Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Perluasan Ruang Fiskal Terhadap Permasalahan Kemiskinan

Zefanya Aditya (6022001013)


Fransisco Toba (6022001049)
Faiza Shaffa (6022001016)

I. Pendahuluan
a. Definisi Ruang Fiskal
Allen Schick (2009) mendefinisikan ruang fiskal sebagai ketersediaan sumber daya keuangan
pemerintah yang dapat digunakan untuk mendukung inisiatif kebijakan melalui anggaran dan
keputusan yang terkait dengan pengelolaan anggaran. Pandangan ini melibatkan penelitian
terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan ruang fiskal, baik yang
menyebabkan penurunan maupun peningkatan, serta pertimbangan terhadap metode-metode yang
dapat diimplementasikan untuk memelihara atau memperluas ruang fiskal tersebut. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi ruang fiskal melibatkan dinamika ekonomi, kebijakan fiskal yang
diterapkan, serta kondisi keuangan pemerintah. Perubahan dalam pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, dan variabel-variabel ekonomi lainnya dapat secara signifikan mempengaruhi
ketersediaan dana yang dapat dialokasikan untuk kebijakan publik. Kebijakan fiskal, termasuk
pengaturan pajak dan belanja pemerintah, juga berperan dalam membentuk ruang fiskal.

b. Melalui apa Ruang Fiskal Di Perlebar


Perluasan ruang fiskal menurut Allen Schick (2009), dapat dicapai melalui berbagai strategi yang
berfokus pada peningkatan penerimaan, pengelolaan anggaran yang efisien, dan kebijakan fiskal.
Pada sisi penerimaan, pemerintah dapat memperluas ruang fiskal dengan meningkatkan
penerimaan pajak dan mendiversifikasi sumber pendapatan, termasuk penerimaan non-pajak atau
dari sektor-sektor ekonomi tertentu. Pengelolaan anggaran yang efisien juga menjadi kunci,
dengan langkah-langkah seperti eliminasi pemborosan dan pengendalian belanja
non-diskresioner, seperti belanja pegawai dan pembayaran bunga utang. Manajemen utang yang
bijaksana, melalui restrukturisasi dan manajemen tingkat bunga, dapat memberikan ruang fiskal
tambahan tanpa mengorbankan stabilitas fiskal jangka panjang. Reformasi kebijakan fiskal,
termasuk penghapusan subsidi tidak efisien, juga menjadi langkah penting dalam membuka ruang
fiskal yang lebih besar. Fleksibilitas dan responsivitas kebijakan menjadi elemen kunci,
memastikan bahwa pemerintah dapat secara efektif merespons dinamika ekonomi dan mencapai
tujuan pembangunan dengan optimal. Dengan pendekatan ini, pemerintah dapat memperluas
ruang fiskal, memberikan landasan yang kuat untuk pengelolaan keuangan yang berkelanjutan
dan mendukung kesejahteraan masyarakat.

c. Pentingnya Fleksibilitas Ruang Fiskal


Pentingnya fleksibilitas ruang fiskal terletak pada kemampuan pemerintah untuk merespons
dengan cepat terhadap perubahan kondisi ekonomi, tantangan mendesak, dan peluang
pembangunan. Fleksibilitas ruang fiskal memberikan pemerintah keleluasaan dalam mengelola
anggaran dan menerapkan kebijakan fiskal tanpa harus terjebak dalam keterbatasan keuangan
yang ketat. Kemampuan pemerintah untuk mengatasi krisis ekonomi dengan cepat dan
memberikan stimulus yang diperlukan menjadi sangat penting dalam menjaga stabilitas
makroekonomi. Fleksibilitas ruang fiskal juga memungkinkan pemerintah untuk
mengimplementasikan kebijakan pembangunan jangka panjang tanpa terhambat oleh keterbatasan
anggaran, sehingga dapat mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
pengentasan kemiskinan. Selain itu, fleksibilitas ruang fiskal memberikan pemerintah alat untuk
mengelola risiko dan tantangan yang tidak dapat diprediksi, seperti bencana alam atau krisis
global. Dengan ketersediaan dana tambahan, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah
proaktif untuk melindungi masyarakat dan ekonomi dari dampak yang merugikan. Pengoptimalan
kebijakan makroekonomi juga dapat dicapai melalui fleksibilitas ruang fiskal, dengan
memungkinkan penyesuaian tingkat pengeluaran dan pajak sesuai dengan keadaan ekonomi yang
berkembang.

