Anda di halaman 1dari 14

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di klinik Balai Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Litbangkes) Magelang. Adapun alasan dalam pemilihan lokasi
tersebut karena Balai Litbangkes Magelang merupakan pusat rujukan
penanganan dan pengobatan pasien gangguan kelenjar tiroid, termasuk pasien
hipertiroid. Penelitian dilaksanakan pada Agustus 2019 sampai September
2020 yang terdiri atas pembuatan proposal, pembuatan ethical clearance,
pengambilan data penelitian, mengolah data, analisis data, dan interpretasi
hasil penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari–Maret
2020 dan dilanjutkan pada Juni–Juli 2020 sesuai dengan jadwal penelitian
(Lampiran 1).

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain
studi cross sectional. Peneliti melakukan pengukuran pada variabel bebas dan
variabel terikat pada saat yang bersamaan, yaitu tiap subjek penelitian
dilakukan pengambilan data dan observasi satu kali saja.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien hipertiroid yang
menjalani perawatan di klinik Balai Litbangkes Magelang. Populasi target
adalah pasien hipertiroid sejumlah 137 orang berdasarkan data tahun 2019.
2. Sampel
Sampel dipilih dengan cara consecutive sampling melalui kriteria
inklusi dan eksklusi hingga memenuhi jumlah sampel minimal. Sampel
penelitian adalah 50 pasien hipertiroid yang dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Rodrigues del Aguila et al., 2014).

35
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

Keterangan:
N : populasi, 137 pasien hipertiroid (Balitbangkes Magelang, 2019)
n : besar sampel yang akan dihitung
e : margin of error atau kesalahan yang dapat diterima, yaitu 5%
tα : nilai kurva normal terkait tingkat kepercayaan, yaitu 1,96 untuk
tingkat kepercayaan 95%.
p : proporsi tertinggi di populasi menurut penelitian terkait, yaitu 5%
(Komorowulan et al., 2016)
q : 1-p (kebalikan dari p)

n =

= 47,8
= 48 orang

Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 48 orang


ditambah 10% untuk kemungkinan sampel hilang dari pengamatan (loss to
follow up) dan drop out, sehingga sampel minimal sebesar 53 pasien
hipertiroid. Sejumlah 2 orang subjek memiliki hasil kadar serum zat besi
yang terlalu rendah dan terlalu tinggi, serta 1 sampel darah subjek lisis,
sehingga sampel pada penelitian berjumlah 50 pasien hipertiroid.

3. Kriteria Sampel
Kriteria inklusi, terdiri dari:
a. Usia 19 - 59 tahun.
b. Kadar TSH < 0,3 mIU/mL berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
2 minggu sebelumnya.
c. Pasien dengan stroma maupun tanpa stroma.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Kriteria eksklusi, yaitu:


a. Pasien dengan riwayat penyakit kronis atau keganasan.
b. Pasien sedang hamil.
c. Pasien sedang menstruasi.
d. Pasien mengkonsumsi suplementasi zat besi atau seng.

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan zat besi, asupan
seng, kadar serum zat besi, dan kadar serum seng.
b. Variabel terikat terdiri dari kadar serum TSH dan FT4 pasien
hipertiroid.
c. Variabel perancu dalam penelitian ini yaitu asupan fitat, tanin, oksalat,
konsumsi thyrozol, asupan energi, asupan zat gizi makro (protein,
lemak, karbohidrat), dan usia subjek.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Asupan Zat Besi
Definisi: Jumlah rata-rata zat besi dari makanan yang masuk ke tubuh
melalui saluran pencernaan, terdapat perbedaan menurut usia, jenis
kelamin, dan kondisi fisiologis. Menurut Angka Kecukupan Gizi
(AKG) tahun 2019, kebutuhan zat besi perhari laki-laki dewasa (usia
19-59 tahun) sebesar 9 mg/hari, sedangkan kebutuhan pada perempuan
dewasa sebesar 18 mg/hari pada usia 19-49 tahun dan 8 mg/hari pada
50-59 tahun (Menkes RI, 2019).
Cara pengukuran: Melakukan wawancara asupan makanan pada subjek
sebanyak dua kali di hari yang berbeda dengan metode food recall 2x24
jam. Data asupan zat besi didapatkan melalui analisis data asupan
makanan dengan software Nutrisurvey Indonesia 2007 dan Tabel
Komposisi Pangan Indonesia 2019.
Hasil ukur: mg/hari.
Skala data: Rasio.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

