Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ESTIMASI BIAYA
Tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial
Dosen : Dr Achmad Choerudin ST, SE, MM

Disusun oleh :

Martin Laksita Utama / NIM 2020015257

Magister Manajeman
STIE AUB Surakarta
2021
DAFTAR ISI

SAMPUL

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1.3.2 Manfaat

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Karateristik Biaya

2.2 Fungsi Biaya Jangka Pendek

2.1.1 Fungsi Biaya Total dan Biaya Perunit Jangka Pendek

2.1.2 Kurva Biaya Total dan Biaya Perunit Jangka Pendek

2.3 Kurva Biaya Jangka Panjang

2.3.1 Kurva Biaya Total Jangka Panjang

2.4 Ukuran Perusahaan dan Skala Ekonomis

2.5 Kurva Pembelajaran

2.6 Minimisasi Biaya Secara Internasional

2.7 Manajemen Logistik atau Penawaran Berantai

2.8 Analisis Biaya


BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Estimasi biaya adalah hal yang sangat penting dalam suatu instansi. Melalui estimasi biaya,
maka kita akan mengetahui biaya-biaya apa saja yang terdapat dalam suatu instansi tersebut.
Estimasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat dikatakan sebagai perkiraan, penilaian,
atau pendapat. Baik untuk waktu atau biaya, estimasi sangat penting untuk mendukung
keputusan yang baik, untuk menjadwalkan pekerjaan, untuk menentukan berapa lama suatu
proyek perlu dilakukan dan berapa besaran biayanya, untuk menentukan apakah proyek layak
dikerjakan, untuk menentukan kebutuhan arus kas, untuk menentukan seberapa baik kemajuan
proyek, hingga untuk menentukan anggaran time phased dan menetapkan basis proyek.

Secara garis besar, estimasi bisa dibagi menjadi dua. Estimasi makro (atas-bawah) pada
umumnya diperoleh dari seseorang yang menggunakan pengalaman dan/atau informasi untuk
menentukan durasi dan total biaya proyek. Sementara, estimasi mikro (bawah-atas) lebih
menggunakan metode efisien dan berbiaya rendah. Namun, proses ini hanya bisa berlangsung
setelah proyek digambarkan secara detail.

Estimasi biaya dapat dikatakan sebagai metode yang biasanya dipakai oleh estimator untuk
menentukan harga setiap komponen. Pengertian lainnya menurut National Estimating Society
USA, estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art approximating) kemungkinan jumlah
biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada
waktu itu. Dalam industri konstruksi misalnya, estimasi biaya memiliki beberapa fungsi, antara
lain untuk melihat apakah biaya yang ada dapat memenuhi perkiraan biaya konstruksi, untuk
mengatur aliran dana saat tahap pelaksanaan konstruksi berlangsung, serta untuk bersaing pada
saat proses penawaran berlangsung. Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja
yang disiapkan harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor
mendapatkan keuntungan yang layak dari apa yang akan dikerjakan.

Jika diringkas, estimasi biaya dapat dibedakan menjadi dua, yakni estimasi biaya konseptual
dan estimasi biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep
bangunan yang akan dibangun. Perkiraan biaya ini dikerjakan pada tahap konseptual, dengan
semua aspek yang berkaitan dengan rencana investasi dikembangkan, dikaji, dan disaring.

Dalam prosesnya, tiap-tiap kategori estimasi harus dipersiapkan secara hati-hati dari tingkat
estimasi konseptual sampai pada estimasi detail guna memperoleh keakuratan estimasi biaya.
Keakuratan estimasi biaya seharusnya meningkat sesuai dengan perubahan proyek, dari
perencanaan, desain, hingga estimasi akhir pada saat penyelesaian proyek.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dari estimasi biaya?

2. Seberapa penting estimasi biaya bagi keberlangsungan Perusahaan?

3. Bagaimana cara mengetahui estimasi biaya?

4. Bagaimana perkiraan estimasi biaya tersebut?

5. Apakah estimasi biaya berpengaruh pada semua aspek yang ada pada Perusahaan tersebut?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan

Estimasi biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek kosntruksi,


karena selain untuk mengetahui berapa besar investasi yang akan diperlukan juga untuk
merencanakan dan mengendalikan sumber daya proyek yang akan digunakan. misal tenaga kerja,
material, peralatan dan waktu pelaksanaan.

