Anda di halaman 1dari 4

Journey

Of
Life
[ Setiap jejak adalah makna}
Penulis : Ahmad Sukri
Kelas : XII

Judul Buku : Journey of life


Penulis : Rahman Hanifan
Tebal Buku : XI + 204 Halaman
Penerbit : Pt. Pusaka Insan Madani
Tahun Terbit : 2009

Sinopsis
Untuk Akhi
Di Muntilan
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Mahasuci Allah yang senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih-Nya kepada kita
semua. Semoga Rasulullah memberikan syafaat kepada kita, kelak di hari akhir. Amin.
Akhi, afwan, ya ? Surat Anta baru Ana balas sekarang!
Gimana? Deg-degan gak? Biar gak deg-degan, pemanasan dulu, ya. Baca basmalah, tarik
nafas dalam-dalam... Udah? Udah belum? Embuskan pelan-pelan...”
Kuikuti saran Ayu dalam surat cantik ini. Usai kubaca basmalah, sepenuh tenaga
kuhirup udara di depanku. Kupejamkan mata. Terasa betul udara naik dari hidung, kemudian
berbelok 180º ke tenggorokan dan turun ke dada. Ketika lambungku tak lagi cukup
menampung udara, pelan-pelan kubiarkan udara itu meluncur keluar lewat mulutku.
Ternyata Ayu salah. Dug dug dug. Bagai bunyi beduk subuh di kampungku dulu,
detak jantungku justru berlari kencang dan menggelegar. Kembali kutarik nafas panjang.
Tapi tiada guna, detak jantungku kian cepat berlari.
Terkenang aku akan surat penolakan dari Ning dulu. Pada permulaannya, Ning
banyak membuat lelucon. Aku mengerti maksudnya, agar dapat kutepiskan sedihku.
Ning, Ning. Tidak kusangka gadis anggun itu benar-benar tidak bersedia menjadi
pendamping hidupku. Waktu SMEA dulu kamu sangatlah akrab. Di kelas, hanya aku dan
Ning yang terkenal suka mengaji. Ketika memberikan materi pelajaran Tajwid, guru
agamaku sering menyuruh kami memberikan contoh cara membaca Al-Qur’an yang benar.
Biasanya aku diminta membaca terlebih dahulu, baru kemudian Ning, Bacaan Ning lebih
bagus dari bacaanku, karena dia tahu cara melagukannya. Adapun aku waktu itu belum
sempat belajar melagukan Al-Qur’an.
Kesamaan sifat dan kegemaran mebawa kami kepada persahabatan yang lekat. Kami
sering bertukar pikiran mengenai persahabatan, materi pelajaran, hingga tentang bahasa Arab
yang tak pernah kami pelajari disekolah. Aku kagum, karena kata marah sepertinya tidak ada
dalam kamus hidup Ning. Ada pun yang diperbuat orang terhadapnya, Ning selalu
menanggapinya dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
Tak pernah orang berani kurang ajar kepada Ning. Kalau toh ada orang yang berbuat
macam-macam, pasti hanya bercanda. Itu karena kelembutan sikap Ning yang seakan
menghipnotis, membuat orang di sekelilingnya selalu menaruh segan dan hormat.
Satu lagi, hubungan Ning dengan laki-laki sungguh terjaga. Kalau berbicara dengan
lawan jenis yang bukan mahram, Ning selalu menundukkan pandangan. Tutur katanya begitu
terjaga, jauh dari kata-kata kasar, genit, apalagi jorok dan vulgar. Ning tahu prinsipnya
tersebut. Karena itu, walaupun kamu sangat akrab, tidak ada gosip macam-macam tentang
hubungan persahabatan kami.
Kenyataannya, Ning benar-benar menolakku. Mungkin tidak baik terlalu banyak
mengenangnya.
Kali ini Ayu memulai suratnya dengan gaya yang sama dengan Ning, ia mengajak
bercanda. Akankah aku ditolak untuk kedua kalinya? Ya, suara hati kecilku mengatakannya.