b. Asupan Seng
Definisi: Jumlah rata-rata seng dari makanan yang masuk ke tubuh
melalui saluran pencernaan, terdapat perbedaan menurut usia, jenis
kelamin, dan kondisi fisiologis. Menurut AKG, kebutuhan seng per hari
laki-laki dewasa usia 19-59 tahun sebesar 11 mg, sedangkan kebutuhan
seng pada perempuan dewasa sebesar 8 mg/hari (Menkes RI, 2019).
Cara pengukuran: Data asupan seng didapatkan melalui analisis data
asupan makanan dengan software Nutrisurvey Indonesia 2007 dan
Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2019. Data asupan makanan
didapatkan melalui wawancara pada subjek sebanyak dua kali di hari
yang berbeda dengan metode food recall 2x24 jam.
Hasil ukur: mg/hari.
Skala data: Rasio.
c. Kadar Serum Zat Besi
Definisi: Jumlah zat besi yang terdapat dalam serum darah, merupakan
indikator yang baik untuk mengukur kecukupan asupan zat besi. Nilai
normal serum zat besi, yaitu 70-200 µg/dL untuk laki-laki dan 62-173
µg/dL untuk perempuan (WHO, 2001).
Cara pengukuran: Kadar serum zat besi dianalisis dari sampel darah
subjek dengan metode kolorimetri yang dilakukan oleh laboratorium
CITO Yogyakarta.
Skala ukur: µg/dL.
Skala data: Rasio.
d. Kadar Serum Seng
Definisi: Jumlah seng yang terdapat dalam serum darah, merupakan
indikator yang baik untuk mengukur kecukupan asupan seng. Nilai
normal serum seng untuk laki-laki dan perempuan dewasa, yaitu 60-130
µg/dL (Hotz et al., 2004).
Cara pengukuran: Kadar serum seng dianalisis dari sampel darah subjek
dengan metode Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-
MS) yang dilakukan oleh laboratorium Prodia Yogyakarta.
Skala ukur: µg/dL.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Skala data: Rasio.


e. Kadar Thyroid-Stimulating Hormone (TSH)
Definisi: Jumlah hormon TSH pada serum darah, TSH merupakan
glikoprotein yang disekresikan kelenjar hipofisis yang berperan dalam
produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid (Decroli et al., 2017). Nilai
normal kadar TSH adalah 0,3–4,0 mIU/L dan dikatakan hipertiroid jika
<0,3 mIU/L (Ihsan et al., 2015).
Cara pengukuran: Kadar serum TSH dianalisis dari sampel darah subjek
dengan metode ELISA yang dilakukan oleh laboratorium Balai
Litbangkes Magelang.
Skala ukur: mIU/L.
Skala data: Rasio.
f. Kadar Free Tiroksin (FT4)
Definisi: Jumlah hormon tiroksin bebas yang disintesis oleh kelenjar
tiroid pada serum darah (Anwar, 2005). Kadar FT4 memiliki nilai
normal 0,8–2,0 ng/dL (Ihsan et al., 2015).
Cara pengukuran: Kadar serum FT4 dianalisis dari sampel darah subjek
dengan metode ELISA yang dilakukan oleh laboratorium Balai
Litbangkes Magelang.
Skala ukur: ng/dL.
Skala data: Rasio.
g. Asupan Fitat
Definisi: Jumlah rata-rata fitat dari makanan yang masuk ke tubuh
melalui saluran pencernaan dan dapat memengaruhi penyerapan zat besi
maupun seng.
Cara pengukuran: Data asupan fitat didapatkan melalui wawancara pada
subjek dengan metode semi quantitative food frequency quisioner (SQ-
FFQ) untuk mengetahui rata-rata asupan harian fitat.
Skala ukur: mg/hari.
Skala data: Rasio.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

h. Asupan Tanin
Definisi: Jumlah rata-rata tanin dari makanan yang masuk ke tubuh
melalui saluran pencernaan dan dapat memengaruhi penyerapan zat besi
maupun seng.
Cara pengukuran: Data asupan tanin didapatkan melalui wawancara
pada subjek dengan metode SQ-FFQ untuk mengetahui rata-rata asupan
harian tanin.
Skala ukur: mg/hari.
Skala data: Rasio.
i. Asupan Oksalat
Definisi: Jumlah rata-rata oksalat dari makanan yang masuk ke tubuh
melalui saluran pencernaan dan dapat memengaruhi penyerapan zat besi
maupun seng.
Cara pengukuran: Data asupan oksalat didapatkan melalui wawancara
pada subjek dengan metode SQ-FFQ untuk mengetahui rata-rata asupan
harian oksalat.
Skala ukur: mg/hari.
Skala data: Rasio.
j. Konsumsi Thyrozol
Definisi: Jumlah rata-rata thyrozol yang masuk ke tubuh melalui
saluran pencernaan. Thyrozol merupakan obat untuk terapi hipertiroid
yang mencegah pembentukan hormon T4, sehingga memengaruhi kadar
FT4 dan TSH subjek.
Cara pengukuran: Data konsumsi thyrozol didapatkan dari daftar resep
pasien Balai Litbangkes Magelang dan dikonfirmasi kembali kepada
subjek melalui wawancara.
Skala ukur: mg/hari.
Skala data: Rasio.
k. Asupan Energi
Definisi: Jumlah energi dari asupan makanan yang masuk ke tubuh
melalui saluran pencernaan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