1.3.2 Manfaat

Dalam suatu proyek konstruksi, estimasi biaya adalah salah satu bagian yang akan
digunakan sebagai dasar dalam menentukan apakah suatu proyek konstruksi layak untuk
direalesasikan atau tidak. Estimasi biaya memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak-pihak
yang terkait seeperti Pemilik Proyek, Konsultan perencana, maupun Kontraktor. Manfaat
estimasi biaya bagi pihak pihak terkait dalam proyek sebagai berikut :

1. Bagi Pemilik proyek

 Sebagai dasar untuk meyediakan biaya untuk mewujudkan keinginanya untuk


membangun.
 Sebagai dasar untuk menyediakan biaya proyek atau investasi.
 Sebagai dasar untuk menetapkan besarnya biaya bagi jasa perencanaan.
 Sebagai dasar dalam menentukan mengevaluasi biaya penawaran calon kontraktor yang
mengajukan penawaran

2. Bagi Pihak Konsultan

 Sebagai dasar dalam membuat perencanaan proyek sesuai dengan keinginan pemilik.
 Sebagai dasar menetapkan perkiraan biaya proyek dalam merealesasikan.
 Sebagai dasar dalam mengevaluasi biaya penawaran oleh calon kontraktor.
3. Bagi Pihak Kontraktor

 Sebagai dasar dalam menetapkan besarnya biaya penawaran dalam pelelangan.


 Sebagai acuan dalam menetapkan besarnya biaya pelaksanan pekerjaan.
 Sebagai dasar dalam negosiasi dengan sub kontraktor yang akan ikut serta dalam
pelaksanaan pekerjaan.
 Sebagai dasar dalam menetapkan keuntungan.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Karateristik Biaya


Ada 2 (dua) karakteristik biaya, yaitu:

1. Aliran keluar atau penurunan aset (outflow of assets, gross decreases in assets, using up
of assets).
2. Akibat aktivitas yang membentuk operasi utama yang berkelanjutan/ terus menerus.

2.2 Fungsi Biaya Jangka Pendek


2.1.1 Fungsi Biaya Total dan Biaya Perunit Jangka Pendek

Fungsi biaya total adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh
faktor- faktor yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan oleh
perusahaan tersebut.

Contoh soal :

Suatu perusahaan mempunyai fungsi biaya total TC = Q3 - 14Q2 + 69Q + 128. Tentukan fungsi
biaya total!

Penyelesaiian :

Diketahui :

TC = Q^3 - 14Q^2 + 69Q + 128

Fungsi Biaya Total :

AC = TC/Q

AC = Q^3 - 14Q^2 + 69Q + 128

AC = Q^2 - 14Q + 69 + 128/Q

Fungsi biaya perunit penting untuk penilaian persediaan, penentuan laba, dan pengambilan
sejumlah keputusan penting seperti apakah akan membuat atau membeli produk, menerima atau
menolak suatu pesanan khusus, atau mempertahankan atau menghentikan suatu lini produk.
Contoh soal :

Menghitung biaya aktual yang mengharuskan perusahaan menggunakan biaya aktual adari
seluruh sumberdaya yang digunakan dalam produksi untuk menentukan biaya per unit.

April Agustus November

Overhead aktual Rp20.000,00 Rp40.000,00 Rp40.000,00

Unit aktual yang Rp40.000,00 Rp40.000,00 Rp160.000,00


diproduksi

Overhead per 0,50 1,00 0,25


unit (Overhead
aktual/unit
aktual)

2.1.2 Kurva Biaya Total dan Biaya Perunit Jangka Pendek

Pada kurva biaya tota (total cost) diatas, kita dapat memahami beberapa hal. Perhatikanlah kurva
biaya tetap total (TFC). Kurva TFC berbentuk garis horizontal karena merupakan biaya tetap.
Tidak peduli berapapun jumlah output yang dihasilkan karena bersifat biaya tetap maka biayanya
sama untuk semua tingkatan output yang dihasilkan. Pada kurva biaya variabel total (TVC) kita
melihat kurva TVC yang terus mengalami kenaikan. Artinya kurva TVC menggambarkan biaya
variabel total yang terus meningkat seiring pertambahan jumlah output yang dihasilkan. Biaya
variabel ini akan menyesuaikan dengan biaya yang diperlukan untuk penggunaan input variabel.
Pada kurva TC menggambarkan biaya total (total cost). Bentuk kurva TC ini merupakan
penjumlahan antara biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC) yang dikeluarkan.
Kurva TC dimulai dari garis yang bersinggungan dengan biaya tetap saat 0 output dihasilkan,
yang berarti saat tidak berproduksi pun perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap. Seiring
pertambahan output dibutuhkan biaya variabel (TVC), sehingga selanjutnya kurva TC bentuknya
seperti mengikuti bentuk kurva TVC. Jadi disini bentuk kurva TC akumulasi dari biaya tetap
total dan biaya variabel total.

