Cara pendekatan : riwayat penyakit/penyerta, imunisasi, gejala prodromal & patognomonik (ada
ciri tertentu), karakteristik ruam (lokasi-penyebaran), lab.
Pendekatan khusus pada anak :
o Jika anak demam apakah disertai tanda local atau tidak ?
o Jika demam disertai ruam demamnya lebih dri 7 hari.
Klasifikasi : berdasarkan gambar ruam dan etiologi.
oGambar ruammembagi lesi jdi makulopapular & papulovesikular.
Contoh makulopapular : Rubella, Rubeola, Scarlet fever, Kawasaki disease, Secondary syphilis,
Drug eruption, Coxsackie virus, ECHO virus, Adenovirus, Infectious mononucleosis, Parvovirus,
Meningococcemia, Toxoplasmosis, Serum sickness, Rickettsial disease (eg, Rocky Mountain
Spotted fever), Roseola.
oEtiologiinfeksi dan non infeksi.
Contoh infeksi : krn virus, bakteri, mycoplasma, dan riketsia. Classic virus exanthema : measles,
rubella, VZV, parvovirus, roseola. Cohtoh bakteri : scarlet fever, staph infection (sepsis, 4s, tss),
meningococcemia, tifoid.
Cohtoh non infeksi : alergi dan uncertain cause (Kawasaki desease).
Pengarah diagnosis
o Secara epidemiologi : usia, musim, lokasi geografis, paparan, obat yg diminum, imunisasi &
riwayat penyakit, status imunologis
o Gambaran ruam : karakteristik, distribusi dan penyebaran, timbulnya ruam kaitan dgn
lamanya demam, perubahan morfologi ruam (papulavesikelpetechiae)
o Anamnesis ruam : ada stadium prodromal ta gak, dimana dan kapan mulai, penjalaran
anatomis, ada perubahan bentuk/warna ruam ta gak, pengobatan apa sebelum ruam
muncul.
CAMPAK/MEASLES/RUBEOLA
Etiologi : measles virus (RNA, genus Morbilivirus, fam.Paramyxoviridae). Mll transmisi droplet,
saat musim dingin, dan reservoir hanya manusia.
Awalnya menginfeksi makrofag paru, 2-4 hr menginfeksi kel. limfe regional → multiplikasi→ dlm
darah (viremia). Lalu viremia menginfeksi endotel, epitel, organ muncul gejala klinis.
Gejala klinis : inkubasi 8-12 hari. Infeksius saat prodromal sampai ruam.
Resiko memberat : gizi jelek, defisiensi vit.A, imunitas lemah.
Macam stadium : prodromal erupsi/exanthema konvalens/recovery.
Prodromal (2-4 hari) : demam. Meliputi 3C (cough-
coryza-conjunctivitis) dan koplik spot (12-72 jam dan
sering terlewati).
Erupsi (2-3 hari) : eritematus maculopapular. Dri kulit
belakang telinga, ke muka, tubuh, lalu ekstremitas.
Memicu pneumonia.
Kambuh (5-6 hari) : brupa batuk slm 1 mgg, ruam jdi
coklat lalu menghitam. Dri hiperpigmen jdi
deskuamasi. Dan hilang 1-2mgg.
Diagnosis : mll data demografik, ada riwayat kontak, gejala klinis (3C, koplik spot, dan rash muncul
sblm fase deverfescence/suhu turun sampe normal).
Hasil lab : CBC (limfositosis), serologi (mll CF/HI/ELISA), CXR/chest xray (ada infiltrasi perihilar
peribronkial). IgM muncul hari ke 3 setelah muncul ruam, IgG setelah hari ke 7, puncak hari ke 14.
Macam diagnosis :
o Suspected case ada demam + ruam
o Clinical case ada demam + 3C + ruam
o Probable case serologi dan virology positif
o Confirmed case gejala klinis + kontak positif + serologi dan virology positif
DD : campak jerman/rubella, eritema infectiosum/5th disease, eksantema subitum/roseola
infantum, demam scarlet, alergi obat.
Komplikasi : pneumonia, croup (brupa laringotrakeitis dan laringotrakeobronkitis), otitis media,
diare, ensefalitis, dan SSPE/kebutaan (subacute sclerosing pan ensefalitis).
Tx : suportif dan simtomatik (tdk perlu rawat inap). Suportif sprti cairan, nutrisi, antipiretik,
perawatan mata dan mulut. Bisa mll pemberian suplemen vit.A, utk anak MRS usia 6bln-2thn dgn
measles dan komplikasi, dan utk usia >6bln dgn resiko measles parah dan defisiensi vit.A. Dan
pemberian antibiotik. Indikasi rawat inap bila hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit,
komplikasi, dan ada resiko memberat.
