Anda di halaman 1dari 24

PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

Bab I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pecahan merupakan bagian matematika yang erat kaitannya dengan masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan bilangan asli, cacah, dan bulat, pecahan juga mulai
diajarkan di Sekolah Dasar namun mulai diajarkannya di kelas III semester 2 sesuai standar isi
pada KTSP.
Pecahan termasuk bagian dari matematika yang diajarkan di jenjang sekolah dasar dan
masih banyak yang menjadi permasalahan dalam pembelajarannya. Melalui tulisan ini dicoba
untuk memberikan gambaran konsep tentang beberapa kaidah dalam pecahan. Konsep yang
dimaksud diantaranya mengapa pada penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berbeda
penyebut untuk dapat melakukan operasinya harus disamakan dahulu penyebut-penyebutnya,
mengapa pada perkalian dua pecahan hasilnya sama dengan pecahan yang pembilangnya sama
dengan hasil kali pembilang pada pecahan-pecahan asal dan penyebutnya juga sama dengan
pecahan yang penyebutnya sama dengan hasil kali penyebut pada pecahan-pecahan asal.
Masalah lainnya adalah mengapa hasil bagi dua pecahan hasilnya sama dengan perkalian antara
pecahan pertama dengan pecahan kedua yang penyebutnya dibalik.
Sebagai bahasa tulis konsep-kosep yang dikemukakan diusahakan dimulai dari tahapan semi
kongkrit (econic) dan diakhiri dengan tahapan abstrak. Harapannya dengan kedua tahapan itu
teman-teman guru sudah akan mampu untuk menerimanya dengan baik demikian pula dalam
menyampaikan pembelajarannya kepada para muridnya.
Pembelajaran konsep-konsep pecahan didesaian sesuai dengan tahapan pembelajaran Bruner
yakni dengan tanpa memandang usia pembelajaran matematika akan sukses diterima peserta
didik jika dimulai dari tahapan kongkrit (enactive), kemudian tahapan semi kongkrit (econic),
dan terakhir tahapan abstrak (symbolic). Menurut Bruner jika pembelajaran yang diberikan
kepada peserta didik dilakukan melalui ketiga tahapan itu secara urut, maka mereka (peserta
didik) akan mampu mengembangkan pengetahuannya jauh melampaui apa yang pernah mereka
terima dari gurunya.
Menurut Bruner (Jerome Bruner, 1915 – ) seorang psikolog berkebangsaan Amerika dengan
tanpa memandang usia/kelompok usia pembelajaran matematika akan sukses diterima peserta
didik jika dimulai dari tahapan kongkrit (enactive), kemudian tahapan semi kongkrit (econic),
dan terakhir tahapan abstrak (symbolic). Menurut Bruner jika pembelajaran yang diberikan
kepada peserta didik dilakukan melalui ketiga tahapan itu secara urut, maka mereka (peserta
didik) akan mampu mengembangkan pengetahuannya jauh melampaui apa yang pernah mereka
terima dari gurunya.

B. TUJUAN
Mengenalkan kaidah/konsep-konsep pecahan dan terapannya agar para peserta lebih mampu
dan lebih kompeten dalam membelajarkan pecahan kepada para siswanya.

C. RUANG LINGKUP
Mengenal pecahan sebagai bagian dari satuan utuh, menulis lambang pecahan berdasarkan
gambar peragaannya, pecahan senilai, pecahan campuran, pecahan desimal, persen, menjumlah
dan mengurangkan pecahan, mengali dan membagi dua pecahan, dan melakukan operasi hitung
campuran.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 1


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

BAGIAN II
KONSEP-KONSEP PECAHAN

A. KONSEP PECAHAN
Bilangan cacah dalam kehidupan sehari-hari adalah bilangan yang dihubungkan dengan
banyaknya obyek dalam sebuah kumpulan. Sebagai contoh jika dalam sebuah ruangan terdapat 5
orang, maka ruangan tersebut adalah wadah yang digunakan untuk mengumpulkan kelima orang
itu. Obyek yang dimaksud adalah orang. Sehingga bilangan cacah yang bersesuaian dengannya
adalah 5. Selanjutnya bilangan “satu” (dilambangkan/ ditulis dengan lambang “1”) akan berarti
bahwa isi ruangannya 1 orang, bilangan “dua” akan berarti bahwa isi ruangannya 2 orang, “tiga”
berarti isi ruangannya 3 orang, demikian seterusnya. Dengan demikian jika ruangan itu tidak ada
isinya, maka isi ruangannyan kosong dan banyak orang yang ada di dalamnya sama dengan nol
(ditulis dengan lambang “0”).
Pecahan, sejalan dengan dengan konsep bilangan cacah diangankan sebagai kumpulan obyek
yang berisi satuan tak utuh. Sebagai peragaan kongkrit (pengajaran pemula pecahan di kelas III )
kita (guru) dapat gunakan roti lapis legit sebagai satuannya. Sebelum roti itu diiris jiplaklah roti
itu di atas sebuah kertas sebanyak 2 atau 3 kali untuk menempatkankannya sebagai bingkai yang
menggambarkan makna satuan utuh yang dimaksud.

coklat
kuning
1 satuan = 1

1
2 satuan = 1
2

1 1 1 1
2 2 2 2
1 satuan = 1
2 2

1
4
1 1 1 1 2
1 satuan
4
= 4 4 4 4 4

2
4
2
2 satuan 14 an = 2 2 2 2
4
4 4 4 4

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 2


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

B. PECAHAN SENILAI
“Pecahan senilai” adalah pecahan-pecahan yang “lambangnya tidak sama” namun “nilai
pecahannya sama”. Seperti apa yang disebut dengan pecahan-pecahan senilai itu. Berikut adalah
contoh pecahan-pecahan senilai yang dimaksudkan.

