p1 b
D
Willingness-to-pay untuk Udara Bersih
q1 Quantity
2. Konsep WTP mengasumsikan bahwa semua orang dalam populasi memiliki utilitas
pendapatan marjinal yang sama
KONSEP NET SOSIAL BENEFIT (NSB)
1
• Mendefinisikan tujuan & jangkauan (scope) proyek
2
• Mengidentifikasi berbagai alternatif
5
• Merangking alternatif berdasarkan urutan pilihan.
7
• Membuat REKOMENDASI FINAL
LANGKAH 1: MENDEFINISIKAN
TUJUAN DAN JANGKAUAN PROYEK
• Salah satu dari opsi harus berupa status quo bukan tanpa biaya, maka usaha
menghindari biaya “status quo” ini haruslah dihitung sebagai manfaat dari opsi
lainnya
• OPSI YANG DIPILIH akhirnya membangun PLT berbahan baku panas bumi
LANGKAH 3A: MENGIDENTIFIKASI
BENEFITS DAN COSTS (1)
BCA EKONOMI/SOSIAL
• BENEFIT : suatu outcome yang menghasilkan
peningkatan kepuasan individu
• COST : suatu outcome yang mengakibatkan
pengurangan kepuasan individu
BCA FINANSIAL
• BENEFIT : outcome yang meningkatkan
keuntungan
• COST : outcome yang menurunkan keuntungan
LANGKAH 3A: MENGIDENTIFIKASI
BENEFITS DAN COSTS (2)
• Biaya primer proyek PLTP:
MANFAAT
SEKUNDER
LANGKAH 3A: MENGIDENTIFIKASI
BENEFITS DAN COSTS (3)
Manfaat ekonomi PRIMER dari PLTP
• Mendapatkan pasokan listrik yang lebih ramah lingkungan
• Berkurangnya pencemaran udara, air, dan suara khususnya bagi
lokasi disekitar pembangkit listrik
• Keberlanjutan dari energi listrik relative lebih dapat dipastikan
karena sistem PLTP menggunakan sumur reinjeksi
LANGKAH 3A: MENGIDENTIFIKASI
BENEFITS DAN COSTS (4)
Manfaat ekonomi SEKUNDER PLTP:
• Manfaat brine (sisa air hangat) yang dapat dimanfaatkan untuk
pertanian
• Tambahan manfaat (revenue) dari re-afforestation pada lokasi
Pinjam Pakai Kawasan Kehutanan
• Perkembangan wisata pendidikan energi bersih
• dst
LANGKAH 3B:
MENILAI BENEFITS DAN COSTS
1. Nilai Sisa
• Nilai sisa dapat dihitung dengan metode linear dan
metode diminishing value
5. Biaya Operasional
• Biaya operasional terjadi tiap tahun dan
meliputi: tenaga kerja, utilities, pengadaan,
perbaikan dan pemeliharaan, peralatan,
asuransi dan administrasi.
6. Biaya Implisit
• Biaya implisit bisa muncul akibat penggunaan
lahan, bangunan/gedung, pabrik dan mesin
yang telah dibeli oleh pemerintah lokal atau
muncul sehubungan dengan waktu yang
dihabiskan untuk proyek.
LANGKAH 3B:
MENILAI KOMPONEN2 BIAYA (5)
• Tabel 7.1. Biaya Investasi dan O&M, PLTP Plant 1 dan 2
with project:
• Estimasi:
= tariff pembelian listrik x listrik yg dihasilkan dlm 1 tahun
= 7 cent/kwh x 878.986.286,49
= 61,529 Mill USD
LANGKAH 3B:
MENILAI KOMPONEN2 MANFAAT (3)
Without project:
• Penerimaan sebelumnya :
= 7 cent/kwh x 439.493.143,25 Kwh/tahun
= 30,764 Mill USD/per tahun
NPV IRR
PAYBACK
BCR
PERIOD
KRITERIA PERFORMA PROYEK
B1 C1 B2 C 2 B n C n n Bn C n
NPV B0 C0 ...