Pencegahan : vaksinasi campak / MMR (measles-mumps-rubella). Menurut IDAI, vaksin dimulai 9
bln lalu diulang usia 2 thn dan 5 thn. MMR dimulai 15 bulan, lalu diulang usia 6 thn
Infeksi di kehamilan : kematian janin, kelahiran premature, dan CRS. CRS/congenital rubella
syndrome meliputi ruam blueberry muffin, tuli, perkembangan lambat, cacat jantung kongenital,
katarak.
Diagnosis : CBC normal, isolasi virus, dan serologi (CF-HI-IgM ELISA). Biasanya hanya cukup dx
klinis. Dx serologi utk CRS.
Komplikasi : arthritis, trombositopeni, meningoensefalitis.
Tx : suportif dan tdk ada tx spesifik. Butuh isolasi utk pencegahan droplet slm 7 hari setelah
muncul rash, dan utk pencegahan kontak dri rubella kongenital slm ≥1thn.
Pencegahan : vaksinasi MMR utk mencegah CRS, dan MMR tdk terbukti menyebabkan autis.
Komplikasi : Herpes Zoster, pneumonia, Congenital varicella (Scar, limb, ocular, CNS defect),
infeksi bakteri, chickenpox parah, dan CNS (ensefalitis, cerebellar ataxia, Reye’s Syndrome).
Komplikasi di anak hanya infeksi sekunder di kulit. Reaktivasi jdi herpes zoster sering di dewasa
dan 50% manula usia >60thn.
Diagnosis : gejala klinis dan tzank smear (ada multinucleated giant cell).
DD : impetigo contangiosa, enterovirus (HMFD), HSV.
Tx : suportif dan simtomatik obat anti pruritus / antihistamin, kuku dipotong pendek utk cegah
infeksi sekunder, acetaminophen utk demam, jgn diberi aspirin krn resiko reye syndrome.
Bila parah beri acyclovir(ACV) anak <12thn yg imunokompeten tdk perlu diberi, jika ada resiko
penyakit berat beri 10 mg/kgBB IV tiap 8jam utk dewasa dan anak, atau 20 mg/kgBB oral 4xsehari
utk dewasa.
Diisolasi utk mencegah airborne dan kontak slm 1-2hari sblm muncul rash sampai timbul crust.
Indikasi merujuk : anak >12 thn, sudah kronis, kardio-pulmo beresiko terinfeksi bakteri sekunder,
tx oral atau inhalasi kortikosteroid, tx salisilat jangka panjang yg beresiko jdi reye syndrome.
Pencegahan : vaksinasi. Menurut kemkes, vaksinasinya blm jdi vaksinasi rutin. Menurut IDAI,
vaksinasi mulai 12 bulan dan cukup sekali.
MUMPS / PAROTITIS
Akut, self limited, sistemik viral illness. Ditandai ada pembesaran kelanjar ludah (parotis).
Etiologi : Virus RNA genus Rubulavirus , famili Paramyxoviridae. Sangat infeksius di anak yg tdk
imunokompeten. Infeksi anak lebih ringan, dewasa lebih berat. Jika mengenai ibu hamil pada
trimester I bisa trjdi aborsi, tapi tdk cacat bawaan.
Penyebab infeksi / bengkak parotitis : virus (cytomegalovirus, parainfluenza, influenza A, coxsackie,
enterovirus, HIV), bakteri (S.aureus, mycobacterium non tbc), obat (fenilbutazon, thiouracil,
iodide), kelainan metabolic (DM, sirosis, malnutrisi).
Gejala : inkubasi 14-18 hari, menular via droplet.
Masa infeksius : 3hari sebelum - 9hari sesudah parotis bengkak.
Gejala prodromal : demam tdk tinggi, nyeri kepala, nyeri otot,
anoreksia. Lalu 2 hari berikutnya ada pembengkakan parotis
unilateral (90% bilateral). Infeksinya asimtomatik/subklinis, dan
di dewasa 50% tdk terdiagnosa.
Diagnosis : CBC (leukosit normal tpi limfositosis). Dx klinisnya : demam tinggi 3-5 hari dan ruam
muncul saat timbul ruam, dan tampak sembuh.
Tx : self limited dis. butuh suportif dan simtomatik (ex. antipiretik). Dan butuh isolasi.