1 kolom 2 kolom 3 kolom 4 kolom 4 kolom 3 kolom 2 kolom 1 kolom

1 2 3 4 4 = 3 = 2 = 1
= = =
2 4 6 8 8 6 4 2

Perhatikan peragaan gambar di atas. Peragaan pertama memperagakan bahwa:


3 4
2
1 2 3 4 1 2 3 4
= = = = = = .
2 4 6 8 2 4 6 8
2
3 4

Peragaan gambar di atas memperlihatkan pola pecahan-pecahan senilai yakni:

1 2 3 4
= = = = . . . dan seterusnya.
2 4 6 8

Pola tersebut memperlihakan prinsip bahwa:

Suatu pecahan akan tetap senilai jika pembilang dan penyebutnya dikalikan
dengan bilangan yang sama asal pengalinya  0.

Selanjutnya jika kita perhatikan peragaan kedua (yang ada di sebelah kanannya). Peragaan
gambar tersebut ternyata memperlihatkan bahwa:
:4
:2
4 3 2 1 4 2 1 4 2 1
= = = . Khususnya = = = = .
8 6 4 2 8 4 2 8 4 2
:2
:4

Pola yang diperlihatkan adalah prinsip bahwa:

Suatu pecahan akan tetap senilai jika pembilang dan penyebutnya dibagi dengan
bilangan yang sama asal pembaginya  0.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 3


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

Kedua peragaan tersebut jika disatukan akan kita dapatkan pola seperti berikut.

3 4 :4
2 :2
1 2 3 4 1 2 3 4 4 2 1
= = = = = = = = .
2 4 6 8 2 4 6 8 8 4 2
2 :2
3
Yakni prinsip bahwa: 4 :4

Suatu pecahan akan tetap senilai jika pembilang dan penyebutnya dikalikan atau
dibagi dengan bilangan yang sama asal pengali atau pembaginya  0.

Contoh 1
2
Tuliskan 5 buah pecahan yang senilai dengan pecahan dan tuliskan bentuk paling sederhana
3
12
dari pecahan .
18
Jawab
Perhatikan beberapa peragaan gambar berikut ini.

1 kolom 2 kolom 3 kolom 4 kolom 5 kolom 6 kolom

2 4 6 8 10 12
= = = = =
3 6 9 12 15 18

2
Berdasar peragaan gambar tersebut maka 5 buah pecahan lain yang senilai dengan pecahan
3
diantaranya adalah pecahan-pecahan:

4 6 8 10 12
, , , , dan .
6 9 12 15 18

Dari gambar peragaan pecahan-pecahan senilai di atas jika kita ditanya apa bentuk pecahan yang
paling sederhana dari pecahan

12 2
maka secara intuisi (kata hati) bentuk paling sederhananya adalah ?.
18 3

Jika dicermati lebih lanjut ternyata perubahan pecahan itu (dari tidak sederhana menjadi
paling sederhana) merupakan perubahan bentuk dari pecahan dalam 6 kolom menjadi pecahan
dalam 1 kolom.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 4


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

Yakni
6 kolom 1 kolom

12 2
=
18 3
Perhatikan bahwa penyederhanaan pecahan dari
12 2
ke bentuk pecahan yang paling sederhana ,
18 3
ternyata benar merupakan perubahan pecahan dari
6 kolom  1 kolom,
ternyata 6 merupakan FPB (faktor persekutuan terbesar) dari pembilang 12 dan penyebut 18.
Yakni
12
6 = FPB(12,18) = FPB(pembilang, penyebut) dari pecahan .
18
Mengingat sifat pecahan senilai yakni “setiap pecahan akan tetap senilai jika pembilang dan
penyebutnya dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama asalkan bilangan pengali dan
pembaginya tidak nol, maka setiap pecahan juga akan tetap senilai jika pembilang dan
penyebutnya dibagi dengan FPB dari pembilang dan penyebutnya. Sebagai catan penting, khusus
jika pecahan itu dibagi dengan FPB dari pembilang dan penyebutnya, maka pecahan itu akan
menjadi pecahan dalam bentuk yang paling sederhana. Sehingga bentuk paling sederhana dari
12 12 : FPB (12,18) 12 : 6 2
= = = .
18 18 : FPB (12,18) 18 : 6 3
Dari contoh tersebut selanjutnya kita dapatkan kesimpulan seperti berikut.
Kesimpulan
Penyederhanaan pecahan dapat dilakukan secara lebih cepat jika kita dapat menemukan
FPB dari pembilang dan penyebut pada pecahan itu.

