Anda di halaman 1dari 8

Eksploitasi Anak Sebagai Pengemis (Sudut Pandang Teori Fungsionalisme

Struktural)
Ramadhan Azkiya Salim
Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Jalan A. Yani 40-A Purwokerto, Jawa
Tengah, Indonesia
E-mail: ramadhanaskiya@gmail.com
Hp: 089647719988

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) faktor-faktor yang
mempengaruhi anak-anak menjadi pengemis (sudut pandang teori fungsionalisme
struktural) (2) persepsi pengemis dikalangan pengemis anak (3) dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan mengemis yang dilakukan oleh anak-anak. Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan kepustakaan (library research). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) faktor utama yang menjadikan anak rela menjadi pengemis
bukan dari diri sendiri melainkan orang tua yang meng-eksploitasi mereka untuk menjadi
pengemis, dengan alibi mengemis dapat meningkatkan taraf hidup keluarga, orang tua
sesat tersebut menyuruh anak mereka untuk mengemis. Orang tua sesat ini yang menjadi
elemen masyarakat pertama yang mengalami kemacetan fungsi sehingga merembet luas
kepada elemen-elemen masyarakat yang lain. (2) persepsi pengemis anak mengapa
mereka rela melakukan hal demikian adalah mereka tidak tahu bahwa mengemis adalah
hal yang bertentangan dengan norma dan aturan masyarakat, mereka senang melakukan
hal tersebut dengan alibi dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan sejatinya mereka
belum punya rasa malu yang seutuhnya. (3) dampak sosial yang sering diterima oleh
pengemis kecil ini adalah mereka merasa minder untuk bertemu dengan kawan sebaya
nya mengingat mereka melakukan hal yang bertolak belakang dengan kawan-kawan nya
yang normal dan warga juga ikut geram atas kelakuan mereka dan sering kali mengusir
keberadaan pengemis kecil tersebut karena dianggap mengganggu ketertiban umum.
Kata Kunci : Pengemis, Anak, Kemiskinan
Abstract : The purpose of this study was to determine (1) factors that influence children to
become beggars (structural functionalism theory point of view) (2) perception of beggars
among child beggars (3) the impact of begging activities carried out by children. This
study uses a library approach (library research). The results showed that (1) the main
factor that makes children willing to become beggars is not from themselves but parents
who exploit them to become beggars, with Alibi begging can improve the standard of living
of the family, the perverted parents tell their children to beg. This misguided old man
became the first element of society to experience functional congestion so that it spread
widely to other elements of society. (2) the perception of child beggars why they are willing
to do this is that they do not know that begging is contrary to the norms and rules of
society, they are happy to do this with an alibi to improve the standard of living of the
family and in fact they do not have a complete sense of shame. (3) the social impact that is
often received by these small beggars is that they feel inferior to meet their peers