II. Landasan Teori

Pro-poor growth theory merupakan teori yang secara garis besar mengatakan pertumbuhan dapat dicapai
dengan meningkatkan pendapatan kalangan masyarakat pendapat menengah kebawah. Teori ini
menekankan pentingnya mendistribusikan keuntungan pertumbuhan dan mengurangi ketimpangan
pendapatan. Teori ini menganjurkan kebijakan-kebijakan yang meningkatkan pendapatan absolut kaum
miskin dan memastikan bahwa mereka mendapat manfaat lebih besar dari pertumbuhan dibandingkan
mereka yang non-poor. Menurut (Aslan, 2022), Teori ini dapat dicapai dengan pembentukan ruang fiskal,
pertumbuhan ekonomi, dan pengeluaran pemerintah. Teori ini memiliki dua perspektif yaitu absolut dan
relatif. Secara absolut pertumbuhan ini dapat dicapai dengan meningkatkan pendapatan dan tingkat
konsumsi masyarakat miskin dan berfokus pada distribusi pendapatan (Ravallion dan Chen, 2003). Lalu
dari perspektif secara relatif yaitu berfokus pada peningkatan rata-rata pendapatan masyarakat miskin
lebih cepat dibandingkan pendapatan rata-rata masyarakat secara umum (Kakwani dan Pernia, 2000).
pertumbuhan ini berfokus pada masyarakat miskin dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan, pertumbuhan inklusif berfokus pada kesempatan dan kesempatan yang sama dan aset-aset
untuk menciptakan kekayaan bagi semua anggota masyarakat, termasuk peningkatan partisipasi
masyarakat.

III. Tinjauan Literatur


a. Instrumen kebijakan dalam memperluas ruang fiskal

Instrumen kebijakan fiskal yang mempengaruhi ruang fiskal meliputi pajak penghasilan pribadi
dan pajak gaji, transfer langsung, pajak konsumsi, subsidi konsumsi, dan transfer in-kind berupa
layanan pendidikan dan kesehatan (Nora Lustig, 2017). Instrumen-instrumen kebijakan fiskal ini
memiliki dampak yang signifikan terhadap distribusi pendapatan, kekayaan, dan akses terhadap
layanan publik dalam masyarakat. Pajak penghasilan pribadi dan pajak gaji dapat mempengaruhi
distribusi pendapatan dan kekayaan di masyarakat (Nora Lustig, 2017). Pajak ini dapat diterapkan
secara progresif, di mana orang dengan pendapatan lebih tinggi dikenakan tarif pajak yang lebih
tinggi, atau secara regresif, di mana orang dengan pendapatan lebih rendah dikenakan tarif pajak
yang lebih tinggi. Transfer langsung, seperti bantuan sosial, juga memainkan peran penting dalam
redistribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Pajak konsumsi dan subsidi konsumsi juga
mempengaruhi ruang fiskal dengan mempengaruhi daya beli masyarakat. Pajak konsumsi dapat
diterapkan pada barang-barang mewah atau barang-barang kebutuhan sehari-hari, sementara
subsidi konsumsi dapat diberikan untuk barang-barang tertentu guna meringankan beban biaya
hidup masyarakat. Instrumen kebijakan fiskal yang mempengaruhi ruang fiskal termasuk pajak
progresif, pajak atas kekayaan, dan subsidi. Pajak progresif mempengaruhi ruang fiskal dengan
menerapkan tarif pajak yang lebih tinggi kepada individu dengan pendapatan yang lebih tinggi,
sehingga meningkatkan pendapatan negara untuk program redistribusi (Arkadeva et all., 2022).
Pajak atas kekayaan juga mempengaruhi ruang fiskal dengan meningkatkan pendapatan negara
untuk program pengurangan ketimpangan. Selain itu, subsidi juga merupakan instrumen
kebijakan fiskal yang mempengaruhi ruang fiskal dengan mengalokasikan dana negara untuk
program kesejahteraan dan pengurangan ketimpangan (Arkadeva et all., 2022). Semua instrumen
ini berperan dalam mempengaruhi ruang fiskal dengan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan
pengurangan ketimpangan dan kemiskinan.