Pencegahan : tdk ada vaksinasi, biasakan cuci tangan.
Bentuk lainnya berupa transient aplastic crisis, fetal hydrops, dan infeksi kronis dengan / tanpa
anemia. Gejala konstitusional meliputi nyeri kepala, coryza, mual, diare, demam.
Tx : tdk ada terapi spesifik
Pencegahan : hindari percikan droplet, jgn gunakan alat makan/minum yg sama dgn pasien, cuci
tangan.
MENINGOCOCCEMIA
Etiologi : neisseria meningitidis (GNDC/gram negative diplococci,
bean shape).
Gejala klinis : acute febrile, petechiae, hemoragik (brupa purpura
fulminant), progresif cepat dgn ada HT atau coma,
meningoensefalitis.
Diagnosis : pengecatan gram, dekteksi antigen, buffy coat smear,
dan kultur.
Tx : penisilin, CTX/cotrimoxazole, CRO/ceftriaxone.
Gejala konstitusi meliputi muntah, nyeri perut, faring dan tonsil merah, nyeri telan.
Dx : kultur dan serologis.
Tx : antibiotik
KAWASAKI DISEASE
Disebut mukokutan lymph node syndrome. Etiologi blm jelas.
Tx : immunoglobulin, aspirin, kortikosteroid.
ALERGI OBAT
Hanya trjdi di 2% pasien yg konsumsi obat dmn muncul setelah
1mgg konsumsi obat.
Contoh obat yg sering penisilin dan sulfa.
Ruam morbiliform/eksantema, makulopapular 95%, urtikaria 5%.
Lokasinya ditubuh dan ekstremitas proksimal.
Tx : stop minum obat.
**tambahan
Pendahuluan
o demam kenaikan suhu normal diatas 38.5 tapi tetap bergantung pada suhu basal
dan kondisi anak)
o Hiperpireksia kenaikan suhu diatas 41
o FUO keadaan suhu tubuh >37.8 – 38 terus menerus selama 3 minggu tanpa
diketahui penyebab dan telah dilakukan pemeriksaan medis lengkap
o Lorin dan feigin FUO adalah demam >8 hari tapi telah dilakukan anamnesis
cermat, pemeriksaan fisik dan lab awal dan tidak ditemukan penyebabnya
o Demam berkepanjangan (nama lain FUO) demam >1 minggu, demam tercatat
sejak didalam RS dan tidak ditemukan etiology setelah work up 1 minggu di RS
Etiologi tersering FUO pd anak: Infeksi (50%), Vaskular-kolagen (15%), Neoplasma (7%),
Inflamasi usus besar (4%), Penyakit lain (12%)
o Infeksi meliputi Sindrome virus, Infeksi saluran nafas atas/bawah, Traktus
urinarius, Gastrointestinal, Osteomyelitis, Infeksi SSP, TBC, bakteriemia, endokarditis
bakterial, mononukleosis, abses, bruselosis, malaria
Diagnosis Pedoman penting untuk diagnosis demam berkepanjangan anak:
o Pada umumnya menderita penyakit yg umum tp manifestasi atipik/tdk lazim
o Infeksi & penyakit vaskular-kolagen à penyebab terbanyak
o Prognosis lebih baik daripada dewasa
o Observasi terus menerus, Anamnesis & pemeriksaan fisik ulang sering bermanfaat
o Pengukuran suhu saat rawat inap di RS sangat penting
o Drug fever
Tahapan diagnosis anamnesis lengkap, pem. Fisik, pem. Penunjang
o Tahap 1 Darah lengkap (hitung jenis, morfologi), Foto thorax, Hapusan darah
tebal, CRP, UL, Pemeriksaan mikroskopis apusan darah/urin/LCS/ aspirasi, Kultur
darah, urin, feses, hapusan tenggorok, Mantoux test, LFT
o Tahap 2 Serologi: salmonela, toxoplasma, leptospira, mononukleosis, CMV,
histoplasma. Dan USG abdomen, USG kepala (bila ubun-ubun msh terbuka)
o Tahap 3 Aspirasi sumsum tulang, Pielografi intravena, Foto sinus paranasalis,
Antinuclear antibody (ANA), Enema barium, CT scan, Limfangiogram, Biopsi hati,
laparotomi
Tata laksana berupa terapi percobaan tidak disarankan saat work up awal dikerjakan,
antibiotik dapat menimbulkan reaksi yg mempengaruhi klinis dan lab, kortikosteroid tidak
dianjurkan keculai penyebabnya confirm autoimun.
