Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL MOLEKULER

PRAKTIKUM IX

DESAIN PRIMER DAN TRANSDUKSI SIGNAL

Disusun oleh :

Nama : Putu Addelia Puspa Sari

NIM : 218114104

Kelas/Kelompok : C1/7

Hari/Tanggal Praktikum : Jumat, 12 November 2021

Penanggung Jawab Laporan : Rafael Erlangga Dwilasnovri

LABORATORIUM KULTUR SEL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2021
DESAIN PRIMER DAN TRANSDUKSI SIGNAL

I. Tujuan
- Dapat memahami bagaimana cara mencari primer sesuai dengan
syarat primer yang baik
- Dapat memahami peran protein target dalam transduksi signal
didalam sel.
- Dapat memahami cara menggunakan situs NCBI dalam pencarian
primer dan situs reactome dalam mencari transduks signal

II. Landasan Teori


Bioinformatika adalah disiplin ilmu baru yang menggabungkan ilmu
komputer, kimia dan statistika untuk mengatur, menganalisis, dan
mendistribusikan informasi biologis untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan kompleks di bidang biologi. Saat ini, banyak teknik analisis
molekuler yang digunakan di seluruh dunia diantaranya: PCR, flow
cytometry, tissue microarray, different blots, diagnosis genetic, dll. Dari
beberapa teknik tersebut, PCR adalah teknik yang paling diterima secara
luas, umumnya digunakan untuk melakukan diagnosis yang
membutuhkan spesifisitas dan sensitivitas yang sangat tinggi. PCR
umumnya digunakan untuk berbagai tugas, seperti deteksi penyakit
keturunan, identifikasi sidik jari genetik, diagnosis penyakit menular,
kloning gen, pengujian paternitas, dan komputasi DNA. Untuk
membuat sebuah alat PCR yang spesifik, efektif dan efisien bagi peneliti
maupun klinisi, aspek yang paling penting adalah melakukan desain
pada primer (desain primer). Primer adalah molekul oligonukleotida
untai tunggal yang terdiri atas sekitar 30 basa. Desain primer yang tepat
adalah salah satu faktor yang paling penting dalam keberhasilan
sekuensing DNA (Sasmito et al, 2014).
Transduksi sinyal merupakan transmisi sinyal dari molekul
ekstrasel ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya berbagai
proses penghantaran respon. Sistim transduksi molekul yang
merupakan komunikasi antar sel, akan direspon secara bertahap
melalui serangkaian aktivitas di dalam sel. Hasil produksinya dapat
berupa sekresi hormon atau zat kimia lain yang kemudian
diterima oleh sel yang berbeda (Hidayat et al, 2013).

III. Hasil Praktikum


1. Desain Primer

Situs NCBI (www.ncbi.nlm.nih.gov) dibuka, lalu tampilan layarnya


akan seperti dibawah ini
Dalam mencari urutan nukleotida dapat dilakukan dengan
nucleotide pada kotak all database di klik dan kotak search diisi
dengan nukleotida yang ingin dicari seperti “NM_000527.5” lalu
tombol search di klik

Kemudian, pada layar akan ditampilkan seperti dibawah ini. Untuk


mencari primers, maka pada “Analyze this sequence” bagian pick
primers pada sebelah kiri di klik
Lalu, pada layar akan ditampilkan seperti ini. Layar di scroll kebawah
hingga ditemukannya “Get Primers”. Tombol Get Primers tersebut di
klik
Kemudian, pada layar akan ditampilkan seperti ini. Tombol “check” di
klik, lalu ditunggu hingga beberapa saat

Setelah ditunggu beberapa saat, pada layar akan ditampilkan seperti


dibawah ini
Jika layar di scroll sedikit kebawah terdapat berbagai macam primer
yang ditampilkan. Primer yang terbaik dipilih diantara sepuluh primer
ini
Primer 1