(1 r ) (1 r ) 2
(1 r ) t 0 (1 r ) n
n
t (tahun) 0 1 2
Net Benefit - $ 100 $ 50 S 150
50 150
NPV 100 $ 69.42
(1 0.1) (1 1.01)
1 2
KRITERIA PERFORMA PROYEK (2)
B1 C1 B2 C2 Bn Cn
IRR B0 C0 ... 0
(1 i) (1 i) 2
(1 i ) n
Analisa Kebijakan
Lingkungan
3 Kebijakan Desentralisasi
PENDAHULUAN
https://web.archive.org/web/20191030072154/http://www.chandra-asri.com/files/attachments/others/WMBooklet_Final.pdf
PENDAHULUAN
Contoh Kebijakan sentralisasi : penetapan standar kualitas lingkungan.
Contoh Kebijakan desentralisasi : pendekatan hak kepemilikan (property
rights).
Sebelum melangkah pada jenis-jenis kebijakan tersebut, kita akan membahas
kriteria untuk mengevaluasi berbagai instrumen kebijakan lingkungan.
Outline
1 Pendahuluan
3 Kebijakan Desentralisasi
KRITERIA UNTUK EVALUASI
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
• Kebijakan tsb mampu mencapai reduksi polusi dengan
1 biaya efisien dan efektif
$ MAC2 MAC1
MD
0 a2 a1
Emisi SO2
FAIRNESS (1)
Keadilan (fairnesss) atau kesetaraan (equity) berkaitan dengan isu
pendistribusian.
Kebijakan yang inequitable tidak akan mendapat dukungan dari
masyarakat.
SANCTIONING
• pemberian sangsi, biasanya melalui jalur hukum, kepada para
pencemar yang --menurut hasil monitoring-- telah melanggar
aturan.
• Pemberian sangsi bukanlah perkara mudah. Proses pengadilan
makan waktu, energi dan biaya. Pemerintah biasanya hanya
memberikan sangsi pada pelanggar “kelas kakap”.
PERTIMBANGAN MORAL
Selain kriteria2 teknis di atas, nurani manusia dalam menilai mana yang
baik dan mana yang buruk juga harus dipertimbangkan dalam memilih
kebijakan.
Kebijakan yang jelas2 menyatakan bahwa pencemaran adalah illegal, harus
lebih diprioritaskan.
Moralitas berarti mereka yang paling banyak menyebabkan masalah yang
harus membayar paling banyak.
1 Pendahuluan
3
Kebijakan Desentralisasi
KEBIJAKAN DESENTRALISASI
Kebijakan yang terdesentralisasi memungkinkan pihak2
yang terlibat dalam suatu kasus polusi lingkungan dapat
mengatasi masalah mereka sendiri.
Contoh: ada 2 pabrik berlokasi di sekitar suatu danau. Pabrik A
(makanan olahan) menggunakan air danau sebagai input
operasionalnya, sedang pabrik B memanfaatkan danau sebagai tempat
pembuangan limbah. Kebijakan desentralisasi menyerahkan pencarian
solusi pada kedua pabrik tsb, melalui misalnya negosiasi informal atau
penempuhan jalur hukum di pengadilan lokal.
KEBIJAKAN DESENTRALISASI (2)
• Keuntungan dari pendekatan desentralisasi adalah, pihak2
yang terlibat langsung lah yang mengetahui dengan baik
mengenai damages dan abatement costs, sehingga
diasumsikan mereka dapat mencari titik keseimbangan antara
damage & abatement costs tsb.
KEBIJAKAN DESENTRALISASI (3)
Liability Property
Laws Rights
Moral
Suasion
LIABILITY LAWS (1)
membuat pencemar/polluters bertanggung jawab
terhadap kerusakan yang telah mereka sebabkan.
Analisa Kebijakan
Lingkungan
Penetapan Standar Sebagai contoh Strategi
Command and Control
• Standar
Kualitas Ambang (Ambient
Standards)
• Standar Emisi
• Standar Teknologi
Standar Kualitas Ambang (1)
• Kualitas ambang lingkungan mengacu pada dimensi kualitatif dari
lingkungan sekitar; bisa berupa kualitas ambang dari udara di
sekitar kota tertentu, atau kualitas ambang dari air sungai.
• Maka, standar kualitas ambang adalah batas yang tidak boleh
dilewati oleh suatu pencemar dalam lingkungan tsb.