Contoh 2
300 126
Tentukan bentuk yang paling sederhana dari pecahan dan .
500 162
Jawab
300 300 300 : 100 3
a. = ...  FPB (300,500) = 100. Maka = = .
500 500 500 : 100 5
Sehingga bentuk paling sederhana dari pecahan

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 5


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

300 3
adalah .
500 5
Perhatikan bahwa FPB(300,500) = bilangan terbesar yang dapat membagi habis
bilangan 300 dan 500. Bilangan itu adalah 100, maka FPB (300,500) = 100.
126
b. = ...  Karena FPB (126,162) sulit dibayangkan, maka kita faktorisasi prima terlebih
162
dahulu pembilang dan penyebutnya dengan pohon faktor.

2 3 3 3 3  7
126 162 126 = 2  3  3  7 = 2  32  7.
2 63 2 81 162 = 2  3  3  3  3 = 2  34.

3 3 27 233
21

3 7 3 9

3 3
Selidiki bahwa
KPK(126,162) = 2  3  3  3  3  7 dan FPB(126,162) = 2  3  3
= 2  34  7 = 2  32
= 2  81  7 = 2 9
= 1134. = 18.

1 1 1
126 2  3 3 7 1 1 1 7 7 126 18  7 7
Maka = = = atau = = .
162 2  3  3  3  3 1 1 1 3  3 9 162 18  9 9
1 1 1
Sehingga bentuk paling sederhana dari pecahan

126 7
adalah .
162 9

Selidiki bahwa pembilang dan penyebut yang diringkas (dicoret) yakni 2  3  3 = 18 tidak
lain adalah = FPB(126,162).

Latihan 1
Isilah titik-titik di bawah ini sehingga menjadi pecahan senilai.
2 ... ... 18 27 3 24 8
1. = 6. = 11. = 16. =
5 45 8 48 ... 4 60 ...
3 ... ... 24 36 2 36 3
2. = 7. = 12. = 17. =
4 24 7 42 ... 3 48 ...
4 ... ... 45 27 3 42 7
3. = 8. = 13. = 18. =
7 28 6 54 ... 8 60 ...

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 6


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

5 ... ... 28 24 4 40 5
4. = 9. = 14. = 19. =
8 56 8 56 ... 5 64 ...
4 ... ... 18 42 6 24 4
5. = 10. = 15. = 20. =
9 72 8 48 ... 11 42 ...
Sederhanakan sehingga menjadi bentuk pecahan yang paling sederhana.

21 36 56 36 48 96 108 112
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. .
35 48 72 84 72 120 135 252

C. MENGURUTKAN PECAHAN
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan mengurutkan pecahan, pertama perhatikan
gambar peragaan dari beberapa pecahan berikut ini.

3 4 5 6
7 7 7 7

Berdasarkan gambar peragaan di atas maka kesimpulan yang dapat kita peroleh adalah
seperti berikut.
Kesimpulan 1
Jika penyebut pecahan-pecahannya sama maka semakin besar nilai pembilangnya akan
berakibat semakin besar pula nilai pecahannya.

Sekarang bagaimana halnya dengan pecahan-pecahan yang pembilangnya sama namun


penyebutnya makin besar. Apakah nilai pecahan akan menjadi makin besar atau makin kecil?
Perhatikan beberapa peragaannya berikut ini.

1 1 1 1
2 3 4 5

2 2 2 2
3 4 5 6

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 7


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

Berdasarkan peragaan gambar pada kedua baris di atas maka kesimpulan yang dapat kita
peroleh adalah seperti berikut.
Kesimpulan 2
Jika pembilang pecahan-pecahannya sama maka semakin besar nilai penyebutnya akan
berakibat semakin kecil nilai pecahannya.

Dari kedua kesimpulan di atas maka untuk mengurutkan pecahan kita dapat melakukannya
dengan terlebih dahulu menyamakan penyebutnya atau dengan terlebih dahulu menyamakan
pembilangnya.

Contoh 1
2 1 1 5
Urutkan pecahan-pecahan , , , menurut urutan naik dan menurut urutan turun.
3 2 4 6
Jawab
a. Dengan Penalaran Lengkap
Jika dari pencahan-pecahan tersebut yang diperlihatkan gambar pecahannya, maka urutan
naik atau urutan turun dari pecahan-pecahan itu akan segera kelihatan dan jawabannya langsung
dapat diketahui dan sangat mudah untuk dipahami.
Sebagai contoh perhatikan bahwa bentuk gambar dari pecahan-pecahan:

2 1 1 5 .
, , , adalah
3 2 4 6

1 2 1 5
2 3 4 6
Dari bentuk gambar tersebut segera tampak jika pecahan-pecahan itu diurutkan:
a. menurut urutan naik, maka urutannya adalah:

1 1 2 ,
5
, ,
4 2 3 6

b. menurut urutan turun, maka urutannya adalah:

5 , 2 , 1 , 1
6 3 2 4
Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 8
PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

Namun yang menjadi masalah adalah untuk menggambar pecahan memerlukan waktu dan
gambar yang dihasilkannya biasanya kurang bagus sehingga tidak praktis. Selain itu biasanya
jawaban yang diminta hanya dalam bentuk lambang saja yang segera/dengan cepat dapat
diketahui benar atau salahnya dengan merujuk pada kunci jawaban. Sehingga cara ini dianggap
paling praktis karena jawabannya singkat, tidak banyak memakan tempat, dan segera dapat
diketahui benar atau salahnya.
Kini dari pecahan semula
2 1 1 5
, , , .
3 2 4 6
Jika penyebutnya disamakan menjadi 12, dan kemudian pembilangnya disamakan menjadi
10, maka dalam bentuk gambar pecahan-pecahan semula itu akan menjadi seperti berikut.

