
diidentifikasi masalah
1 Rendahnya Hasil Kajian Literatur: Setelah dilakukan analisis
motivasi A. Jurnal Ilmiah terhadap hasil kajian literatur
belajar 1. Palittin dan Purwanti (2019), dan hasil wawancara, serta
peserta didik menyatakan bahwa untuk dikonfirmasi melalui
kelas IV meningkatkan motivasi belajar peserta observasi/pengamatan dapat
didik, guru harus memberikan proses diketahui bahwa motivasi
belajar mengajar yang unik, baik dalam belajar peserta didik yang
metode pembelajaran maupun media ajar. rendah disebabkan oleh:
Adanya fasilitas yang memadai dari 1. Guru belum menggunakan
sekolah juga dapat meningkatkan metode pembelajaran
motivasi peserta didik. Orang tua juga inovatif yang sesuai
berperan dalam pemberian motivasi 2. Fasilitas sekolah yang
kepada peserta didik dengan memberikan belum memadai
penghargaan atas prestasi belajar peserta 3. Orangtua belum berperan
didik. dalam pemberian motivasi
2. Marta, Fitria, dan Hadiyanto (2020) kepada peserta didik
menyatakan bahwa materi pelajaran yang 4. Kurangnya minat dan
disampaikan dengan metode ceramah dan keinginan peserta didik
tanya jawab kurang menyenangkan bagi untuk belajar
peserta didik sehingga dilihati dari cara 5. Suasana belajar yang
belajar yang dilakukan peserta didik, kurang mendukung
peserta didik cenderung kurang 6. Kurangnya rasa ingin tahu
termotivasi untuk belajar. peserta didik
3. Pratama, Firman, dan Neviyarni 7. Tanggung jawab belajar
(2019), menyatakan bahwa motivasi yang belum terbentuk
belajar peserta didik merupakan suatu 8. Kurangnya kemampuan
keinginan dari dalam diri peserta didik dasar peserta didik
untuk mencapai keberhasilan belajar 9. Kondisi kesehatan
dengan 10. Latar belakang keluarga
maksimal.
B. Buku
1. Lestari (2020), menyatakan bahwa motivasi
belajar merupakan daya penggerak dalam diri
peserta didik yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan kegiatan belajar dengan baik.
2. Harisuddin (2019), menyatakan bahwa guru
memiliki peranan penting untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang baik dan dapat
memotivasi peserta didiknya.
C. Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Harsono Kawaka)
Masih ada sekitar 40% peserta didik yang
perlu dibangkitkan lagi motivasi belajarnya.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh kondisi
internal dan eksternal. Kondisi internal
yaitu latar belakang keluarga, kondisi
kesehatan, kemampuan peserta didik
mengenali potensi dirinya. Sedangkan
kondisi eksternal yaitu lingkungan belajar
dan suasana pembelajaran.
. 2. Teman Guru (Dolu Yohanis Pas,S.Pd,Gr)
Motivasi belajar peserta didik sudah mulai
terbentuk. Namun, masih ada beberapa
peserta didik yang masih membutuhkan
perlakuan khusus untuk membangkitkan
motivasi belajarnya. Motivasi belajar
rendah disebabkan oleh kurangnya
kemampuan dasar peserta didik, kurangnya
kemauan belajar, sikap belajar yang belum
terbentuk, serta kurangnya pengawasan dari
orang tua.
