Anda di halaman 1dari 6

Pria Itu Engkau

“Wahai Ali, tahukah engkau? Sebelum menikah denganmu aku telah


menyukai seorang laki-laki dan berniat menikah dengannya.”

“Lalu mengapa kau menikah denganku, bukan dengannya?.”

“Laki-laki itu adalah engkau.” Ujar kesayangan Nabi SAW itu.

Adegan paling romantis yang pernah kudengar. Sampai aku juga ingin
merasakannya. Aku juga ingin memiki 'Fatimah'. Layaknya Ali yang
memiliki Fatimah.

Begitulah motivasiku hijrah untuk mengenal Islam lebih dalam. Kisah


cinta Ali dengan Fatimah membuatku memandang Islam dari kacamata
berbeda. Padahal hanya kisah cinta, namun berhasil menyentuh hatiku dan
akhirnya mendapatkan hidayah.

Namaku Fathan Richandra. Biasanya teman-teman memanggil Fathan


atau Than. Tahun ini adalah tahun keduaku di SMA. Tapi tahun ini setelah
memutuskan untuk hijrah, aku masuk ke organisasi Islam satu-satunya di
sekolah. Rohis. Tujuanku adalah untuk menarik perhatian 'Fatimahku' yang
akan masuk ke sekolahku di tahun ajaran baru tahun depan. ‘Fatimahku’
yang aku pilih adalah seorang mu'allaf. Nama aslinya Archi Felici. Dia
masuk Islam 5 tahun lalu. Aku sebenarnya sudah tertarik padanya ketika
masih mengenyam bangku SMP. Ketertarikanku berawal ketika dia
menceritakan alasannya masuk Islam. ‘ Islam itulah alasan kenapa NKRI
ada. Islam yang memberi semangat pada pahlawan bangsa untuk berjihad
memerdekakan Indonesia. Tanpa islam, NKRI tidak akan lepas dari
penjajah.’ Mu'allaf the best. Begitu pikirku. Awalnya kupikir itu hanyalah
cinta monyet. Tapi hingga SMA aku tidak bisa melupakannya.

Sejak mendengar cerita Fatimah dan Ali, ntah kenapa ketertarikanku


pada Archi berubah menjadi rasa ingin memiliki. Aku ingin Archi menjadi
'fatimahku’. Pendamping masa depanku.
Karenanya aku pun hijrah. Masuk Rohis. Berharap bisa menambah

pengetahuan agamaku yang masih awam. Mu’allaf tentunya akan lebih


memilih pria shaleh untuk menjadi pendamping hidupnya. Karenanya aku
akan memantaskan diriku dengan mempelajari agama ini lebih banyak lagi.

Aku sudah menyusun rencana di tahun ajaran baru aku akan memberi
sambutan dari Rohis untuk siswa baru, sekalian mempromosikan
organisasiku. Dengan harapan Archi melihatku. Tidak tanggung tanggung
aku sudah memikirkan akan membawa sambutan bertema Rohis Cinta
NKRI. Dia pasti akan tertarik masuk Rohis dan juga padaku. Ini akan
menjadi awal terwujudnya mimpiku untuk mendapatkan 'fatimahku'. Mimpi
tentu saja tidak akan terwujud tanpa usaha. Karenanya sejak aku berada di
Rohis, aku menghabiskan banyak waktu mempelajari agamaku. Modal
nikahlah ibaratnya. Aku juga menambah fokusku pada bahasan terkait
Islam dan NKRI, Islam dalam kepemimpinan, Rohis memandang
kepemerintahan dan hal-hal semisalnya. Tentu saja untuk materi
sambutanku. Awalnya aku kesulitan. Aku bahkan mati-matian mengimbangi
kualitas agamaku agar setara dengan anggota Rohis lainnya.

Hingga waktu yang aku tunggu-tunggu itu datang. Aku dipilih oleh
pembina Rohis untuk menyampaikan sambutan. Aku sudah mempersiapkan
semuanya. Termasuk menyisipkan kisah cinta Ali dan Fatimah dalam
sambutanku. Ketika acara penyambutan siswa baru di mulai, aku mencari
sosok Archi di bangku hadirin. Dan aku menemukannya di bangku barisan
tengah bersama teman-temannya. Aku sempat tersenyum padanya sebelum
membawakan sambutan. Agaknya dia sedikit terkejut. Aku tau dia masih
mengingatku. Acara itu berhasil sampai akhir. Aku bersyukur.

Siangnya, saat aku akan ke kantin bersama Andi, teman hijrahku, tiba
tiba suara yang terdengar familiar memanggilku. Aku hafal suara itu.

“Kak Fathan!” Aku menoleh. Dan menemukan sosok Archi yang


berjalan gugup di temani temannya.
“Archi?” aku menyebut namanya. Berusaha terdengar biasa.

“Ng. Aku mau masuk Rohis kak.” Setelah mengatakan itu, Archi

langsung pergi. Temannya sedikit menganggukkan wajahnya padaku.

Jelas sekali dia malu. Ah. Fatimah ku.

Esoknya, hari pendaftaran ekstrakurikuler. Aku bersiap di meja


pendaftaran. Menunggu Archi tentunya. Pagi itu banyak yang mendaftar di
Rohis. Hanya saja tidak ada tanda-tanda kedatangan Archi. Namun aku
masih setia menunggu. Namun penantian ku tak berlangsung lama, tiba tiba
teman Archi datang. Hanya saja wajah nya terlihat kusut. Ia berbicara pada
guru pembina kami yang juga wali kelas Archi dengan terburu buru. Aku
berusaha mendengar dengan seksama. Bisa jadi ini tentang Archi. Walau
aku tidak yakin.

