ESTIMASI BIAYA
Tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial
Dosen : Dr Achmad Choerudin ST, SE, MM
Disusun oleh :
Magister Manajeman
STIE AUB Surakarta
2021
DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3.1 Tujuan
1.3.2 Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
Secara garis besar, estimasi bisa dibagi menjadi dua. Estimasi makro (atas-bawah) pada
umumnya diperoleh dari seseorang yang menggunakan pengalaman dan/atau informasi untuk
menentukan durasi dan total biaya proyek. Sementara, estimasi mikro (bawah-atas) lebih
menggunakan metode efisien dan berbiaya rendah. Namun, proses ini hanya bisa berlangsung
setelah proyek digambarkan secara detail.
Estimasi biaya dapat dikatakan sebagai metode yang biasanya dipakai oleh estimator untuk
menentukan harga setiap komponen. Pengertian lainnya menurut National Estimating Society
USA, estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art approximating) kemungkinan jumlah
biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada
waktu itu. Dalam industri konstruksi misalnya, estimasi biaya memiliki beberapa fungsi, antara
lain untuk melihat apakah biaya yang ada dapat memenuhi perkiraan biaya konstruksi, untuk
mengatur aliran dana saat tahap pelaksanaan konstruksi berlangsung, serta untuk bersaing pada
saat proses penawaran berlangsung. Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja
yang disiapkan harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor
mendapatkan keuntungan yang layak dari apa yang akan dikerjakan.
Jika diringkas, estimasi biaya dapat dibedakan menjadi dua, yakni estimasi biaya konseptual
dan estimasi biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep
bangunan yang akan dibangun. Perkiraan biaya ini dikerjakan pada tahap konseptual, dengan
semua aspek yang berkaitan dengan rencana investasi dikembangkan, dikaji, dan disaring.
Dalam prosesnya, tiap-tiap kategori estimasi harus dipersiapkan secara hati-hati dari tingkat
estimasi konseptual sampai pada estimasi detail guna memperoleh keakuratan estimasi biaya.
Keakuratan estimasi biaya seharusnya meningkat sesuai dengan perubahan proyek, dari
perencanaan, desain, hingga estimasi akhir pada saat penyelesaian proyek.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dari estimasi biaya?
5. Apakah estimasi biaya berpengaruh pada semua aspek yang ada pada Perusahaan tersebut?
1.3.2 Manfaat
Dalam suatu proyek konstruksi, estimasi biaya adalah salah satu bagian yang akan
digunakan sebagai dasar dalam menentukan apakah suatu proyek konstruksi layak untuk
direalesasikan atau tidak. Estimasi biaya memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak-pihak
yang terkait seeperti Pemilik Proyek, Konsultan perencana, maupun Kontraktor. Manfaat
estimasi biaya bagi pihak pihak terkait dalam proyek sebagai berikut :
Sebagai dasar dalam membuat perencanaan proyek sesuai dengan keinginan pemilik.
Sebagai dasar menetapkan perkiraan biaya proyek dalam merealesasikan.
Sebagai dasar dalam mengevaluasi biaya penawaran oleh calon kontraktor.
3. Bagi Pihak Kontraktor
1. Aliran keluar atau penurunan aset (outflow of assets, gross decreases in assets, using up
of assets).
2. Akibat aktivitas yang membentuk operasi utama yang berkelanjutan/ terus menerus.
Fungsi biaya total adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh
faktor- faktor yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan oleh
perusahaan tersebut.
Contoh soal :
Suatu perusahaan mempunyai fungsi biaya total TC = Q3 - 14Q2 + 69Q + 128. Tentukan fungsi
biaya total!
Penyelesaiian :
Diketahui :
AC = TC/Q
Fungsi biaya perunit penting untuk penilaian persediaan, penentuan laba, dan pengambilan
sejumlah keputusan penting seperti apakah akan membuat atau membeli produk, menerima atau
menolak suatu pesanan khusus, atau mempertahankan atau menghentikan suatu lini produk.
Contoh soal :
Menghitung biaya aktual yang mengharuskan perusahaan menggunakan biaya aktual adari
seluruh sumberdaya yang digunakan dalam produksi untuk menentukan biaya per unit.
Pada kurva biaya tota (total cost) diatas, kita dapat memahami beberapa hal. Perhatikanlah kurva
biaya tetap total (TFC). Kurva TFC berbentuk garis horizontal karena merupakan biaya tetap.
