PENDAHULUAN
Menjelang berakhirnya alaf kedua dan memasuki abad baru, abad dua
puluh satu sebagai awal millenium ketiga, ditemui suatu kenyataan,
terjadinya lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan pesat.
DAMPAK GLOBALISASI
4
Ungkapan Ja’far Bin Abi Thalib, lihat Al Islam Ruhul Madaniyah, Musthafa al Ghulayaini, terungkap
sebagai berkiut, "Kunna nahnu jahiliyyah, na’budul ashnam, wa na’kulul maitah, wa nuqat-ti’ul
arham, wa nusi-ul-jiwaar, wa nakkul ul qawiyyu minna dha'ifun minna," artinya: "Kami masyarakat
jahiliyyah, yang kuat dari kami berkemampuan menelan yang lemah di antara kami."
Kehidupan sosial jahiliyyah itu telah dapat diperbaiki dengan kekuatan Wahyu Allah, dengan aplikasi
syari'at Islam berupa penerapan ajaran tauhid ibadah dan tauhid sosial (Tauhidic Weltanschaung). Ini
suatu bukti tamaddun pendekatan historik yang merupakan keberhasilan masa lalu (the glory of the
past), sesuai Firman Allah, "Demikian itulah umat sebelum kamu. Bagi mereka amal usahanya, dan
bagi kamu amal usahamu." (Q.S. 2: 141)
5
Sebelum terjadinya krisis ekonomi, 1997-dampaknya masih terasa hingga hingga sekarang), dalam
tiga dasawarsa (1967-1997) ini telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat. Bank Dunia
menyebut sebagai "The Eight East Asian Miracle" yang berkembangan menjadi macan Asia bersama:
Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Thailand, Singapura, Malaysia.
Dalam bidang ekonomi ini, negara-negara Asean menikmati pertumbuhan rata-rata 7-8 %
pertahun, sementara Amerika dan Uni Eropa hanya berkesempatan menikmati tingkat
pertumbuhan ekonomi rata-rata 2,5 sampai 3 % pertahun.
Populasi Asean sekarang 350 juta, diperkirakan tahun 2003 saat memasuki AFTA, populasi ini akan
mencapai 500 juta (Adi Sasono, Cides, 1997).
Bila pertumbuhan ekonomi ini dapat dipelihara, Insya Allah pada tahun 2019, saat skenario APEC,
maka kawasan ini akan menguasai 50,7 % kekayaan dunia, Amerika dan Uni Eropa hanya 39,3% dan
selebihnya 10 % dikuasai Afrika dan Amerika Latin (Data Deutsche Bank, 1994).
c. Kecanduan terhadap ectasy (XTC), menjadi
budak kokain dan morfin.
d. Kesukaan judi dalam urban popular
culture, musro, world-wide sing, dan sejenisnya.
6
Budaya sensate memuja nilai rasa panca indera, menonjolkan keindahan sebatas yang di lihat
(tonton), di dengar, dirasa, di sentuh, dicicipi, dengan tumpuan kepada sensual, erotik, seronok,
kadang-kadang ganas, mengutamakan kesenangan badani (jasmani). Orientasinya hiburan melulu,
terlepas dari kawalan agama, adat luhur, moral akhlak, ilmu dan filsafat, dan tercerabut dari budaya dan
nilai-nilai normatif lainnya. Seni dibungkus selimut art for art’s sake, sensual, eksotik, erotik, horor,
ganas, yang lazimnya melahirkan klub malam, night club, kasino dan panti pijat.
Budaya sensate ini dipertajam dampaknya dalam kehidupan remaja oleh budaya popular kekota (urban
popular culture) yang hedonistik (mulai berkembang 1960), dan berkembang lagi US culture
imperialisme (uncle Sam Culture) dan the globalization of lifestyle gaya hidup global, world wide sing
(Madonna, Michael Jakson, dll) sejak tahun 1990 di pra kondisi globalisasi.
b. Orientasi hiburan berselera rendah,
c. 3-S tourisme sun-sea-sex.
d. Gaya hidup konsumeristis, rakus, boros, cinta
mode.
e. Pergaulan bebas sex, ittiba’ syahawat
(memperturutkan hobi nafsu syahawat).
f. Kebebasan salah arah.
g. Lepas dari kawalan agama dan adat luhur.
h. Tampil dengan sikap permissif dan anarkis.
Pada hakekatnya semua prilaku a-moral tersebut lahir karena lepas
kendali dari nilai-nilai agama dan menyimpang jauh terbawa arus deras
keluar dari alur budaya luhur bangsa.