Tapi benar saja. Siang membawa kabar. Aku terkejut tak percaya.

“Ibu, tadi pagi, di perjalanan ke sekolah, Archi kecelakaan. Saya


diminta memberi tahu ibu yang wali kelasnya. Sekarang Archi dilarikan ke
rumah sakit bunda Maryam.”

“Innalillahi-”

Aku langsung mengambil jaketku dan berlari ke parkiran. Aku tak


menyangka hal ini bisa terjadi. Tapi, baru saja aku menyalakan motor, Andi
menahan tanganku.

“Awas! Gua mau ke rumah sak-” kataku terpotong ketika Andi


menunjukkan layar Hp-nya. Di sana tertera chat angkatan . Aku
membacanya.

‘Innalillahi wa Inna ilaihi Raji’un, telah berpulang ananda kita Archi


Felici. Siang ini pukul 13.30-’

Baru kemarin dia berbicara padaku setelah 2 tahun berlalu, dan


sekarang...
“Ikut gua bro.” Andi menarik tanganku. Mengambil kunci motor dan
membawaku ke taman sekolah.

“Fathan.” Andi menyodorkan minum setelah kami sampai di taman.

“.....”

“Tuhan punya rencana yang lebih baik dari rencana hambanya. Sebagus
apapun rencana seorang hamba.”

“Gua nggak nyangka bro. Gua udah bayangin akhir yang indah dari
semua rencana gua. Tapi kenapa di saat gua udah yakin, Allah...”

“Takdir Allah melewati lo.”

“Semuanya sia sia bro... Sekarang dia udah pergi, gua...” Frustasi.

“Gua pikir lo udah paham bro. Gua liat lo begitu gigih belajar agama.
Tapi sayang, justru yang terpenting dari semua aktifitas hijrah lo. Lo sama
sekali nggak ngerti tentang yang satu ini.”

“maksud lo apa?”

“Niat. Lo pernah baca hadist arbain yang pertama?”

“Setiap amal tergantung pada niat?”

“Nggak cukup hanya sampai disana bro. Ada lanjutannya. ‘dan


sungguh setiap orang akan mendapat apa yang ia niatkan. Barangsiapa
berhijrah kepada Allah dan Rasulnya. Maka hijrahnya akan diterima sebagai
hijrah kepada Allah dan Rasulnya. Dan barang siapa hijrahnya karena dunia
yang ia cari, atau wanita yang ia nikahi, maka dia mendapatkan apa yang ia
tuju.’ Lo tau maksudnya apa?”

“Kalau begitu gua harusnya dapetin Archi dong bro?”

“Nggak Than. Bukan itu yang gua maksud. Hadist itu nyindir lo. Lo
hijrah karena mau dapetin Archi. Secara konteks memang harusnya lo
dapetin dia, tapi Allah nggak ngasih buat lo. Kira kira tujuanNya apa?”
Deg! Aku menyadari sesuatu. Yang salah dari semua ini.

“Luruskan niat. Allah bukan ingkar janji dan Rasul nggak berbohong di
hadist ini. Tapi ini bukti cinta Allah. Hijrah lo, nggak tulus untuk Allah,
orientasi lo cewek! Dengan itu di Akhirat lo nggak bakal dapetin apa apa.
Tapi karena Allah sayang sama Lo, Dia tarik Archi ke sisi-Nya. Agar Lo
sadar. Hijrah itu untuk Allah, akhirat. Bukan untuk dunia.”

“Terus.... Gua harus gimana?”

“Terserah Lo. Fatimah di dunia ini bukan Cuma satu. Dan cukup Allah
yang memilih siapa Fatimah yang akan diberikannya pada Ali. Dan kalau
Lo benar-benar ingin dapetin Fatimah, jadilah Ali. Bukan mencari Fatimah.”

5 tahun kemudian.

Setelah melewati perang batin dalam hatiku tentang hijrah yang


sebenarnya, sekarang aku akhirnya bisa melupakan sosok tentang Archi
sepenuhnya. Aku bertemu dengan Fatimahku yang sebenarnya di sebuah
seminar yang aku hadiri. Namanya Salsabila Azzahrah. Istriku, Fatimahku.

“Sayang, tau nggak?” akhir pekan kami mengobrol di ruang tengah. Ku


lihat mata istriku menatapku serius.

“Apa honey?”

“Sebelum nikah sama kamu, aku sedang suka sama seorang pria dan
berniat menikah dengannya.”

Aku menutup mulutku. Dia pernah bilang dia tidak pernah pacaran.
Atau berhubungan dengan laki laki lain sebelum menikah. Lalu sekarang
apa maksudnya dia mengatakan ini? Siapa laki laki yang disukainya
sebelum menikah denganku? Dan kalau memang begitu...

“Kenapa tidak menikah dengannya dan menikah denganku?”

“Pria itu adalah kamu.” katanya, sambil menampilkan senyum paling


indah yang pernah ku saksikan seumur hidupku.
Cukup Allah yang memilih, siapa Fatimah yang akan diberikannya pada
Ali. Kalau kau ingin mendapatkan Fatimah, jadilah Ali.

End

Biodata penulis

Nama penulis : Atiqah Nurul Af’idah

Nama pena : Afimafu

TTL : Bukittinggi 8 Februari 2002

Domisili : Kayuringin jaya, Bekasi selatan, Bekasi, Jawa barat.

Hobi : Menggambar dan menulis

Cita cita : Hafidzah 30 juz , komikus dan novelis

Email : afimafu@gmail.com

Instagram : Afimafu

Facebook : Afimafu keiriver

Anda mungkin juga menyukai