1
considering that they do things that are contrary to their normal friends and residents are
also angry at their behavior and often expel the existence of these small beggars because it
is considered disturbing public order.
Keywords : Beggars, Children, Poverty
Pendahuluan dilakukan serta dapat membentuk uang
dalam ketika singkat, serta tidak
Penyebaran virus Covid-19 di Indonesia
membutuhkan modal yang banyak serta
yang terjadi pada pertengahan tahun
dapat dilakukan kapanpun serta di
2020 sangat berdampak bagi
manapun.
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Marak terjadi Pemutusan Hubungan Soetandyo (1995:56) juga
Kerja (PHK) yang membuat pendapatan mengungkapkan ihwal kebudayaan
masyarakat menurun bahkan sampai kemiskinan, yakni: Kebudayaan
tidak ada. Besarnya PHK yang terjadi kemiskinan dapat pula secara sengaja
menyebabkan pengangguran muncul dikukuhkan oleh lapisan kelas elit dalam
dimana-mana sehingga angka fungsinya sebagai sarana kontrol
kemiskinan pun ikut meningkat. (keseluruhan konfigurasi normatif
serta/atau pola perilaku orang-orang
Kemiskinan yang terjadi mengakibatkan
miskin yang secara fungsional bekerja
mencuatnya fenomena sosial salah
untuk menuntun bagaimana cara
satunya ruwetnya tata kota sebab
sebaiknya orang orang miskin menjalani
bertambahnya jumlah pekerja di sektor
kehidupan sehari-hari (lahiriah-
informal, seperti pengemis, gelandangan
batiniah) sebagai orang-orang yang
serta anak jalanan. Selain itu, keluarnya
tidak berpunya dan harus menyadari
gelandangan serta pengemis menjadi
serta mendapatkan nasibnya
Penyandang Masalah Kesejahteraan
berjongkok jongkok pada papan bawah).
Sosial (PMKS) yang beroperasi pada
artinya kebudayaan kemiskinan ialah
jalan-jalan protokol pada kota-kota
suatu cara atau perjuangan buat
besar , kini telah meluas ke wilayah-
mengatasi rasa putus asa yang
daerah yang ditengarai menjadi efek
dilakukan oleh masyarakat miskin buat
samping krisis yang berkepanjangan
mempertahankan diri demi
(info - Direktorat Jenderal Rehabilitasi
kelangsungan hidup di perkotaan. akan
Sosial Kementrian Sosial oleh Johan, 13
tetapi kebudayaan kemiskinan bisa pula
April 2009 ). Banyaknya jumlah
di dikukuhkan oleh rakyat kelas atas
pengemis yang semakin semakin tinggi
sebagai pemegang kontrol sosial.
mengindikasikan bahwa masih ada
dengan kata lain rakyat miskin harus
kemiskinan pada aneka macam wilayah.
bisa bertahan hidup menggunakan cara
Selain itu pula kebutuhan hidup insan
mengikuti keadaan menggunakan
yang semakin kompleks yang sudah
lingkungan perkotaan yang berstrata.
membutakan manusia untuk mencari
sebagai akibatnya rakyat miskin
penghasilan menggunakan segala cara
menjalani kehidupannya menggunakan
tanpa perjuangan yang keras, salah
pola sikap orang miskin dan menyadari
satunya adalah menggunakan
nasibnya. tapi sikap tadi menjadi suatu
mengemis. sebab mengemis adalah
gaya hayati yang mengakibatkan
suatu kegiatan yang simpel untuk
masyarakat miskin tidak memiliki

2
harapan untuk maju serta lebih Metode
berkembang. oleh karena itu sikap
Metode yang digunakan dalam
tersebut telah sebagai norma dan
penelitian ini adalah jenis metode
membudaya.
penelitian library research (penelitian
Kegiatan mengemis yang dilakukan oleh kepustakaan) yaakni penelitian yang
anak-anak merupakan salah satu bentuk menggunakan disiplin litelatur dalam
kebudayaan kemiskinan. Suparlan memperoleh data, yakni pencarian data
(1993:54) menyampaikan konsep melalui hal yang berkenaan dengan
kebudayaan kemiskinan sebagai variabel untuk dijadikan sebagai sumber
berikut: Kebudayaan kemiskinan penelitian yaitu seperti buku, surat
merupakan suatu adaptasi maupun kabar, jurnal, majalah, catatan kuliah
reaksi orang miskin terhadap posisi atau dari artikel dari internet
mereka yang marginal dalam warga (Widodo:2017). Metode ini
kelas yang berstratifikasi, yang sangat dimaksudkan untuk memperoleh data
mementingkan kedudukan individu. mengenai seberapa besar peluang orang
Kebudayaan ini artinya perjuangan tua untuk meng-eksploitasi anak nya
untuk mengatasi perasaan-perasaan untuk menjadi seorang pengemis,
putus harapan serta tanpa asa, yang mengingat perekonomian yang kian
berkembang asal adanya kesadaran terpuruk akibat dari krisis
tentang betapa tak mungkinnya bagi berkepanjangan .
mereka untuk dapat mencapai sukses
Hasil Penelitian
dalam nilai-nilai serta tujuan-tujuan
rakyat yang lebih luas. Kemiskinan menjadi suatu keniscayaan
apabila keberlangsunagan pengeluaran
Maraknya kemiskinan yang muncul
anggaran hidup itu terjadi secara masif
akibat kemunduran ekonomi menjadi
atau dengan kata lain pengeluaran
salah satu alasan yang paling kuat untuk
anggaran hidup jauh lebih banyak dari
mengemis, mengingat mengemis adalah
pada pemasukan. Awal dari keniscayaan
hal yang sangat mudah dilakukan, tanpa
ini bisa terjadi karena gaya hidup,
modal, hanya bertekad untuk tidak
hutang dengan jumlah besar yang tidak
menanamkan rasa malu pun sudah
dibarengi dengan pemasukan anggaran
menjadi asas dasar untuk menjadi
yang memadai. Dewasa ini dapat
pengemis. Maka munculah ide bagi para
diketahui bersama bahwa efek dari
orang tua yang tidak memiliki budi
penyebaran virus Covid-19 menjadikan
pekerti untuk meng-ekploitasi anaknya
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
untuk menjadi pengemis dadakan,
dilakukan secara masif yang
dengan harapan anak mereka
menjadikan sebagian masyarakat
mendapatkan uang dengan mengemis
kehilangan mata pencaharian utama
tersebut dan mengelabui anak mereka
nya, sehingga pengangguran kian
bahwa hal demikian dapat membantu
banyak dan tak dapat dipungkiri bahwa
perekonomian orang tua, sungguh alibi
kemiskinan kian merajalela. Masyarakat
yang sesat.
pun berbondong-bondong mencari akal
untuk mengecilkan kemungkinan
dirinya agar tidak jatuh miskin, mulai
dari mencari rezeki dengan cara yang

