Anda di halaman 1dari 9

Suatu hari disaat Aku ingin pergi ke Gramedia, Aku sedang berjalan ke Gramedia dan melihat

sekeliling, secara tidak sengaja Aku melihat seorang perempuan yang anggun serta solehah yang
sedang berjalan dan kebetulan perempuan itu se-arah denganku ketika Aku sedang terpukau
dengan perempuan itu, sontak saat itu pula Aku reflek mengalihkan pandanganku darinya karena
takut timbul sebuah syahwat, jadi kuputuskan untuk melanjutkan berjalan ke Gramedia.

Ketika Aku sudah sampai di Gramedia dan sedang memilih buku yang ingin kupinjam mataku
tidak sengaja melihat ke sebuah buku yang berjudul “Kumpulan hadist”, karena Aku cukup
tertarik dengan judul buku itu jadi kuputuskan untuk mengambil buku itu, saat tanganku ingin
menyentuh buku itu, tanganku tidak sengaja bersentuhan dengan tangan seseorang, seketika itu
pula Aku secara bersamaan mengucapkan kalimat ‘Astaghfirullah’ dengan seseorang yang ada
disampingku itu.

“Astaghfirullah!! Maaf-maaf.. Aku tidak sengaja menyentuh tanganmu..” Ucapku

“Astaghfirullah!! Maaf juga, Aku tidak sengaja menyentuh tanganmu” Ucapnya

“Apa kau juga ingin meminjam buku itu?” Tanyaku *Mengalihkan pandangan*

“I-iya..” Jawabnya *Menundukkan pandangan*

“Baiklah kalau begitu… Silahkan pinjam buku ini” Ucapku *Memberikan buku*

“Terima kasih...” Ucapnya “Lalu.. bagaimana denganmu? Bukankah kau juga ingin pinjam
buku ini?” Tanya Dia

“Tidak apa-apa.. Aku bisa pinjam buku yang lain...” Jawabku

“Sekali lagi.. Terima kasih, kalau begitu.. Aku permisi, Assalamualaikum..” Ucapnya

“Wa’alaikumussalam” Balasku

Beberapa hari berlalu…

Yang kupikirkan
“Entah kenapa, meskipun beberapa hari telah berlalu Aku tidak bisa melupakan kejadian yang
terjadi di Gramedia saat itu, bahkan Aku mengingatnya dengan jelas, momen disaat tangan kami
berdua bersentuhan”

“Astaghfirullah... Apa yang kupikirkan.. Astaghfirullah... Mungkin sebaiknya Aku langsung


tidur saja dan berdo’a supaya Aku bisa melupakan kejadian itu, lebih baik kulanjutkan belajarku
besok” Ucapku

“Nak.. Apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Ibu

“Aku sedang belajar Bu..” Jawabku

“Jangan belajar sampai larut malam.. Jika sudah selesai jangan lupa matikan lampu kamarmu
dan tidur.. Sebelum tidur jangan lupa baca do’a...” Ucap Ibu
“Iya Bu..” Balasku

Disaat yang bersamaan…

Yang Dia pikirkan


“Astaghfirullah.. Ada apa denganku akhir-akhir ini? Kenapa Aku susah sekali untuk ber-
konsentrasi dalam belajar.. Apa karena kejadian di perpustakaan hari itu, Entah kenapa Aku
masih bisa mengingat kejadian itu, momen saat tangan kami berdua bersentuhan”

“Astaghfirullah... Kenapa Aku berpikiran yang tidak-tidak... Yang lalu biarlah berlalu...
Astaghfirullah..” Ucap Dia

*Ketokan pintu*

“Nak.. Ibu masuk ya..?” Tanya Ibunya

“Iya Bu... Silahkan..” Jawab Dia

“Nak… Kamu kenapa? Kok kelihatan bingung begitu?” Tanya Ibunya

“Tidak apa-apa Bu.. Hanya saja Aku teringat dengan suatu kejadian yang membuatu tidak
fokus belajar..” Jawab Dia

“Nak... Ibu ingin berpesan.. Jika kau ingin melangkah ke depan menuju masa depan yang indah
maka jangan melihat ke belakang pada masa lalu yang sudah berlalu, Kau paham apa yang Ibu
maksudkan Nak?” Ucap Ibunya

“Iya Bu.. Aku paham” Balas Dia

“Bagus.. Kalau begitu.. jangan lupa tidur dan juga jangan belajar sampai larut malam karena
bisa mengganggu kesehatanmu”Ucap Ibunya

“Iya Bu.. Setelah ini Aku akan tidur”Balas Dia

“Kalau begitu Ibu ke kamar dulu ya?”Tanya Ibunya

“Iya Bu..”Jawab Dia

Hari Senin pun tiba..

