Anda di halaman 1dari 7

Kegagalan Bukanlah Akhir dari Segalanya

Aku terbangun dari mimpi, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 05:15
dan aku bergegas menuju kamar mandi untuk sholat dan mandi. waktu
berjalan dengan cepat dan saat ini aku sudah ada di sekolah. Aku
sekarang menempati bangku SMA kelas XI, waktu terasa cepat sekali
berlalu. Kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, mengingat
sebuah keputusan yang sudah ku ambil untuk satu tahun kedepan,
keputusan dimana aku akan mencalonkan diri bersama temanku, farel.
menjadi pasangan ketua osis.
Beberapa hari kemudian, pendaftaran sudah buka. Aku bersama dengan
Farel dan Fiya sebagai pasangan pencalonan kami, mulai mempersiapkan
berkas berkas untuk melengkapi pendaftaran kami sebagai calon ketua
osis. Saat kami sedang sibuk dengan beberapa urusan berkas sampai
kami pun tidak sadar bahwa waktu berjalan dengan cepat sekali. tibalah
dihari rabu, saat ketua MPK menyampaikan kepada kami bahwa ada salah
satu berkas yang kurang dan kami harus memintanya kepada BK. Kami tak
habis pikir, mengapa ketika sudah detik detik penutupan dan pengumpulan
berkas, pihak MPK baru memberitahunya.
"Mi, kata MPK berkas kita masih ada yang kurang." omong farel
"Berkas apa Rel? kok baru dikasi tau hari ini? mendadak banget" jelasku
"Ya gatau itu PK, katanya si berkas keterangan dari BK" jelas Farel
Kami pun bergegas mendatangi pihak BK atau ruang BK untuk meminta
Surat keterangan tersebut. entahlah, sebelumnya Aku sama sekali tidak
berfikir bahwa itu adalah awal dari kegagalan kami.
Hari Jum'at pun tiba, hari dimana kami mendapatkan hasil dari surat
keterangan BK tersebut. Rasanya campur aduk ketika kami diberitahu oleh
PK untuk segera mendatangin kesekretariatan Osis karena ada sesuatu
yang ingin dibicarakan, anehnya, mengapa feeling ku sangat tidak enak
ketika aku membaca pesan tersebut?. Kami bertiga, Aku, Fiya dan Farel,
bergegas mendatangi Kesekretariatan Osis dan menunggu giliran kami
untuk memasuki kesekretariatan OSIS, aneh rasanya, feeling seolah
mengatakan bahwa akan ada sesuatu hal yang akan menjadi berita buruk
bagi kami, Tapi, aku selalu berusaha untuk berfikir positif . Giliran Kami pun
tiba, saatnya giliran Fiya yang pertama kali keluar dari kesekretariatan
Osis.
"gimana Fi? aman ga?" tanyaku.
"aman kak Alhamdulillah." jawab Fiya
Giliranku pun tiba, Aku masuk dengan keadaan bingung entah kenapa.
Saat aku mengetahui bahwa aku bisa melanjutkan pencalonan ku, Aku
merasa lega sekaligus gelisah.
"Rel masuk rel, doa ya.." omongku.
"Iya mi aman kok" jawab Farel.
Setelah Farel masuk kedalam kesekretariatan Osis, Feeling ku dan Fiya
sangat buruk dan gelisah. Kami bertanya tanya, mengapa Farel lama
sekali berada didalam kesekretariatan Osis? mengingat bahwa Farel
memiliki sebuah masalah.
"Kak, kak farel lama banget, saya takut" jelas fiya.
"Saya juga fi, bissmilah semoga dia tetep bisa maju ya" tenangku kepada
Fiya
Kami pun dipanggil oleh ketua MPK.
Rasanya campur aduk, atmosfer ruangan seolah ingin mencekik kami
bertiga, seolah ingin memberitahu bahwa kabar buruk itu memang benar
benar terjadi. Aku gelisah, tentunya Fiya dan Farel juga. Melihat ekspresi
Farel yang sangat sulit diartikan.