Contoh soal Kurva Perunit:

Jika harga barang 800 per unit,permintaan 100 unit. Jika harga barang 600 per unit, permintaan
200 unit. Tentukan fungsi permintaan dan gambar kurva nya.

Penyelesaian:

P - P1/P2 - P1 = Q - Q1/Q2 - Q1

Keterangan:

P1 = Harga awal

P2 = Harga akhir

Q1 = Kuantitas awal

Q2 = Kuantitas akhir

Masukkan ke dalam rumus:

P - P1/P2 - P1 = Q - Q1/Q2 - Q1

P - 800/600 - 800 = Q - 100/200 - 100

P - 800/-200 = Q - 100/100
2.3 Kurva Biaya Jangka Panjang
2.3.1 Kurva Biaya Total Jangka Panjang

Biaya tetap total (total fixed cost-TFC), merupakan biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari
banyak sedikitnya jumlah output. Biaya ini tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek,
misalnya mesin, sewa bangunan, bangunan dsb.
2.3.2 Kurva Biaya Rata-Rata dan Biaya Marginai Jangka Panjang

Biaya rata-rata (average fixed cost-AFC), yaitu biaya tetap yang dibebankan untuk setiap unit
output.

Semakin banyak output, maka biaya tetap rata-rata akan semakin menurun.

Biaya marjinal (marginal cost-MC), adalah kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
menambah produksi sebanyak 1 unit.

Dimana:

MCn: biaya marjinal produksi ke-n

TCn : biaya total pada waktu jumlah produksi n

TCn-1: biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n-1

Biaya marginal memegang peranan penting bagi produsen dalam mempertimbangkan penentuan
berapa besarnya output yang perlu di produksi.
2.4 Ukuran Perusahaan dan Skala Ekonomis

Kriteria Ukuran Perusahaan

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro dan menengah,
berdasarkan ukuran nilai kekayaan bersih dan hasil penjualannya, perusahaan dibagi menjadi tiga
kriteria usaha, yaitu:
a. Usaha mikro

Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:

 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).

b. Usaha kecil

Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Usaha menengah

Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
ribu rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).

2.5 Kurva Pembelajaran


Pada awalnya orang percaya bahwa bila seseorang melakukan suatu pekerjaan yang sama
secara berulang-ulang, maka karyawan tersebut akan menjadi semakin lancar dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut sejalan dengan pengalamannya. Dengan semakin lancarnya
pelaksanaan pekerjaan tersebut, maka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya pun
semakin cepat atau pendek. Dengan kata lain, bila suatu pekerjaan diulang secara ajeg, maka
waktu yang digunakan akan menjadi lebih pendek dibanding dengan saat pertama kali dikerjakan
dan secara ajeg pula akan turun dengan tingkat tertentu sesuai dengan tingkat pengalaman,
adaptasi, dan belajarnya. Gejala ini menunjukkan adanya adaptasi pekerja terhadap pekerjaan
yang dihadapinya. Adaptasi terhadap pekerjaan tersebut didorong oleh keinginan setiap individu
pekerja untuk melaksanakan gerakan ekonomis. Gejala tersebut dapat dijelaskan melalui “kurva
belajar” atau “Kurva Pengalaman”. Gejala Learning Curve terjadi pada setiap macam organisasi
usaha manusia Learning Curve adalah sebuah gejala yang universal. Selagi di situ ada manusia
yang terlibat dalam kegiatan, maka di situ pasti ada proses belajar betapa pun kecil kadarnya.
Belajar adalah produk pengalaman. Belajar hanya dapat terjadi melalui usaha untuk
menyelesaikan suatu persoalan dan oleh karena itu hanya terjadi selama kegiatan. Bagaimanapun
juga, pengalaman sebelumnya adalah ‘a significant role’ yang mengubah persepsi seseorang