• Misalnya jika ditetapkan standar ambang Dissolved Oxygen (DO) di
sungai A adalah 3 ppm, ini berarti 3 ppm adalah batas terendah DO
yang diizinkan untuk sungai tsb.
• Untuk meyakinkan DO sungai tsb tidak sampai jatuh di bawah
3ppm, kita harus mengetahui bagaimana emisi dari berbagai
sumber di sekitar sungai dapat berkontribusi thdp berubahnya
ukuran (3 ppm) ini, baru kemudian melakukan upaya-upaya untuk
mengawasi/mengendalikan sumber2 emisi tsb.
Standar Kualitas Ambang (2)
• Standar kualitas ambang biasanya diukur dalam bentuk
tingkat konsentrasi rata-rata selama suatu periode
tertentu.
• Misalnya, standar kualitas ambang SO 2 adalah 80mg/m3
pada basis rataan aritmatika tahunan dan 365 mg/m 3
pada basis rataan 24 jam. Maka dengan kata lain,
standar SO2 memiliki dua kriteria: rata2 maximum
tahunan 80 mg/m3 dan rata2 maximum per-24 jam 365
mg/m3.
• Rata-rata digunakan untuk mengantisipasi variasi
musiman dan variasi harian dalam kondisi meteorologi,
sebagaimana halnya emisi juga dapat menyebabkan
variasi dalam kualitas ambang.
Standar emisi (1)
• Standar emisi berhubungan dengan kuantitas emisi yang berasal
dari sumber2 polusi.
• Standar emisi diekspresikan dalam bentuk kuantitas material per
unit waktu, misalnya gram/menit atau ton/minggu.
• Oleh karena itu, terdapat perbedaan antara standar kualitas
ambang dan standar emisi.
Standar emisi (2)
• Penetapan standar emisi pada suatu level tertentu tidak
berarti harus memenuhi standar kualitas ambang.
• Lingkungan menyebarkan polusi dari sumbernya ke
lokasi2 lain, dimana dalam perjalanannya kadar polusi
makin menipis atau bahkan buyar (disperse).
• Namun, bisa jadi lingkungan dapat mengkonversi
polutan jenis tertentu menjadi jenis lain yang lebih
berbahaya.
• Tugas ilmuwan lingkungan untuk meneliti mencari
hubungan antara tingkat polusi dan kualitas ambang.
Standar emisi (3)
Standar emisi dapat ditetapkan pada berbagai
basis berbeda, misalnya:
• Tingkat emisi (contoh: kg/jam)
• Konsentrasi emisi (contoh: BOD air limbah)
• Kuantitas residu total (tingkat pembuangan x konsentrasi
x durasi)
• Produksi residu per unit output (emisi SO2 per kwh listrik)
Standar emisi (4)
• Dalam bahasa regulasi, standar emisi termasuk salah satu jenis
standar performa (performance standard) karena mencerminkan
hasil akhir yang harus dicapai oleh para pencemar yang terkena
regulasi.
Standar Teknologi
• Merupakan standar yang ditetapkan dan terkait langsung dengan
teknologi ramah lingkungan yang digunakan.
• Contoh: mobil harus dilengkapi dengan seat belt, instalasi listrik
harus dilengkapi dengan alat penyaring untuk mengurangi emisi
SO2, dsb.
The Economics of Standards
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, penetapan standar
bukanlah hal yang mudah dilakukan. Berikut adalah
masalah2 yang sering dihadapi dalam penetapan standar:
Emision
Standar dan Insentif untuk perbaikan
lebih lanjut (3)
• Insentif dari kebijakan pengendalian polusi berarti memperkirakan
bagaimana kebijakan akan berkontribusi terhadap perkembangan
dan produktivitas dari industri pengontrol polusi.
• Karena industri inilah yang mendapatkan manfaat langsung dari
penetapan standar emisi yang ketat oleh pemerintah.
The Economics of Enforcement (1)
• Ciri khas dari UU/peraturan pengendalian polusi
adalah gagasan penetapan standar pengurangan
emisi, atau adopsi teknologi pengendalian polusi.
• UU pengendalian polusi membutuhkan upaya2 untuk
penegakannya (enforcement) yang tentu saja upaya2
ini membutuhkan sumberdaya (resources). Padahal,
lembaga2 penegakan hukum selalu bekerja dengan
dana terbatas.