"Jadi gini Mi, mohon maaf sebelumnya ya, Farel gabisa lanjut untuk maju
jadi ketua Osis. Kamu bisa lihat kertas ini."
Kertas itu, kertas yang terdapat tinta merah, tinta yang sangat aku
hindari. Campur aduk rasanya, seolah olah dunia benar benar tidak
berpihak kepada kami. Aku rasanya ingin menangis, berharap itu adalah
mimpi buruk. Tapi nihil, itu adalah fakta, fakta tetaplah fakta. Hanya karena
tinta merah, perjuangan kami harus usai sampai disitu.
Kami memutuskan untuk keluar dari kesekretariatan Osis
"rel kok bisa?" tanyaku sambil berkaca kaca.
"Maaf mi, ini semua kesalahan gue". jelas Farel
"Kak ini gimana? kok bisa kayak gini? Saya gak bisa kalo gak sama
kakak." jelas Fiya sambil menangis.
Kosong, itulah jalan pikiran kami bertiga. sembari berfikir bagaimana
kedepannya? berupaya kesana kemari untuk menjelaskan mengenai
permasalahan yang sudah Farel lakukan. Namun nihil, tidak bisa. Pilihan
kami yang terakhir adalah mencari pegantinya.
Begitu banyakan tolakan yang kami dapat ketika kami mencari
pegantinya. Rasa khawatir tentunya sangat terngiang ngiang diotakku.
Segala fikiran dan hal hal negatif tertuang diotakku. Bagaimana jika kami
tidak mendapatkan pegantinya? Bagaimana jika aku mengundurkan diri
saja?, Karena sangking putus asa nya.
Kesana kemari mencari pegantinya, tetapi kami masih berharap bahwa
ada suatu keajaiban untuk Farel agar bisa melanjutkan perjalanan kami.
Namun nihil, sampai malam berlalu pun tidak ada kemajuan, sedangkan
dua hari lagi sudah masuk penutupan pendaftaran. Rasanya hampa, putus
asa, dan hampir gila. Rasanya dunia ini sangat tidak adil buatku. Putus
asa, tentu. Siapa yang tidak ingin menyerah saja ketika mendapatkan
masalah seperti ini?. Support sudah banyak sekali ku dapatkan, terlebih
dari seseorang yang selalu ada disampingku. Berat rasanya menerima
semua ini, Berat rasanya menerima kenyataan bahwa Farel tidak bisa
melanjutkan pencalonan ini. Tetapi, dia, selalu meyakinkan ku bahwa
semuanya akan baik baik saja. Dia yang meyakinkan ku bahwa aku bisa
melewatinya. Dia adalah penerangku, Fahmi.
Keesokan harinya, aku mendapatkan kabar bahwa Farel sudah
mendapatkan pegantinya. Ya, peganti ketua kami. Berat rasanya
menerima Nazril menjadi peganti Farel, munafik jika ku bilang bahwa aku
langsung menerimanya menjadi pasangan pencalonan ku. Terutama Fiya.
Teman temanku selalu meyakinkan ku bahwa dia adalah yang terbaik
untuk bisa mendampingi ku dalam pencalonan ini.
"Mi, janji sama gue buat bertahan sampai pemilihan nanti ya mi?" jelas
Farel
"gue gak bisa rel, gue gak kuat." jelas ku sambil memangis
Ya, aku menangisi hal ini selama semalaman, tanpa berhenti.
"Bisa mi, ada Fiya. gue bakalan selalu ada di belakang kalian Mi" jelas
Farel
"Gak bisa kak, kenapa kita gak bisa maju bareng kak?" Tanya Fiya
Farel bingung, Merasa bersalah tentunya. Tidak ada yang salah disini, Aku
tidak menyalahkan pihak manapun. Aku hanya kecewa, Kecewa dengan
keadaan. selalu berusaha untuk menerima kenyataan ini.
"Zril, makasih ya udah mau nerima tawaran buat gantiin farel maju jadi
ketua osis." imbuhku
"Iya, saya yang makasih karena kalian udah percayain saya buat hal ini."
jelas Nazril.
