Analisis Sosiologi Hukum Terhadap Korupsi Pembangunan Mesjid FXX
Analisis Sosiologi Hukum Terhadap Korupsi Pembangunan Mesjid FXX
FAKULTAS HUKUM
2024 M. /1446 H.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas segala
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis sosiologi
undang nomor 30 tahun 2002 di kota pekanbaru”. Makalah ini penulis buat dengan
semaksimal mungkin melalui literatur literatur yang memadai sehingga dapat memperlancar
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu dengan tangan
terbuka penulis menerima kritikan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
makalah ini.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi sangat berbeda dengan tindak pidana
yang lain, diantaranya karena banyaknya lembaga yang berwenang untuk melakukan proses
peradilan terhadap tindak pidana korupsi. Kondisi demikian merupakan konsekuensi logis dari
predikat yang di letakkan pada tindak pidana tersebut sebagai extra ordinary crime (kejahatan
luar biasa). Sebagai tindak pidana yang dikategorikan sebagai extra ordinary crime tindak
pidana korupsi mempunyai daya hancur yang luar biasa dan merusak terhadap sendi sendi
kehidupan suatu negara dan bangsa. Dampak dari tindak pidana korupsi dapat dilihat dari
terjadinya berbagai macam bencana yang menurut Nyoman Serikat Putra Jaya bahwa akibat
negatif dari adanya tindak pidana korupsi sangat merusak tatanan kehidupan bangsa, bahkan
korupsi merupakan perampasan hak ekonomi dan hak sosial masyarakat Indonesia.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk berdasarkan UUNo 30 Tahun 2002 tentang
Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi, dalam pasal 1 UU No 30 Tahun 2002 ini
dimaksud dalam UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme, diharapkan dapat dibebaskan dari segala bentuk perbuatan
yang tidak terpuji, sehingga terbentuk aparat dan aparatur penyelenggara negara yang benar
1
benar bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
pembangunan ekonomi, sosial politik, dan menciptakan kemiskinan secara massif sehingga
perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat serta lembaga sosial. Salah satu
upaya untuk menekan tingginya angka korupsi adalah upaya pencegahan. Upaya serius KPK
Pendekatan ini menunjukkan bahwa KPK menyadari bahwa masa depan bangsa yang lebih
baik perlu dipersiapkan dengan orang orang yang paham akan bahaya korupsi bagi peradaban
bangsa.
kemudian juga sudah melakukan penetapan tersangka atas kasus Korupsi pembangunan
mesjid yakni Keempat tersangka yakni SY selaku KPA merangkap PPK, AM selaku Direktur
CV Watashiwa Miazawa, AB selaku Direktur PT Riau Multi Cipta Dimensi, dan IC selaku
pihak swasta atau pemilik pekerjaan Keempat tersangka dilakukan penahanan. Penahanan
melarikan diri atau menghilangkan barang bukti. Keempat orang tersangka diduga melakukan
korupsi pada pembangunan fisik Masjid Raya Senapelan Pekanbaru pada Dinas PUPR-PKPP
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini tentu banyak rumusan masalah yang akan kami bahas yaitu:
2. Bagaimana Tinjauan Kasus dikaitkan Dengan Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002?
2
C. Identifikasi Masalah
Korupsi merupakan permasalahan dari tahun ke tahun yang masih menjadi perhatian
publik. Pemerintah dalam melaksanakan tugasnya, diberikan wewenang yang luas dalam
mengatur hingga menyelesaikan segala permasalahan yang dialami oleh masyarakatnya. A.M.
Donner dalam Djenal Hoesen membagi pemerintahan dalam dua tingkat kekuasaan
(dwipraja), yaitu alat pemerintahan yang berfungsi menentukan haluan politik Negara (politiek
Kronologi. Pada kasus korupsi mesjid raya Senapelan di Pekanbaru ini pada tahun
2021 Dinas PUPR-PKPP melaksanakan pengerjaan fisik Masjid Raya Senapelan Pekanbaru.
Dana pembangunan bersumber dari APBD dengan pagu anggaran sebesar Rp 8.654.181.913.
sebesar Rp 6.321.726.003,54. Pekerjaan dilaksanakan selama 150 hari kalender, yang dimulai
sejak 3 Agustus sampai 30 Desember 2021, Kemudian, pada 20 Desember 2021, PPK
meminta untuk mencairkan pembayaran 100 persen, sedangkan bobot pekerjaan baru
diselesaikan sekitar 80 persen. Tetapi, dilaporkan bobot atau volume pekerjaan 97 persen.