b. Bagaimana dampak pelebaran ruang fiskal dalam penurunan kemiskinan

Pertama, ada fenomena flypaper effect yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas belanja industri dan
belanja perdagangan lebih besar daripada kapasitas fiskal. Sebaliknya, elastisitas belanja
pertanian dan belanja infrastruktur terhadap kapasitas fiskal lebih besar daripada
DAU.Artinya,pembiayaan pembangunan daerah untuk mempercepat pengentasan kemiskinan
lebih bergantung pada kapasitas fiskal yang bersumber dari pajak daripada transfer DAU.

Kedua, tingkat kemiskinan (headcount index)pertanian, industri,dan perdagangan dipengaruhi


pengeluaran untuk konsumsi (pengeluaran per kapita)dan ketimpangan pendapatan (indeks Gini).
Tingginya elastisitas kemiskinan terhadap pengeluaran per kapita menunjukkan penurunan angka
kemiskinan sangat responsif terhadap peningkatan pengeluaran per kapita. Temuan ini sejalan
dengan studi-studi sebelumnya, antara lain Ravallion dan Chen(1997)dan Miranti (2010).

Ketiga, hasil estimasi model menunjukkan pengeluaran per kapita akan meningkat jika upah riil
tenaga kerja sektoral meningkat.Sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan upah
riil,maka pemerintah daerah harus mendorong PDRB sektoral melalui belanja belanja daerah
terutama yang bersumber dari sumber daya lokal yaitu kapasitas fiskal.

Keempat, hasil estimasi yang menunjukkan elastisitas belanja-belanja pertanian dan infrastruktur
terhadap kapasitas fiskal lebih besar daripada DAU menjadi dasar untuk melakukan simulasi
kebijakan dengan instrumen fiskal pajak daerah,bagi hasil pajak,dan DAU. Di antara empat
skenario kebijakan, kebijakan peningkatan kapasitas fiskal melalui kombinasi peningkatan
penerimaan pajak daerah 20%dan bagi hasil pajak 10%berdampak paling besar dalam
menurunkan tingkat kemiskinan di ketiga kelompok rumah tangga,menurunkan ketimpangan
pendapatan, meningkatkan PDRB, mengurangi kesenjangan fiskal, dan meningkatkan
kemandirian fiskal. Kebijakan Ini juga paling memihak kelompok penduduk miskin pertanian
yang mendominasi jumlah penduduk miskin di Indonesia yang ditunjukkan oleh persentase
penduduk miskin pertanian turun paling tinggi, rata-rata upah riil pertanian meningkat paling
besar,dan rata rata pengeluaran perkapita pertanian meningkat paling besar. Sebaliknya,
peningkatan DAU 5% bahkan lebih kecil dari rata-rata aktual berdampak memperburuk kondisi
kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.

Negara-negara dengan ruang fiskal yang tinggi cenderung memiliki tingkat kemiskinan yang
lebih rendah dibandingkan negara-negara dengan rasio pendapatan pajak terhadap PDB yang
lebih rendah. Ruang fiskal saja cenderung menyumbang 16,5 persen perubahan dalam
pengentasan kemiskinan. Keenam negara tersebut setidaknya berhasil mengurangi kemiskinan
50 persen antara tahun 1990 dan 2013 mempunyai ruang fiskal lebih dari 10 persen (Tunisia,
Mesir, Afrika Selatan, Guinea, Botswana dan Namibia). Sebaliknya, korelasi positif antara ruang
fiskal dan ketimpangan (Gini bruto dan neto) cenderung menunjukkan beberapa hal
unsur perpajakan regresif. Pengecualian dan keringanan pajak yang tidak penting harus ditangani
dengan tegas. Koefisien determinasi, sekitar 13,3 persen, relatif tinggi sementara koefisien
korelasi untuk Gini kotor dan bersih lebih tinggi dari 0,36.