• Penetapan standar saja tidaklah cukup; sejumlah
sumberdaya juga harus dikeluarkan untuk upaya2
pelaksanaan standar tsb.
• Termasuk enforcement cost: pengawasan peralatan,
keahlian personel, operasional dr sistem pengadilan.
The Economics of Enforcement
(2) $
C1 dan C2 adalah kurva kombinasi
MAC dan Marginal Enforcement Cost
C2 C1 (MEC). Kurva C1 dan C2
MD menggunakan teknologi enforcement
MAC yang berbeda.
Secara konvensional, e* adalah tingkat
emisi yang efisien. Tapi ini tidak
berlaku dengan adanya enforcement
cost. Dengan enforcement cost yg
a
e tinggi (kurva C1) maka tingkat emisi
b yang efisien scr sosial skrg mjd e1.
f Pada titik ini, total biaya pengurangan
c d emisi adalah (a+b) dari enforcement
0 e*e2 e1 e0 cost dan (c+d) dari abatement cost.
Emissions
The Economics of Enforcement
(3)
• Ketika enforcement cost (EC) dimasukkan dalam analisa,
muncul pertanyaan baru di titik mana standar harus
ditetapkan?
• Standar yang lebih ketat akan melibatkan EC lebih
besar karena membutuhkan sumberdaya yang lebih
besar.
• Pada beberapa kasus, pengurangan emisi yang lebih
besar secara keseluruhan dapat dicapai dengan
penetapan standar yang lebih longgar karena hal ini
lebih mudah dilaksanakan ketimbang standar ketat yang
membutuhkan EC tinggi.
The Economics of Enforcement
(4) • Ketat atau longgarnya standar bukanlah satu2nya
faktor yang mempengaruhi EC.
• Elemen penting lainnya adalah ukuran sangsi (denda,
hukuman kurungan) yang tertulis dalam UU/peraturan.
• Dalam banyak kasus, denda ditetapkan lebih rendah
daripada Abatement Cost yang dibutuhkan untuk
memenuhi standar.
• Dengan sangsi yang lemah spt ini, maka upaya2
enforcement akan lebih mahal dan lebih sulit ketimbang
jika sangsi ditetapkan lebih keras. Di sisi lain, jika
denda ditetapkan lebih tinggi, maka akan menurunkan
motivasi penegak hukum untuk mengejar para
pelanggar hukum, karena dislokasi ekonomi yang
mungkin ditimbulkannya (misal: sogok).
The Economics of Enforcement
(5) enforcement,
Semakin banyak sumberdaya yang dicurahkan utk
•
terpenuhi.
semakin besar peluang bahwa standar akan
Analisis Kebijakan
Lingkungan
Strategi Berbasis Insentif :
Pajak dan Subsidi
TUGAS https://ipb.link/pblpararel1
Batas Upload, https://ipb.link/pblpararel2
Sabtu 13 November https://ipb.link/pblpararel3
2021 jam 23.00 https://ipb.link/pblpararel4
https://ipb.link/pblpararel5
https://ipb.link/pblpararel1esl231
Outline
1 Pendahuluan
2 Kebijakan Insentif
3 Pajak Emisi
4 Basic Economics
100
a
50
b
Emisi (ton/bln)
0 2 4 6 8 10
The Basic Economics (3)
• Rule of the game: perusahaan dapat terus mengurangi
tingkat emisinya hingga MAC sama dengan tingkat
pajak emisi.
• Dalam contoh kasus ini, perusahaan dapat
mengurangi emisi hingga pada tingkat emisi 4 ton/bln
dimana MAC=$115. Lebih dari itu, MAC lebih besar
dari tingkat pajak yang sebesar $120/ton.
• Asumsi program pajak emisi harus ada tekanan
ekonomi kompetitif yang memaksa perusahaan untuk
melakukan apa saja yang dapat meminimalisir biaya.
Asumsi ini tidak dapat berlaku pada perusahaan
monopoli (biasanya dikuasai negara) seperti PLN.
The Basic Economics (4)
Pada perusahaan kompetitif, respons terhadap pajak
bergantung pada faktor:
40 40
30 30
20 20
a c
10 10
b d
0 5 10 15 20 0 15 20
5 10
Emisi (ton/bln) Emisi (ton/bln)
Pajak Emisi dan Isu Efisiensi (4)
•Penetapan pajak emisi berdampak pada A harus
mengurangi emisi 75%, namun B hanya 25%.