Kurva Pembelajaran atau kurva pengalaman (learning curve) adalah sebuah kurva garis
yang menunjukkan hubungan antara waktu yang diperlukan untuk produksi dan jumlah
komulatif unit yang diproduksi. Teori pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan secara
luas di dunia bisnis. Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk
mengestimasi waktu untuk mendisain produk dan produksi, serta biayanya. Kurva pengalaman
penting dan menjadi bagian yang integral dalam perencanaan strategi perusahaan. Keputusan
harga, investasi dan biaya operasi didasarkan pada kurva pengalaman. Kurva pengalaman juga
diaplikasikan selain pada level individu, juga pada level organisasi. Pengalaman/pembelajaran
individual akan berdampak pada perbaikan hasil ketika orang mengulang suatu proses dan
memperoleh ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman mereka. Dengan demikian “practice
makes perfect”. Sementara pengalaman atau pembelajaran organisasional merupakan hasil dari
latihan sebagaimana dalam pengalaman atau pembelajaran individual, tetapi juga datang dari
perubahan administrasi, peralatan, dan disain produk.

Pola atau gejala belajar tersebut pertama kali diobservasi pada tahun 1925 oleh komandan
Wright – Patterson Air Force Base di Ohio (( Miquel A. Requero, “An Economic Study Of The
Military Airframe Industry”, Wright Patterson Air Force Base, Ohio Department of The Air
Force, October 1957, pp 213)) . Dan, di dalam literatur, gejala Learning Curve pertama kali
dilaporkan oleh T.P. Wright[1] dalam “Factory Affecting The Cost Of Airplanes” Journal of
Aeronautical Sciences, vol. 3, no. 4, (1936), pp. 122-128. Wright melaporkan bahwa pengalaman
berperanan di dalam meningkatkan produktifitas, hal itu tercermin di dalam jam kerja langsung
rata-rata untuk memproduksi kerangka pesawat (tanpa mesin) yang menurun dengan tingkat
terntu bila jumlah yang diproduksi menjadi dua kali lipat. Jumlah jam kerja langsung rata-rata
untuk memproduksi kerangka pesawat yang keempat adalah 80% dari yang diperlukan untuk
unit yang kedua; untuk kerangka pesawat yang kedelapan hanya 80% dari unit yang keempat,
dan untuk kerangka pesawat yang keseratus hanya 80% dari yang kelima puluh. Dengan
demikian disimpulkan bahwa tingkat belajar dari pengalaman pada pembuatan kerangka pesawat
tersebut dalah 80% pada jumlah kelipatan dua.
Konsep learning curve (kurva pembelajaran) menyatakan bahwa:

 Bertambahnya pengalaman sampai pada batas tertentu dapat meningkatkan efisiensi.


 Bila jumlah produksi meningkat dua kali maka waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan satu satuan unit produk berkurang dengan tingkat konstanta tertentu.

Misalnya, diketahui learning curve 80% artinya bila produksi pertama butuh waktu 100 JTKL
maka waktu rata-rata akumulasi setiap satuan unit produksi yang kedua, kemudian keempat dan
selanjutnya kedelapan adalah untuk yang kedua sebesar 80% x 100 = 80, yang keempat adalah
80% x 80% x 100 = 64, dan yang kedelapan sebesar 80% x 80% x 80% x 100 = 51. Batas nilai
pembelajaran biasanya berkisar antara angka 60 - 50.

Konsep Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman

Dengan menggunakan pendekatan tabel, maka faktor perbaikan per unit atau pun faktor
perbaikan komulatif dapat langsung ditentukan dengan hanya melihat tabel tanpa perlu
menghitung, terutama bila jumlah produknya sangat banyak. Namun bila tidak tersedia tabel
maka model analisis yang menggunakan logaritma dapat menjadi cara yang cukup mudah untuk
mengestimasi output.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Yx = Kx^n

Dimana
x = jumlah unit produk

Yx = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang ke-x

K = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang pertama

x = log b/log 2 dimana b = persentase tingkat pembelajaran.

Pada bagian aritmatik, dengan koordinat linier, hubungan antara waktu rata-rata dengan
banyaknya unit yang diproduksi berupa sebuah kurva yang menurun dengan cepat dan kemudian
agak landai.

Pada bagian yang berskala logaritmik hubungan tersebut berupa sebuah garis lurus

2.6 Minimisasi Biaya Secara Internasional


1. Sumber input asing
2. Skala ekonomis internasional baru
3. Imigrasi tenaga kerja terdidik
4. Pelarian tenaga ahli

2.7 Manajemen Logistik atau Penawaran Berantai


Pada dasarnya, manajemen logistik adalah sebuah penerapan pada berbagai prinsip manajemen
dalam aktivitas logistik untuk menggerakan personil dan barang agar bisa dilakukan secara lebih
efisien dan lebih efektif.