Kami membantu Nazril untuk menyelesaikan pemberkasan tersebut.
Tidak rela, Masih saja rasa ini ada. Tidak rela jika Nazril menjadi peganti
Farel. Lagi dan lagi menangisi hal yang sama. Lagi dan lagi berharap Farel
bisa melanjutkan pencalonan bersama ku dan juga Fiya.
Malam pun tiba, dan menangis masih saja rutin terjadi. Banyak sekali
kata "Semangat" datang kepadaku. Mulai dari teman temanku, bahkan
Fahmi. Banyak sekali hadiah hadiah kecil yang mereka berikan kepadaku.
Sedih sekaligus Senang. ternyata masih banyak sekali orang orang yang
peduli padaku. Support dan dukungan itu selalu diberikan Fahmi kepadaku,
Tak heran jika semangatku untuk melanjutkan semua ini muncul kembali.
Semua itu berkatnya. Dan tentu juga Berkat Allah SWT.
Banyak sekali tulisan tulisan yang kudapat dari teman temanku.
"Semangat ya mi, Jangan sedih terus"
Itu salah satunya.
Satu Minggu yang akan datang adalah Tahap seleksi kami menjadi
pasangan pencalonan Ketua dan Wakil ketua Osis. Hari senin pun tiba,
hari dimana seharusnya Aku, Farel dan Fiya memperkenalkan diri sebagai
kandidat Calon Ketos dan Waketos. Berat rasanya datang di hari ini,
Dimana kami harus maju tanpa Farel. Tanpa seseorang dibalik dari semua
ini. Sedih tentunya, Aku dan Farel sama sama menangis ketika
pengumuman bahwa Aku mendapatkan nomor urut "1" dalam pencalonan
ini. Tangisku semakin bertambah. Karena, nomor yang kami dapatkan
adalah nomor yang Farel inginkan. Sedih tentu.
Setelah memperkenalkan diri sebagai kandidat Calon Ketos dan
Waketos, Kami bertiga, Aku, Nazril dan Fiya akan menjalankan tes
wawancara selama 3 hari.
"Semangat ya wawancaranya, inget dilancar lancarin kan udah gue jelasin
semuanya." omong farel kepada kami
"Iya rel aman insyaAllah" jawab Nazril
Beberapa Pewawancara sudah kami selesaikan, Namun ada satu
pertanyaan yang sangat membuat Aku ingin menangis.
"Kenapa bisa ngajak Armi dan Fiya buat jadi wakil ketua Osis kamu?"
Rasanya aku ingin berteriak detik itu juga, rasanya aku ingin menangis
detik itu juga. Mereka tidak tau memang bagaimana dan apa yang terjadi
antara kami.
Seleksi tes Wawancara sudah berhasil kami lewati, saatnya masuk ke
masa Kampanye. Ya, Masa yang sangat aku takuti, mengenai banyak
sekali pertanyaan pertanyaan sensitif yang terdengar di telingaku.
"kenapa kok Farel gak jadi ketua OSIS?"
"Kenapa Farel? Kok gak maju jadi ketua OSIS?"
dan masih banyak sekali. Tentunya para pendukung Farel juga merasa
sedih karena mereka sudah menyiapkan banyak sekali rencana untuk
menyukseskan Farel menjadi Ketua OSIS.
Saat kampanye, Kampanye yang dimana kami mengelilingi kelas kelas
untuk mencari suara dan mencari dukungan. Tibalah kami di kelas Farel
dan juga kelasku, Ya, kami adalah teman sekelas. Perasaan sedih itu
kembali datang, perasaan itu kembali menghantui diriku. Kembali berfikir
"mengapa Farel tidak bisa maju menjadi Ketua OSIS bersama ku?".
Hari hari terus berlalu, karena tak selamanya kesedihan itu menghantui
ku. Tibalah dimana hari penentuan Mosi pembahasan debat kami lusa.
Dan malangnya, hal yang sangat kami takuti justru kami mendapatkannya.
