Anda di halaman 1dari 18

1

BAHAN BACAAN TAMBAHAN UNTUK NARASUMBER PENINGKATAN KAPASITAS


PENGGERAK KOMUNITAS BELAJAR

Kerangka Komunitas Belajar dalam Sekolah


Komunitas belajar dalam sekolah merupakan wadah kerja sama PTK yang mendukung
peningkatan hasil belajar murid berlandaskan Tiga Ide Besar dan Lima Dimensi yang menjadi
pijakan dalam menjalankan seluruh prosesnya di dalam sebuah siklus untuk perbaikan yang
berkelanjutan.

Tiga Ide Besar dalam komunitas belajar merupakan ide-ide yang menggerakan dan memandu
pelaksanaan komunitas belajar dalam sekolah. Efektivitas pelaksanaan komunitas belajar dalam
sekolah akan sangat bergantung pada sejauh mana ide-ide ini menjadi pertimbangan utama
dalam menjalankan kegiatan dan sejauh mana ide-ide ini dipahami serta dijalankan oleh seluruh
pemimpin dan anggota komunitas belajar.

Lima Dimensi dalam komunitas belajar merupakan visualisasi yang holistik dari budaya dan
praktik yang terjadi pada pelaksanaan komunitas belajar. Lima Dimensi ini juga memberikan
gambaran apa yang perlu dilakukan seorang pemimpin untuk menciptakan budaya di dalam
komunitas belajar.

A. Tiga Ide Besar Komunitas Belajar dalam Sekolah


Pada pelaksanaan komunitas belajar dalam sekolah terdapat Tiga Ide Besar yang menjadi
landasan dalam menjalankan seluruh kegiatannya. Tiga Ide Besar akan memastikan komunitas
belajar berkontribusi pada pembelajaran berkualitas yang dilakukan secara kolaboratif untuk
meningkatkan hasil belajar murid. Berikut penjelasan masing-masing ide besar.

1. Fokus pada Pembelajaran


Tujuan utama dari penyelenggaraan satuan pendidikan adalah untuk memastikan setiap
murid terlibat dalam proses pembelajaran yang berkualitas, bukan hanya bagaimana murid
belajar, tetapi juga bagaimana murid dapat belajar sampai tingkat capaian tertinggi. Pada
komunitas belajar dalam sekolah, PTK memiliki kewajiban untuk menunjukkan kinerja
terbaiknya dalam mendampingi murid agar dapat menguasai hal yang dipelajari dan
memperoleh hasil terbaik.

Pencapaian tertinggi bagi kemampuan murid merupakan sesuatu yang perlu diupayakan
sehingga PTK juga dituntut untuk terus belajar. Penting bagi PTK di satuan pendidikan untuk
bersama-sama membuat struktur belajar yang melekat sebagai bagian dari aktivitas rutin.
Oleh karena itu, untuk memastikan murid memperoleh pembelajaran yang berkualitas, PTK
perlu mampu menjawab Empat Pertanyaan Kritis berikut.
2

a. Apa yang kita harapkan untuk murid pelajari?


Perlu kolaborasi antar-PTK agar setiap PTK memiliki pemahaman yang sama terkait apa
yang harus dipelajari murid. Selain itu, PTK juga perlu secara jelas mengidentifikasi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dikuasai murid. Penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimaksud di sini tidak terbatas pada
penyelesaian materi pelajaran, tetapi juga hal apa yang benar-benar akan dipelajari murid.
Untuk mencapai hal ini, perlu adanya kolaborasi antar-PTK. Oleh sebab itu, kolaborasi
tim dalam hal ini menjadi poin yang sangat penting untuk menciptakan pemahaman
bersama.

b. Bagaimana kita tahu bahwa setiap murid telah belajar hal tersebut?
PTK perlu memahami bahwa efektivitas pembelajaran tercermin dari hasil nyata
pembelajaran murid. Oleh karena itu, diperlukan pemanfaatan beragam data untuk
menilai dampak dari metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Data tersebut
dapat bersumber dari asesmen, data perilaku murid, survei, data observasi kelas, dan
sumber lainnya. Bentuk penilaian yang digunakan biasanya berupa asesmen formatif.
Dari hasil tersebut, PTK dapat melihat murid mana yang belum memenuhi standar
minimal capaian untuk diberikan waktu dan dukungan tambahan.

c. Bagaimana respon kita jika ada murid yang tidak belajar?