Hari Senin pun tiba dan ini adalah hari dimana Aku harus mengembalikan buku yang kupinjam.
Aku pun berjalan ke Gramedia dan ketika Aku sampai di depan pintu Gramedia, Aku tidak
menyangka akan ada peristiwa dimana Aku akan bertemu oleh perempuan yang pernah kusentuh
tangannya dan ketika Aku melihat perempuan itu Aku pun mengatakan :

“Maa sya allah.. begitu indah ciptaanMu sampai-sampai Aku jatuh hati padanya, ya Allah jika
Dirinya memang seseorang yang kau jadikan jodohku maka dekatkanlah Aku dengan dirinya
dengan caramu.. Aamiin.. ya Allah..”.

Singkat cerita..
Ketika Aku sudah selesai mengembalikan buku.. Aku pergi untuk mencari perempuan itu dan
ternyata perempuan itu sudah tidak ada (sudah pulang). Jadi kuputuskan untuk pulang dari
Gramedia, dalam perjalanan pulang ke rumah, Aku sengaja mampir dulu ke supermarket dan
membeli bahan makanan untuk dirumah seperti cemilan, daging, sayur, dan lain-lain.

Setelah Aku selesai mengambil apa saja yang akan kubeli, Aku membayar dikasir dan setelah
selesai membayar Aku langsung pulang. Saat sampai di rumah :

“Assalamualaikum..” Sapaku

“Wa’alaikumusalam..” Balas Ibu

“Nak.. Kamu kenapa? Kok mukanya lesu begitu?” Tanya Ibu

“Tidak apa-apa Bu.. Hanya saja.. Aku merasa kurang enak badan mungkin istirahat sebentar
juga akan sembuh” Jawabku

“Kalau begitu sholat dulu sana.. setelah selesai sholat jangan lupa istirahat dan minum obat ”
Ucap Ibu

“Iya Bu..” Balasku “Oh iya Bu, Aku minta tolong ya nanti dibangunkan jam 3 sore, soalnya
Aku mau ke Gramedia sebentar..” Ucapku

“Iya nak.. Sudah. Pergi sholat sana” Ucap Ibu

“Iya..” Balasku

Disaat yang bersamaan…

Yang Dia pikirkan

“Jika kuingat-ingat.. Kenapa Aku tidak melihat laki-laki itu di Gramedia tadi?” *Berpikir
sejenak*

“Astaghfirullah!! Kenapa Aku tiba-tiba kepikiran dengan laki-laki itu. Kita kan tidak saling
kenal satu sama lain jadi kenapa Aku harus memikirkan Dia, dan juga Dia bukan mahram-ku
Astaghfirullah... Ya Allah..”

“Kenapa hamba kepikiran dengan laki-laki itu Ya Allah... Apakah ini petunjuk dariMu.. Ya
Allah.. jika Dia adalah orang yang kau takdirkan untukku dan Dia yang terbaik menurutmu bagi
hamba maka jadikanlah Dia jodoh hamba Ya Allah.. Aamiin..”
“Lebih baik Aku tidur saja dan berpasrah diri dengan apa yang Allah berikan padaku,
Bissmillah..”