•Pajak emisi berdampak pengurangan emisi yang
lebih besar dari perusahaan yang MAC-nya lebih
rendah (landai)
•Jika misalnya Pemerintah tidak menerapkan
sistem pajak namun memilih pemangkasan emisi
dengan prinsip “equiproportionate”, berarti A dan B
masing-masing harus mengurangi emisi 10
ton/bulan. Pada titik ini, MAC A tidak sama dengan
MACB.
Pajak Emisi dan Isu Efisiensi (5)
• Program pengurangan emisi dengan prinsip equiproportionate
membutuhkan biaya 2,8 kali lebih mahal dari program pajak emisi.
Hal ini karena sistem proportionate tidak mematuhi prinsip
equimarginal.
$ 50 MACA $ 50 MACB
40 40
30 30
20 20
10
a c
10
b d
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Emisi (ton/bln) Emisi (ton/bln)
Penetapan tingkat pajak yang sama untuk semua sumber akan mengakibatkan perbedaan
Total Abatement Cost dan tagihan pajak untuk masing2 sumber.
Sumber A TAC=b, pajak=a
Sumber B TAC=d, pajak=c
Semakin landai fungsi MAC maka semakin besar pengurangan emisi yang harus dilakukan
namun tagihan pajak akan semakin kecil.
Pajak Emisi dan Isu Efisiensi (7)
• Hasil efisiensi dari pendekatan pajak emisi (karena mengikuti
prinsip equimarjinal) dapat dicapai walaupun Pemerintah tidak
mengetahui fungsi MAC dari setiap sumber emisi.
• Hal ini kontras dengan pendekatan standar, dimana pemerintah
harus mengetahui secara tepat MAC dari setiap perusahaan untuk
memperoleh program yang efisien.
Emisi2 Tak-seragam (1)
• Emisi dari sumber-sumber yang berbeda tidak selalu
menghasilkan dampak marginal yang sama terhadap
kualitas ambang.
• Misalnya kita memiliki 2 sumber A dan B. Jarak A ke
pusat pemukiman penduduk dua kali lebih jauh dari B.
Maka, kerusakan yang ditimbulkan oleh emisi dari A
tidak separah emisi dari B. Misalnya jika kedua sumber
membuang polutan ke dalam sungai yang mengalir ke
arah kota, maka emisi dari A punya waktu lebih lama
untuk terdekomposisi menjadi materi yang lebih tidak
berbahaya.
Emisi-Emisi Tak-seragam (2)
Arah environmental flow
Jarak (B)
Pusat
pemukiman
penduduk
(damage)
Sumber A Sumber B
Emisi-Emisi Tak-seragam (3)
• Bukan hanya perbedaan lokasi yang mengakibatkan
perbedaan dampak emisi, namun juga perbedaan
waktu dimana perbedaan pola angin berbeda.
Urban area
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
1 3 5 7 8 10 11
Sungai A X
2 4 6 9 12
e5 e3 e1 e2 e4
Emisi (kg/bln)
Pajak Emisi dan Insentif untuk
berinovasi (1)
• Pajak emisi mampu menciptakan insentif untuk
mendorong kemajuan teknologi dalam pengendalian polusi.
• Kebijakan pajak emisi membuat upaya-upaya perusahaan
mengembangkan teknologi baru yang dapat menghasilkan
penghematan biaya-biaya pengendalian polusi
(TAC+pajak) yang lebih besar daripada kebijakan
penetapan standar.
• Dengan sistem pajak, Perusahaan secara otomatis akan
mengurangi emisi saat telah menemukan cara untuk
menurunkan fungsi MAC, sedang sistem standar tidak
otomatis menghasilkan kondisi yang sama.
• Perbedaan mendasar: sistem pajak, pencemar harus
membayar abatement cost dan tagihan pajak. Sedangkan
dengan sistem standar, pencemar hanya membayar
abatement cost sehingga potensi cost saving dari teknik-
teknik baru pengendalian polusi akan jauh lebih besar
dibawah kebijakan sistem pajak.