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2621 dan
berhenti pada nukleotida ke 2640 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 60.39
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 60.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% .Self complementarity dari forward primer adalah 6.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 0.00 yang mana sesuai
dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2822 dan
berhenti pada nukleotida ke 2640 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 59.97
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
55.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 3.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 0.00 yang mana sesuai
dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 1 ini tidak memenuhi syarat dikarenakan
pada sequence forward primer nya terdapat repetisi c sebanyak 4 kali
dan temperature melting dari reverse primer kurang dari 60˚C

Primer 2

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 1654 dan
berhenti pada nukleotida ke 1673 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 60.03
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 55.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% . Self complementarity dari forward primer adalah 6.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 2.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2640 dan
berhenti pada nukleotida ke 2621 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 60.39
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
60.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 6.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 2.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 2 ini tidak memenuhi syarat dikarenakan
pada sequence reverse primer terdapat repetisi G sebanyak 4 kali

Primer 3

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2622 dan
berhenti pada nukleotida ke 2641 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 59.45
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 55.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% . Self complementarity dari forward primer adalah 6.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 2.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2821 dan
berhenti pada nukleotida ke 2802 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 59.97
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
55.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 3.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 2.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 3 ini tidak memenuhi syarat dikarenakan
pada sequence forward primer terdapat repetisi C sebanyak 4 kali
dan temperature melting berada dibawah 60˚C

Primer 4

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2607 dan
berhenti pada nukleotida ke 2626 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 60.61
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 55.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% . Self complementarity dari forward primer adalah 4.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 2.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2964 dan
berhenti pada nukleotida ke 2945 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 59.97
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
55.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 5.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 3.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 4 ini tidak memenuhi syarat dikarenakan
pada temperature melting masih dibawah 60˚C

Primer 5

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 1695 dan
berhenti pada nukleotida ke 1714 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 60.04
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 55.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% . Self complementarity dari forward primer adalah 4.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 0.00 yang mana sesuai
dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2626 dan
berhenti pada nukleotida ke 2607 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 60.61
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
55.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 4.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 0.00 yang mana sesuai
dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 5 ini sudah memenuhi syarat primer yang
baik
Primer 6

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2294 dan
berhenti pada nukleotida ke 2313 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 60.03
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 50.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% . Self complementarity dari forward primer adalah 2.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 0.00 yang mana sesuai
dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2638 dan
berhenti pada nukleotida ke 2619 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 59.38
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
55.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 6.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 2.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 6 ini tidak memenuhi syarat dikarenakan
pada sequence reverse primer terdapat repetisi G sebanyak 4 kali dan
temperature melting masih dibawah 60˚C

Primer 7

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2619 dan
berhenti pada nukleotida ke 2638 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 59.38
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 55.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% . Self complementarity dari forward primer adalah 6.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 0.00 yang mana sesuai
dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 3341 dan
berhenti pada nukleotida ke 3322 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 60.04
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
60.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 5.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 3.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 7 ini tidak memenuhi syarat karena pada
sequence forward primer terdapat repetisi C sebanyak 4 kali dan
temperature meltingnya masih dibawah 60˚C

Primer 8

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2153 dan
berhenti pada nukleotida ke 2172 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 59.96
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 55.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% . Self complementarity dari forward primer adalah 4.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 3.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2644 dan
berhenti pada nukleotida ke 2625 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 59.37
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
55.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 6.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 2.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 8 ini tidak memenuhi syarat karena pada
sequence reverse primer terdapat repetisi G sebanyak 4 kali dan
temperature melting masih dibawah 60˚C

Primer 9

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2604 dan
berhenti pada nukleotida ke 2623 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 60.67
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 60.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% . Self complementarity dari forward primer adalah 3.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 2.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 3383 dan
berhenti pada nukleotida ke 3364 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 60.04
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
60.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 5.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 2.00 yang mana tidak
sesuai dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 9 ini sudah memenuhi syarat primer yang
baik