(I) ,

2 , 1 , 1 , 5
3 2 4 6

(II) ,

8 , 6 , 3 , 10
12 12 12 12

(III) .

10 , 10 , 10 , 10
15 20 40 12
Keterangan:
I. Susunan pecahan-pecahan semula
II. Susunan pecahan-pecahan setelah penyebutnya disamakan menjadi 12
III. Susunan pecahan-pecahan setelah pembilangnya disamakan menjadi 10.
Dari ketiga baris pada gambar peragaan di atas untuk selanjutnya dengan mudah kita dapat
menyatakan bahwa jika pecahan-pecahan itu:
- Diurutkan Menurut Urutan Naik (Dari Kecil ke Besar) hasilnya adalah:

(IV) ,

3 , 6 , 8 , 10
12 12 12 12
Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 9
PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

(V) ,

10 10 10 10
, , ,
40 20 15 12

(VI) .

1 1 2 ,
5
, ,
4 2 3 6

Dengan demikian maka pecahan-pecahan:


2 1 1 5 1 1 2 5
, , , jika diurutkan menurut urutan naik hasilnya , , , .
3 2 4 6 4 2 3 6

- Diurutkan Menurut Urutan Turun (Dari Besar ke Kecil) hasilnya adalah:

(VII) ,

10 , 8 , 6 3
,
12 12 12 12

(VIII)
,

10 , 10 , 10 , 10
12 15 20 40

(IX) .

5 , 2 , 1 , 1
6 3 2 4

Dengan demikian maka pecahan-pecahan:


2 1 1 5 5 2 1 1
, , , jika diurutkan menurut urutan turun hasilnya , , , .
3 2 4 6 6 3 2 4

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 10


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

b. Dengan Cara Singkat


2 1 1 5
Dari pecahan-pecahan , , , akan diperoleh:
3 2 4 6
KPK (pembilang) = KPK (2,1,1,5) = 10. Sebab kelipatan 2  2, 4, 6, 8, 10 , . . .
kelipatan 5  5, 10 , . . .
Maka KPK (2,5) = 10.
Karena kelipatan persekutuan yang per-tama kali
muncul adalah 10. Maka
KPK (2,5) = 10.
KPK (penyebut) = KPK (3,2,4,6) = 12. Sebab kelipatan 3  3, 6, 9, 12 , ...
2  2, 4, 6, 8, 10, 12 , ...
4  4, 8, 12 , ...
6  6, 12 , ...
Maka KPK (3,2,4,6) = 12.
1. Dengan Menyamakan Pembilang
2 1 1 5 10 10 10 10 10 10 10 10
, , ,  , , ,  , , , .
3 2 4 6 ... ... ... ... 15 20 40 12
Karena jika pembilangnya sama  penyebut makin besar nilai pecahan makin
kecil, maka dari keempat pecahan itu:
10
Pecahan terkecilnya = pecahan yang penyebutnya terbesar = , dan
40
10
Pecahan terbesarnya = pecahan yang penyebutnya terkecil = .
12
Sehingga urutannya menurut urutan naik (dari kecil ke besar) adalah
10 10 10 10 1 1 2 5
, , , . Jika dikembalikan ke pecahan semula  , , , .
40 20 15 12 4 2 3 6
2. Dengan Menyamakan Penyebut
2 1 1 5 ... ... ... ... 8 6 3 10
, , ,  , , ,  , , , .
3 2 4 6 12 12 12 12 12 12 12 12
Karena jika penyebutnya sama  pembilang makin besar nilai pecahan makin
besar, maka dari keempat pecahan itu:
3
Pecahan terkecilnya = pecahan yang pembilangnya terkecil = ,dan
12
10
Pecahan terbesarnya = pecahan yang pembilangnya terbesar = .
12

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 11


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

Sehingga urutannya menurut urutan naik (dari kecil ke besar) adalah


3 6 8 10 1 1 2 5
, , , . Jika dikembalikan ke pecahan semula  , , , .
12 12 12 12 4 2 3 6
2 1 1 5 1 1 2 5
Jadi , , , menurut urutan naik urutannya adalah , , , .
3 2 4 6 4 2 3 6

Catatan
Untuk mengurutkan pecahan Anda cukup untuk memilih salah satu cara/teknik saja diantara
menyamakan pembilang atau menyamakan penyebut.

Contoh 2
2 1 1 5
Urutkan pecahan-pecahan , , , menurut urutan naik
5 3 4 6
Jawab
Karena FPB pembilang lebih mudah dibayangkan maka kita pilih cara mengurutkan dengan
menyamakan pembilang ke FPB(pembilang) = FPB(2,1,1,5) = 10. Sehingga
2 1 1 5 10 10 10 10 10 10 10 10
, , ,  , , ,  , , , .
5 3 4 6 ... ... ... ... 25 30 40 12
Pecahan terkecil adalah pecahan yang penyebutnya terbesar dan pecahan terbesar adalah pecahan
yang penyebutnya terkecil. Sehingga urutannya menurut urutan naik adalah
10 10 10 10 1 1 2 5
, , , atau , , , .
40 30 25 12 4 3 5 6
Latihan 2
Urutkan pecahan-pecahan berikut menurut urutan naik
3 2 1 4
1. , , ,
5 3 2 7
2 1 3 4
2. , , ,
3 2 5 9
5 4 3 2
3. , , ,
8 7 5 3
3 5 2 4
4. , , ,
4 7 3 5
1 1 5 2
5. , , , .
3 4 6 5
Urutkan pecahan-pecahan berikut menurut urutan turun.
5 1 2 3
6. , , ,
9 3 5 4

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 12


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

2 1 3 5
7. , , ,
5 4 7 9
4 5 3 1
8. , , ,
7 8 5 2
3 1 2 2
9. , , ,
7 2 5 3
3 5 4 2
10. , , , .
4 6 7 3
Kunci latihan 2
1 4 3 2 4 1 3 2 4 3 5 2 2 5 3 4
1. , , , 2. , , , 3. , , , 4. , , ,
2 7 5 3 9 2 5 3 7 5 8 3 3 7 4 5
1 1 2 5 3 5 2 1 5 3 2 1 5 3 4 1
5. , , , 6. , , , 7. , , , 8. , , ,
4 3 5 6 4 9 5 3 9 7 5 4 8 5 7 2
2 1 3 2 5 3 2 4
9. , , , 10. , , , .
3 2 7 5 6 4 3 7

D. PECAHAN CAMPURAN

No Gambar Pec. Campuran Bagian Bagian Nilai Pecahan


. Utuh Pecahan Seluruhnya

1 1
1. 4 44
4

2.

3.

4.

Latihan 3
Nyatakan dalam bentuk pecahan campuran.
18 27 72 115 150
7. 8. 9. 10. 11.
5 4 5 8 12
Nyatakan ke dalam bentuk pecahan biasa.
5 3 5 3 3
12. 3 13. 4 14. 12 15. 15 16. 21 .
7 7 6 5 8

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 13


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

E. PECAHAN DESIMAL

Pecahan Desimal (Satu Tempat Desimal)

No. Gambar Peragaan Bagian Bagian Nilai Pecahan


Utuh Persepu-
Seluruhnya
luhan

1. 2 4 2,4

2.

3.

4.

Pecahan Desimal (Dua Tempat Desimal)

Gambar Peragaan Bagian Bagian Bagian Nilai


No. Utuh Persepuluhan Perseratusan Pecahan
(Batangan) (Kepingan) Seluruhnya

1.
2 4 5 2,45

2.

3.

4.

Dari peragaan yang diberikan pada LKS (Lembar Kerja Siswa) di atas tampak bahwa
persepuluhan berupa batangan dan perseratusan berupa kepingan kecil.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 14


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

BAB III
OPERASI PADA PECAHAN

A. PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA PECAHAN


Konsep menjumlah pada pecahan sama dengan menggabungkan kedua pecahan sementara
konsep mengurang pada pecahan sama dengan mengambil sebagian dari pecahan itu.
Contoh:
2 1 3 1
+ = … dan – = … dapat diperagakan seperti berikut
4 4 4 4

digabung
hasil diambil
dengan hasil

2 +
1
=
... . 5 – 2
= ... .
5 5 ... 7 7 ...
2 1 3 5 2 3
Artinya + = Artinya – = .
5 5 5 7 7 7

Dengan bantuan lembar kerja siswa (LKS) yang berisi gambar-gambar peragaan
penjumlahan pecahan, siswa dapat menulis beberapa penjumlahan dua pecahan sekaligus
menentukan hasil penjumlahannya. Selanjutnya siswa diajak mengamati hasil penjumlahan-
penjumlahan dari setiap dua pecahan yang telah dihasilkannya untuk menyimpulkan bahwa:

Jika pecahan-pecahan penyebutnya sama, maka hasil jumlahnya adalah pecahan lain yang
penyebutnya sama dengan penyebut pecahan-pecahan semula dan pembilangnya
merupakan jumlah dari masing-masing pembilang pada pecahan semula.

Perlakuan yang sama (dengan memberikan LKS) dilakukan kepada siswa untuk pe-
ngurangan-pengurangan 2 (dua) pecahan hingga siswa dapat mencapai kesimpulan bahwa:

Jika 2 (dua) pecahan penyebutnya sama, maka hasil pengurangannya adalah pecahan
baru yang penyebutnya sama dengan pecahan semula dan pembilangnya merupakan hasil
pengurangan dari pembilang semula.

Bagaimana peragaannya jika pada penjumlahan/pengurangan pecahan itu penyebut-


penyebutnya tidak sama? jawabannya adalah tidak dapat langsung dikerjakan tetapi harus
disamakan terlebih dahulu satuan-satuan pecahannya yang tidak lain adalah menyamakan
terlebih dahulu penyebut-penyebutnya barulah kemudian melakukan operasi untuk
pembilangnya.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 15


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

1 1
Contoh  =…
2 3

Tahu Ali Tahu Budi Tahu Cahya Tahu Ali Tahu Budi Tahu Cahya

Hasil Hasil

Digabung Digabung
dengan dengan

5 1 1 Pecahannya 2 3 5
+ = + =
6 3 2 belum jelas 6 6 6

Gambar 26.b

Artinya 1 1 3 2 5
   
2 3 6 6 6
1 1
Dari peragaan yang digambarkan di atas memperlihatkan bahwa hasil dari 
2 3
tidak jelas menunjuk nilai pecahan berapa (gambar di sebelah kiri). Penjumlahan kedua
pecahan baru akan jelas jika satuan pecahannya disamakan (gambar kanan) artinya pecahan
1 3 1 2 5
menjadi dan menjadi . Dengan begitu peragaan hasil jumlahannya menjadi .
2 6 3 6 6

B. PERKALIAN PECAHAN
Ada 3 kategori konsep perkalian pada pecahan, yaitu perkalian dari bilangan bulat dengan
pecahan, pecahan dengan bilangan bulat, dan yang ketiga adalah pecahan dengan pecahan.

1. Perkalian Bilangan Bulat dengan Pecahan


Contoh:
1 1 1 1 1 3 1
3 = … (dibaca “3 kali = …”), artinya =     1 .
2 2 2 2 2 2 2
1 1
Jika dibalik  3 = … (dibaca “ dari 3 = …”), jadi tanda kali () di baca dari.
2 2
Peragaan selengkapnya adalah seperti berikut.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 16


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

a. Pada Perkalian Bilangan Bulat Dengan Bilangan Bulat


Jika ditinjau menurut baris maka banyaknya obyek 6 = 2  3,
3
sebab ada 2 baris dan tiap baris isinya 3 maka . Sementara
.. .. .. 3
+
.. .. .. jika ditinjau menurut kolom maka 6 = 3  2, sebab ada 3
2 + 2 + 2 6
kolom dan isi tiap kolomnya ada 2.
Itu berarti 6 = 2  3 = 3  2 atau 32=23 disebut
sifat komutatif pada perkalian.

b. Perkalian Bilangan Bulat Dengan Pecahan

1 1
dari 3 = 3
2 2
+
1 1 1
+
2 2 2
1
3 1
2 Hasil = 1
2

Gambar peragaan di atas memperlihatkan bahwa sifat komutatif perkalian juga


1
berlaku, yakni karena hasilnya sama-sama 1 maka hasil kali yang ditunjukkan oleh
2
tinjauan menurut baris sama dengan hasil kali yang ditunjukkan menurut kolom,
1 1
yaitu: 3  =  3.
2 2

c. Perkalian Pecahan Dengan Bilangan Bulat


Perkalian pecahan dengan bilangan bulat jika hasilnya berupa bilangan bulat
2
dapat diperagakan dengan 2 cara, misalkan yang dikalikan adalah dengan 6,
3
peragaan yang dimaksud adalah seperti berikut.
Peragaan 1

2 2
dari 6 = 6
3 3

= 4.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 17


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

2
Itu berarti secara konsep 6  4
3

Peragaan 2

Semuanya
2 2
ada 6 dari 6 = 4, atau 6  4
3 3

Pembinaan keterampilan
Yang dimaksud membina keterampilan adalah mengarahkan siswa agar dapat
mengalikan pecahan dengan bilangan bulat dan sebaliknya secara cepat dan tepat.
Caranya adalah seperti berikut.

2 2 62 2 2 4
6=  = = =4
3 3
1
1 11 1

2. Pecahan Dengan Pecahan


Perkalian pecahan dengan pecahan juga dibaca dari untuk tanda kalinya. Berikut

1 2 1 2
dicontohkan konsep untuk  yang dibaca “ dari ”.
2 3 2 3

2 1 2
=  dari = 1 2 2
3 2 3 nya 
2 3 6

Dengan kronologi seperti itu untuk selanjutnya disimpulkan bahwa gambar seperti

1 2 2
1 dibaca “  = ”.
2 3 6
2
2
3
Sebagai tindak lanjut penanaman konsep ini kepada siswa dapat diberikan beberapa
gambar untuk diarahkan pada kesimpulan bahwa pada perkalian pecahan hasilnya sama
dengan pembilang dikalikan pembilang per penyebut dikalikan penyebut.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 18


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

Caranya adalah seperti berikut.