Tidak peduli berapapun jumlah output yang dihasilkan karena bersifat biaya tetap maka biayanya
sama untuk semua tingkatan output yang dihasilkan. Pada kurva biaya variabel total (TVC) kita
melihat kurva TVC yang terus mengalami kenaikan. Artinya kurva TVC menggambarkan biaya
variabel total yang terus meningkat seiring pertambahan jumlah output yang dihasilkan. Biaya
variabel ini akan menyesuaikan dengan biaya yang diperlukan untuk penggunaan input variabel.
Pada kurva TC menggambarkan biaya total (total cost). Bentuk kurva TC ini merupakan
penjumlahan antara biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC) yang dikeluarkan.
Kurva TC dimulai dari garis yang bersinggungan dengan biaya tetap saat 0 output dihasilkan,
yang berarti saat tidak berproduksi pun perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap. Seiring
pertambahan output dibutuhkan biaya variabel (TVC), sehingga selanjutnya kurva TC bentuknya
seperti mengikuti bentuk kurva TVC. Jadi disini bentuk kurva TC akumulasi dari biaya tetap
total dan biaya variabel total.
Jika harga barang 800 per unit,permintaan 100 unit. Jika harga barang 600 per unit, permintaan
200 unit. Tentukan fungsi permintaan dan gambar kurva nya.
Penyelesaian:
P - P1/P2 - P1 = Q - Q1/Q2 - Q1
Keterangan:
P1 = Harga awal
P2 = Harga akhir
Q1 = Kuantitas awal
Q2 = Kuantitas akhir
P - P1/P2 - P1 = Q - Q1/Q2 - Q1
P - 800/-200 = Q - 100/100
2.3 Kurva Biaya Jangka Panjang
2.3.1 Kurva Biaya Total Jangka Panjang
Biaya tetap total (total fixed cost-TFC), merupakan biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari
banyak sedikitnya jumlah output. Biaya ini tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek,
misalnya mesin, sewa bangunan, bangunan dsb.
2.3.2 Kurva Biaya Rata-Rata dan Biaya Marginai Jangka Panjang
Biaya rata-rata (average fixed cost-AFC), yaitu biaya tetap yang dibebankan untuk setiap unit
output.
Semakin banyak output, maka biaya tetap rata-rata akan semakin menurun.
Biaya marjinal (marginal cost-MC), adalah kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
menambah produksi sebanyak 1 unit.
Dimana:
Biaya marginal memegang peranan penting bagi produsen dalam mempertimbangkan penentuan
berapa besarnya output yang perlu di produksi.
2.4 Ukuran Perusahaan dan Skala Ekonomis
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro dan menengah,
berdasarkan ukuran nilai kekayaan bersih dan hasil penjualannya, perusahaan dibagi menjadi tiga
kriteria usaha, yaitu:
a. Usaha mikro
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
b. Usaha kecil
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha menengah
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
ribu rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
Kurva Pembelajaran atau kurva pengalaman (learning curve) adalah sebuah kurva garis
yang menunjukkan hubungan antara waktu yang diperlukan untuk produksi dan jumlah
komulatif unit yang diproduksi. Teori pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan secara
luas di dunia bisnis. Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk
mengestimasi waktu untuk mendisain produk dan produksi, serta biayanya. Kurva pengalaman
penting dan menjadi bagian yang integral dalam perencanaan strategi perusahaan. Keputusan
harga, investasi dan biaya operasi didasarkan pada kurva pengalaman. Kurva pengalaman juga
diaplikasikan selain pada level individu, juga pada level organisasi. Pengalaman/pembelajaran
individual akan berdampak pada perbaikan hasil ketika orang mengulang suatu proses dan
memperoleh ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman mereka. Dengan demikian “practice
makes perfect”. Sementara pengalaman atau pembelajaran organisasional merupakan hasil dari
latihan sebagaimana dalam pengalaman atau pembelajaran individual, tetapi juga datang dari
perubahan administrasi, peralatan, dan disain produk.
Pola atau gejala belajar tersebut pertama kali diobservasi pada tahun 1925 oleh komandan
Wright – Patterson Air Force Base di Ohio (( Miquel A. Requero, “An Economic Study Of The
Military Airframe Industry”, Wright Patterson Air Force Base, Ohio Department of The Air
Force, October 1957, pp 213)) . Dan, di dalam literatur, gejala Learning Curve pertama kali
dilaporkan oleh T.P. Wright[1] dalam “Factory Affecting The Cost Of Airplanes” Journal of
Aeronautical Sciences, vol. 3, no. 4, (1936), pp. 122-128. Wright melaporkan bahwa pengalaman
berperanan di dalam meningkatkan produktifitas, hal itu tercermin di dalam jam kerja langsung
rata-rata untuk memproduksi kerangka pesawat (tanpa mesin) yang menurun dengan tingkat
terntu bila jumlah yang diproduksi menjadi dua kali lipat. Jumlah jam kerja langsung rata-rata
untuk memproduksi kerangka pesawat yang keempat adalah 80% dari yang diperlukan untuk
unit yang kedua; untuk kerangka pesawat yang kedelapan hanya 80% dari unit yang keempat,
dan untuk kerangka pesawat yang keseratus hanya 80% dari yang kelima puluh. Dengan
demikian disimpulkan bahwa tingkat belajar dari pengalaman pada pembuatan kerangka pesawat
tersebut dalah 80% pada jumlah kelipatan dua.