Berdasarkan perhitungan fisik oleh ahli, bobot pekerjaan yang dikerjakan diperoleh
ketidaksesuaian spesifikasi pekerjaan dan volume pekerjaan 78,57 persen (kekurangan volume
pekerjaan) Berdasarkan perhitungan fisik oleh ahli, bobot pekerjaan yang dikerjakan diperoleh
ketidaksesuaian spesifikasi pekerjaan dan volume pekerjaan 78,57 persen (kekurangan volume
pekerjaan).
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisis Sosiologi Terhadap Kasus Korupsi Pembangunan Mesjid Raya Senapelan di
Kota Pekanbaru
kemudian juga sudah melakukan penetapan tersangka atas kasus Korupsi pembangunan
mesjid yakni Keempat tersangka yakni SY selaku KPA merangkap PPK, AM selaku Direktur
CV Watashiwa Miazawa, AB selaku Direktur PT Riau Multi Cipta Dimensi, dan IC selaku
pihak swasta atau pemilik pekerjaan Keempat tersangka dilakukan penahanan. Penahanan
melarikan diri atau menghilangkan barang bukti. Keempat orang tersangka diduga melakukan
korupsi pada pembangunan fisik Masjid Raya Senapelan Pekanbaru pada Dinas PUPR-PKPP
Kasus korupsi mesjid raya Senapelan di Pekanbaru ini pada tahun 2021 Dinas PUPR-
PKPP melaksanakan pengerjaan fisik Masjid Raya Senapelan Pekanbaru. Dana pembangunan
6.321.726.003,54. Pekerjaan dilaksanakan selama 150 hari kalender, yang dimulai sejak 3
Agustus sampai 30 Desember 2021, Kemudian, pada 20 Desember 2021, PPK meminta untuk
mencairkan pembayaran 100 persen, sedangkan bobot pekerjaan baru diselesaikan sekitar 80
persen. Tetapi, dilaporkan bobot atau volume pekerjaan 97 persen. Berdasarkan perhitungan
fisik oleh ahli, bobot pekerjaan yang dikerjakan diperoleh ketidaksesuaian spesifikasi
pekerjaan dan volume pekerjaan 78,57 persen (kekurangan volume pekerjaan) Berdasarkan
perhitungan fisik oleh ahli, bobot pekerjaan yang dikerjakan diperoleh ketidaksesuaian
spesifikasi pekerjaan dan volume pekerjaan 78,57 persen (kekurangan volume pekerjaan).
4
Dijelaskan bahwasanya jika dilihat pada perspektif sosiologi korupsi, tindakan korupsi
dianggap sebagai gejala sosial yang menjadi masalah sosial di dalam masyarakat karena
dengan adanya korupsi kehidupan di masyarakat menjadi tidak damai dan bila tidak
Dampak yang ditimbulkan dari tindak pidana korupsi sendiri yaitu dapat merugikan
keuangan negara, serta hal tersebut juga berimbas pada melemahnya sektor ekonomi negara,
yang menyebabkan tujuan negara tidak tercapai secara optimal. Itu sebabnya korupsi tidak
lagi bisa diberantas dengan cara biasa, tetapi harus dilakukan dengan cara yang luar biasa
dimana harus diberantas sampai ke akar-akarnya dan dituntut dengan cara luar biasa.