Tidak semua PTK dapat memenuhi beragam kebutuhan murid sehingga ada
kemungkinan murid membutuhkan dukungan tambahan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, khususnya murid yang tidak dapat melalui proses pembelajaran karena belum
mampu menyerap pembelajaran, tidak fokus, tidak tertarik, dll. Perlu tindak lanjut yang
sistematis dari seluruh warga sekolah untuk mengatasi tantangan tersebut. Sekolah perlu
menyediakan jadwal khusus untuk bersama-sama fokus pada tantangan tersebut dan
menyadari bahwa siapapun muridnya dan apapun tantangannya setiap PTK di sekolah
memiliki tanggung jawab untuk itu.

d. Bagaimana kita akan memperkaya pembelajaran untuk murid yang sudah mahir?
Sebagaimana pertanyaan kritis ketiga, perlakuan yang sama dilakukan bagi murid-murid
yang sudah mahir. PTK perlu mencari cara dan strategi untuk memfasilitasi murid yang
ingin mengembangkan wawasannya melebihi standar minimum yang ditentukan.

No Pertanyaan Kritis Elaborasi Pertanyaan Kritis Contoh Strategi


.

1 Apa yang kita harapkan - Kompetensi esensial apa yang - Menyusun tujuan pembelajaran yang
untuk murid pelajari? harus dicapai murid (bukan jelas dan terukur
materinya)? - Menginformasikan kepada murid tujuan
- Apa yang membuat kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


3

tersebut dibutuhkan murid? - Memberikan contoh sikap/indikator yang


- Apa yang membuat murid perlu menunjukkan tujuan tersebut sudah atau
mempelajari materi tertentu? belum tercapai

2 Bagaimana kita tahu - Bagaimana kondisi murid saat - Menyusun rubrik penilaian sesuai dengan
bahwa setiap murid telah ini? tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
belajar hal tersebut? - Apakah kondisi tersebut sudah - Menginformasikan pada murid rubrik
sesuai dengan apa yang kita penilaian sehingga murid dapat
harapkan untuk murid capai? melakukan refleksi pribadi terhadap
kemampuannya
- Memperbanyak asesmen formatif

3 Bagaimana respon kita - Apa yang menyebabkan murid - Mengidentifikasi akar masalah dari murid
jika ada murid yang tidak belajar? yang tidak bisa mencapai tujuan belajar
tidak belajar? - Cara apa yang bisa PTK - Membentuk tim kolaborasi antar-PTK
lakukan untuk mengatasi hal untuk menyusun strategi intervensi pada
tersebut? murid-murid yang belum mencapai
- Apakah ada praktik baik yang tujuan pembelajaran (karena
bisa dibagikan untuk mengatasi pembelajaran murid adalah tanggung
hal tersebut? jawab semua PTK, bukan hanya guru
yang mengajar di kelasnya saja)
- Melakukan penjadwalan tambahan waktu
belajar untuk murid yang belum
mencapai tujuan pembelajaran
(menentukan target, durasi, dan frekuensi
pertemuan serta PTK yang mendampingi
sesuai kepakarannya)
- Melakukan remedial untuk
keterampilan/kompetensi fondasi/esensial
(keterampilan minimal yang perlu dicapai
oleh murid)

4 Bagaimana kita akan - Bagaimana capaian belajar - Melakukan identifikasi murid yang
memperkaya murid saat ini? memiliki hasil belajar lebih dari yang
pembelajaran untuk - Apakah pembelajaran yang ditargetkan
murid yang sudah sudah disajikan sudah cukup - Membuat jadwal pengayaan untuk murid
mahir? untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi untuk
murid? memperdalam kompetensi/keterampilan
- Langkah apa yang bisa kita yang sudah didapatkan oleh murid
lakukan untuk memfasilitasi
kebutuhan belajar murid yang
melebihi standar minimum?

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


4

2. Membudayakan Kolaborasi dan Tanggung Jawab Kolektif


Kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan akan lebih optimal jika PTK dapat berkolaborasi
dengan PTK lainnya. Kolaborasi ini diciptakan untuk menghadirkan suasana belajar bersama,
yang di dalamnya ada rasa saling tergantung satu sama lain, serta kesadaran bahwa proses
pembelajaran dan keberhasilan seorang murid merupakan tanggung jawab bagi semua PTK.
Artinya, seorang PTK tidak hanya bertanggung jawab pada murid yang ada di kelasnya saja.