3
halal yaitu dengan berdagang, memulai pada salah satu komponen akan
bisnis kecil-kecilan dengan mengakibatkan ketidak-seimbangan dan
mengandalkan media, menawarkan jasa memunculkan keniscayaan akan
dan lain sebagainya hingga dengan cara perubahan pada komponen lain.
yang sesat pun akan dilakukan demi
Perkembangan fungsionalisme
menghidupi dirinya, salah satu nya
didasarkan atas model perkembangan
adalah dengan mengelabui anak untuk
sistem organisme yang didapat dalam
mengemis. Sungguh ironis, namun ini
biologi (Theodorson, 1969:67).
adalah suatu kejadian nyata yang bisa
Pendapat atau asumsi dasar teori ini
dijumpai di persimpangan jalan raya,
ialah menyatakan bahwa semua unsur
pasar, atau tempat ramai yang sering
atau elemen kehidupan masyarakat
dikunjungi orang. Orang tua sesat ini
haruslah berfungsi atau fungsional
memberi target kepada anak mereka
sesuai perannya dalam kehidupan
untuk memperoleh hasil sekian dalam
bermasyarakat sehingga masyarakat
satu hari, kemudian orang tua sesat
secara keseluruhan bisa menjalankan
tersebut mengapresiasi dengan
fungsinya dengan baik. Guna memahami
memberikan hadiah yang mereka suka.
teori ini secara lebih baik, kita bisa
Sudut Pandang Teori Fungsionalisme menganalisa bisnis penerbangan yang
Struktural berada di bandara udara. Berdasarkan
struktur, bisnis penerbangan itu terdiri
Sebagai langkah awal dalam menelusuri
dari berbagai unsur, elemen, atau
tingkah laku pelaku sekaligus korban
komponen, seperti pesawat, pilot,
eksploitasi yang sudah melenceng jauh
pramugari, penjual tiket, ahli mesin,
dari moral dan etika ini, diperlukan
penumpang, petugas menara, karyawan
suatu pendekatan teoritis sosiologi guna
restoran, dan sebagainya. Menurut teori
memperjelas dan menelisik lebih jauh
fungsionalisme struktural, bisnis
sebab akibat tindakan ekploitasi ini
penerbangan itu akan berjalan baik dan
dilakukan. Salah satu teori yang akan
lancar serta sesuai dengan tujuan
digunakan dalam menelusuri tingkah
apabila masing-masing komponen
laku ini adalah teori fungsionalisme
tersebut di atas menjalankan fungsinya
struktural. Dalam bahasan ini, teori
dengan baik tanpa adanya kekeliruan
fungsionalisme struktural berperan
atau terjadi penyimpangan. Kemacetan
penting dalam mengarungi akar
atau perubahan pada salah satu
permasalahan yang menjadikan adanya
komponen akan memunculkan
tindakan eksploitasi.
kekeliruan atau perubahan pada bagian
Secara definitif, fungsionalisme yang lain sehingga menciptakan ketidak-
struktural adalah suatu paham dalam seimbangan atau kemacetan.
sosiologi yang menyatakan bahwa Demikianpun halnya dengan
masyarakat itu adalah satu sistem yang masyarakat luas. Seturut teori ini,
terdiri dari komponen-komponen yang masyarakat terdiri dari berbagai elemen
saling terhubung satu sama lain di mana atau unsur. Elemen-elemen itu antara
komponen yang satu tak dapat lain adalah ekonomi, politik, hukum,
berfungsi tanpa ada hubungan dengan agama, pendidikan, keluarga,
komponen yang lain. Selanjutnya, kebudayaan, adat-istiadat, dan lain-lain.
perubahan dan gejolak yang terjadi Seturut pandangan teori ini, masyarakat