Resiko terapi percobaan
o Mengurangi kepekaan pemeriksaan biakan
o Reaksi samping obat mempengaruhi penyakit dasar
o Kortikosteroid menurunkan kepekaan uji serologis
o Kortikosteroid à perjalanan penyakit lain menjadi parah & tdk jelas
DIFTERI-PERTUSIS
DIFTERI
Etiologi : corynebacterium diphteriae (batang, drumstick appearance).
Epidemiologi : manusia host tunggal, padat penduduk, imunisasi rendah, perumahan tak
memenuhi syarat, penularan droplet (most), sumber penularan bisa dri carrier, dan usia
prasekolah 80%.
Patofisiologi :
oPseudomembranPutih keabuan, melekat didasar, mudah berdarah, dan bisa menyumbat.
oEksotoxinProduksi trgntung luas & lokasi anatomis serta vaskularisasi, di faring & tonsil >>
dan cepat menyebar, di faring & trachea dpt menyumbat sal. Pernafasan, merusak jaringan (di
jantung, syaraf, ginjal).
oTdk ada bacteremia.
Gejala klinis : ringan (hidung-tonsil), sedang (fausial-faring-laring), berat (fausial-faring-bullneck /
fausial-miokarditis), jarang (kulit-konjungtiva-vagina). Fausialpseudomembran di tonsil-faring-
uvula.
oHidung : kasus 3%, ringan, panas tdk tinggi, sekretnya serosanguinus-mukopurulen, dan ada
pseudomembran.
oLaring : jarang primer, menyumbat saluran nafas (ditandai serak, stridor, retraksi, sianosis),
kriteria berat trmasuk Jackson.
oLaring sekunder : dri perluasan difteri tonsil/faring, bisa menyumbat, trmsuk difteri berat/
toksemia.
oTonsil : kasus 75%, demam subfebris, trlihat sakit berat, ada pseudomembran. Bedakan dgn
tonsillitis akut (panas tinggi, tdk terlihat sakit, dan bisa beraktivitas).
oTonsil/faring : kasus 10%, panas lebih tinggi, pseudomembran cepat meluas, edema jaringan
lunak dan pembesaran kelenjar (bullneck), kematian 6-10hari (trutama krn miokarditis),
komplikasi sering trjdi di anak >6thn.
Diagnosis : scr klinis ada pseudomembran (langsung terapi sbg difteri), scr lab dri pengecatan &
kultur (jika hasil meragukan maka terapi sbg difteri).
DD :
oHidungCorpus alienum, Rhinorrhea (rhinitis, sinusitis, adenoitis), Sifilis kongenital.
oTonsil & faringTonsilitis akut/follikularis, Mononukleosis infeksiosa, Tonsilitis herpes, Penyakit
darah (leukemia, agranulositosis), Agina plaunt Vincent.
oLaringLaringitis akut, Angioneurotic edema, Spasmodic croup, Corpus alienum.
Krn infeksi Grup A Streptokokus Hemolitikus
Limfadenitis cervikal bilateral ≈ Bullneck
Tonsilitis akut dgn bercak keputihan.
Pengobatan :
oIsolasimencegah penularan droplet.
oAnti difteri serum (ADS)utk mengikat toksin didarah, serum heterolog (serum kuda) yg srg
diuji dikulit drpd dimata dan jika positif maka bedreska. Dosis trgantung klinis.
Pathogenesis :
Bakteri nempel ke epitel pernafasan
bersilia, lalu multiplikasi.
PT-ACT-TC-DT menyebar ke sistemik, lalu
merusak mukosa local dan menyebabkan
batuk paroksimal.
Toxin berinteraksi dgn sel efektor imun,
masuk dan bertahan di makrofag.
Saat bentuk ini bisa terjdi transmisi.
Epidemiologi : diseluruh dunia (most : asia tenggara, amerika latin). Laki>>, insiden turun saat
musim semi/gugur/hujan. Air sbg sumber infeksi tertinggi krn leptospira yg di urin akan tahan di
air slm berbulan”. Ada di 160 spesies mamalia trutama tikus.
Reservoir : tikus, anjing, ternak, rodent trmasuk kelinci,
binatang buas, kucing.