Pajak Emisi dan Insentif untuk
berinovasi (2)
MAC1 sebelum mengadopsi
teknologi baru
MAC1
MAC2 Jika pajak ditetapkan sebesar $ t/ton,
maka perush X akan mengurangi emisi
ke tingkat e1, dimana TAC=(d+e) dan
total tagihan pajak = (a+b+c)
MAC2 setelah mengadopsi
teknologi baru
t
c Dengan pajak t, emisi menjadi e2,
a d TAC=(b+e), tagihan pajak=a, cost
b saving=(c+d)
e
0 e2 e1 Jika standar ditetapkan sebesar e1, cost
saving dengan teknologi baru hanya
Emisi (ton/thn) sebesar d.
Pajak Emisi & Enforcement
Costs
• Sistem pajak membutuhkan upaya-upaya pengawasan
(monitoring) yang lebih ketat daripada sistem standar,
terutama jika menyangkut emisi non point source yang
menyebar bebas meliputi areal yang sangat luas
sehingga akan sangat sulit untuk diukur.
Analisis Kebijakan
Lingkungan
Strategi Berbasis Insentif :
Transferable Discharge Permits
izin untuk
mengeluarkan polutan
4000
MACA
1500 1500
1200
40 60 120 45 65 90
P*
0 q*
Pertemuan ke-13
Bogor, 22 November 2021
TA. 2021/2022
CAPAIAN
PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa
akan dapat
1. memahami dan menjelaskan tentang
perjanjian internasional terkait iklim
dan lingkungan serta pengaruhnya
terhadap perdagangan internasional,
2. menjelaskan dampak lingkungan global
terkait ozon depletion dan pemanasan
global
OUTLINE
PERJANJIAN INTERNASIONAL TENTANG
1
LINGKUNGAN (BILATERAL, MULTILATERAL)
Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer 1985 1988 36
Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer 1987 1989 43
PERSETUJUAN INTERNASIONAL (4)
$
MAC
MDT
Negosiasi antara polluters
dan penerima kerusakan
dapat menghasilkan tingkat
MDA
emisi yang efisien, property
right jelas sehingga biaya
c
d
transaksi minimum.
a
f g
b
0 e2 e1
Emisi Negara A
Divisi Ekonomi Lingkungan
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
PERSETUJUAN BILATERAL (3)
Kasus The Trail Smelter tahun 1935 sumber penting prinsip ini.
Trail Smelter pembersih logam di British Columbia
Buangan SO2nya merusak pertanian hingga luar batas USA.
Contoh:
Contoh:
Manfaat yang diterima dari pengurangan 20% CO2 akan
dirasakan oleh banyak negara setiap negara akan memiliki
insentif untuk membawa negara lain memberikan total global
abatement cost sejauh mereka bisa
Contoh:
$ $
MAC
MAC
a
pajak
b
c d e
40 60 80 30 50 100
Emisi negara A Emisi negara B
PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN LINGKUNGAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN LINGKUNGAN
D S’
S
I’
I
0 q1 q2 q0
Jumlah barang
https://www.deccanherald.com/state/top-karnataka-stories/central-team-slams-karnatakas-tardy-approach-to-clean-
17-polluted-rivers-852584.html
HAMBATAN PERDAGANGAN UNTUK MENCAPAI
TUJUAN LINGKUNGAN INTERNASIONAL
MONTREAL PROTOCOL
upaya internasional untuk mengurangi deplesi ozon,
melarang ekspor CFC dari negara penandatangan ke negara lain
di luar protokol, berlaku sebaliknya.
Tujuan: memastikan produksi CFC dan ozone depleting chemical
tidak dengan mudah berpindah ke negara luar
HAMBATAN PERDAGANGAN UNTUK MENCAPAI
TUJUAN LINGKUNGAN INTERNASIONAL (2)
Ozone Global
Depletion Warming
OZONE DEPLETION
1. Permasalahan fisik
Kebanyakan ozon di atmosfer bumi terletak dalam stratosfer
(kawasan membentang pada ketinggian 10-50 km)
berfungsi dalam menjaga tingkat radiasi bumi dan
menghalangi sejumlah besar radiasi ultraviolet dan
gelombang pendek yang masuk.
1. Permasalahan fisik
Pemanasan global dikenal sebagai “greenhouse
effect"