3. Berorientasi pada Hasil (Pembelajaran Murid)


Proses belajar yang telah dilalui oleh murid perlu diketahui oleh PTK dengan cara mencari
bukti bagaimana murid mereka telah memiliki pengetahuan dan mencapai kemampuannya
sesuai tujuan pembelajarannya. Satuan pendidikan perlu melakukan monitoring secara
sistematis mengenai proses belajar muridnya sehingga dapat menggunakan bukti tersebut
untuk membantu murid yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini akan mendukung
terjadinya perbaikan yang berkelanjutan. Bukti peningkatan hasil belajar murid menjadi
strategi bagi komunitas belajar dalam mengevaluasi efektivitas kegiatan belajar mengajar,
aturan satuan pendidikan, serta prosedur di satuan pendidikan. Setiap keputusan diambil
berdasarkan hasil perbaikan yang ditunjukkan oleh murid-muridnya.

Komunitas belajar diharapkan tumbuh secara organik, menyesuaikan kondisi dan kebutuhan
satuan pendidikan, serta berpihak pada kebutuhan pendidik dan murid. Langkah yang
dilakukan untuk memastikan apakah komunitas belajar telah berpihak pada kebutuhan murid
dimulai dari tahap pengumpulan data pembelajaran. Berdasarkan data tersebut, PTK dapat
mengetahui bagian mana yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar murid
dan intervensi apa yang perlu dilakukan untuk kemudian dievaluasi melalui pengamatan
dalam pembelajaran. Ini merupakan siklus umum yang dilakukan komunitas belajar.

Siklus komunitas belajar dalam sekolah merupakan rangkaian pengelolaan komunitas belajar
dalam sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas PTK dan meningkatkan hasil
belajar murid. Siklus ini terdiri atas tahap refleksi awal, perencanaan, implementasi, evaluasi,
dan kembali lagi menuju tahap refleksi awal. Siklus pengelolaan komunitas belajar di sekolah
digambarkan sebagai berikut.

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


5

Gambar Siklus Pengelolaan Komunitas Belajar di Sekolah

Siklus pada Gambar 3.1 di atas merupakan tahapan penting untuk dilakukan secara
berkelanjutan oleh komunitas belajar. Tujuan yang ingin dicapai dari komunitas belajar yaitu
peningkatan hasil pembelajaran murid. Hasil pembelajaran murid bukan hanya terbatas pada
tingkatan kognitif, tetapi juga pada keterampilan dan karakter. Tujuan akhirnya adalah
terwujudnya murid yang memiliki karakter profil pelajar Pancasila. Untuk itu, kepala
sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya menyepakati pengembangan
profesionalitas melalui komunitas belajar yang berfokus pada pengajaran dan pembelajaran
serta berkomitmen melaksanakan program peningkatan proses belajar murid. Penjelasan dari
setiap tahap adalah sebagai berikut.

1) Tahap Refleksi Awal


Pada tahap ini dilakukan analisis hasil belajar murid yang bersumber dari beragam data,
seperti rapor pendidikan, data hasil asesmen, data hasil penilaian pembelajaran, atau data
lain yang relevan. Kepala sekolah bersama pendidik menganalisis dan menggunakan data
tersebut sebagai rujukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Pada tahap
ini, tenaga kependidikan dapat menyediakan data yang dibutuhkan oleh kepala sekolah
dan guru untuk melakukan refleksi awal.

2) Tahap Perencanaan
Tahap yang kedua adalah merencanakan prioritas capaian komunitas belajar dalam
sekolah pada tahun berjalan. Skala prioritas disusun kepala sekolah bersama pendidik
berdasarkan hasil refleksi awal. Pada tahap ini disepakati target dan indikator
keberhasilan komunitas belajar; nilai-nilai dan norma yang akan diterapkan; pembagian
tanggung jawab, agenda, waktu, bentuk kegiatan kolaborasi, berbagi praktik, umpan
balik, dan kegiatan lainnya yang dapat membangun ekosistem belajar yang aman.

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


6

3) Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi, setiap anggota komunitas baik kepala sekolah, pendidik, dan
tenaga kependidikan lainnya berkomitmen untuk menjalankan perannya dalam komunitas
belajar untuk mencapai tujuan. Budaya kolegial yang didasari rasa saling percaya dan
saling menghormati diharapkan dapat terbangun.