2 Kurangnya Hasil Kajian Literatur: Setelah dilakukan analisis
kemampuan A. Jurnal Ilmiah terhadap hasil kajian
numerasi 1. Nurhayati, Asrin, dan Dewi (2022) literatur dan hasil
peserta didik menyatakan indikator dari kemampuan wawancara, serta
kelas IV numerasi adalah: dikonfirmasi melalui
a. Menggunakan berbagai macam angka observasi/pengamatan dapat
dan simbol yang terkait dengan diketahui bahwa
matematika dasar dalam pemecahan kemampuan numerasi
masalah kehidupan sehari-hari peserta didik yang rendah
b. Menganalisis informasi yang didapat disebabkan oleh:
dalam berbagai bentuk data 1. Kurangnya kemampuan
c. Menafsirkan hasil analisis untuk berhitung peserta didik
membuat kesimpulan 2. Kurangnya kemampuan
2. Mariamah, Suciyati, dan peserta didik dalam
Hendrawan (2021) menyatakan bahwa menggunakan angka dan
berbedanya kemampuan numerasi peserta simbol matematika
didik bisa disebabkan oleh berbagai faktor 3. Kurangnya kemampuan
internal peserta didik dan faktor eksternal peserta didik dalam
peserta didik. Faktor eksternal seperti guru, mengingat konsep yang tepat
fasilitas belajar, dan lingkungan belajar. untuk pemecahan masalah
3. Adinda, Nurhasanah, dan Oktaviyanti dalam soal- soal numerasi
(2022) menyatakan bahwa kemampuan 4. Peserta didik belum
numerasi yang rendah ditunjukkan oleh terampil mengaplikasikan
beberapa indikator sebagai berikut: konsep matematika dalam
a. Peserta didik belum mampu mengenal kehidupan sehari-hari
nilai angka 5. Kurangnya kemampuan
b. Peserta didik belum mampu awal atau matematika dasar
menempatkan nilai tempat dengan benar peserta didik
c. Peserta
didik belum memiliki kemampuan 6. Fasilitas dan sarana belajar
berhitung yang baik yang belum memadai
B. Buku 7. Salahnya konsep guru dalam
1. Ekowati dan Sumandayani (2019) memahami numerasi
menyatakan bahwa numerasi adalah 8. Guru belum mendesain
kemampuan dan kemauan untuk terlibat pembelajaran yang
dengan kuantitatif dan informasi untuk mengaktifkan peserta didik
membuat keputusan berdasarkan informasi
dalam semua aspek kehidupan sehari-hari.
Numerasi mencakup keterampilan
mengaplikasikan konsep dan kaidah
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan numerasi ini dapat terwujud
dengan munculnya kenyamanan terhadap
bilangan dan juga memiliki kecakapan
menggunakan keterampilan matematika
secara efektif dan efisien.
2. Ridwan (2021) menyatakan soal- soal
matematika yang diberikan untuk latihan
siswa harusnya dapat meningkatkan
kemampuan numerasi dengan melibatkan
kemampuan penalaran, serta penerapan
matematika dalam berbagai permasalahan
kontekstual.
C. Hasil Wawancara
Kepala Sekolah (Harsono Kawaka)
1. Peserta didik dengan kemampuan numerasi
rendah, bisa jadi disebabkan oleh salahnya
konsep guru dalam memahami numerasi,
sehingga guru-guru hanya memahami
numerasi sekedar hitung-hitungan.
2. Teman Guru Sertifikasi (Dolu Yohanis
Pas S.Pd,Gr)
Masih ada beberapa peserta didik yang
kemampuan numerasinya masih berada
dalam tingkatan perlu intervensi khusus.
Penyebabnya adalah kurangnya
kemampuan dasar berhitung dan belum
mamp memahami soal- soal numerasi yang
membutuhkan pemecahan masalah.
3 Kurangnya Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
kemampuan A. Jurnal Ilmiah terhadap hasil kajian literatur
literasi 1. Harahap dkk (2022) menyatakan dan hasil wawancara, serta
peserta didik bahwa literasi dapat dimaknai sebagai dikonfirmasi melalui
kelas IV berikut: observasi/pengamatan dapat
a. Kemampuan menulis dan membaca diketahui bahwa kemampuan
b. Pengetahuan dalam bidang tertentu literasi peserta didik yang
c. Kemampuan mengolah informasi rendah disebabkan oleh:
d. Penggunaan huruf untuk 1. Kurangnya kemampuan
menggambarkan suatu kata menulis dan membaca
2. Hasyda dan Djenawa (2020) peserta didik
menyatakan bahwa literasi tidak hanya 2. Kurangnya kemampuan
seputar kebahasaan saja, tetapi pemahaman bacaan peserta
pemahaman literasi telah didik
bertransformasi luas pada disiplin- 3. Salahnyakonsep guru dalam
disiplin ilmu yang lain. Untuk itu memahami literasi
sangatlah penting meningkatkan 4. Kurangnya minat baca
kemampuan literasi peserta didik. Salah peserta didik
satu faktor yang dapat mempengaruhi 5. Guru belum merancang
kemampuan literasi peserta didik adalah pembelajaran yang
kualitas guru. mengaktifkan peserta didik
3. Putra, Suastra, dan Suarni (2021) 6. Kurangnya kemampuan
menyatakan bahwa pembelajaran IPA peserta didik dalam
seringkali hanya menitikberatkan mengolah informasi
pada pemahaman konsep saja, peserta
didik jarang dilatih untuk memecahkan
masalah sehingga berdampak
pada rendahnya kemampuan literasi
IPA peserta didik.