Kondisi seperti itu telah memberikan penilaian buruk terhadap dunia
pendidikan pada umumnya.
ALAF BARU
ANTISIPASI UMAT.
Setiap Muslim harus jeli ('arif) dalam menangkap setiap pergeseran yang
terjadi karena perubahan zaman ini. Harus mampu menjaring
peluang-peluang yang ada, sehingga memiliki visi jauh ke depan.
ن الدّن َْيا
َ م
ِ ك َ َ صيب َ ْ وَل ت َن
ِ َس ن َ َخَرة ِ داَر اْل ّ ه الُ ّ ك اللَ ءاَتاَ ما َ فيِ غ ِ َ وا َب ْت
َ
ه ّ َ ْ َ ْ َ َ َ ّ َ َ
َ ن الل ّ ِض إ
ِ في الْر ِ َساد
َ غ الف ِ ْ ول ت َب َ ه إ ِلي ْكُ ن الل َ سَ ح ْ ما أ َ نك ْ س ِ ح ْ وأ َ
ن
َ ديِ سِ مفْ ْ
ُ ب ال ّ ح ِ ُ َل ي
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan., maknanya adalah "jangan sampai kamu
melupakan nasib/peranan kamu dalam percaturan hidup dunia (Q.S. 28:
77).
LANGKAH-LANGKAH KEDEPAN;
a. pembinaan human capital melalui keluasan ruang gerak
mendapatkan pendidikan,
b. pembinaan generasi muda yang akan mewarisi pimpinan
berkualiti, memiliki jati diri, padu dan lasak,
integreted inovatif.
c. Mengasaskan agama dan akhlak mulia sebagai dasar
pembinaan generasi muda.
d. Langkah drastik mencetak ilmuan Muslim yang benar-
benar beriman taqwa.
e. Pembinaan minda wawasan generasi muda kedepan
yang bersatu dengan akidah, budaya dan bahasa bangsa.
f. Secara sungguh-sungguh mewujudkan masyarakat
madani yang berteras kepada prinsip keadilan (equity)
sosial yang terang.
GENERASI PELOPOR
Masa depan ditentukan oleh umat yang memiliki kekuatan budaya yang
dominan.7 Generasi pelopor penyumbang dibidang pemikiran (aqliyah),
dan pembaruan (inovator), perlu dibentuk di era pembangunan. 8
7
Masyarakat Minang ber paradigma “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”
8
QS.3:139, menyiratkan optimisme besar penguasaan masa depan. Masa depan ditentukan oleh
aktivitas amaliyah (QS.6:135) bandingkan QS.11:93 dan QS.11:121, juga QS.6:132, Kemuliaan
(darjah) sesuai dengan sumbangan hasil usaha.
9
Lihat QS.9:105, amaliyah khairiyah menjadi bukti kehidupan manusia (dunia).
10
Sesuai QS.3:102, kemuliaan hanya pada bangsa yang bertaqwa (QS.49:13).
Political action berkenaan pengamalan ajaran Agama menjadi sumber
kekuatan besar menopang proses pembangunan melalui integrasi aktif,
dimana umat berperan sebagai subjek dalam pembangunan bangsa itu
sendiri.11
skenario APEC, kawasan ini akan menguasai 50,7 % kekayaan dunia, Amerika dan Uni Eropa hanya
39,3% dan selebihnya 10 % dikuasai Afrika dan Amerika Latin (Data Deutsche Bank, 1994)
20
Kawasan ini akan diperebutkan. Bangsa akan dihadapkan pada "Global Capitalism". Kalau tidak
hati-hati keadaan akan bergeser menjadi "Capitalism Imperialism" menggantikan "Colonialism
Imperialis" yang sudah dihalau 50 tahun silam. Dengan "Capitalism Imperialism" anak negeri akan
terjajah di negeri sendiri tanpa kehadiran fisiki penjajah, tapi penjajahan ekonomi, moneter, dan
pemaksaan idea kehendak.
21
Lihat QS.30:41, dan Lihat QS.66:6 bandingkan dengan QS.5:105, dan Lihat QS.4:58, selanjutnya
dasar equiti (keadilan) adalah bukti ketaqwaan (QS.5:8), Lihat QS.66:6 bandingkan dengan QS.5:105.
dan bernegara untuk memperkuat interaksi kesejagatan.22
Pemberdayaan institusi (lembaga) kemasyarakatan yang ada (adat,
agama, perguruan tinggi), dalam meraih keberhasilan, mesti disejalankan
dengan kelompok umara’, penguasa yang adil (kena pada tempatnya.