Sumber infeksi : air/tanah yg terkontaminasi dri urin yg
infeksius, kontak langsung dgn hewan, paparan
pekerjaan (petani, dokter hewan, pekerja pemotong
hewan), dan paparan tempat rekreasi (camping,
renang, makam).
oFase imun saat anikterik : bbrp hari-mgg, demam dan myalgia berkurang, ada aseptic meningitis
(kasus <15% dan srg di anak), CSF pleisitosis. Komplikasi dimata ada uveitis, iritis, iridosiklitis,
chorioretinitis (hilang minggu ke 3 atau tahan lama bbrp bulan).
oIkterik leptospirosis/Weil Disease : meliputi ikterus, gangguan fungsi ginjal, pendarahan,
mortalitas tinggi. Ikterusnya timbul hari ke 5-6, direk>>, alkalin fosfatase >>, aminotransferase
jarang >4xNormal, protrombin time >>, hepatomegaly, jika sembuh tdk akan dijumpai gangguan
fungsi hati.
oWeil disease : jarang tapi severe form, awalnya cmn fase 1 mild. Diikuti jaundice, azotemia,
hemoragik dri paru, GIT, dan organ lain (slm 3-6hari). Didominasi dgn oliguric renal failure dan
liver dysfunction.
oKelainan ginjal saat ikterik : saat minggu ke 2 (bisa hari ke 3-4), akut tubular nekrosis dgn
anuria/oligouria krn hipovolemik dan penurunan perfusi ginjal. Prognosis jelek jika ada anuria.
Keadaan awal hanya anoreksia-mual-pusing-bingung trus berkembang jdi kejang-stupor-koma.
oKelainan paru saat ikterik : batuk, sesak nafas, nyeri dada dan kadang batuk darah, gagal nafas.
oManifestasi pendarahan :
Pendarahan konjungtiva, ikterus, injeksi konjungtivagejala patognomonis.
Purpura, petechiae, epistaxis, pendarahan gusigejala paling sering.
Pendarahan subarachnoid, GIT, adrenalgejala jarang.
oLeptospirosis berat : ada rhabdomyolisis, hemolysis, myokarditis, gagal jantung, shock
kardiogenik, ARDSS, pankreatitis, dan multiorgan failure. Dianak sering ada hipertensi,
kolesistitis, pankreatitis, dan kelainan kulit (deskuamasi, gangrene).
Diagnosis :
oSuspectdemam akut ≥38.5oC dan/nyeri kepala hebat, myalgia, lemah/lesu, dan/konjuntival
suffusion, dan riwayat terpapar.
oProbablekasus suspect + 2gejala berikut : nyeri tekan gastrocnemius, batuk dgn/tanpa
hemoptysis, jaundice, pendarahan, iritasi meningeal, anuria/oligouria dan/ proteinuria, sesak
nafas, aritmia, ruam kulit. Diagnostic rapid test dgn Leptolateral flow / Dri dot. Hasil IgM+
dan/serologis+ (pakai MAT/microscopic agglutination test) dan/ 3 dri penemuan (urinalisis
(proteinuria/pyuria/ hematuria), netrofilia dgn limfopeni, trombositopeni, dan peningkatan
kadar enzim hati).
oConfirmedkasus suspect/probable + 1hasil berikut : isolasi leptospira dri specimen, PCR+,
serokonversi+ atau kadar MAT naik 4xnormal, kadar titer MAT ≥1/320 pada 1xpemeriksaan.
Diagnostic rapid test (leptolateral flow/Dridot) dianggap sbg laboratory confirmed.
Menurut WHO (Faine
criteria) :
presumtif diagnose
apabila skor mencapai
26/lebih (skor A+B+C
atau A/A+B).
Jika 20-25, possible
leptospira but
unconfirmed.
Lab :
ouji mikrobiologis (dri darah/CSF, urin 10 hari pertama, ditunggu 2mgg, medium EMJH/Fletcher).
oSerologi : skrining dgn MST/microscopic slide agglutination, uji titrasi dan serogroup dgn
MAT/microscopic agglutination, deteksi IgM dgn ELISA.
oDarah : leukositosis, ESR tinggi, trombositopenia ringan.
oFungsi hati : bilirubin-alkalin fosfatase-transaminase-protrombin time-CPK/creatinine
phosphokinase tinggi semuanyaaaa.
oCSF : leukositosis PMN, protein dan glukosa normal.
Diagnosis : harus klinis dan lab !!. meliputi MAT (titer 1/200-1/800 atau meningkat 4xnormal),
ELISA, isolasi kuman dgn darkfield/kultur, PCR (dri darah/CSF/urin).
DD : influenza, apendisitis, gastroenteritis, hepatitis, DHF, malaria, tifoid, scrub tifus, inf. Hantaan.
Terapi :
Suportifpemberian cairan, dialysis utk gagal ginjal, ventilator utk pendarahan paru.