Pengertian lain dari manajemen logistik adalah suatu bagian dari upaya supply chain
management yang mempunyai fungsi penting untuk proses pelaksanaan, perencanaan, serta
pengendalian efektivitas dan efisiensi penyimpanan serta distribusi barang, pelayanan, serta
informasi hingga pada suatu tutuk konsumsi agar bisa memenuhi kebutuhan para konsumen.

Fungsi Manajemen Logistik

Dalam proses penerapannya, manajemen logistik mempunyai berbagai fungsi penting yang akan
selalu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini adalah fungsi-fungsi
manajemen logistik.

1. Perencanaan dan Pemenuhan Kebutuhan

Dalam hal ini, manajemen logistik berfungsi sebagai perencanaan dan juga penentu keperluan
dari setiap program organisasi. Hal tersebut meliputi aktivitas analisa produk yang digunakan,
skala prioritas, hingga ketersediaan produk. Aktivitas perencanaan ini harus selalu
memperhatikan anggaran yang dimiliki oleh perusahaan, faktor ketersediaan, hingga kemudahan
dalam mengakses suatu barang.

2. Penganggaran

Fungsi penganggaran dalam manajemen logistik adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan
pengadaan barang sudah sesuai dengan anggaran yang dimiliki perusahaan. Apabila biaya
anggaran logistik tersebut ternyata tidak sesuai, maka harus dilakukan perubahaan pada
perencanaannya.

3. Fungsi Pengadaan

Manajemen logistik pada dasarnya memang lebih fokus pada pengadaan barang dan menjadi hal
penting yang harus diperhatikan. Saat ada ketidaksesuaian anggaran dan menjadi sulit dalam
mengubah perencanaan, maka pihak manajemen logistik harus melakukan improvisasi dalam
mengelola kegiatan logistik dengan budget yang terbatas.

4. Penyimpanan dan Penyaluran

Fungsi manajemen logistik dalam menyimpan dan menyalurkan adalah suatu proses yang mana
suatu produk barang sudah diperoleh pada tempat yang memang sudah seharusnya. Nantinya
barang tersebut akan disalurkan ke pihak lain yang berkepentingan sesuai dengan SOP
perusahaan.

5. Pemeliharaan

Dalam hal ini, manajemen logistik juga meliputi seluruh pemeliharaan barang. Umumnya, tujuan
dari pemeliharaan barang logistik adalah guna memastikan produk barang yang tersimpan tidak
menjadi cepat rusak.

6. Penghapusan

Dalam proses aktivitas manajemen logistik juga terdapat aktivitas penghapusan. Fungsi
penghapusan dilakukan untuk memisahkan barang yang sudah rusak, memperbaikinya, atau
menggantinya dengan yang sesuai.

7. Pengendalian

Manajemen logistik juga berfungsi sebagai pengendalian, yang mana akan dilakukan oleh
seorang manajer logistik dengan tahapan yang sesuai dengan berbagai fungsi yang sudah
disebutkan di atas. Tujuannya adalah untuk memastikan seluruh fungsi logistik bisa dilakukan
sesuai dengan yang memang diharapkan.

Tujuan Manajemen Logistik

Berdasarkan beberapa fungsi manajemen logistik yang sebelumnya sudah kita bahas bersama,
tujuan manajemen logistik adalah:

1. Tujuan Umum

Tujuan utama dari aktivitas manajemen logistik pada dasarnya adalah untuk bisa fokus pada
pencapaian tujuan organisasi agar bisa lebih efisien dan efektif.

2. Tujuan Khusus

Setidaknya terdapat tiga tujuan khusus dalam kegiatan manajemen logistik. Pertama, agar
persediaan barang bisa dilaksanakan dengan kuantitas dan kualitas yang benar. Kedua, agar
pengeluaran dana untuk tujuan pengadaan bisa dilakukan lebih efisien. Ketiga, guna mendukung
dan juga menjaga efisiensi serta efektifitas guna mencapai tujuan utama perusahaan.