Kebijakan fiskal berdampak pada kemiskinan dan kesenjangan melalui pajak progresif, transfer
dana yang tepat sasaran, dan belanja berkualitas yang berpihak pada masyarakat miskin.
Redistribusi beban pajak total yang efektif kepada masyarakat kaya melalui pajak penghasilan
pribadi dan perusahaan serta realokasi faktor. Perkiraan lama sekolah di negara-negara ini
berkisar antara 11 (Maroko) dan 15,6 (Mauritius), sedangkan masa hidup
angka harapan hidup juga tetap tinggi (antara 70,9 di Maroko dan 75,9 di Tunisia).
Duclos dan Verdier-Chouchane (2011) memberikan beberapa klarifikasi tentang apa yang
menjadikan Mauritius sebagai contoh yang sangat baik dari pengurangan kemiskinan dan
ketimpangan. Strategi pengentasan kesenjangan kemiskinan lebih berfokus pada perluasan
lapangan kerja peluang, memodernisasi perekonomiannya dan mempertahankan mekanisme
perlindungan sosial yang efektif dan rumit. Itu sosial Perlindungan ini didasarkan pada
pendalaman program perolehan keterampilan bagi individu yang tidak terampil dan tidak
berpendidikan serta memperluas akses hingga bantuan gizi dan kesehatan bagi kelompok
marginal—ditambah dengan pendidikan gratis hingga tingkat universitas bagi seluruh warga
negaranya, transportasi untuk anak-anak sekolah dan layanan kesehatan gratis untuk semua.
Negara ini telah mengalokasikan sejumlah besar dana anggaran publik untuk pendidikan,
kesehatan dan pelayanan sosial. Dampaknya terlihat pada 87 persen penduduk Mauritius yang
memiliki rumah mereka rumah tangga (Stiglitz, 2015), dan memimpin benua ini dalam hal kinerja
pembangunan manusia: angka harapan hidup saat lahir sebesar 74,4, dan perkiraan lama
bersekolah sebesar 15,6 dan indeks pembangunan manusia sebesar 0,777 dibandingkan dengan
rata-rata Afrika sebesar 61,2, 10,5 dan masing-masing 0,524 (UNDP, 2016).

IV. Implikasi Kebijakan

Pemerintah daerah perlu meningkatkan penerimaan dari perpajakan karena dampaknya lebih efektif
mempercepat pengentasan kemiskinan, reformasi pajak daerah, misalnya melalui devolusi pajak dan
perluasan basis pajak, reformasi pajak nasional untuk meningkatkan penerimaan pajak-pajak yang dapat
dibagihasilkan, evaluasi porsi daerah dari bagi hasil pajak, revisi formula DAU dengan menghapus faktor
alokasi dasar dan/atau mengganti variabel-variabel proksi yang lebih mewakili kebutuhan fiskal yang
sebenarnya dan menyusun anggaran belanja daerah dalam APBD yang efektif dan efisien dalam
mengentaskan kemiskinan. Dalam penerapan nya, pemerintah memerlukan kebijakan yang dapat
memperbesar ruang fiskal. Tujuannya yaitu agar pemerintah menjadi lebih leluasa dalam mengatasi
kemiskinan. Kebijakan fiskal mempengaruhi kemiskinan dan ketidaksetaraan melalui pajak progresif,
transfer yang tepat sasaran, dan pengeluaran berkualitas yang berpihak pada masyarakat miskin.
Redistribusi yang efektif dari total beban pajak kepada masyarakat yang lebih mampu melalui pajak
penghasilan pribadi dan perusahaan serta alokasi pengeluaran publik untuk membantu masyarakat miskin
dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan memiliki peran yang kuat dalam mengurangi kemiskinan
dan ketimpangan. Pengeluaran publik yang tepat sasaran untuk pendidikan, kesehatan, jaring pengaman,
dan pertanian juga dapat mengurangi kemiskinan dan ketimpangan secara substansial.