Konsep learning curve (kurva pembelajaran) menyatakan bahwa:
Misalnya, diketahui learning curve 80% artinya bila produksi pertama butuh waktu 100 JTKL
maka waktu rata-rata akumulasi setiap satuan unit produksi yang kedua, kemudian keempat dan
selanjutnya kedelapan adalah untuk yang kedua sebesar 80% x 100 = 80, yang keempat adalah
80% x 80% x 100 = 64, dan yang kedelapan sebesar 80% x 80% x 80% x 100 = 51. Batas nilai
pembelajaran biasanya berkisar antara angka 60 - 50.
Dengan menggunakan pendekatan tabel, maka faktor perbaikan per unit atau pun faktor
perbaikan komulatif dapat langsung ditentukan dengan hanya melihat tabel tanpa perlu
menghitung, terutama bila jumlah produknya sangat banyak. Namun bila tidak tersedia tabel
maka model analisis yang menggunakan logaritma dapat menjadi cara yang cukup mudah untuk
mengestimasi output.
Yx = Kx^n
Dimana
x = jumlah unit produk
Yx = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang ke-x
K = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang pertama
Pada bagian aritmatik, dengan koordinat linier, hubungan antara waktu rata-rata dengan
banyaknya unit yang diproduksi berupa sebuah kurva yang menurun dengan cepat dan kemudian
agak landai.
Pada bagian yang berskala logaritmik hubungan tersebut berupa sebuah garis lurus
Pengertian lain dari manajemen logistik adalah suatu bagian dari upaya supply chain
management yang mempunyai fungsi penting untuk proses pelaksanaan, perencanaan, serta
pengendalian efektivitas dan efisiensi penyimpanan serta distribusi barang, pelayanan, serta
informasi hingga pada suatu tutuk konsumsi agar bisa memenuhi kebutuhan para konsumen.
Dalam proses penerapannya, manajemen logistik mempunyai berbagai fungsi penting yang akan
selalu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini adalah fungsi-fungsi
manajemen logistik.
Dalam hal ini, manajemen logistik berfungsi sebagai perencanaan dan juga penentu keperluan
dari setiap program organisasi. Hal tersebut meliputi aktivitas analisa produk yang digunakan,
skala prioritas, hingga ketersediaan produk. Aktivitas perencanaan ini harus selalu
memperhatikan anggaran yang dimiliki oleh perusahaan, faktor ketersediaan, hingga kemudahan
dalam mengakses suatu barang.
2. Penganggaran
Fungsi penganggaran dalam manajemen logistik adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan
pengadaan barang sudah sesuai dengan anggaran yang dimiliki perusahaan. Apabila biaya
anggaran logistik tersebut ternyata tidak sesuai, maka harus dilakukan perubahaan pada
perencanaannya.
3. Fungsi Pengadaan
Manajemen logistik pada dasarnya memang lebih fokus pada pengadaan barang dan menjadi hal
penting yang harus diperhatikan. Saat ada ketidaksesuaian anggaran dan menjadi sulit dalam
mengubah perencanaan, maka pihak manajemen logistik harus melakukan improvisasi dalam
mengelola kegiatan logistik dengan budget yang terbatas.
Fungsi manajemen logistik dalam menyimpan dan menyalurkan adalah suatu proses yang mana
suatu produk barang sudah diperoleh pada tempat yang memang sudah seharusnya. Nantinya
barang tersebut akan disalurkan ke pihak lain yang berkepentingan sesuai dengan SOP
perusahaan.
5. Pemeliharaan
Dalam hal ini, manajemen logistik juga meliputi seluruh pemeliharaan barang. Umumnya, tujuan
dari pemeliharaan barang logistik adalah guna memastikan produk barang yang tersimpan tidak
menjadi cepat rusak.
6. Penghapusan
Dalam proses aktivitas manajemen logistik juga terdapat aktivitas penghapusan. Fungsi
penghapusan dilakukan untuk memisahkan barang yang sudah rusak, memperbaikinya, atau
menggantinya dengan yang sesuai.