Pada tahap ini terjadi proses pembelajaran kolektif, misalnya pada komunitas belajar
dalam sekolah berbasis mata pelajaran yang sama (disiplin ilmu yang sama) anggota
komunitas bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran,
pedagogi dan penilaian. Pembelajaran kolektif dapat dilakukan dalam bentuk berbagi
praktik. Proses berbagi yang dilakukan bukan hanya praktik baik (keberhasilan), tetapi
juga praktik yang belum berhasil dilakukan. Berbagi praktik dapat dilakukan dengan
beberapa cara, misalnya dengan berdiskusi bersama rekan sejawat, saling melihat hasil
kerja murid, dan saling melakukan kunjungan kelas untuk sama-sama belajar dan
memperoleh umpan balik.

Pada tahap implementasi ini juga dilakukan observasi terhadap pelaksanaan aktivitas di
komunitas belajar. Observasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah, koordinator kelompok
komunitas belajar, dan pihak lainnya yang sudah disepakati. Observasi yang dilakukan
bertujuan agar kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya dapat
memastikan pelaksanaan komunitas belajar sesuai dengan nilai, norma, dan panduan
pelaksanaan yang sudah ditetapkan pada tahap perencanaan.

4) Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi, setiap anggota komunitas belajar melakukan refleksi bersama sesuai
dengan periode yang disepakati sebelumnya. Semua kelompok komunitas belajar yang
ada dalam sekolah bersama merefleksikan apa yang sudah berjalan efektif dan apa yang
berjalan kurang efektif untuk diambil pembelajaran dan digunakan untuk perbaikan di
tahap selanjutnya. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil pelaksanan
komunitas belajar dengan indikator keberhasilan komunitas belajar.

Pada tahap evaluasi perlu dilakukan apresiasi pada capaian-capaian dan perilaku-perilaku
efektif yang sudah dilakukan oleh anggota komunitas sepanjang proses pelaksanaan
komunitas belajar dalam sekolah pada tahun berjalan. Tujuannya agar capaian dan
perilaku efektif tersebut dapat dipertahankan/dikembangkan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan Tiga Ide Besar di atas, hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh PTK untuk
memastikan peningkatan hasil belajar murid yang didukung oleh pelaksanaan komunitas
belajar dalam sekolah adalah sebagai berikut.

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


7

1. Memastikan PTK bekerja secara kolaboratif dengan mengambil tanggung jawab


kolektif untuk pembelajaran murid.
2. Menerapkan kurikulum dengan materi esensial dan alokasi waktu yang mencukupi
bagi murid untuk belajar secara mendalam.
3. Memantau pembelajaran murid dengan proses penilaian berkelanjutan menggunakan
penilaian formatif yang dikembangkan oleh PTK.
4. Menggunakan hasil penilaian untuk meningkatkan praktik individu, membangun
kapasitas PTK untuk mencapai tujuannya, dan mengintervensi atau memperluas
pembelajaran atas nama murid.
5. Memberikan intervensi dan pengayaan yang sistematis.

B. Dimensi Komunitas Belajar dalam Sekolah


Terdapat Lima Dimensi yang perlu dipastikan ada agar Tiga Ide Besar dan Empat
Pertanyaaan Kritis dapat diterapkan pada komunitas belajar dalam sekolah. Berikut kelima
dimensi tersebut.

1. Kepemimpinan Bersama yang Saling Mendukung


Agar tercipta kepemimpinan bersama yang saling mendukung, kepala sekolah sebagai
pemimpin di satuan pendidikan bersedia melakukan pembagian wewenang dan proses
pengambilan keputusan secara bersama-sama dengan tujuan untuk mengembangkan pola
kepemimpinan yang mampu memberdayakan seluruh pihak. Salah satu cara berbagi
peran kepemimpinan adalah dengan membentuk pemimpin-pemimpin kecil di sebuah
kelompok (koordinator kelompok) yang nantinya menciptakan partisipasi kolegial
antar-PTK (anggota kelompok).

Kepala sekolah atau koordinator kelompok komunitas belajar dapat mendorong seluruh
pendidik dan tenaga kependidikan untuk berbagi peran dan berkolaborasi secara optimal
sehingga setiap pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan merefleksikan komitmen
dan tanggung jawab bersama. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam kepemimpinan
bersama adalah sebagai berikut.
a. PTK memelihara jiwa kepemimpinan di sekolah.
b. PTK membagi tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
c. PTK mengambil keputusan menyeluruh yang mencerminkan komitmen dan
akuntabilitas.
d. PTK berbagi informasi.
2. Nilai dan Visi Bersama
Nilai dan visi komunitas belajar di satuan pendidikan perlu dibangun bersama, di mana
setiap orang di dalamnya berkomitmen kuat untuk menerapkan dan menjalankannya.
Nilai dan visi yang dibangun fokus pada proses belajar guru dan murid. Nilai dan visi

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


8

komunitas belajar dapat diturunkan dan diselaraskan dengan visi misi dan tujuan sekolah
yang tercantum pada Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan. Hal penting yang
terdapat dalam nilai dan visi bersama adalah
a. nilai dan norma,
b. pembelajaran murid,
c. ekspektasi yang tinggi,
d. visi bersama yang memandu pengajaran dan pembelajaran.