Jam 3 sore…

“Nak.. Bangun nak.. Katanya mau ke Gramedia..” Ucap Ibu

“Iya Bu..” Balasku *Beranjak dari tempat tidur*

“Mandi dulu, setelah itu sholat baru kau boleh pergi.. Ingat sholat itu nomer 1” Ucap Ibu
“Iya Bu..” Balasku

*Setelah selesai mandi dan sholat*

“Bu.. Aku berangkat ya.. Assalamu’alaikum” Ucapku

“Iya nak.. Hati-hati.. Wa’alaikumusalam” Balas Ibu

Aku pun berangkat dari rumah ke Gramedia dengan naik taksi dan menunggu taksi lewat
dipinggir jalan, tapi Aku tidak melihat satupun taksi yang lewat di jalan itu, jadi kuputuskan
untuk naik ojek.

*Singkat cerita*

Ketika Aku sudah sampai di Gramedia, tepat di depan pintu Aku melihat perempuan itu lagi
yang bahkan Aku tidak tau namanya akan tetapi Aku merindukannya, jadi Aku memberanikan
diri untuk berkenalan.

“Assalamu’alaikum..” Sapaku

“Wa’alaikumusalam..” Balasnya

“Maaf jika mengganggu.. Tapi maukah engkau berkenalan denganku?” Tanyaku

“B-boleh..” Jawabnya

“Perkenalkan namaku Husain dan umurku 21 tahun, siapa namamu dan berapa umurmu?”
Tanyaku

“Perkenalkan namaku Fatimah dan umurku 20 tahun” Jawabnya

“Apakah kau sudah menikah?” Tanyaku

“Belum..” Jawabnya

“Apakah kau sudah mempunyai calon suami?” Tanyaku

“Belum ada” Jawabnya

“Boleh minta alamat rumahmu?” Tanyaku *Memberikan buku dan pulpen*

“Boleh saja..” Jawabnya *Mengambil buku dan pulpen* “Tapi untuk apa?” Tanya Fatimah

“Aku ingin bertemu dengan orangtua mu dan ingin membicarakan hal yang penting” Jawabku

“Aku sudah menulis alamat rumahku di buku itu” Ucapnya “Sebenarnya hal penting apa yang
ingin kau bicarakan dengan orangtua ku? Kalau boleh tahu” Tanya Fatimah

“Tentu saja kau boleh tau. Sebenarnya.. Aku ingin Ta’aruf denganmu” Jawabku “Saat
pertama kali Aku bertemu denganmu di Gramedia dan terjadi sebuah peristiwa yang dimana
secara tidak sengaja Aku menyentuh tanganmu.. Sejak saat itu Aku ingin Ta’aruf denganmu,
tapi.. Aku tidak tau bagaimana perasaanmu padaku, bagaimanapun juga.. kita baru saja saling
kenal” Ucapku “Jadi.. Fatimah maukah kau Ta’aruf denganku? Dan menghabiskan masa tuamu
bersamaku? In syaa Allah Aku bisa membahagiakanmu” Tanyaku

“Iya..” Jawabnya *Menangis bahagia* “Alhamdulillah.. Ya Allah.. Terima kasih kau telah
meng-ijabahkan do’a hambamu ini. Husain.. Aku mau Ta’aruf denganmu. Kapan kau akan
datang ke rumah?” Tanya Fatimah

“Dua hari lagi Aku akan ke rumahmu untuk meminta restu orang tuamu lalu kemudian kita
akan membahas Ta’aruf . Aku ingin membicarakan hal ini dengan Ibuku dahulu” Jawabku

“Bolehkah Aku meminta nomer WhatsApp mu?” Tanyaku

“Tentu, 08** **** **** Jangan lupa disimpan” Jawab Fatimah

“Iya.., Terima kasih” Ucapku

“Sama-sama” Balasnya

Setelah perbincangan itu pun Kami ber-dua pulang ke rumah masing-masing dengan diselimuti
perasaan senang. Tidak lupa, kami juga membicarakan hal ini dengan orang tua kami.

Perbicangan Husain..