Manfaat Manajemen Logistik

Dengan menerapkan manajemen logistik yang baik, maka akan banyak manfaat yang akan
dirasakan oleh suatu perusahaan. Beberapa manfaat manajemen logistik adalah:

1. Persediaan

Hadirnya manajemen logistik yang baik akan mampu ketersediaan barang sehingga seluruh
kegiatan operasional perusahaan bisa dilakukan dengan lancar.

2. Transportasi

Aktivitas logistik pasti akan memerlukan alat transportasi, sehingga pihak perusahaan yang
sudah menerapkan manajemen logistik yang baik akan mampu memastikan adanya transportasi
untuk proses penyaluran barang.

3. Fasilitas

Terdapat berbagai fasilitas logistik yang diperlukan agar seluruh aktivitas logistik bisa dilakukan
dengan lancar. Dengan menerapkan manajemen logistik, maka pihak perusahaan akan
mengetahui fasilitas apa saja yang diperlukan untuk mendukung aktivitasnya.

4. Layanan

Hal penting yang harus diperhatikan bagi setiap perusahaan adalah memberikan pelayanan yang
baik pada pelanggannya. Namun, pelayanan tersebut juga tidak hanya fokus pada konsumen saja,
tapi bisa juga pada pihak lain, seperti supplier.

5. Manajemen dan Administrasi

Setiap kegiatan manajemen pastinya akan selalu didukung dengan aktivitas administrasi agar
setiap kegiatan bisa dipastikan tercatat secara baik dan teratur, sehingga seluruh informasi
kegiatan logistik bisa ditemukan secara mudah jika nantinya dibutuhkan.

6. Inbound Transportasi

Manfaat manajemen logistik pada inbound transaksi dilakukan untuk menangani distribusi
barang dan bahan baku dari pihak pemasok ke perusahaan. Perusahaan akan berpotensi
mendapatkan kerjasama yang baik dengan pihak pemasok yang mempunyai kualitas bahan baku
dan kualitas terbaik dengan menerapkan manajemen persediaan yang baik.
7. Outbound Transportasi

Aktivitas manajemen logistik akan menangani distribusi yang baik dari pihak perusahaan ke
pihak konsumen dan mampu memastikan pengantaran barang bisa dilakukan dengan baik.

8. Pemecahan Masalah

Setiap proses penyediaan barang pasti akan ada saja masalah yang bisa terjadi. Dengan
menerapkan manajemen logistik, maka setiap permasalahan tersebut bisa diatasi dan juga
diantisipasi dengan cepat, tepat, dan akurat.

9. Informasi Kepada Konsumen

Biasanya, setiap konsumen ada saja yang melakukan tracking pada pengiriman barang yang
dipesannya. Dengan hadirnya manajemen logistik yang baik, maka penyampaian informasi
tentang distribusi suatu barang akan bisa dilakukan secara lebih rapi.

10. Kepercayaan dari Konsumen

Tingkat kepercayaan konsumen yang lebih besar kepada perusahaan akan hadir jika ada
pelayanan terbaik, baik itu dalam hal penyampaian informasi, ketepatan waktu, serta pelayanan
yang baik. Hal tersebut akan berujung pada timbulnya loyalitas konsumen pada suatu brand.

2.8 Analisis Biaya


Analisis Cost Volume Profit atau analisis biaya volume laba adalah sebuah teknik akuntansi
yang digunakan untuk membantu mengidentifikasikan pengaruh volume penjualan dan biaya
produk terhadap laba operasi bisnis.

Analisis CVP mendeskripsikan hubungan antara unit yang dijual, harga jual, biaya dan profit.
Analisis ini dapat menjelaskan beberapa isu penting dalam pengambilan keputusan manajemen,
diantaranya yaitu dampak pengurangan biaya tetap dan kenaikan harga jual terhadap profit.

Dengan menggunakan analisis CVP atau analisis biaya volume laba, para manajer atau
manajemen perusahaan dapat memahami bagaimana pengaruh perubahan volume penjualan,
harga dan biaya variabel terhadap laba perusahaannya. Tujuannya adalah agar mereka dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola bisnis.

Selain itu, penerapan analisis CVP akan mempermudah pebisnis dalam menjalankan bisnis
mereka termasuk saat mengaudit laporan keuangan. Angka dari analisis CVP bisa digunakan
sebagai data untuk memeriksa penjualan dan pengeluaran biaya yang ada dan mengurangi resiko
terjadinya kecurangan laporan keuangan dalam suatu usaha.
Aanalisis CVP dengan menggunakan rumus di atas. Sebuah perusahaan yang menjual boneka
mempunyai fixed cost atau biaya tetap sebesar Rp 100.000.000 dan kontribusi marginnya adalah
sebesar 40%. Berapa penjualan yang harus dicapai agar mencapai BEP?