B. Buku
1. Abidin, Tita, dan Hana (2018)
menyatakan bahwa pembelajaran
literasi di sekolah dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran
literasi ditujukan agar peserta didik
mampu menguasai dimensi bahasa dan
dimensi kognitif literasi yaitu proses
pemahaman bacaan, proses membaca
dan menulis, serta proses analisis.
2. Mansyur, Isnawati dan Hikmawati
(2022) menyatakan bahwa ada tiga
tahapan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan literasi
peserta didik yaitu:
a. Tahap pembiasaan: mengembangkan
minat baca peserta didik
b. Tahap pengembangan: meningkatkan
pemahaman bacaan peserta didik
c. Tahap pembelajaran: pengembangan
keterampilan berbahasa peserta didik
C. Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Harsono Kawaka)
Ada sekitar 30% peserta didik yang
kemampuan literasinya berada pada
tingkatan yang ada perlu intervensi
khusus. Kemampuan literasi dipengaruhi
oleh minat baca dan konsep guru dalam
memberikan pemahaman literasi kepada
peserta didik.
2. Guru sertifikasi (Dolu Yohanis
Pas,S.Pd,Gr)
Masih ada peserta didik yang
kemampuan literasinya berada pada
tingkatan perlu intervensi khusus.
Indikatornya yaitu kelancaran membaca,
ketahanan peserta didik dalam membaca
teks, pemahaman peserta didik terhadap
isi bacaan.
4 Kurangnya Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
kemampuan A. Jurnal Ilmiah terhadap hasil kajian literatur
berpikir kritis 1. Puspita dan Dewi (2021) menyatakan dan hasil wawancara, serta
peserta didik bahwa dengan kemampuan berpikir kritis dikonfirmasi melalui
kelas IV peserta didik dapat memiliki sikap observasi/pengamatan dapat
ilmiah, dan memiliki kemampuan diketahui bahwa kurangnya
pemecahan masalah yang baik pada saat kemampuan berpikir kritis
proses pembelajaran maupun dalam peserta didik disebabkan oleh:
menghadapi permasalahan nyata. 1. Guru belum memfasilitasi
Dengan manfaat tersebut, maka sekolah peserta didik untuk bepikir kritis
dasar memiliki peran penting dalam 2. Guru masih menggunakan
melatih kemampuan berpikir kritis pembelajaran berpusat pada
peserta didik. guru
2. Winoto dan Prasetyo (2020) 3. Peserta didik belum terlibat aktif
menyatakan bahwa proses pembelajaran dalam pembelajaran
yang masih dilakukan secara 4. Kurangnya kemampuan
konvesional akan cenderung membuat pemecahan masalah peserta
peserta didik menjadi pasif sehingga didik
peserta didik kurang kreatif dan tidak 5. Model pembelajaran yang
mampu berkompetisi. Pembentukan digunakan guru masih belum
nalar atau logika dan keterampilan dapat tepat dan sesuai
ditumbuhkan dengan adanya 6. Kondisi fisik dan kecemasan
pembelajaran yang mengarahkan peserta peserta didik
didik untuk berpikir kritis, maka guru 7. Motivasi belajar peserta didik
perlu merancang strategi pembelajaran yang masih rendah
yang efektif. 8. Mengajak peserta didik
3. Wulandari dan Ahmad (2020) menggunakan pembelajaran
menyatakan bahwa penyebab rendahnya kontekstual
kemampuan berpikir kritis peserta didik 9. Belum menggunakan
adalah penggunaan model pembelajaran pembelajaran dan soal-soal
yang kurang tepat dalam proses kegiatan HOTS
belajar mengajar.
B. Buku
1. Maulana (2017) menyatakan bahwa
indikator peserta didik dikatakan
memiliki kemampuan berpikir kritis
yang baik yaitu mampu mendeteksi
perbedaan informasi, mengumpulkan
data, mengidentifikasi, mencari alternatif
pemecahan masalah, membuat prediksi
dari informasi yang tersedia, serta
mampu menganalisis.
2. Nurjaman (2020) menyatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis sangat
diperlukan oleh peserta didik mengingat
perkembangan teknologi yang semakin
pesat sehinggamemungkinkan siapa
saja dapat
C. Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Harsono Kawaka)
Sebenarnya peserta didik sudah memiliki
kemampuan berpikir kritis, hanya saja
guru terkadang kurang memfasilitasi
peserta didik untuk berpikir kritis.