“Assalamu’alaikum.. Bu..” Sapaku

“Wa’alaikumusalam..” Balas Ibu

“Bu.. Aku ingin bicara serius dengan Ibu” Ucapku

“Bicara apa? Tumben sekali..” Jawab Ibu

“Bagaimana pendapat Ibu jika Aku Ta’aruf dengan seseorang?” Tanyaku

“Ibu setuju-setuju saja.. Tapi.. Itupun jika kau sudah punya calon nya” Jawab Ibu

“Sebenarnya.. Aku tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan di Gramedia dan Aku
tidak sengaja menyentuh tangannya, lalu kemudian seiring berjalannya waktu perasaanku mulai
tumbuh dari suka menjadi cinta. Dan tadi.. Aku tidak sengaja bertemu dengannya di Gramedia
jadi Aku memberanikan diri untuk berkenalan dengannya.. Namanya Fatimah dia 1 tahun lebih
muda dariku. Aku juga sudah bicara padanya bahwa Aku ingin berkunjung ke rumahnya dengan
niatan Ta’aruf dengannya” Ucapku

“Jika kau sudah membicarakan hal ini dengannya dan kau juga sudah serius dengan
keputusanmu. Ibu tidak bisa melarangmu, jadi.. Ibu merestui hubunganmu dengan Fatimah”
Balas Ibu

“Terima kasih Bu...” Ucapku *Memeluk Ibu disertai tangisan bahagia*

“Iya.. Oh iya nak.. Kapan kau akan Ta’aruf dengan calonmu itu?” Tanya Ibu

“Kira-kira 2 hari lagi..” Jawabku


“Baiklah...” Ucap Ibu

Perbincangan Fatimah..

“Assalamu’alaikum.. Ayah..” Sapa Fatimah

“Wa’alaikumusalam..” Balas Ayanhnya

“Ayah.. Aku ingin membicarakan sesuatu dengan Ayah..” Ucap Fatimah

“Kau ingin membicarakan apa nak?” Tanya Ayahnya

“Bagaimana pendapat Ayah jika ada seorang laki-laki yang mengajakku Ta’aruf ?” Tanya
Fatimah

“Menurut Ayah.. Jangan terlalu terburu-buru jika ingin Ta’aruf dengan seseorang, tetapi Jika
menurutmu dia adalah orang yang baik dan kau juga memiliki perasaan pada calonmu itu, Ayah
tidak bisa melarang”Jawab Ayahnya

“Jadi.. Apakah Ayah merestui jika ada yang ingin ber-Ta’aruf denganku?” Tanya Fatimah

“Iya, Ayah merestui” Jawab Ayahnya

“Terima kasih… Ayah..” Ucap Fatimah *Memeluk Ayah dengan tangisan bahagia*

“Iya.. Oh iya, kapan calonmu itu akan Ta’aruf denganmu?” Tanya Ayahnya

“Dia mengatakan 2 hari lagi, Dia akan datang ke rumah” Jawab Fatimah

“Siapa nama calonmu itu?” Tanya Ayahnya

“Namanya Husain, Dia berumur 21 tahun” Jawab Fatimah

“Baiklah..” Ucap Ayahnya

Setelah perbincanganku dengan Ibu selesai pun, Aku mengirim pesan ke Fatimah bahwa Ibu
setuju jika Aku ber-Ta’aruf dengannya. Setelah Aku mengirim pesan itu, tak lama setelah itupun
Fatimah juga mengirimiku pesan baahwa Ayahnya juga setuju.

2 hari kemudian.. Di kediaman Fatimah..

Hari yang kutunggu-tunggu pun telah tiba, hari dimana Aku akan meminta restu dari orang tua
Fatimah.

“Assalamu’alaikum..” Sapaku

“Wa’alaikumusalam..” Sapa Ayahnya “Silahkan duduk Ibu dan nak Husain..” Ucap Ayahnya

“Iya.. Terima kasih..” Ucapku dan Ibu


“Saya.. Sudah tau niatan nak Husain datang kemari.. nak Husain ingin ber-Ta’aruf dengan
Fatimah kan?” Tanya Ayahnya

“Iya.. Saya ingin ber-Ta’aruf dengan anak bapak..” Jawabku

“Pak.. Saya harap Bapak merestui anak Bapak untuk menjalin hubungan dengan anak saya..”
Ucap Ibu

“Iya Bu.. Saya sudah merestui jika Fatimah dan nak Husain ingin menjalin hubungan yang
lebih serius.. Dan juga Ayah ingin bertanya pada nak Husain..” Ucap Ayahnya