3. Pembelajaran Kolektif dan Penerapannya


Dimensi ini menekankan pada pentingnya proses mencari pengetahuan baru bagi setiap
PTK di satuan pendidikan sebagai upaya menemukan solusi dari tantangan pembelajaran
sehingga dapat terus memenuhi berbagai kebutuhan belajar murid. Hal penting yang
terdapat dalam pembelajaran kolektif dan penerapannya adalah sebagai berikut:
1. PTK berbagi informasi.
2. PTK menggali pengetahuan, keterampilan, dan strategi baru.
3. PTK bekerja secara kolaboratif untuk merencanakan, memecahkan masalah, dan
meningkatkan hasil belajar murid berdasarkan pada setiap data yang telah diperoleh
dan diolah bersama-sama.

4. Berbagi Praktik
Dimensi ini menekankan pada pentingnya proses saling belajar antar-PTK melalui
observasi dan umpan balik sehingga setiap PTK dapat saling mendukung peningkatan
kualitas pengajarannya. PTK di dalam komunitas siap dengan keterbukaan untuk saling
mengobservasi dan memberikan dorongan yang positif pada praktik pengajaran yang
telah dilakukan. Hal penting yang perlu dilakukan dalam berbagi praktik adalah sebagai
berikut:
1. PTK melakukan observasi rekan sejawat untuk memberikan dorongan, pengetahuan,
dan keterampilan.
2. PTK memberikan umpan balik untuk meningkatkan praktik pengajaran.
3. PTK berbagi hasil praktik pengajaran.
4. PTK melakukan pendampingan (mentoring dan coaching).

5. Kondisi yang Mendukung: Hubungan dan Struktur


Dimensi ini menekankan pada dukungan yang bersifat hubungan kolegial dan struktural
(fisik). Keduanya perlu ada bagi setiap PTK sehingga tugas dan tanggung jawabnya dapat
dilakukan dengan baik. Kondisi yang mendukung ini dibagi menjadi dua, yaitu dukungan
terkait hubungan dan dukungan terkait struktur.
Dukungan terkait Hubungan
a. Menumbuhkan hubungan saling peduli.
b. Membangun kepercayaan dan rasa saling menghargai.
c. Mengapresiasi pencapaian.

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


9

d. Mengambil risiko.
e. Melakukan upaya yang menyeluruh untuk menanamkan perubahan.

Dukungan terkait Struktur


1. Memastikan ketersediaan sumber daya (manusia, materi, waktu, uang, dsb.)
2. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
3. Membangun sistem komunikasi.

Dari penjelasan rinci terkait Tiga Ide Besar dan Lima Dimensi di atas, perlu dipahami bahwa
keterkaitan keduanya sangat erat. Setiap PTK yang ada di satuan pendidikan perlu memahami
bahwa Lima Dimensi sangat penting untuk diaplikasikan sehingga Tiga Ide Besar dapat
terwujud. Harapannya, hal tersebut akan memberi dampak langsung bagi murid yang pada
akhirnya benar-benar dapat meningkatkan kualitas hasil belajar murid. Keterkaitannya dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar Keterkaitan Tiga Ide Besar dengan Lima Dimensi


C. Peran PTK pada Penerapan Dimensi Komunitas Belajar dalam Sekolah
Merujuk pada Lima Dimensi komunitas belajar di atas, peran PTK dalam menerapkan dimensi
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
No. Dimensi Kepala Sekolah Koordinator Kelompok Anggota Kelompok
(PTK)

1 Kepemimpinan ● a. Menetapkan arahan ● a. Membangun ● a. Mengambil peran


Bersama yang yang luas untuk kesepakatan bersama dalam pembelajaran
Saling komunitas belajar ● b. Mendukung dan ● b. Memimpin anggota
dalam sekolah membimbing anggota. lain
Mendukung

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


10

● b. Melakukan
pengambilan keputusan
bersama

2 Nilai dan Visi ● a. Memastikan ● Memastikan ● Memastikan keselarasan


Bersama keselarasan dengan keselarasan tujuan dengan tujuan
tujuan pembelajaran pembelajaran dan pembelajaran dan
dan pengajaran sekolah pengajaran sekolah pengajaran sekolah
● b. Melakukan dialog dengan komunitas
terbuka dan belajar berbasis
berkelanjutan tentang peningkatan
nilai dan visi kompetensi dan mata
pelajaran/kelas

3 Pembelajaran ● a. Mendukung ● a. Menjadikan teori ● a. Mengumpulkan data


Kolektif dan pengembangan (riset) sebagai dasar dari berbagai sumber
Penerapannya kapasitas PTK praktik dan sebaliknya ● b. Menerapkan
● b. Memastikan ● b. Mendorong refleksi keterampilan dan
fleksibilitas pada proses wawasan baru
inkuiri terjadi

4 Berbagi Praktik ● a. Membudayakan ● a. Membuka kelas ● a. Membuka kelas


observasi kelas antar untuk diobservasi untuk diobservasi
pendidik pendidik lain pendidik lain
● b. Menyediakan wadah ● b. Mendorong ● b. Merefleksikan
untuk berbagi praktik terjadinya proses praktik pedagogik
mentoring di dalam
komunitas

Kondisi yang ● a. Menyediakan wadah ● a. Menciptakan ● a. Membangun


Mendukung: untuk menghargai dan lingkungan yang aman hubungan kolegial
Hubungan selebrasi proses ● b. Mendorong ● b. Berpartisipasi dalam
pembelajaran partisipasi semua selebrasi pembelajaran
● b. Menciptakan anggota ● c. Terhubung dengan
lingkungan yang aman para ahli dan orang lain
yang berpengetahuan
5 luas

Kondisi yang ● a. Menyusun dan ● a. Menentukan ● a. Berbagi keahlian dan


Mendukung: memprioritaskan linimasa, sumber daya, sumber daya melalui
Struktur jadwal yang disepakati dan agenda pertemuan sistem yang ada
bersama ● b. Membangun norma ● b. Menyelaraskan
● b. Memberikan kelompok. dengan dokumen
dukungan dan sumber kurikulum
daya untuk

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


11

meningkatkan kapasitas
PTK

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


12

D. Perubahan Budaya di dalam Komunitas Belajar


Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran murid, terdapat enam aspek perubahan budaya di
komunitas belajar yang dapat menjadi acuan. Keenam aspek ini dikembangkan oleh DuFour
et.al. (2021) sebagaimana yang dijabarkan pada tabel berikut.
Perubahan dalam Tujuan Dasar

Dari fokus pada mengajar → menjadi fokus pada pembelajaran

Dari menekankan pada apa yang → menjadi memastikan apa yang murid pelajari
diajarkan

Dari memenuhi konten/materi → menjadi menunjukkan kecakapan

Dari menyediakan dokumen → menjadi melibatkan tim yang kolaboratif


kurikulum, seperti standar kompetensi dalam membangun pengetahuan bersama
formal dan panduan kurikulum bagi yang merujuk pada hal-hal esensial dalam
tiap-tiap guru kurikulum

Dari mengharapkan sebagian murid → menjadi mengharapkan seluruh murid


belajar belajar

Perubahan dalam Penggunaan Asesmen

Dari penggunaan asesmen sumatif → menjadi penggunaan asesmen formatif yang


yang hanya dilakukan di akhir dilakukan secara rutin
topik/semester

Dari asesmen untuk menentukan murid → menjadi asesmen untuk mengidentifikasi


mana yang gagal belajar dalam batas murid mana yang memerlukan waktu dan
waktu tertentu dukungan tambahan

Dari penggunaan asesmen untuk → menjadi penggunaan asesmen untuk


hadiah atau hukuman bagi murid memberi informasi dan memotivasi murid

Dari menguji banyak hal secara tidak → menjadi menguji beberapa hal secara teratur
teratur

Dari asesmen kinerja guru secara → menjadi asesmen tim yang kolaboratif
individual

Dari setiap guru menentukan kriteria → menjadi tim kolaboratif mengklarifikasi


yang digunakan untuk mengukur kriteria dan memastikan konsistensi antara

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


13

pekerjaan murid guru saat mengukur pekerjaan murid

Dari terlalu bergantung pada satu jenis → menjadi asesmen yang berimbang
asesmen

Dari fokus pada nilai rata-rata → menjadi mengawasi kecakapan


masing-masing murid dalam setiap
kemampuan esensial

Perubahan dalam Tanggapan saat Murid Tidak Belajar

Dari guru secara individu yang → menjadi respon sistematis yang memastikan
menentukan respon yang sesuai dukungan untuk setiap murid

Dari waktu dan dukungan yang tetap → menjadi waktu dan dukungan yang beragam
untuk belajar untuk belajar

Dari remedial → menjadi intervensi

Dari dukungan yang bersifat undangan → menjadi dukungan langsung (yang tentu saja
di luar jam sekolah diperlukan) selama berlangsungnya jam
sekolah

Dari satu kesempatan untuk → menjadi banyak kesempatan untuk


mendemonstrasikan pembelajaran mendemonstrasikan pembelajaran

Perubahan dalam Cara Kerja Guru

Dari isolasi → menjadi kolaborasi

Dari tiap-tiap guru menjelaskan apa → menjadi tim kolaboratif membangun


yang harus murid pelajari pengetahuan dan pemahaman bersama
mengenai hal esensial dalam pembelajaran

Dari tiap-tiap guru menugaskan → menjadi tim kolaboratif menugaskan


prioritas untuk standar pembelajaran prioritas dari masing-masing standar
yang berbeda pembelajaran yang saling berhubungan

Dari tiap-tiap guru menentukan → menjadi tim kolaboratif guru menyepakati


kecepatan kurikulum kecepatan bersama

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


14

Dari guru secara individual mencoba → menjadi tim kolaboratif guru saling
menemukan cara untuk meningkatkan menolong untuk meningkatkan hasil satu
hasil sama lain

Dari praktik yang tertutup → menjadi praktik yang terbuka untuk


dibagikan

Dari keputusan yang dibuat → menjadi keputusan yang dibuat secara


berdasarkan preferensi pribadi kolektif dengan membangun pengetahuan
bersama mengenai praktik terbaik

Dari kolaborasi ringan tentang hal → menjadi kolaborasi yang secara eksplisit
yang tidak berhubungan dengan fokus pada isu dan pertanyaan yang paling
pencapaian murid mempengaruhi pencapaian murid

Dari asumsi bahwa ini muridku, → menjadi asumsi bahwa ini adalah murid kita
mereka muridmu

Perubahan dalam Fokus

Dari fokus eksternal atas isu di luar → menjadi fokus internal atas langkah- langkah
sekolah yang bisa PTK lakukan untuk meningkatkan
kualitas sekolah

Dari fokus pada masukan (input) → menjadi fokus pada hasil

Dari fokus pada latar belakang murid → menjadi fokus pada masa depan (potensi)
murid

Dari tujuan yang berkaitan dengan → menjadi tujuan SMART yang bergantung
ketuntasan proyek dan aktivitas pada bukti pembelajaran murid

Dari guru mengumpulkan data dari tes → menjadi tim kolaboratif memperoleh
yang dibangun secara individual untuk informasi dari penilaian umum untuk (1)
menetapkan nilai menginformasikan praktik individu dan
kolektif mereka, dan (2) menanggapi murid
yang membutuhkan waktu dan dukungan
tambahan

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


15

Dari hanya bergantung pada diri → menjadi saling bergantung dan percaya pada
sendiri di kelas masing-masing rekan sejawat (interdependent)
(independent)

Dari keluhan → menjadi komitmen

Dari perencanaan strategis jangka → menjadi perencanaan untuk kemenangan


panjang jangka pendek

Dari pengakuan umum yang jarang → menjadi pengakuan spesifik yang rutin dan
terjadi budaya perayaan yang menciptakan banyak
pemenang

Perubahan dalam Pengembangan Profesional

Dari pelatihan eksternal (lokakarya dan → menjadi pembelajaran yang tertanam dalam
kursus) pekerjaan

Dari harapan bahwa pembelajaran → menjadi harapan bahwa pembelajaran


terjadi secara tidak teratur (dalam berlangsung terus menerus dan terjadi
beberapa hari dikhususkan untuk sebagai bagian dari praktik kerja rutin
pengembangan profesional)

Dari presentasi ke semua pendidik → menjadi penelitian tindakan berbasis


kelompok

Dari belajar dengan menyimak → menjadi belajar dengan melakukan

Dari belajar individual melalui kursus → menjadi belajar secara kolektif dengan
dan lokakarya bekerja bersama

Dari pengukuran dampak berdasarkan → menjadi pengukuran dampak berdasarkan


kepuasan guru (“Apakah Anda bukti peningkatan belajar murid
menyukai ini?”)