Mosi mengenai "Organisasi Ilegal". Siapa yang tidak takut jika membahas
suatu hal sensitif seperti ini. kembali, lagi dan lagi aku menangis. Meminta
bantuan Farel dan segera memberi tau Farel bahwa kami mendapatkan
Mosi pembahasan yang sangat sangat sensitif. Mati matian kami
menyusun Mosi pembahasan tersebut secara Netral. Mati matian kami
berusaha untuk tidak menyinggung pihak mana pun.
"Rel, gue gak bisa ngelanjutin ini rel." keluhku
"Bisa Mi, apaan lo tiba tiba bilang gitu". bantah Farel
"Kak, Gak bisa." Jelas fiya.
Tidak ada perjuangan yang sia sia. Kami berhasil menyelesaikan Mosi
pembahasan tersebut. Dan besok, Besok adalah hari pemilihan kami.
Jujur, tidak ada harapan menang di diriku jika tidak bersama dengan Farel.
Bukan berarti aku menjelekkan Nazril, namun begitulah kenyataannya.
Tidak ada yang menuntunku untuk berharap menang, hanya support dan
dukungan dari orang orang sekitarku saja.
Frustasi sekali, memikirkan bagaimana hari esok aku menghadapinya.
Berusaha berfikir positif tapi nihil, rasa takut itu selalu ada. Saling berbagi
cerita dengan support system ku, tapi dia selalu meyakinkan ku bahwa
semuanya akan baik baik saja.
"Percaya sama aku mi, kamu bisa. Kamu udah keren banget mi. Aku
bangga banget sama kamu". Begitu katanya.
Hari puncak dari segalanya sudah tiba, Aku berjuang dengan segala
upayaku. Membuktikan bahwa aku bisa, membuktikan bahwa semua ini
bisa aku selesaikan. membuktikan bahwa apa yang sudah ku mulai, akan
aku akhiri dengan baik. Segala doa aku panjatkan supaya semuanya
dipermudah.
"Rel apapun yang terjadi gue minta maaf ya." antisipasi ku
"Lho kok minta maaf si mi, gue bangga banget sama lo". jelas farel
"Zril, apapun yang terjadi, satuin pemikiran kita ya?" tambahku
"Pastinya, semangat buat kita." jelas Nazril
Keadaan debat begitu panas, entah apa yang merasukiku. Aku menjadi
sangat cepat tanggap berkat seseorang didepanku. Dia yang selalu
menyemangati ku ketika aku debat, dia yang selalu mengamatiku ketika
aku menyelesaikan sebuah pertanyaan. "Hebat" katanya. Masa debat
sudah selesai, Apapun itu hasilnya aku sangat berterimakasih pada diriku
sendiri. Dan penghitungan suara sudah tiba. Di akhir penghitungan suara,
Aku kalah. sesuai feelingku. Sedih, pasti. Aneh jika aku bilang aku tidak
sedih. Menangis juga sudah pasti, dan tidak mungkin terlewati.
"Mi keren banget, gapapa mi, lo udah keren banget". Ucap teman temanku.
Aku berhasil melewati ini semua, meskipun sedih. Berhari hari aku
meratapi kekalahan ini. berfikir kembali, "kenapa bisa kalah?". berlarut larut
tenggelam dalam kegagalan. Berlarur larut memikirkan hal yang telah lalu.
Dia, dia bilang kepadaku.
"Kamu hebat, kamu keren bisa laluin ini semuanya, Aku bangga sama
kamu, Bangga banget!" jelasnya.
Aku berfikir, untuk apa menangisi hal yang sudah berlalu. untuk apa
mengingat ngingat luka yang sudah lalu.
Kembali kubuka lembaran yang baru. Kembali menjalani hari hari sebagai
mana semestinya berjalan. Kembali merajut asa bersama teman temanku.
mencari kegiatan yang lebih menarikku dari kesedihan. Ternyata benar, tak
selamanya kesedihan harus dikenang. Ternyata benar, Kegagalan
bukanlah akhir dari segalanya

Anda mungkin juga menyukai