Dari sini akan dirasakan spitrit reformasi.
Ada pula kewajiban untuk membentuk Sumber Daya Umat (SDU) yang
bercirikan kebersamaan dengan nilai asas "gotong royong", berat
sepikul ringan sejinjing, atau prinsip ta'awunitas.
Dzurriyatan dhi’aafan
The Loses Generation
Kecemasan di tengah perkembangan zaman (era globalisasi)
tampilnya generasi yang belum siap memerankan tugas di masa depan.
Gejala itu terlihat dari banyaknya generasi bangsa yang terdidik menjadi
ikut pengembang prilaku non-science seperti kecenderungan kepada hal-
hal yang berbau mistik, paranormal, pedukunan, penguasaan
kekuatan jin, budaya lucah, pergaulan bebas, free sex, kecanduan
ectacy (XTC), menjadi konsumen setia penanyangan pornografi
(VCD,Internet,booklet,majalah), ditengah-tengah berkembangnya iptek.
Gejala ini tampil kepermukaan pergaulan dan tidak jarang telah
dipermudah oleh kemajuan teknologi informasi dan produk cyber space.
22
Sebagai bimbingan wahyu Allah, silahkan lihat QS.6:54, QS.16:97, dan bandingkan QS.25:70-71..
Tindakan non-ekonomis ini jangka pendek berdampak menghambat
kesiapan menatap masa depan.
Kondisi ini terjadi lebih banyak dikarenakan kurangnya interest
terhadap agama dan karena mulai meninggalkan puncak-puncak budaya
yang diwarisi. Situasi masyarakat yang mulai kehilangan ukuran
pantas dan patut, diperberat oleh tindakan para pemimpin formal dan
non-formal yang seringkali banyak terpaut pada pengamalan
tradisional dan non-science tersebut.
Problematika sosial dan prilaku ini hanya bisa diatasi dengan
memelihara kemurnian Akidah (paradigma tauhid) agar tidak terjadi
pemahaman agama yang campur aduk, dan tidak pula terjerumus kepada
pengamalan kehidupan materialis yang berakhir dengan hedonistik.
Paradigma Tauhid
Paradigma tauhid, laa ilaaha illa Allah, mencetak manusia
menjadi ‘abid, hamba yang mengabdi kepada Allah dalam arti luas,
berkemampuan melaksanakan ajaran syar’iy mengikuti perintah Allah
dan sunnah Rasul Allah, untuk menjadi manusia mandiri (self help), sesuai
dengan eksistensi manusia itu di jadikan.23
23
Lihat QS.adz-Dzariat, : 57.
24
Lihat QS.89:27, dan QS.13:20-24
25
Sesuai bimbingan dalam QS.6:82.
Konsistensi istiqamah adalah sikap yang tidak mencampur-baur
keimanan dan kemusyrikan dalam mengamalkan syari’at Islam secara
tidak terputus ibarat akar dengan pohonnya.26
Karena itu, sangat mustahil bagi muslim untuk hidup dengan tidak
memiliki iman (Akidah) secara benar. Hakikinya tanpa Akidah tidak ada
artinya seorang muslim.
Akidah Islamiah ialah Iman kepada Allah dengan mengakui
eksistensiNya (wujudNya).
Akidah adalah landasan utama (dasar) Dinul Islam yang bersifat
Abadi dan Universal (tidak berubah sepanjang masa).
Konsekwensi misi risalah, menempatkan Allah pada titik Centris
atau pusat dari segala-galanya, mewajibkan semua makhluk untuk
menempatkan kepatuhan, mono loyalitas kepada Allah semata. 27
Dengan paradigma tauhid secara mudah dapat dipahami posisi
ibadah dalam spirit penghambaan kepada Allah bukan dalam pengertian
sempit semata-mata tetapi secara konsisten penuh keikhlasan
melaksanakan semua perintah-perintah Allah tanpa reserve dengan penuh
disipilin diri mencari redha Allah.
Sikap tawakkal merupakan konsekwensi dari ikhtiar dan usaha
yang keduanya berjalin berkulindan merupakan mekanisme terpadu
dalam kerangka kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa dan Agung. Keyakinan
tauhid mengajarkan kesadaran mendalam bahwa Allah selalu ada
disamping manusia. Karena itu keyakinan iman dan taqwa mampu
menepis rasa takut untuk berbuat dan gentar menghadapi resiko hidup.