Jawaban:

Breakeven Sales (Rp) = Fixed Cost / Contribution Margin Ratio

Breakeven Sales (Rp) = Rp 100.000.000 / 40%

Breakeven Sales = Rp 250.000.000

Jadi dari contoh analisis CVP di atas diketahui perusahaan harus mencapai penjualan sebesar Rp
250.000.000 untuk mencapai BEP.

Untuk mengetahui berapa unit yang dibutuhkan jika ingin mencapai target, Anda bisa gunakan
rumus di bawah ini:

Required Sales in Units = (Targeted Income + Fixed Cost) / Contribution Margin Per Unit

Melalui persamaan di atas, dapat diketahui jumlah unit yang harus dijual untuk mendapatkan
keuntungan yang diinginkan. Caranya adalah dengan menjumlahkan target profit dengan biaya
tetap kemudian dibagi dengan contribution margin per unit. Berikut perhitungan contoh analisis
CVP untuk persamaan di atas.

Diketahui :

Target Profit : Rp 150.000.000

Fixed Expenses : Rp 80.000.000

CM per unit : Rp 100.000

Maka unit sales untuk mencapai target profit tersebut adalah :

Required Sales in Units = (Rp 150.000.000 + Rp 80.000.000) / Rp 100.000

Required Sales in Units = 2300 unit

Berdasarkan contoh analisis CVP diatas, dibutuhkan penjualan sebanyak 2300 unit untuk
mencapai target profit yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp 150.000.000.

BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Estimasi biaya adalah hal yang sangat penting dalam suatu instansi. Melalui estimasi biaya,
maka kita akan mengetahui biaya-biaya apa saja yang terdapat dalam suatu instansi tersebut.
Estimasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat dikatakan sebagai perkiraan, penilaian,
atau pendapat. Baik untuk waktu atau biaya, estimasi sangat penting untuk mendukung
keputusan yang baik, untuk menjadwalkan pekerjaan, untuk menentukan berapa lama suatu
proyek perlu dilakukan dan berapa besaran biayanya, untuk menentukan apakah proyek layak
dikerjakan, untuk menentukan kebutuhan arus kas, untuk menentukan seberapa baik kemajuan
proyek, hingga untuk menentukan anggaran time phased dan menetapkan basis proyek.

Secara garis besar, estimasi bisa dibagi menjadi dua. Estimasi makro (atas-bawah) pada
umumnya diperoleh dari seseorang yang menggunakan pengalaman dan/atau informasi untuk
menentukan durasi dan total biaya proyek. Sementara, estimasi mikro (bawah-atas) lebih
menggunakan metode efisien dan berbiaya rendah. Namun, proses ini hanya bisa berlangsung
setelah proyek digambarkan secara detail.

Estimasi biaya dapat dikatakan sebagai metode yang biasanya dipakai oleh estimator untuk
menentukan harga setiap komponen. Pengertian lainnya menurut National Estimating Society
USA, estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art approximating) kemungkinan jumlah
biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada
waktu itu. Dalam industri konstruksi misalnya, estimasi biaya memiliki beberapa fungsi, antara
lain untuk melihat apakah biaya yang ada dapat memenuhi perkiraan biaya konstruksi, untuk
mengatur aliran dana saat tahap pelaksanaan konstruksi berlangsung, serta untuk bersaing pada
saat proses penawaran berlangsung. Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja
yang disiapkan harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor
mendapatkan keuntungan yang layak dari apa yang akan dikerjakan.

Jika diringkas, estimasi biaya dapat dibedakan menjadi dua, yakni estimasi biaya konseptual dan
estimasi biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep
bangunan yang akan dibangun. Perkiraan biaya ini dikerjakan pada tahap konseptual, dengan
semua aspek yang berkaitan dengan rencana investasi dikembangkan, dikaji, dan disaring.

Saran
Sebaiknya kita harus tetap menerapkan estimasi biaya dalam perusahaan tempat kita bekerja.
Karena menurut saya, suatu hal yang sangat penting jika kita mengetahui estimasi biaya di
perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan
Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Jakarta.

Moeliono, Anton. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.

Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.

Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara Beta.

Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

Anda mungkin juga menyukai