merupakan sentral kehidupan Islam, karena menjadi tempat bagi kegiatan ibadah
penghambaan kepada Tuhan. Bahkan pembangunan rumah Allah, yakni masjid pun dikorupsi
tentunya perlu hukuman yang berat bila perlu untuk korupsi pembangunan masjid, agar ada
efek jera. Maka dari pada itu perilaku korupsi secara sosiologis adalah kebalikan dari tindakan
hukum sebagai kontrol sosial yang dapat dikatakan sebagai aspek hukum normatif dari
kehidupan masyarakat atau untuk memberikan definisi perilaku yang menyimpang dan
Bebas dan Bersih dari KKN, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bebas dan Bersih dari KKN, serta Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah dengan Undang
Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan
Korupsi, sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
5
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, badan khusus yang dibentuk guna memerangi tindak
penyidikan, dan penuntutan. Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini adalah
disamping itu pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia belum dapat dilaksanakan
secara optimal. Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dengan pertimbangan
bahwa pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh lembaga pemerintah belum
bermasyarakat dan bernegara. Kerugian negara yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi
bangsa yang bersifat recurrent dan darurat yang telah dihadapi Indonesia dari masa ke masa
dalam rentang waktu relatif lama sehingga pengadilan khusus korupsi diharapkan dapat
membantu menyelesaikan sejumlah kejahatan korupsi masa lalu agar mengembalikan harta
dibebankan kepada pelaku pelanggaran hukum pidana berkaitan dengan dasar untuk
menjatuhkan sanksi pidana. Dilihat dari sudut terjadinya suatu tindakan yang terlarang
bersifat melawan hukum (dan tidak ada peniadaan sifat melawan hukum atau
rechtvaardigingsgrond atau alasan pembenar) untuk itu. Dilihat dari sudut kemampuan
bertanggungjawab maka hanya seseorang yang “mampu bertanggung jawab” yang dapat
Kasus korupsi mesjid raya Senapelan di Pekanbaru para tersangka dijerat dengan
6
primair, yakni pasal 2 ayat (1) jo pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Serta subsidair, pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Tahun 1999 jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Dan secara objektif ancaman di atas 5 tahun
penjara, maka yang para tersangka ditahan dan dititipkan di Rutan Kelas I Pekanbaru selama
20 hari ke depan.
Sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi terlihat bahwa lembaga ini mempunyai kewenangan yang
sangat luas di bandingkan dengan instansi penegak hukum yang lain. Oleh karena itu Komisi
Pemberantasan Korupsi sering disebut sebagai lembaga yang super body. Komisi
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara yang dalam melaksanakan tugas dan
Pada dasarnya Tindak pidana korupsi bertitik tolak pada tingkah laku atau tindakan
yang tidak bermoral, tidak etis, dan/atau melanggar hukum untuk kepentingan pribadi dan/atau
golongan yang merugikan keuangan negara, maka untuk memberantas tindak pidana korupsi
tersebut, di samping mengoptimalkan hukum pidana, juga harus menggunakan sarana hukum
perdata. Proses perdata dilakukan dalam pengembalian kerugian keuangan negara dengan
menggunakan instrumen civil forfeiture. Civil forfeiture menjadi suatu alternatif yang sangat
baik. Bahkan dalam praktiknya, ditemukan bahwa prosedur civil forfeiture dinilai lebih efektif
dalam mengambil kembali aset-aset yang dicuri oleh oknum tindakan korupsi ini agar dapat
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus Korupsi pembangunan mesjid Raya Senapelan di Pekanbaru kemudian juga
sudah melakukan penetapan tersangka atas kasus Korupsi pembangunan mesjid yakni
Watashiwa Miazawa, AB selaku Direktur PT Riau Multi Cipta Dimensi, dan IC selaku
pihak swasta atau pemilik pekerjaan Keempat tersangka dilakukan penahanan. Keempat
orang tersangka diduga melakukan korupsi pada pembangunan fisik Masjid Raya
gejala sosial yang menjadi masalah sosial di dalam masyarakat karena dengan adanya
korupsi kehidupan di masyarakat menjadi tidak damai dan bila tidak diberantas beberapa
lembaga Negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independent
dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. . Korupsi telah menjadi kejahatan yang
yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi sudah masuk dalam kategori
recurrent dan darurat yang telah dihadapi Indonesia dari masa ke masa dalam rentang
waktu relatif lama sehingga pengadilan khusus korupsi diharapkan dapat membantu
menyelesaikan sejumlah kejahatan korupsi masa lalu agar mengembalikan harta kekayaan
8
yang hilang.
B. Saran
Kota Pekanbaru dilihat dari Analisis Sosiologi Terhadap Kasus tersebut tentunya
memiliki dampak yang serius dan tentunya menjadi masalah sosial maka dari itu kita
menginginkan agar masalah seperti ini bisa diatasi agar tidak terjadi lagi.
efek jera untuk apa yang telah dilakukannya karena telah merampas harta negara.
9
DAFTAR PUSTAKA
10