Cara pengukuran: Melakukan wawancara asupan makanan pada subjek


sebanyak dua kali di hari yang berbeda dengan metode food recall 2x24
jam. Data asupan energi didapatkan melalui analisis data asupan
makanan dengan software Nutrisurvey Indonesia 2007 dan Tabel
Komposisi Pangan Indonesia 2019.
Skala ukur: kkal/hari.
Skala data: Rasio.
l. Asupan Zat Gizi Makro
Definisi: Jumlah protein, lemak, dan karbohidrat dari asupan makanan
yang masuk ke tubuh melalui saluran pencernaan.
Cara pengukuran: Melakukan wawancara asupan makanan pada subjek
sebanyak dua kali di hari yang berbeda dengan metode food recall 2x24
jam. Data asupan zat besi didapatkan melalui analisis data asupan
makanan dengan software Nutrisurvey Indonesia 2007 dan Tabel
Komposisi Pangan Indonesia 2019.
Skala ukur: mg/hari.
Skala data: Rasio.
m. Usia
Definisi: Usia dihitung dari tanggal kelahiran subjek sesuai kartu
identitas hingga hari pengambilan data / hari penelitian.
Cara pengukuran: Data usia didapatkan dari kartu identitas subjek
seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Izin Mengemudi (SIM)
Skala ukur: tahun.
Skala data: Rasio.

E. Instrumen Penelitian
1. Formulir kesediaan menjadi responden atau informed consent.
2. Formulir food recall 24 jam dan formulir semi quantitative food frequency
quisioner (SQ-FFQ) untuk mengetahui rata-rata asupan zat besi, seng,
fitat, tanin, dan oksalat.
3. Rekam medis pasien untuk mengetahui kadar serum TSH, FT4, dan data
sosiodemografi yaitu usia, pekerjaan, dan pendidikan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

4. Daftar resep pasien untuk mengetahui konsumsi thyrozol subjek.


5. Alat ukur antropometri yaitu timbangan berat badan dengan ketelitian 0,1
kg dan microtoise dengan ketelitian 1 cm.
6. Software Nutrisurvey 2007 versi Bahasa Indonesia, Tabel Komposisi
Pangan Indonesia (TKPI) 2019, serta literatur kandungan fitat, tanin, dan
oksalat pada bahan makanan.
7. Metode kolorimetri untuk mengukur kadar serum zat besi.
8. Metode ICP-MS untuk mengukur kadar serum seng.
9. Metode ELISA untuk mengukur kadar TSH dan FT4.

F. Kerangka Alur Penelitian

Gambar 3.1. Alur penelitian asupan dan kadar serum zat besi serta seng dengan
kadar TSH dan FT4 pada pasien hipertiroid.

G. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Studi pendahuluan meliputi studi literatur, pencarian data jumlah
populasi ke BP2K Magelang, dan metode analisis mineral ke beberapa
laboratorium di Magelang dan Yogyakarta.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

b. Permohonan izin pelaksanaan penelitian dari Pascasarjana UNS


diberikan ke BP2K Magelang.
c. Mempersiapkan instrument penelitian.
d. Subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi,
berdasarkan rekam medis dan data hasil laboratorium kadar TSH < 0,3
mIU/mL sekitar 2 minggu sebelum penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Subjek mengisi informed consent, kemudian dilakukan pengukuran
berat badan dan tinggi badan, serta pengambilan sampel darah melalui
pembuluh darah vena.
b. Sampel darah dianalisis kadar TSH dan FT4 di Laboratorium Balai
Litbangkes Magelang, pengujian kadar serum zat besi di Laboratorium
CITO Magelang dan analisis kadar serum seng di Laboratorium Prodia
Yogyakarta.
c. Peneliti melakukan wawancara asupan makan dengan food recall 2x24
jam yang dilakukan 2 kali pada hari yang berbeda dan wawancara
dengan formulir SQ-FFQ.
3. Tahap akhir
a. Melakukan uji statistik dari data penelitian yang terkumpul.
b. Melakukan analisis hasil penelitian, penyusunan naskah publikasi, dan
penyusunan tesis.