Aku mulai takut. Dag dig dug dalam dada mulai melambat. Tapi terasa jelas, tak
berirama. Aku takut mengalihkan pandanganku untuk mengikuti baris-baris pada surat Ayu
selanjutnya. Walau demikian; diterima, ditolak, atau ditangguhkan. Kemungkinan nomor tiga
sepertinya tak akan muncul.
“Eh, Anta itu adik Ana, lho?”
Memang, Ayu berusia satu setengah tahun lebih tua dariku. Aku lahir Oktober 1981,
sedangkan dia Juli 1980. Soal kedewasaan dan pengalaman, mungkin aku kalah jauh darinya.
Tapi hal itu bukan masalah. Tekadku sudah bulat untuk memilihnya menjadi calon
pendamping hidupku.
Kalau dipikir-pikir, keputusanku meminta Ayu untuk menjadi istri memang sedikit
nekat. Sebelumnya, aku tidak pernah mengenal Ayu. Aku mendapatkan biodata Ayu dari file
pengejuan pembiayaan di BMT tempat aku berkerja. Cukup lengkap data yang melukiskan
dirinya. Ada fotokopi KTP, fotokopi kartu Keluarga, keteranagn tentang usaha, juga data
pribadi tentang kebiasaan beribadah. Data yang terakhir ini bisa aku dapat karena setiap
nasabah pembiayaan baru pasti diminta mengisi pertanyaan-pertanyaan sederhana seputar
ibadah.
Sempat kulirik wajah Ayu ketika datang pertama kali untuk mengajukan pembiayaan
dulu. Selintas kudengar bahwa Ayu akan mengajukan pembiayaan untuk mengembangkan
usaha dagang pakaian di pasar Talun. Aku tidak begitu memerhatikannya waktu itu. Aku juga
tidak menangani proses pembiayaan yang diberikan kepadanya, karena langsung dipegang
oleh Pak Syamsun, manajer BMT tempat aku bekerja.
Entah, inspirasi itu datang dari mana. Ketika kubuka-buka lagi arsip pengajuan
pembiayaan tersebut, timbullah niat untuk melamarnya. Aku sudah istikharah beberapa hari,
dan hatiku semakin mantap. Tadinya memang sempat terbersit pikiran, tapi dia cantik
enggak, ya? Kalau enggak gimana? Aku memang lupa seperti apa wajahnya. Foto yang
menempel pada fotokopi KTP sangatlah buram, tak berbentuk. Kusadari pertanyaan itu
datang dari nafsuku. Walau toh pertanyaan seperti itu sangat wajar dan perlu. Bukankah
pernikahan memang harus berdasar suka sama suka? Ah, sepertinya nafsuku lagi yang
berbicara. Suka sama suka yang seperti apa dulu. Suara hatiku protes.
Entahlah, aku sudah benar-benar mantap atau hanya aku mantap-mantapkan. Yang
jelas, akhirnya kutulis sebuah surat lamaran. Bukan lamaran kerja, tapi lamaran pernikahan.
Bukan aku tidak berani menyampaikan niatku secara langsung. Tapi untuk langkah pertama
ini, menulis surat terasa lebih nyaman bagiku.
Mungkin karena keinginanku untuk segera menikah sudah tak terbendung lgi, aku
nekat mengirim surat lamaran tersebut. Kalau dia memang jodohku, insya Allah akan
dimudahkan. Terus, kalau benar dia jodohku, nanti proses pernikahan kami bisa menjadi
cerita seru. Seperti cerita-cerita para ustaz yang menemukan jodohnya dengan berbagai cara
yang kurang lazim dalam pandangan masyarakat.

Kelebihan : Buku ini sangat bagus, pembaca dapat menikmati alur ceritanya karna
menceritakan dengan detail apa yang terjadi pada masa kecil pembaca dahulu sampai saat ini.

Kekurangan : Terdapat kata-kata yang sulit untuk dipahami karena menggunakan kata-
kata daerah dan Arab yang belum diartikan.

Anda mungkin juga menyukai