Dari paparan jangka pendek ke → menjadi komitmen berkelanjutan untuk


berbagai konsep dan praktik inisiatif terbatas dan terfokus

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


16

KELOMPOK REFLEKSI

Bapak/Ibu adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 4 SD. Di dalam kelompok, Bapak
Ibu akan melakukan refleksi terkait kesiapan murid untuk mempelajari materi "Menemukan Ide
Pokok dan Ide Pendukung pada Bacaan" sesuai dengan modul ajar yang telah disediakan (buka:
https://s.id/BahanStudiKasus).

Sebagai gambaran kondisi saat ini, kemampuan rata-rata murid Bapak/Ibu belum mampu
memahami bacaan panjang lebih dari dua paragraf. Selain itu, sarana dan prasarana yang tersedia
di sekolah juga sangat terbatas.

Dengan kondisi tersebut, silakan Bapak/Ibu merefleksikan bagaimana kesiapan murid untuk
mempelajari materi tersebut.

Bapak/Ibu dapat berangkat dari pertanyaan kritis berikut:


Apa yang kita harapkan murid pelajari?

Luaran:
Catatan hasil refleksi di dalam kelompok

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


17

KELOMPOK PERENCANAAN

Bapak/Ibu adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 4 SD yang akan menyiapkan
perencanaan pembelajaran untuk materi "Menemukan Ide Pokok dan Ide Pendukung pada
Bacaan" sesuai dengan modul ajar yang telah disediakan (buka: https://s.id/BahanStudiKasus).

Dalam skenario ini, dari hasil refleksi yang sudah dilakukan Bapak/Ibu sudah menghasilkan
beberapa catatan penting sebagai berikut:
1. Secara mayoritas, murid-murid di kelas 4 belum mampu memahami teks panjang lebih dari
dua paragraf, sehingga dibutuhkan teks yang lebih pendek.
2. Tema cerita yang disajikan di dalam teks juga dirasa terlalu berat untuk dipahami oleh murid.
3. Ketersediaan proyektor terbatas dan listrik sering padam, sehingga perlu aktivitas yang tidak
tergantung dengan listrik dan proyektor.

Berdasarkan hasil catatan refleksi di atas, silakan Bapak/Ibu memodifikasi perencanaan


pembelajaran dari modul ajar yang tersedia.

Bapak/Ibu dapat berangkat dari pertanyaan kritis berikut:


1. Apa yang kita harapkan murid pelajari?
2. Bagaimana respon kita jika ada murid yang tidak belajar? (tidak mampu mempelajari
materi yang diajarkan).

Luaran:
Modifikasi perencanaan pembelajaran

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak


18

KELOMPOK EVALUASI

Bapak/Ibu adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 4 SD yang akan menyiapkan
perencanaan pembelajaran untuk materi "Menemukan Ide Pokok dan Ide Pendukung pada
Bacaan" sesuai dengan modul ajar yang telah disediakan (buka: https://s.id/BahanStudiKasus).

Dalam skenario ini, Bapak/Ibu sudah melakukan beberapa proses yang diantaranya refleksi
bersama, menyusun (memodifikasi) rencana pembelajaran berdasarkan catatan hasil refleksi.
Bayangkan Bapak/Ibu telah mengimplementasikan rencana pembelajaran tersebut di kelas
masing-masing. Ada Bapak/Ibu yang menemui kendala dalam mengajar materi tersebut dan ada
juga yang malah berhasil.

Silakan simulasikan aktivitas evaluasi bersama dengan menceritakan:


1. pengalaman Bapak/Ibu masing-masing di kelas saat mengajarkan materi tersebut;
2. Bagaimana respon murid;
3. Langkah-langkah mana yang sudah baik;
4. Kendala apa yang muncul, dsb.

Bapak/Ibu dapat berangkat dari pertanyaan kritis berikut:


1. Bagaimana kita tahu bahwa murid sudah belajar hal tersebut? (sudah mampu
melewati proses mempelajari materi yang diajarkan)
2. Bagaimana kita akan memperkaya materi untuk murid yang sudah mahir?

Luaran:
Catatan hasil evaluasi dalam kelompok

Bahan Bacaan Narasumber Peningkatan Kapasitas Penggerak

Anda mungkin juga menyukai