4
luas akan berjalan normal apabila mereka berupa mengemis, secara tidak
masing-masing elemen atau institusi langsung mereka telah mendidik anak
menjalankan fungsi dan perannya mereka untuk memiliki mental peminta,
dengan baik. minta untuk asihi padahal mereka
mampu, minta disayangi padahal
Kemacetan pada salah satu elemen akan
mereka kuat dan lain sebagainya.
menyebabkan kemacetan pada elemen-
elemen lain dan pada gilirnya akan Anak-anak terkena dampak sosial yang
menciptakan kemacetan pada buruk, karena lambat laun anak-anak
masyarakat secara keseluruhan. Secara tersebut akan disepelekan baik oleh
ekstrim teori ini mengatakan bahwa teman sebaya yang menjadikan mereka
segala sesuatu di dalam masyarakat itu merasa minder untuk bertemu atau
ada fungsinya, termasuk hal-hal seperti bahkan warga yang turut terganggu
kemiskinan, peperangan, atau kematian dengan keberadaan para pengemis
dan lain-lain. Tetapi yang menjadi anak-anak tersebut yang telah membuat
masalah adalah ia berfungsi untuk onar disepanjang jalan persimpangan,
siapa? Kemiskinan, misalnya, pasti pasar, tempat ramai untuk mengemis.
berfungsi untuk orang kaya, tetapi tentu Tentu, hal ini bukan sepenuhnya salah si
tidak berfungsi untuk orang yang pengemis anak-anak tadi, mengingat
miskin. Karena itu sebagai Ilmuan sosial mereka hanya disuruh oleh orang tua
kita harus selalu dengan kritis bertanya mereka atau bahkan mereka turut
entah sesuatu itu fungsional untuk siapa dipaksa untuk menjadi pengemis.
dan disfungional untuk siapa agar
Dilihat dari tujuan anak-anak tersebut
kemacetan-kemacetan itu dapat kita
melakukan hal demikian, nampaknya
lancarkan lagi dan meraih titik
timbul dua kemungkinan yang menjadi
keseimbangan antar elemen-elemen
dasar anak-anak tersebut rela dengan
masyarakat dalam menjalankan
lapang dada untuk mengemis. Pertama,
fungsinya.
mereka sebenarnya belum benar-benar
Dari uraian diatas, dapat di alih kasus tahu bahwa mengemis itu adalah hal
kan untuk menelusuri tindakan yang melenceng dari norma dan aturan
eksploitasi dan ditemukan bahwa yang yang ada, mereka menganggap dengan
menjadi biang kerok kasus ini adalah mengemis tujuan nya adalah sepeser
para orang tua yang begitu tega uang yang dikumpulkan dan lama-lama
menyuruh anak mereka untuk menjadi menjadi banyak dan memberikan kesan
pengemis guna membantu bahwa ini adalah sebuah keberuntungan
perekonomian mereka. Inilah elemen dari sifat belas kasihan warga. Kedua,
masyarakat yang disebut memberikan anak-anak tersebut sebenarnya tahu
kemacetan pada elemen-elemen bahwa mengemis itu perbuatan yang
masyarakat yang lain. Pada kasus ini, tidak dibenarkan namun apalah daya,
orang tua sesat itulah yang akan mereka hanya menurut saja pada
memberikan dampak luar biasa bagi perintah orang tua, dan apabila tidak
norma-norma yang berlaku cukup lama menurut bisa saja orang tua tidak segan
pada masyarakat, contoh terdekat segan untuk menghardik atau
adalah dengan para orang tua sesat itu mengucilkan mereka, mungkin dilema
memberikan pekerjaan pada anak ini yang menjadikan anak-anak tersebut