V. Kesimpulan
Perluasan ruang fiskal memiliki dampak yang signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan dan
peningkatan distribusi keuntungan dari pertumbuhan ekonomi. Strategi untuk mencapai pelebaran ruang
fiskal melibatkan peningkatan penerimaan, pengelolaan anggaran yang efisien, dan implementasi
kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Peningkatan penerimaan menjadi kunci dalam memperluas ruang fiskal. Upaya untuk meningkatkan
pendapatan pemerintah dapat melibatkan reformasi perpajakan, seperti peningkatan tarif pajak atau
diversifikasi sumber pendapatan. Penerimaan pajak yang meningkat dapat memberikan sumber daya
tambahan untuk mendukung program-program pemberdayaan ekonomi dan sosial yang bertujuan
menurunkan tingkat kemiskinan.

Pengelolaan anggaran yang efisien juga merupakan aspek penting dalam pelebaran ruang fiskal.
Langkah-langkah untuk mengurangi pemborosan, mengendalikan belanja non-diskresioner, dan
mengelola utang dengan bijaksana dapat meningkatkan efisiensi penggunaan dana publik. Manajemen
utang yang baik, melalui restrukturisasi dan kontrol tingkat bunga, dapat memberikan fleksibilitas
keuangan tambahan tanpa mengorbankan stabilitas jangka panjang.

Kebijakan fiskal juga perlu mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Instrumen kebijakan seperti
pajak progresif, transfer langsung, subsidi, dan lainnya memainkan peran penting dalam membentuk
ruang fiskal. Pelebaran ruang fiskal dapat membantu mengurangi kemiskinan dengan mempercepat
pengeluaran per kapita dan meningkatkan upah riil tenaga kerja sektoral. Peningkatan kesejahteraan
masyarakat dapat dicapai dengan menyesuaikan kebijakan fiskal untuk lebih mendorong inklusi sosial
dan ekonomi.

Implikasi kebijakan yang muncul dari perluasan ruang fiskal mencakup peningkatan penerimaan pajak
melalui reformasi pajak yang berbasis pada keadilan, evaluasi dan penyesuaian formula Dana Alokasi
Umum (DAU) untuk mendistribusikan dana secara merata di antara daerah, dan upaya untuk
meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran publik.
Dengan demikian, perluasan ruang fiskal tidak hanya berdampak pada tingkat kemiskinan, tetapi juga
menjadi faktor penting dalam memastikan bahwa manfaat dari pertumbuhan ekonomi dapat merata dan
mencapai masyarakat yang membutuhkan.
Daftar Pustaka

Allen Schick. (2009). Budgeting for fiscal space, OECD Journal on Budgeting, OECD Publishing, vol.
9(2), pages 1-18.

Lustig, N. (2017). Fiscal Policy, Income Redistribution and Poverty Reduction in Low and Middle
Income Countries. Center of Global Development.

Olga Gennadievna Arkadeva1, N. V. (2022). Fiscal Policy and Its Impact on Poverty and Inequality.
Science and Technology Publications, 43-48. doi:10.5220/0010682300003169

Blessing, K., & Mudzingiri, C. (2023). Fiscal space, governance quality. Journal of Financial Economic.

Odusola, A. (2017). Fiscal Space, Poverty and Inequality in Africa. African Development Review, 1-14.

Lisna, V. (2013). Dampak Kapasitas Fiskal terhadap Penurunan Kemiskinan: Suatu Analisis Simulasi
Kebijakan Analisis Simulasi Kebijakan, 27.

Nurohman, T. (2022). Ruang Fiskal, Subsidi BBM dan Inflasi. 10.

Anda mungkin juga menyukai