“Bertanya apa Pak?” Tanyaku

“Setelah Ta’aruf ini selesai.. Kira-kira kapan kamu akan menikahi anak saya?” Tanya
Ayahnya

“Menurut saya jangan terlalu lama dan juga jangan terlalu cepat, mungkin 2 bulan lagi saya
akan menikahi Fatimah..” Jawabku

“Baiklah.. Bapak hanya membantu sedikit dan persoalan yang lain.. Bapak serahkan padamu”
Ucap Ayahnya

“Baiklah Pak.. Terima kasih karena telah mempercayai saya untuk menjaga anak Bapak”
Balasku

“Bagaimana Bu? Apakah menurut Ibu 2 bulan itu waktu yang lama?” Tanya Ayahnya

“Menurut saya sendiri itu sudah cukup Pak.. Terima kasih karena telah merestui hubungan
mereka berdua” Jawab Ibuku

“Iya Bu.. Sama-sama..” Ucap Ayahnya

*Singkat cerita*

Setelah proses Ta’aruf itu selesai pun Aku dan Ibu pulang dengan perasaan bahagia.

*1 Bulan kemudian*

Pernikahanku dengan Fatimah kurang 1 bulan lagi, semenjak Aku dan Ibu ke rumah Fatimah
untuk Ta’aruf , Aku tidak pernah bertemu dengan Fatimah di Gramedia lagi dikarenakan Aku
dan Fatimah sudah membuat perjanjian untuk tidak terlalu sering keluar rumah karena sedang
menjaga kesucian diri. Akan tetapi kami masih saling mengirim pesan satu sama lain.

* 1 minggu menjelang pernikahan*

Tak terasa 1 minggu lagi pernikahanku dengan Fatimah akan dimulai. Hari ini Aku mempunyai
rencana untuk mengajak Fatimah untuk membeli baju yang akan dipakai di hari pernikahan kita,
tetapi kami tidak mungkin keluar hanya berdua saja... Jadi Aku mengajak Ibuku dan Ayahnya
Fatimah untuk membeli baju juga.

* 3 hari menjelang pernikahan*


Aku, Ibu, dan para tetangga pun sibuk mempersiapkan acara pernikahan. Seperti membagikan
undangan, mengundang penghulu dan mengundang warga desa lainnya untuk datang ke acara
pernikahanku. Di hari itupun Aku mengirim pesan pada Fatimah untuk pergi sebentar ke Toko
Baju ditemani dengan Ibuku untuk memilih baju yang akan dipakai di acara pernikahanku.

*Singkat cerita.. Acara pernikahan pun dimulai*

“Nak.. Apa kamu sudah siap?” Tanya Ibu

“Iya Bu.. In syaa Allah.. Husain siap” Jawabku

*Akad nikah*

“Bagaimana? Sudah siap?” Tanya Penghulu

“Alhamdulillah saya sudah siap” Jawabku

“Bapak.. Apakah mau menjadi penghulu bagi anak bapak?” Tanya Penghulu

“Tentu, Terima kasih pak” Jawab Ayahnya “Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau
dengan pinanganmu, putriku Fatimah dengan mas kawin dua buah Al-Qur’an dan seperangkat
alat sholat dibayar tunai..” Ucap Ayahnya

“Saya terima nikah dan kawinnya Fatimah dengan mas kawin dua buah Al-Qur’an dan
seperangkat alat sholat dibayar tunai” Ucapku

“Bagaimana para saksi? Sah?” Tanya Ayahnya

“Sah… Sah… Sah…” Ucap para saksi

“Alhamdulillah..” Ucapku

“Alhamdulillah..” Ucap Ayahnya

Beberapa haripun berlalu, setelah pernikahan kami selesai Aku dan Fatimah pun pergi ke
sebuah villa untuk bulan madu.

Itulah Akhir dari cerita ini

Terima Kasih

Tugas Bahasa Indonesia


CERPEN
“Sebuah Perasaan yang Diakhiri dengan Ta’aruf”
Nama : Muhammad Lukiyan Rasyad

Kelas : IX B

No.Absen : 19

Anda mungkin juga menyukai