5
dengan rela masih mengemis hingga pengemis anak ketagihan dengan
sekarang. melakukan mengemis dan cenderung
akan dilakukan secara berulang-ulang.
Dengan mengemis, setidaknya anak-
anak tersebut menghasilkan uang rata- Sejak kecil anak sudah menyerap pola
rata 15.000,00-25.000,00 per hari nya. pikir, aturan, sikap, norma dan adat
Uang tersebut nantinya akan diserahkan istiadat dari lingkungannya tersebut,
sepenuhnya kepada orang tua mereka yaitu lingkungan pengemis. Oleh karena
dan sebagian uang lainnya disimpan itu, anakanak juga akan memiliki mental
untuk jajan bersama teman-teman. pengemis seperti masyarakat di
Kegiatan mengemis ini dilakukan baik di sekitarnya, karena sikap ini sudah
siang hari atau malam hari, pada waktu terbangun sejak dini. Melekatnya
itu orang tua memboncengkan anak- kebudayaan kemiskinan pada
anak yang akan mengemis menuju kehidupan pengemis anak dapat
lokasi yang dinilai cukup strategis yaitu menyebabkan pengemis anak tidak bisa
persimpangan jalan, pasar, tempat berkembang dan tidak bisa
ramai. Setelah sampai ditujuan, orang memanfaatkan kondisi perubahan dan
tua sesat tersebut menurunkan anak- kesempatan. Hal ini dikarenakan sejak
anak untuk mengemis dan orang tua kecil pengemis anak telah terbelenggu
tersebut bergegas pergi dari lokasi guna oleh rasa kesengsaraan, tidak berdaya,
menyamarkan muka mereka agar tidak dan bergantung pada orang lain,
dicurigai warga. Sekian waktu telah sehingga untuk meraih kesempatan dan
berlalu dan tibalah orang tua tersebut melakukan perubahan pengemis anak
untuk menjemput anak-anak mereka, akan merasa kesulitan. Selama
kegiatan ini dilakukan dengan sigap dan pengemis anak tumbuh di lingkungan
cepat agar tidak diketahui oleh warga. pengemis, maka akan semakin sulit
untuk melakukan perubahan, karena
Mengemis Sebagai Bentuk
lingkungan keluarga terutama orang tua
Kebudayaan Kemiskinan
dan lingkungan masyarakat cenderung
Bagi pengemis anak, kegiatan mengemis menolak perubahan, karena dengan
merupakan suatu cara atau reaksi untuk mengemis saja mereka sudah mampu
menyesuaikan diri di lingkungan memenuhi kebutuhan dan tuntutan gaya
perkotaan yang penuh dengan hidup. Oleh karena itu ketika pengemis
kemewahan. Kegiatan mengemis yang anak sudah menerima dan menyerap
cenderung mudah dan cepat kebudayaan kemiskinan, dan tumbuh
menghasilkan uang dinilai sebagai cara dan tinggal di lingkungan pengemis,
penyesuaian diri yang efektif, karena maka kelak mereka juga akan
dengan mengemis anak dapat dengan mengajarkan kebudayaan tersebut pada
mudah memenuhi kebutuhan dan generasi berikutnya dan hal itu dapat
tuntutan gaya hidup di perkotaan . berlangsung secara terus-menerus.
Terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan
gaya hidup dengan mudah dan cepat
melalui kegiatan mengemis menjadikan
pengemis anak merasa bahwa kegiatan
mengemis kegiatan yang
menyenangkan, sehingga membuat