7. Pengendalian
Manajemen logistik juga berfungsi sebagai pengendalian, yang mana akan dilakukan oleh
seorang manajer logistik dengan tahapan yang sesuai dengan berbagai fungsi yang sudah
disebutkan di atas. Tujuannya adalah untuk memastikan seluruh fungsi logistik bisa dilakukan
sesuai dengan yang memang diharapkan.
Berdasarkan beberapa fungsi manajemen logistik yang sebelumnya sudah kita bahas bersama,
tujuan manajemen logistik adalah:
1. Tujuan Umum
Tujuan utama dari aktivitas manajemen logistik pada dasarnya adalah untuk bisa fokus pada
pencapaian tujuan organisasi agar bisa lebih efisien dan efektif.
2. Tujuan Khusus
Setidaknya terdapat tiga tujuan khusus dalam kegiatan manajemen logistik. Pertama, agar
persediaan barang bisa dilaksanakan dengan kuantitas dan kualitas yang benar. Kedua, agar
pengeluaran dana untuk tujuan pengadaan bisa dilakukan lebih efisien. Ketiga, guna mendukung
dan juga menjaga efisiensi serta efektifitas guna mencapai tujuan utama perusahaan.
Dengan menerapkan manajemen logistik yang baik, maka akan banyak manfaat yang akan
dirasakan oleh suatu perusahaan. Beberapa manfaat manajemen logistik adalah:
1. Persediaan
Hadirnya manajemen logistik yang baik akan mampu ketersediaan barang sehingga seluruh
kegiatan operasional perusahaan bisa dilakukan dengan lancar.
2. Transportasi
Aktivitas logistik pasti akan memerlukan alat transportasi, sehingga pihak perusahaan yang
sudah menerapkan manajemen logistik yang baik akan mampu memastikan adanya transportasi
untuk proses penyaluran barang.
3. Fasilitas
Terdapat berbagai fasilitas logistik yang diperlukan agar seluruh aktivitas logistik bisa dilakukan
dengan lancar. Dengan menerapkan manajemen logistik, maka pihak perusahaan akan
mengetahui fasilitas apa saja yang diperlukan untuk mendukung aktivitasnya.
4. Layanan
Hal penting yang harus diperhatikan bagi setiap perusahaan adalah memberikan pelayanan yang
baik pada pelanggannya. Namun, pelayanan tersebut juga tidak hanya fokus pada konsumen saja,
tapi bisa juga pada pihak lain, seperti supplier.
Setiap kegiatan manajemen pastinya akan selalu didukung dengan aktivitas administrasi agar
setiap kegiatan bisa dipastikan tercatat secara baik dan teratur, sehingga seluruh informasi
kegiatan logistik bisa ditemukan secara mudah jika nantinya dibutuhkan.
6. Inbound Transportasi
Manfaat manajemen logistik pada inbound transaksi dilakukan untuk menangani distribusi
barang dan bahan baku dari pihak pemasok ke perusahaan. Perusahaan akan berpotensi
mendapatkan kerjasama yang baik dengan pihak pemasok yang mempunyai kualitas bahan baku
dan kualitas terbaik dengan menerapkan manajemen persediaan yang baik.
7. Outbound Transportasi
Aktivitas manajemen logistik akan menangani distribusi yang baik dari pihak perusahaan ke
pihak konsumen dan mampu memastikan pengantaran barang bisa dilakukan dengan baik.
8. Pemecahan Masalah
Setiap proses penyediaan barang pasti akan ada saja masalah yang bisa terjadi. Dengan
menerapkan manajemen logistik, maka setiap permasalahan tersebut bisa diatasi dan juga
diantisipasi dengan cepat, tepat, dan akurat.
Biasanya, setiap konsumen ada saja yang melakukan tracking pada pengiriman barang yang
dipesannya. Dengan hadirnya manajemen logistik yang baik, maka penyampaian informasi
tentang distribusi suatu barang akan bisa dilakukan secara lebih rapi.
Tingkat kepercayaan konsumen yang lebih besar kepada perusahaan akan hadir jika ada
pelayanan terbaik, baik itu dalam hal penyampaian informasi, ketepatan waktu, serta pelayanan
yang baik. Hal tersebut akan berujung pada timbulnya loyalitas konsumen pada suatu brand.
Analisis CVP mendeskripsikan hubungan antara unit yang dijual, harga jual, biaya dan profit.
Analisis ini dapat menjelaskan beberapa isu penting dalam pengambilan keputusan manajemen,
diantaranya yaitu dampak pengurangan biaya tetap dan kenaikan harga jual terhadap profit.