H. Cara Kerja
1. Perhitungan asupan zat besi, seng, fitat, tanin, oksalat, dan thyrozol.
Data asupan zat besi dan seng didapatkan melalui wawancara food
recall 24 jam yang dilakukan pada 2 hari yang berbeda, kemudian bahan
makanan yang dikonsumsi dianalisis menggunakan program Nutrisurvey
2007 versi Bahasa Indonesia dan Tabel Komposisi Bahan Makanan
Indonesia 2019. Wawancara SQ-FFQ dilakukan untuk mengukur
kebiasaan makan sehingga diperoleh pola konsumsi secara kuantitatif
untuk mendapatkan data asupan harian fitat, tanin, dan oksalat
(Hardinsyah, 2016). Data konsumsi harian thyrozol didapatkan dari Daftar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Resep Pasien, kemudian dilakukan pengecekan melalui wawancara pada


subjek .
2. Pemisahan serum darah
a. Sampel darah sebanyak 5 cc diambil pada bagian vena median cubital
di lengan menggunakan jarum suntik (syringe).
b. Sampel darah sejumlah 3 cc digunakan untuk pemeriksaan kadar serum
zat besi, TSH, FT4 dan 2 cc untuk pemeriksaan kadar serum seng.
c. Sampel darah tanpa anti-koagulan disentrifugasi pada 3000 rpm selama
5 menit untuk mengekstraksi serum darah.
d. Serum diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam
tabung plastik yang dibersihkan dengan air dan 5% HNO3.
e. Serum diberi label dan disimpan pada lemari es dengan suhu 4° C
hingga analisis (Kim et al., 2012; Obiri et al., 2016).
3. Pemeriksaan kadar serum zat besi dengan metode kolorimetri
a. Sampel darah yang mengandung ion Fe3+ direduksi menjadi ion Fe2+
menggunakan Na2S2O3 atau hidroksilamin hidroklorida (NH2OH-
HCL).
b. Seluruh ion Fe2+ membentuk kompleks dengan 1,10-fenantrolin, agar
dapat diukur.
c. Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Khasanah
et al., 2018).
4. Pemeriksaan kadar serum seng dengan metode ICP-MS
a. Sampel serum dikeluarkan dari penyimpanan -800 C dan dicairkan pada
suhu kamar selama sekitar 1-2 jam.
b. Sampel dipusingkan atau diputar selama 10 detik hingga memastikan
homogenisasi lengkap.
c. Sampel serum masing-masing volemenya 30 μL dipindahkan ke 15 ml
tabung bebas logam polypropylene dan diencerkan 100 kali lipat
menjadi 3 ml. Semua sampel disimpan di lemari es dalam wadah
tertutup sampai analisis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

d. Pengenceran sampel adalah campuran 1,0% butanol (5,0 mL), 0,5%


ammonia (10,0 mL), 0,02% TritonX-100 (10,0 mL), dan 0,01% HNO3
(50,0 mL) yang dibuat hingga 500 mL dengan air dan pH sebesar 10.
e. Sampel dianalisis dalam empat tahap masing-masing sekitar 20 sampel,
dalam waktu 4 hari. Duplikat sampel dibuat untuk setiap sampel serum
jika sampel cukup tersedia (Abduljabbar et al., 2019).
5. Pemeriksaan kadar TSH dengan metode ELISA
a. Sampel serum darah masing-masing 50 µl dimasukkan menggunakan
pipet ke dalam sumur plate.
b. Penambahan larutan Conjugate sebanyak 100 µl ke dalam sumur plate.
Pencampuran sampel dan conjugate, kemudian ditutup.
c. Sampel diinkubasi pada suhu 20-250C selama 60 menit, kemudian
larutan dipindahkan dengan membuang isi plate ke dalam tempat
limbah.
d. Pencucian dengan larutan pencuci sebanyak 5 kali masing-masing
sampel 300 µl.
e. Larutan substrate solution 100 µl ditambahkan kedalam sumur plate,
dicampur, dan diinkubasi selama 15 menit.
f. Larutan STOP ditambahkan 100 µl kedalam sumur dan dicampur.
g. Pembacaan sampel dilakukan pada panjang gelombang 450 nm dengan
mikroplate reader menggunakan program KC4 sekitar 30 menit. Curve
standar akan diperoleh dan kadar TSH langsung dapat diketahui
nilainya (Walsh, 2016).
6. Pemeriksaan kadar FT4 dengan metode ELISA
a. Sampel serum darah dimasukan dalam sumur plate masing-masing
sebanyak 50 µl.
b. Penambahan larutan conjugate FT4 sebanyak 100 µl ke dalam sumur
plate, kemudian di tutup dan dicampur selama 20-30 menit.
c. Pencucian dengan larutan pencuci sebanyak 3 kali dengan volume pipa
sumur 300 µl dan didekantasi
d. Penambahan larutan substrat sebanyak 100 µl ke dalam sumur dan
diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