1 1 1
1.   =
2 2 4

2 1 2
2.   =
3 2 6

2 3 6
3.   = , dengan melihat pola-pola hasilnya secara umum dapat
3 4 12
a c ac
disimpulkan bahwa  
b d bd

F. PEMBAGIAN PECAHAN
Secara konsep, pembagi pemecahan dengan pecahan ialah mencari banyaknya satuan
pengambilan pecahan pembagi sampai habis pada pecahan yang dibagi.
Contoh:
2 1 1 2
: = … (artinya ada beberapa satuan pengambilan an sampai habis pada pecahan ?)
3 4 4 3
Karena satuan pecahannya belum sama maka untuk dapat menghitung banyaknya satuan
pengambilan sampai habis harus disamakan terlebih dahulu satuan pecahannya, yaitu dengan
menyamakan penyebut-penyebutnya. Bilangan penyebut yang disamakan adalah KPK dari
penyebut kedua pecahan. Penyamaan penyebut dimaksudkan agar hasil perhitungannya
mengarah pada bentuk pecahan yang paling sederhana.
Karena KPK (penyebut) = KPK (3, 4) = 12 maka kedua pecahan kita nyatakan dalam
perduabelasan, kemudian kita lihat hasilnya melalui peraga garis bilangan. Perhatikan bahwa
2 1 ... ... 8 3
: = : = :
3 4 12 12 12 8

2
sat
3 1 sat 1 sat

0 5 10 12
1
12 12 12
8
12

2 3 8 8 3 2
Karena ada 2 satuan pengambilan an pada bilangan , maka : =2 .
3 12 12 12 12 3

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 19


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

Bentuk pembagian dari hasilnya itu bila dikembalikan ke pecahan semula dan pecahan
campurannya dinyatakan kedalam bentuk pecahan biasa hasilnya adalah sebagai berikut:
8 3 2 2 1 8
: = 2 , dan jika dikembalikan ke bentuk semula menjadi : = .
12 12 3 3 4 3
a c a c
Selanjutnya untuk mengarahkan siswa mencapai kesimpulan umum bahwa : = 
b d b d
caranya adalah seperti berikut.
a. Berikan 3 soal pembagian pecahan lainnya dan beri kesempatan kepada siswa untuk
bekerja secara kelompok.
b. Teliti kebenaran hasil kerja mereka (siswa dalam kelompok) sementara setiap
kelompok menuliskan hasil kerjasama di papan tulis.
c. Ajak siswa untuk membandingkannya dengan bentuk perkalian pecahan yang
bersesuaian hingga kesimpulan yang diharapkan dapat tercapai.

Contoh
Berikan 3 soal untuk kerja kelompok, misal
3 1 1 9
Soal 2 . : = … jawaban yang diharapkan = 2 =
4 3 4 4
4 1 3 8
3. : = … jawaban yang diharapkan = 1 =
5 2 5 5
5 1 2 20
3. : = … jawaban yang diharapkan = 3 =
6 4 6 6
Pengarahan selanjutnya siswa diminta menuliskan hasil-hasil perkalian 2 pecahan yang
bersesuaian itu ke bentuk pecahan biasa, yang dimaksud yaitu
2 4 8
1.  = … jawaban yang diharapkan =
3 1 3
3 3 9
2.  = … jawaban yang diharapkan =
4 1 4
4 2 8
3.  = … jawaban yang diharapkan =
5 1 5
5 4 20
4.  = … jawaban yang diharapkan = .
6 1 6

Karena:
2 1 8
1. Hasil pembagian : =
3 4 3 2 1 2 4
:  
3 4 3 1
2 4 8
hasil perkalian  =
3 1 3

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 20


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

3 1 9
2. Hasil pembagian : =
4 3 4 3 1 3 3
:  
4 3 4 1
3 3 9
hasil perkalian  =
4 1 4
4 1 8
3. Hasil pembagian : =
5 2 5 4 1 4 2
:  
5 2 5 1
4 2 8
hasil perkalian  =
5 1 5
5 1 20
4. Hasil pembagian : =
6 4 6 5 1 5 4
:  
6 4 6 1
5 4 20
hasil perkalian  =
6 1 6
a c a d
Maka secara umum diesimpulkan bahwa :   .
b d b c

G. OPERASI HITUNG CAMPURAN


Yang dimaksud dengan operasi hitung campuran adalah operasi hitung yang melibatkan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Jika dalam pengoperasian bilangan
atau pecahan tidak terdapat tanda kurang maka urutan pengerjaannya berdasar konversi
internasional adalah sebagai berikut.

1. Jumlahan dan pengurangan sama kuat, artinya mana yang letaknya lebih kiri
dikerjakan terlebih dahulu
2. Perkalian dan pembagian sama kuat, artinya mana yang letaknya lebih kiri
dikerjakan terlebih dahulu
3. Perkalian dan pembagian lebih kuat dari penjumlahan dan pengurangan

Contoh
2 4 3 1 1
Hitunglah :  +2– : =…
3 5 5 3 4
Jawab:
2 4 3 1 1 2 5 3 1 4
:  +2– : =   +2– 
3 5 5 3 4 3 4 5 3 1
2 4 1 4 1 4
= +2– = +2– =2+ –
4 3 2 3 2 3
3 8 5 1
= 2+ – =2– =1 .
6 6 6 6