2. Guru Sertifikasi (Dolu Yohanis
Pas,S.pd,Gr)
Kemampuan berpikir kritis peserta
didik masih kurang.
Penyebabnya adalah pembelajaran
dilakukan guru selalu monoton dan tidak
variatif, sehingga mempengaruhi daya
nalar anak untuk berpikir kritis
5 Model Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
pembelajaran A. Jurnal Ilmiah terhadap hasil kajian literatur
yang 1. Sari (2021) menyatakan bahwa dan hasil wawancara, serta
digunakan keberhasilan proses belajar mengajar dikonfirmasi melalui
guru belum ditentukan oleh beberapa faktor salah observasi/pengamatan dapat
inovatif satunya guru. Dalam melaksanakan diketahui bahwa guru belum
pembelajaran, guru hendaknya menggunakan model
melakukan berbagai persiapan dan pembelajaran yang inovatif
pemilihan perangkat pembelajaran yang disebabkan oleh:
menyenangkan dan dapat membuat 1. Kurangnya kedisiplinan
peserta didik aktif dan saling interaktif. guru dalam menyiapkan
strategi pembelajaran
2. Tibahary dan Muliana (2018) 2. Guru terlalu nyaman
menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan pembelajaran
hanya berpusat pada guru memiliki konvensional (berpusat
banyak kelemahan. Sedangkan pada guru)
pembelajaran yang berpusat pada peserta 3. Kurangnya pengetahuan
didik dan peran guru adalah membantu guru terkait model-model
peserta didik menemukan sendiri fakta, pembelajaran yang inovatif
konsep, atau prinsip akan membentuk 4. Guru kesulitan memilih
karakter peserta didik menjadi lebih model pembelajaran
kreaktif, interaktif, inovatif, dan inovatif yang sesuai
inspiratif. Untuk itu diperlukan 5. Latar belakang dan generasi
implementasi model- model guru yang berbeda-beda
pembelajaran yang inovatif di setiap 6. Kurangnya pengetahuan
kelas. guru terkait penggunaan
3. Nisa (2020) menyatakan bahwa dalam
teknologi
melahirkan generasi cerdas dan
berkarakter, guru diharapkan mampu 7. Fasilitas dan sarana belajar
menghadapi tantangan perubahan zaman yang belum memadai
dimana peserta didik sekarang adalah
generasi milenial. Salah satu alternatif
yang dapat dilakukan guru adalah
dengan melakukan pengembangan model
pembelajaran yang diimplementasikan
dalam proses pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
4. Rahayu dan Firmansyah (2018)
menyatakan bahwa paradigma
Pendidikan Nasional Abad 21 adalah
bahwa setiap individu peserta didik itu
unik dan memiliki talenta masing-
masing sehingga metode
pembelajaran pun harus memperhatikan
keberagaman dari masing-masing peserta
didik. Namun, kenyataannya guru jarang
sekali yang mengembangkan perangkat
pembelajaran yang sesuai dengan
karakter peserta didik, guru hanya
menjelaskan materi yang sudah ada di
buku paket, lalu peserta didik tinggal
mendengarnya. Untuk itu, guru perlu
meningkatkan keterampilan dalam
menerapkan pembelajaran yang inovatif
di kelas.
B. Buku
Ponidi dkk (2021) menyatakan bahwa
guru perlu melakukan pengembangan
terhadap model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Konsep model pembelajaran erat
kaitannya dengan gaya belajar peserta
didik dalam meningkatkan prestasi
belajarnya. pembelajaran yang bervariasi
dan inovatif akan memberikan suasana
belajar yang menarik dan tidak
membosankan bagi peserta didik.
C. Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah (Harsono Kawaka)
Dari hasil supervisi, guru belum
maksimal dalam menggunakan
pembelajaran yang inovatif, adapun
guru-guru yang terkendala dalam
menggunakan pembelajaran inovatif
disebabkan oleh kurangnya pemahaman
guru, kurangnya kedisiplinan guru dalam
merancang pembelajaran, sudah nyaman
dengan pembelajaran konvensional.
2. Guru Sertifikasi (Dolu Yohanis
Pas,S.pd,Gr), dilihat dari beberapa
indikator, banyak guru yang masih
menggunakan pembelajaran
konvensional. Penyebabnya adalah latar
belakang dan generasi pendidik yang
berbeda-beda, kurangnya pemahaman
guru terkait penggunaan teknologi, dan
kurangnya kolaborasi antara para guru.

Anda mungkin juga menyukai