Apabila Akidah tauhid telah hilang, dapat dipastikan akan lahir prilaku
fatalistis dengan hanya menyerah kepada nasib sambil bersikap apatis
dan pesimis. Sikap negatif ini adalah virus berbahaya bagi individu
pelopor penggerak pembangunan.
Keyakinan tauhid secara hakiki menyimpan kekuatan besar
berbentuk energi ruhaniah yang mampu mendorong manusia untuk
hidup inovatif. ***
Besar kecilnya nilai amal terletak dalam niat yang menjadi motif untuk
melakukannya. Tinggi atau rendahnya nilai hasil yang dicapai sesuai
dengan tinggi rendahnya mutu niat dari yang mengejar hasil itu.
Amal akan kering dan hampa, tatkala kulit luarnya di lakukan, tetapi
tujuan nawaitu-nya hilang di tengah jalan. Bila kondisi ini kelihatan tanda-
tanda akan kehilangan nawaitu-nya, maka kewajiban social control
(nahyun ‘anil munkar) harus lekas-lekas dilaksanakan, agar masyarakat
jangan berserak dan terseret hanyut oleh arus pengejaran benda-benda
yang bertebaran semata, perlu pula lekas-lekas dipintasi dengan
mengemukakan social support (amar makruf) secara jelas. Insya Allah
masyarakat lemah (dhu’afak) akan kuat dan masuk shaf kembali. Itulah
inti kesatuan dan persaudaraan (ukhuwah dan badunsanak ) itu.
Tujuan akhir yang lebih mulia adalah mencari keridhaan Allah jua, Moga-
moga, Amin. ***
32
Masjid Quba di Madinah itu adalah pusat penyusunan dan pembangunan Umat Islam yang
pertama; pembina kekuatan umat dizaman pancaroba penuh cobaan dan derita.
Masjid bukan semata-mata tempat shalat.33
Masjid adalah untuk menegakkan ibadah dan menyusun umat.
Islam tidak dapat tegak tanpa jamaah. Ajaran-ajaran Islam adalah jalinan
ibadah dan muamalah. Yang satu “mu’amalah dengan Khaliq (hablum
min Allah)”, yang lainnya “mu’amalah dengan makhluk (hablum min
an-naas)”. Ini kaji, yang sudah terang perintah wajibnya. Masyarakat Islam
memikul kewajiban membina masyarakat (jamaah) karena beban
langsung dari agamanya. Masjid dalam warisan Risalah Islam berfungsi
sebagai pangkalan Umat tempat membina jamaah, menambah
pengertian dan wawasan, mempertinggi kecerdasan,
menanamkan akhlaq, memelihara budi pekerti, mendinamika jiwa,
memberikan pegangan hidup bagi para anggota masyarakat
(jamaahnya), guna menghadapi masalah pokok dalam persoalan hidup.
Ini tuntutan yang mesti di terima Umat Islam dari Syariat Islam
yang tidak dapat disangkal wajib berlakunya atas pemeluknya di negeri
ini. Kembali ke Masjid.
Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap orang untuk berlaku adil,
berbuat ihsan (kebajikan), dan membantu karib kerabat. Dan, Allah juga
memerintahkan untuk melakukan pencegahan terhadap perilaku keji dan
tercela (fahsya’, anarkis). Allah SWT juga memerintahkan untuk
menghindar dari kemungkaran (perbuatan terlarang) dan aniaya (anarkis),
juga dari perlakuan yang melampaui batas (bagh-ya). Semua peringatan
Allah ini harus selalu di ingat oleh manusia (QS.An Nahl,90).
Adil, adalah pakaian setiap pemimpin, tidak semata ucapan. Adil, adalah
suatu perbuatan, yang di dambakan setiap orang. Karenanya, menjadi
kewajiban setiap pribadi untuk menegakkan dan mempertahankannya.
Agama mengajarkan bahwa setiap orang adalah pemimpin. Setiap
pemimpin akan diminta pertanggungan jawab terhadap rakyat yang
dipimpinnya.
Disampaikan oleh Shahabat Abu Musa RA, tatkala dua orang Bani ‘Ammi
minta diangkat menjadi gubernur disuatu daerah, maka Rasulullah SAW
berkata, “ Inna Wallahi, Laa nuwalliy ‘alaa haa-dzal ‘amali ahadan sa-alahu
wa laa ahadan harasha ‘alaihi”, artinya, “Demi Allah, sesungguhnya kami
tidak akan mengangkat seorang penguasa atas pekerjaan ini apabila ia
memintanya atau ambisius kepadanya” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Adil, adalah ciri taqwa. Konsep ini bukan semata teologis, melainkan
sangat humanis universal.