Dengan menggunakan analisis CVP atau analisis biaya volume laba, para manajer atau
manajemen perusahaan dapat memahami bagaimana pengaruh perubahan volume penjualan,
harga dan biaya variabel terhadap laba perusahaannya. Tujuannya adalah agar mereka dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola bisnis.
Selain itu, penerapan analisis CVP akan mempermudah pebisnis dalam menjalankan bisnis
mereka termasuk saat mengaudit laporan keuangan. Angka dari analisis CVP bisa digunakan
sebagai data untuk memeriksa penjualan dan pengeluaran biaya yang ada dan mengurangi resiko
terjadinya kecurangan laporan keuangan dalam suatu usaha.
Aanalisis CVP dengan menggunakan rumus di atas. Sebuah perusahaan yang menjual boneka
mempunyai fixed cost atau biaya tetap sebesar Rp 100.000.000 dan kontribusi marginnya adalah
sebesar 40%. Berapa penjualan yang harus dicapai agar mencapai BEP?
Jawaban:
Jadi dari contoh analisis CVP di atas diketahui perusahaan harus mencapai penjualan sebesar Rp
250.000.000 untuk mencapai BEP.
Untuk mengetahui berapa unit yang dibutuhkan jika ingin mencapai target, Anda bisa gunakan
rumus di bawah ini:
Required Sales in Units = (Targeted Income + Fixed Cost) / Contribution Margin Per Unit
Melalui persamaan di atas, dapat diketahui jumlah unit yang harus dijual untuk mendapatkan
keuntungan yang diinginkan. Caranya adalah dengan menjumlahkan target profit dengan biaya
tetap kemudian dibagi dengan contribution margin per unit. Berikut perhitungan contoh analisis
CVP untuk persamaan di atas.
Diketahui :
Berdasarkan contoh analisis CVP diatas, dibutuhkan penjualan sebanyak 2300 unit untuk
mencapai target profit yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp 150.000.000.
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Estimasi biaya adalah hal yang sangat penting dalam suatu instansi. Melalui estimasi biaya,
maka kita akan mengetahui biaya-biaya apa saja yang terdapat dalam suatu instansi tersebut.
Estimasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat dikatakan sebagai perkiraan, penilaian,
atau pendapat. Baik untuk waktu atau biaya, estimasi sangat penting untuk mendukung
keputusan yang baik, untuk menjadwalkan pekerjaan, untuk menentukan berapa lama suatu
proyek perlu dilakukan dan berapa besaran biayanya, untuk menentukan apakah proyek layak
dikerjakan, untuk menentukan kebutuhan arus kas, untuk menentukan seberapa baik kemajuan
proyek, hingga untuk menentukan anggaran time phased dan menetapkan basis proyek.
Secara garis besar, estimasi bisa dibagi menjadi dua. Estimasi makro (atas-bawah) pada
umumnya diperoleh dari seseorang yang menggunakan pengalaman dan/atau informasi untuk
menentukan durasi dan total biaya proyek. Sementara, estimasi mikro (bawah-atas) lebih
menggunakan metode efisien dan berbiaya rendah. Namun, proses ini hanya bisa berlangsung
setelah proyek digambarkan secara detail.
Estimasi biaya dapat dikatakan sebagai metode yang biasanya dipakai oleh estimator untuk
menentukan harga setiap komponen. Pengertian lainnya menurut National Estimating Society
USA, estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art approximating) kemungkinan jumlah
biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada
waktu itu. Dalam industri konstruksi misalnya, estimasi biaya memiliki beberapa fungsi, antara
lain untuk melihat apakah biaya yang ada dapat memenuhi perkiraan biaya konstruksi, untuk
mengatur aliran dana saat tahap pelaksanaan konstruksi berlangsung, serta untuk bersaing pada
saat proses penawaran berlangsung. Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja
yang disiapkan harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor
mendapatkan keuntungan yang layak dari apa yang akan dikerjakan.
Jika diringkas, estimasi biaya dapat dibedakan menjadi dua, yakni estimasi biaya konseptual dan
estimasi biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep
bangunan yang akan dibangun. Perkiraan biaya ini dikerjakan pada tahap konseptual, dengan
semua aspek yang berkaitan dengan rencana investasi dikembangkan, dikaji, dan disaring.
Saran
Sebaiknya kita harus tetap menerapkan estimasi biaya dalam perusahaan tempat kita bekerja.
Karena menurut saya, suatu hal yang sangat penting jika kita mengetahui estimasi biaya di
perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan
Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Jakarta.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara Beta.