6
Kesimpulan Daftar Pustaka
Terjadinya ekploitasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
orang tua kepada anak untuk mengemis (2009). Gelandangan dan
sejatinya adalah kurangnya rasa sadar Pengemis Isu Permasalahan
dalam diri orang tua untuk lebih kreatif Sosial.
dalam mencari penghasilan, setidaknya
Parsudi Suparlan (1993). Kemiskinan di
orang tua mencari penghasilan yang
Perkotaan. Jakarta : Yayasan Obor
halal dan dilakukan dengan jeri payah
Indonesia
sendiri tanpa melibatkan pihak yang
belum berkewajiban seperti anak-anak. Dimas, Dwi Irawan. 2013. Pengemis
Kemiskinan nampaknya menjadi faktor Undercover. Jakarta: Titik Media
utama mengapa para orang tua mau
Widodo. 2017. Metode Penelitian pouler
untuk menyuruh anak-anak mereka
dan praktis, Jakarta: PT
untuk menjadi pengemis, mengingat hal
RajaGrafindo Persada
ini mudah dilakukan dan tentunya anak-
anak belum berpikir seutuhnya tentang Ary H. Gunawan. 2000. Sosiologi
rasa malu dan belum berpikir tentang Pendidikan: Suatu Analisis
norma dan aturan yang ada. Sosiologi tentang Pelbagai
Problem Pendidikan.
Teori fungsionalisme struktural
mengupas bahwa yang menjadi pelaku Finn Collin. 1997. Social Reality.
utama dalam kasus ini adalah orang tua, Routledge. London and New York.
anak-anak tidak lah sepenuhnya salah
karena mereka memang disuruh bukan Irving M. Zeitlin. 1998. Memahami
karena keinginan sendiri. Orang tua Kembali Sosiologi Kritik Terhadap
menjadi elemen masyarakat pertama Teori Sosiologi Kontemporer.
yang memberikan kemacetan bagi Penerjemah Juhanda dan
elemen-elemen masyarakat yang lain Anshori. Gajah Mada University
sehingga norma-norma dalam Press. Yogyakarta.
masyarakat ikut terganggu. Dampak Jabal Tarik Ibrahim. 2003. Sosiologi
sosial pun turut dialami oleh anak-anak Pedesaan, Universitas
yang terlibat dalam kegiatan mengemis Muhammadiyah Malang. Malang
ini, antara lain mereka menjadi minder
apabila bertemu dengan kawan sebaya J.B.A.F. Mayor Polak. 1979. Sosiologi
nya mengingat apa yang mereka lakukan Suatu Pengantar Ringkas. Ichtiar
bertolak belakang dengan kawan-kawan Baru. Jakarta.
nya yang normal, kemudian warga George Ritzer. 1980. Sosiologi Ilmu
setempat juga merasa geram dan Pengetahuan Berparadigma
menyepelekan akan kehadiran Ganda. CV. Rajawali. 1980.
pengemis kecil ini, sehingga sering kali Jakarta.
warga mengusir keberadaan anak-anak
tersebut. M. Nata Saputra. 1982. Pengantar
Sosiologi. Multi Aksara.
Yogyakarta.

7
Robert M.Z. Lawang. 1994. Teori
Sosiologi Klasik dan Modern.
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. Roucek dan Werren. 1962.
Sociology anIntroduction.
Littefield. Adams & Co
Peterson. New Jersey. Schutz A.1972.
The Phenomenology of the Social
World. Heinemann. London.
Abercombie,N. Dictionary of Sociology.
London: Penguin Books, 1984.
Campbell, Tom. Tujuh Teori
Sosial, terj, Hadiman. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1994.
Craib, Ian. Teori Sosial Modern Dari
Parsons Sampai Habermas, terj.
Paul S. Baut & T. Efendi. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 1994.
Doyle Paul Johnson. Teori Sosiologi
Klasik dan Modern, jilid 1 & 2.
Terj. Robert Lawang. Jakarta: PT
Gramedia, 1986.
Giddens, A. Sociology. London: Polity
Press, 1989. Giddens, A. &
Turner, J. Social Theory Today.
London: Polity Press, 1988.
Goffman, Erving. The Presentation of Self
in Everyday Life. New York:
Anchor Books Edition, 1959.
Mead, G.H. Mind, Self, and Society.
Chicago: The University of
Chicago Press, 1972.

Anda mungkin juga menyukai