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 21


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

Latihan 4
1. Sederhanakan pecahan-pecahan berikut:
36 54 96 122
a.  ... b.  ... c.  ... d.  ...
48 72 144 140
2. Hitunglah
2 1 2 1
a.   ... d.   ...
3 4 3 4
3 1 3 1
b.   ... e.   ...
4 2 4 2
5 3 5 3
c.   ... f.   ...
6 4 6 4
3. Hitunglah
3 1 1 1 2 3
a. :  +  : =…
4 2 6 4 3 4
4 3 1 1 3
b.  : –  =…
5 4 2 3 5
4. Suatu pekerjaan dapat diselesaikan oleh A dalam waktu 4 hari. Jika pekerjaan itu
dikerjakan oleh B selesai dalam waktu 6 hari, dan jika C yang mengerjakan selesai dalam
12 hari. Berapa hari pekerjaan itu dapat diselesaikan jika A, B, dan C bekerjasama.
5. Suatu persegi panjang perbandingan panjang dan lebarnya adalah 4 : 3, jika keliling
persegipanjang itu 28 cm, tentukan luas persegipanjang itu.
6. Lima tahun yang lalu perbandingan umur adik dan kakaknya adalah 1 : 2. Sekarang
perbandingan umur 2 : 3.
Berapakah umur mereka masing-masing?
7. Suatu persegipanjang perbandingan panjang dan lebarnya adalah 5 : 3. Jika luas persegi
panjang itu 135 cm, tentukan kelilingnya.
8. Delapan tahun lalu perbandingan antara umur Ali, Budi, dan Chandra adalah 4 : 5 : 6.
Jika perbandingan umur mereka sekarang 54 tahun, berapakah umur mereka?
a. delapan tahun yang lalu
b. sekarang.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 22


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bilangan bulat yang kita kenal selama ini kita kenal dengan garis bilangan. Kini bilangan
bulat ditambah dengan pendekatan model kaidah yang berlaku pada muatan seperti muatan
listrik. Dalam pembelajaran bilangan ACB pada matematika Sekolah Dasar meliputi konsep
bilangan dihubungkan dengan banyaknya satuan (unit) benda dalam suatu kumpulan.
Resep apa sebenarnya sehingga membuat matematika yang dibahas pada kegiatan diklat
dapat menarik dan menyenangkan? Jawabnya tidak lain adalah karena sajian materinya
diawali dengan mengikuti teori Bruner, yakni pembelajaran berangkat dari kongkrit,
ditindaklanjuti dengan gambar-gambar (semi kongkrit), dan barulah dia-khiri dengan
lambang yang sifatnya abstrak. Menurut Bruner, jika pembelajaran berjalan seperti itu, maka
siswa akan dapat mengembangkan pengetahuannya jauh lebih luas dari apa yang pernah
mereka terima dari gurunya. Apabila itu semua dialami oleh peserta diklat (guru), mengapa
siswa tidak mengalaminya?. Semuanya tentu tergantung kepada komitmen (niat baik) dan
realisasi (pelaksanaan riil/ sesungguhnya) saat kembali ke tempat tugas masing-masing.

B. SARAN
Bagi para alumni diklat yang berkomitmen untuk merealisasikan komitmennya pada anak
didik agar mereka menjadi senang dengan pelajaran matematika diberikan saran-saran
sebagai berikut.
1. Laporkan kepada atasan langsung tentang pengalaman apa saja yang menarik selama
menerima sajian akademik dalam kegiatan pelatihan
2. Pikirkan perangkat kerja apa saja yang mendesak untuk dibuat dan segera dite-
rapkan/diimplementasikan di lapangan, jika sebagai guru pertama adalah yang untuk
diterapkan di kelas yang diampunya, kemudian kepada sesama guru di sekolahnya,
kemudian lagi pada kegiatan KKG dan terakhir barulah cita-cita ke lingkup yang lebih
luas
3. Ciptakan segera perangkat tersebut dengan niat baik, tulus, dan iklas demi anak bangsa di
masa depan
4. Diskusikan rencana tindak lanjut Anda pasca pelatihan kepada kepala sekolah dan kepada
pengawas
5. Bersemboyanlah “ Apa yang terbaik yang saya miliki dan dapat saya perbuat untuk
kemajuan bangsa ini sebagai andil dalam rangka mencerdaskan bangsa”. Tuhan maha
mengetahui dan pasti akan memberikan ganjaran yang patut disyukuri berupa sesuatu
yang tak terduga di masa depan.
Amin.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 23


PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

Burton, David M. (1980). Elementary Number Theory. Boston : Allyn and Bacon, Inc.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 (Standar Kompetensi Mata pelajaran Matematika SD/MI).
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

-------------. (2006). Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Estiningsih, Elly. (1994). KBM Matematika di Sekolah Dasar (Makalah Penataran).


Yogyakarta: PPPG Matematika.

Edi Prayitno. (1997). KPK dan FPB (Paket Pembinaan Penataran). Yogyakarta : PPPG
Matematika.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Niven, Ivan–Zuckerman, Hurbert S. (1978). An Introduction to the Theory of Numbers


(Third Edition). New York : John Wiley & Sons, Inc.

Sukardjono. (1996). Berhitung Cepat di SD (Paket Pembinaan Penataran). Yogyakarta :


PPPG Matematika.

Wirasto. (1993). Matematika Untuk Orang Tua Murid Dan Guru (Jilid I). Jakarta : PT.
Indira.

Marsudi Raharjo: Pecahan 2013 24

Anda mungkin juga menyukai