e. Larutan STOP ditambahkan sebanyak 50 µl ke dalam sumur.


f. Pembacaan konsenrasi FT4 dengan mikroplate reader pada panjang
gelombang 450 nm dalam waktu sekitar 30 menit (Walsh, 2016).

I. Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan surat kelayakan etik
(Ethical clearance) Nomor 014/UN27.06/KEPK/EC/2020 dari Komite Etik
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penelitian dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari subjek melalui informed consent. Data yang
terkumpul hanya digunakan untuk keperluan ilmiah dan dirahasiakan untuk
umum.

J. Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data meliputi pemeriksaan data (editing), pengkodean
(coding), tabulasi data (tabulating), pemasukan data (entry), dan pemeriksaan
kembali (cleaning). Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara
univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan program Statistical Package
for the Sosial Science (SPSS) Versi 21.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi dan persentase dari variabel bebas, terikat, dan perancu. Hasil
analisis berupa sebaran usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, berat
badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), status gizi, asupan zat besi
dan seng, asupan zat anti gizi (fitat, tanin, oksalat), konsumsi obat tiroid,
kadar serum zat besi, serum seng, serum TSH dan FT4.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan yang saling
memengaruhi antara asupan zat besi, kadar serum zat besi, asupan seng,
dan kadar serum seng dengan kadar TSH dan FT4. Data dilakukan uji
normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel >30. Uji
kemaknaan hubungan dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dengan
uji Rank Spearman karena distribusi data tidak normal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

Nilai r merupakan koefisien korelasi yang menunjukkan tingkat


kekuatan hubungan antara dua variabel. Nilai r berkisar antara -1 sampai 1,
semakin mendekati angka 1 (positif atau negatif) artinya hubungan antara
dua variabel semakin kuat. Sebaliknya, jika nilai r mendekati angka 0
berarti hubungan semakin lemah. Nilai r positif menunjukkan hubungan
searah, sementara nilai r yang negatif menunjukkan hubungan terbalik.
Berikut ini interval koefisien korelasi beserta tingkat hubungannya
(Sugiyono, 2015).
r = 0,00 – 0,19 : tidak ada hubungan/hubungan sangat lemah
r = 0,20 – 0,39 : hubungan lemah
r = 0,40 – 0,59 : hubungan cukup
r = 0,60 – 0,79 : hubungan kuat
r = 0,80 – 1,00 : hubungan sangat kuat
Analisis regresi linier sederhana merupakan analisis yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh antar variabel penelitian. Berbeda dengan
analisis korelasi, analisis regresi linier sederhana bertujuan untuk
menjelaskan hubungan sebab akibat (kausalitas) antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Jadi, peneliti dapat menyimpulkan seberapa jauh
variabel bebas memengaruhi variabel terikat dengan menggunakan analisis
ini. Berikut ini syarat yang harus terpenuhi untuk menggunakan regresi
linier sederhana (Sugiyono, 2015).
a. Nilai residual berdistribusi normal.
b. Terdapat hubungan yang linier antara variabel bebas dengan variabel
terikat (uji hubungan p < 0,05).
c. Tidak terjadi heteroskedasitas dan autokorelasi.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel bebas yang
paling berhubungan dan saling memengaruhi terhadap variabel terikat
yaitu hormon TSH dan FT4. Uji regresi linier ganda digunakan, apabila
memenuhi syarat sebagai berikut (Yusuf, 2003).
a. Skala data rasio pada variabel bebas dan terikat
b. Distribusi data normal pada variabel bebas dan terikat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

c. Hasil uji bivariat p <0,25


d. Besar VIF (Variance inflation factor) dan angka Tolerance ± 1 atau
nilai r <0,5 artinya data non multikolinearitas.
e. Grafik scatter plot tidak membentuk pola tertentu diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y artinya terjadi heteroskedastisitas.
f. Nilai durbin antara -2 s.d. +2 artinya asumsi independensi terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai