Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

PERILAKU KEORGANISASIAN

“ Pengaruh Konflik Terhadap Prestasi Kerja “

OELH:
VISKA RAMADANI 22402091

PROGRAM STUDI MANAJEMN


SEKELAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG (YPUP)
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 16 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………
A. Latar belakang……………………………………………………………………..
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan/manfaat……………………………………………………………………..
BAB II
PEMBEHASAN……………………………………………………………………………..
A. Pengertian Dan Jenis-Jenis Konflik Kerja ......................................................
B. Penyebab Konflik Kerja ..................................................................................
C. Prestasi Kerja..................................................................................................
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja…………………………….
E. Konsekuensi dari Prestasi Kerja…………………………………………………
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konflik dalam suatu perusahaan memang biasa terjadi. Tetapi konflik bisa
memperburuk keadaan dan kepentingan organisasi. Oleh karena itu, diperlukan adanya
manajemen konflik dalam perusahaan agar tidak terjadi masalah yang lebih besar karena
konflik tersebut. Menurut ahli Howard Ross, manajemen konflik adalah langkah yang diambil
pihak ketiga dengan tujuan mengarahkan konflik ke hasil tertentu yang mungkin/tidak
menghasilkan hasil akhir berupa penyelesaian konflik atau mungkin/tidak menghasilkan
ketenangan atau hasil. (Mekari, 2021) Konflik kerja adalah ketidaksesuaian, perselisihan
dan pertentangan antara dua orang atau dua kelompok dalam suatu organisasi atau
perusahaan karena adanya hambatan atau perbedaan komunikasi, persepsi, status, nilai,
tujuan dan sikap sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik adalah suatu
proses interaktif yang termanifestasi dalam hal-hal seperti ketidakcocokan, ketidaksetujuan,
atau kejanggalan baik di antara individu maupun intrn entitas sosial seperti individu,
kelompok ataupun organisasi. Konflik kerja juga bisa disebabkan adanya perbedaan
pendapat antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi
sumber daya yang langka atau aktivitas kerja atau mempunyai status, tujuan, penilaian, atau
pandangan yang berbeda. (Rialdi, 2020) Adanya manajemen konflik dalam perusahaan
enterprise memiliki banyak fungsi. Manajemen konflik bisa meningkatkan kreatifitas dan
kinerja para pekerja, mengembangkan prestasi kerja, melatih kemampuan menyelesaikan
konflik, hingga meningkatkan rasa saling menghormati. Hal ini akan membangun
perusahaan menuju lebih baik lagi.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konflik kerja?
2. Apa plenyebab konflik kerja?
3. Apa yang dimaksud dengan prestasi kerja?
4. Apa faktor yang mempengaruhi prestasi kerja?
5. Konsekuensi dari prestasi kerja?
B. Tujuan/manfaaat
Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pembaca dalam
upaya mengatasi konflik kerja dalam organisasi. Karena konflik kerja pasti pernah terjadi
disuatu organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Jenis-Jenis Konflik Kerja


Konflik kerja ialah ketaksesuaian, pertikaian dan perbedaan pendapat yang terjadi
pada dua orang atau dua kelompok dalam satu perusahaan dikarenakan ada halangan atau
perselisihan dalam komunikasi, pandangan, sikap, status, tujuan dan nilai diantara
keduanya.
Konflik kerja juga diartikan sebagai kondisi yang terjadi akibat ketidaksesuaian nilai
dan tujuan yang ingin diraih baik itu dari pada diri sendiri ataupun kaitan dengan orang lain.
Penyebab terjadinya konflik kerja bisa berasal dari 2 atau lebih anggota kelompok atau
organisasi yang beda pendapat, sebab harus memecah kelangkaan sumber daya, aktivitas
kerja atau memiliki perbedaan kedudukan, tujuan,
Pengertia Konflik Kerja Menurut Para Ahli:
1. Mangkunegara (2000) Pengertian konflik kerja ialah pertikaian yang terjadi antara
seseorang pada dirinya, orang lain atau perusahaan/organisasi mengenai kenyataan
yang tak sesuai harapan.
2. Tommy (2010) Definisi konflik kerja yaitu pertikaian yang terjadi pada seseorang
dengan orang lain atau ketidaksesuaian kondisi yang dirasakan karyawan sebab
adanya kendala komunikasi, tujuan yang berbeda dan juga ketergantungan kegiatan
kerja.
3. Nawawi (2010) Konflik kerja merupakan ketidakcocokan antara dua atau lebih orang
atau kelompok organisasi yang muncul akibat kenyataan bahwa mereka harus
membagi keterbatasan sumber daya, aktivitas kerja atau perbedaan status, tujuan,
nilai dan pandangan.
4. Wahyudi (2011) Konflik kerja ialah pertikaian atau perbedaan antara dua orang atau
kelompok dimana tindakan berlawanan sehingga satu atau keduanya merasa
terganggu.
5. Rivai (2011) Konflik kerja yakni ketidak cocokan dua atau lebih anggota atau
kelompok dalam organisasi yang harus membagi keterbatasan sumber daya atau
aktivitas kerja dan/atau karena kenyataan memiliki kedudukan, goal, nilai atau
pandangan yang berbeda. nilai atau persepsi. (Manis, 2020).
Kita dapat menjelaskan jenis dari konflik yaitu konflik dalam diri seseorang, konflik
antar pribadi, konflik interen antaranggota kelompok, konflik antar kelompok, konflik intra
organisasi, dan konflik antar organisasi.
1. Konflik dalam diri seseorang
Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena ia harus memilih
tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa bimbang mana yang harus dipilih atau
dilakukan. Konflik dalam diri seseorang juga dapat terjadi kerena tuntutan tugas yang
melebihi kemampuannya.
2. Konflik antarindividu
Konflik antar individu terjadi seringkali disebabkan oleh adanya perbedaan tentang
isu tertentu, tindakan, dan tujuan di mana hasil bersama sangat menentukan.
3. Konflik antar anggota kelompok
Suatu kelompok dapat mengalami konflik subtantif atau konflik afektif. Konflik
subtantif adalah konflik yang terjadi karena latac belakang keahlian yang berbeda.
Jika anggota dari suatu komite mepghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data
yang sama dikatakan kelompok tersebut mengalami konflik subtantif. Sedangkan
konflik afektif adalah koflik yang terjadi didasarkan atas tanggapan emosional
terhadap suatu situasi tertentu.
4. Konflik antar kelompok
Konflik antar kelompok terjadi karena masing-masing kelompok ingin mengejar
kepentingan atau tujuan kelompoknya masing-masing. Misalnya konflik yang
mungkin terjadi antara bagian produksi dengan bagian pemasaran. Bagian misalnya
menginginkan adanya jadwal produksi yang standar sehingga pengawasan dapat
dilakukan dengaa mudah. Sedangkan bagian pemasaran menginginkan jadwal
produksi yang fleksibel, sehingga mampu fluktuasi permintaan pasar.
5. Konflik antar organisasi
Konflik bisa juga terjadi antar organisasi karena mereka memilki saling
ketergantungan satu sama lain terhadap pemasok, pelanggan, maupun distributor.
Seberapa jauh konflik terjadi tergantung kepada seberapa besar tindakan suatu
organisasi menyebabkan adanya dampak negatif terhadap organisasi yang lainnya,
atau mencoba mengendalikan sumber-sumber vital organisasi.
B. Penyebab Konflik Kerja
Berikut ini adalah beberapa penyebab konflik yang sering terjadi :
1. Kepribadian yang Berbeda Gaya atau nada bicara dari setiap orang pastinya
memiliki perbedaan. Ada sebagian orang yang berbicara dengan nada keras, tetapi
mereka tidak bermaksud untuk marah. Hal tersebut disebabkan oleh cara
berkomunikasi mereka yang biasa menggunakan volume cukup keras, karena
kondisi di rumahnya membuat ia harus memanggil orang lain dan mengeluarkan
suara yang cukup besar. Kemungkinan kebiasaan tersebut terbawa ke dalam
lingkungan kerja. Kalau kamu tidak mengetahui alasan atau karakternya, maka akan
terjadi konflik. Kamu harus menciptakan rasa saling menghargai dan memahami
karakter rekan kerjamu di kantor.
2. Komunikasi yang Buruk Komunikasi yang buruk juga menjadi penyebab konflik yang
terjadi di kantor. Salah satu contoh konfliknya adalah saat seorang atasan
memberikan tugas kepada karyawan melalui rekan kerja lainnya. Karena tidak
mendengar langsung dari atasan, kemungkinan besar ada kesalahan yang dilakukan
oleh karyawan tersebut. Hal ini bisa mengakibatkan konflik tersendiri. Sebaiknya
hindari memberi arahan atau instruksi melalui orang lain, karena bisa memicu
kesalahpahaman dari tujuan yang dimaksud.
3. Persaingan dengan Rekan Kerja Persaingan atau kompetisi memang sangat
diperlukan dalam lingkungan pekerjaan. Namun, ada juga kompetisi yang tidak sehat
dan dapat membuat suasana kantor menjadi tidak baik. Konflik seperti ini bisa
dihindari dengan cara membuat persaingan yang tidak terlalu kaku, kemudian
menciptakan budaya kepemilikan perusahaan bagi setiap karyawan.
4. Kritik yang Memicu Emosi Mengeluarkan kritik yang pedas dapat menimbulkan
konflik dengan rekan kerja. Kamu harus berhati-hati ketika menyampaikan kritik dan
saran kepada orang lain, terutama rekan kerja. Jangan memberikan kritik di depan
banyak orang, karena hal tersebut akan membuat mereka tidak menghargai kamu.
5. Ada Masalah Pribadi Setiap orang tentunya memiliki masalah masing-masing, mulai
dari masalah keluarga hingga masalah lainnya. Sikap profesional ketika bekerja pun
sangat dibutuhkan. Jika ada persoalan pribadi yang mengganggu produktivitas
kerjamu, kamu bisa mengomunikasikan hal itu kepada rekan kerja yang mengerti
kamu.
6. Titik Tekanan Apapun pekerjaannya, di mana pun tempat kerjanya pasti kamu akan
mendapatkan kritik yang bisa memicu terjadinya konflik dalam perusahaan.
Bagaimana bisa kritik menyebabkan konflik di tempat kerja? Padahal, kritik bisa
menjad salah satu masukan yang dapat mengembangkan karyawan itu sendiri.
Namun setiap orang memiliki titik tekanan atau hal yang dapat menjadi trigger dirinya
bereaksi terhadap situasi tertentu. Apalagi jika ditambah dengan kata-kata yang
membangkitkan emosi, seperti dikritik dengan sebutan ‘malas’, ‘bodoh’, ‘jelek’, dan
sebagainya Bagaimana pun juga tidak ada orang yang ingin dirinya terus ditekan
ketika sudah melakukan pekerjaannya sesuai ketentuan. Jadi di mana pun kamu
bekerja berhati-hatilah dalam berucap dan merespon rekan kerja. Jangan sampai
kamu membawanya ke titik tekanan yang membuatnya bereaksi dan memulai
konflik.
7. Masalah Pribadi Tidak ada orang yang hidup lurus-lurus saja tanpa ada masalah.
Meski dirasa menyulitkan, tanpa ada masalah, kamu tidak akan benar-benar hidup.
Beberapa tanda-tanda orang memiliki masalah pribadi adalah sering datang
terlambat ke tempat kerja, kurang produktif, mengambil waktu istirahat terlalu lama,
sering izin sakit, atau sering gagal menyelesaikan pekerjaan sesuai dateline. Jika
kamu memiliki masalah pribadi yang mengganggu proses kerja, kamu harus bisa
mengomunikasikannya dengan atasan kamu. Jelaskan masalah yang ada dan
diskusikan solusinya. Jika kamu mengidap penyakit tertentu, cari tahu juga batas izin
yang diberikan perusahaan untuk tidak masuk karena proses penyembuhan. Ini bisa
membantu kamu menghindari konflik dengan memangkas pikiran negatif rekan kerja,
serta menghindari kamu dari risiko PHK. (Utami, 2020)
C. prestasi Kerja
Istilah prestasi kerja mengandung berbagai pengertian. Prabowo (2005)
mengemukakan bahwa prestasi lebih merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai
seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang mencapai prestasi yang diukur atau
dinilai. Suryabrata (1984) menyatakan bahwa prestasi adalah juga suatu hasil yang dicapai
seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan. Dalam dunia kerja, prestasi kerja disebut
sebagai work performance (Prabowo, 2005).

Definisi prestasi kerja menurut Lawler (dalam As’ad, 1991) adalah suatu hasil
yang dicapai oleh karyawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan
efektif. Lawler & Porter (dalam As’ad, 1991) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah
kesuksesan kerja yang diperoleh seseorang dari perbuatan atau hasil yang bersangkutan.
Dalam lingkup yang lebih luas, Jewell & Siegall (1990) menyatakan bahwa prestasi
merupakan hasil sejauh mana anggota organisasi telah melakukan pekerjaan dalam rangka
memuaskan organisasinya.

Definisi prestasi kerja menurut Hasibuan (1990) adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja


Zeitz (dalam Baron & Byrne, 1994) mengatakan bahwa prestasi kerja dipengaruhi
oleh dua hal utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal. Faktor
organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai dan
minat, serta kondisi fisik dari lingkungan kerja. Diantara berbagai faktor organisasional
tersebut, faktor yang paling penting adalah faktor sistem imbal jasa, dimana faktor tersebut
akan diberikan dalam bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional
kedua yang juga penting adalah kualitas pengawasan (supervision quality), dimana seorang
bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten dibandingkan
dirinya.
Sementara faktor personal meliputi ciri sifat kepribadian (personality trait), senioritas,
masa kerja, kemampuan ataupun keterampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan
dan kepuasan hidup. Untuk faktor personal, faktor yang juga penting dalam mempengaruhi
prestasi kerja adalah faktor status dan masa kerja. Pada umumnya, orang yang telah
memiliki status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya telah menunjukkan prestasi kerja yang
baik. Status pekerjaan tersebut dapat memberikannya kesempatan untuk memperoleh masa
kerja yang lebih baik, sehingga kesempatannya untuk semakin menunjukkan prestasi kerja
juga semakin besar
E. Konsekuensi dari Prestasi Kerja
Hal utama yang dituntut oleh perusahaan dari karyawannya adalah prestasi kerja
mereka yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Prestasi kerja
karyawan akan membawa dampak bagi karyawan yang bersangkutan maupun perusahaan
tempat ia bekerja. Prestasi kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas perusahaan,
menurunkan tingkat keluar masuk karyawan (turn over), serta memantapkan manajemen
perusahaan. Sebaliknya, prestasi kerja karyawan yang rendah dapat menurunkan tingkat
kualitas dan produktivitas kerja, meningkatkan tingkat keluar masuk karyawan, yang pada
akhirnya akan berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan.
Bagi karyawan, tingkat prestasi kerja yang tinggi dapat memberikan keuntungan
tersendiri, seperti meningkatkan gaji, memperluas kesempatan untuk dipromosikan,
menurunnya kemungkinan untuk didemosikan, serta membuat ia semakin ahli dan
berpengalaman dalam bidang pekerjaannya. Sebaliknya, tingkat prestasi kerja karyawan
yang rendah menunjukkan bahwa karyawan tersebut sebenarnya tidak kompeten dalam
pekerjaannya, akibatnya ia sukar untuk dipromosikan ke jenjang pekerjaan yang
tingkatannya lebih tinggi, memperbesar kemungkinan untuk didemosikan, dan pada
akhirnya dapat juga menyebabkan karyawan tersebut mengalami pemutusan hubungan
kerja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik kerja adalah ketidaksesuaian, perselisihan dan pertentangan antara dua
orang atau dua kelompok dalam suatu organisasi atau perusahaan karena adanya
hambatan atau perbedaan komunikasi, persepsi, status, nilai, tujuan dan sikap sehingga
salah satu atau keduanya saling terganggu. Ada berbagai penyebab terjadinya konflik kerja
yaitu, ketergantungan tugas, ketidakjelasan batasan kerja, kompetisi atas sumber, konflik
status, hambatan komunikasi, sifat individu. Ada penyebab pasti ada solusi, solusi
mengatasi konflik yaitu dengan menghadapi konflik, berpikir positif.

Anda mungkin juga menyukai