Primer 10

Penjelasan :
a. Pada forward primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 1909 dan
berhenti pada nukleotida ke 1928 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (+) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
5’ ke 3’ atau dari kiri ke kanan. Temperature melting (Tm) 59.96
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC% 55.00
yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara 40% -
60% . Self complementarity dari forward primer adalah 4.00 dan
untuk self 3’complementarity nya adalah 0.00 yang mana sesuai
dengan standar yaitu 0.00
b. Pada reversed primer, dimulai pada urutan nukleotida ke 2623 dan
berhenti pada nukleotida ke 2604 dengan panjang 20 yang
bertemplate strand (-) yang artinya pembacaan basa nukleotida dari
3’ ke 5’ atau dari kanan ke kiri. Temperature melting (Tm) 60.67
dimana suhu ini sesuai persyaratan yaitu diatas 50. Pada GC%
60.00% yang mana sesuai dengan persyaratan yaitu berkisar antara
40% - 60% . Self complementarity dari forward primer adalah 3.00
dan untuk self 3’ complementarity nya adalah 0.00 yang mana sesuai
dengan standar yaitu 0.00.
c. Kesimpulan : Primer pair 10 ini tidak memenuhi syarat dikarenakan
temperature melting masih dibawah 60˚C

Jadi dapat disimpulkan bahwa primer yang terbaik adalah primer pair 5
dan primer pair 9
2. Transduksi Signal

Situs reactome (https://reactome.org/) dibuka lalu pada layar akan


ditampilkan seperti ini

Bagian Pathway Browser di klik lalu pada layar akan ditampilkan


seperti dibawah ini. Pada bagian kiri terdapat bermacam-macam
fitur. Untuk mencari transduksi sinyal, bagian kiri tersebut discroll
hingga menemukan “Signal Transduction”
Tanda + pada “Signal Transduction” di klik, lalu pada layar akan
ditampilkan seperti ini
Setelah itu, tanda + pada “Signaling by Receptor Tyrosine
Kinases” diklik dan pada layar akan dimunculkan tampilan seperti
dibawah ini

“Signaling by MST1” diklik lalu pada layar akan ditampilkan


seperti ini. Untuk memeperjelas gambar mengenai transduksi
sinyal dari MST1 maka bagian merah tersebut diklik
Kemudian pada layar akan ditampilkan seperti ini

3 2
4

Penjelasan :

1. Hepsin (HPN, alias TMPRSS1) adalah protease serin mirip


chymotrypsin yang diekspresikan permukaan sel dan anggota
keluarga protease serin transmembran tipe II (TTSP). Zymogen
HPN diaktifkan secara autokatalitik dengan pembelahan di Arg162-
Ile163, membentuk enzim heterodimer (Tsuji et al. 1991, Torres-
Rosado et al. 1993). HPN memainkan peran penting dalam
pertumbuhan sel dan pemeliharaan morfologi sel dan sangat
diregulasi pada kanker prostat dan mendorong perkembangan tumor
dan metastasis. Terletak di permukaan sel, HPN dapat mengaktifkan
enzim fibrinolitik, matriks metaloprotease dan bentuk laten dari
faktor pertumbuhan seperti protein seperti faktor pertumbuhan
hepatosit (MST1, alias macrophage stimulatory protein, MSP).
MST1 adalah faktor pertumbuhan dan ligan terkait plasminogen
untuk reseptor tirosin kinase (MST1R, RON). Sistem pensinyalan
MST1/MST1R (MSP/RON) mendorong penyembuhan luka dan
pertumbuhan tumor invasif serta menekan respons imun
proinflamasi. Agar MST1 dapat mengikat MST1R, bentuk rantai
tunggal yang tidak aktif (pro-MST1) harus dipecah menjadi
heterodimer alfa-beta terkait disulfida oleh HPN (Ganesan et al.
2011). Inhibitor protease tipe Kunitz 1 dan 2 (SPINT1 dan 2, alias
HAI1 dan 2) adalah inhibitor aktivitas HPN (Kirchhofer et al. 2005).
Varian pengkodean non-sinonim di MST1 (R689C) telah dikaitkan
dengan kerentanan genetik terhadap penyakit Crohn dan kolitis
ulserativa, dua jenis utama penyakit radang usus (IBD). Varian
R689C mengurangi jumlah MST1 yang bersirkulasi sehingga
mengurangi aktivitas MST1R dan menurunkan regulasi jalur
pensinyalan MST1/MST1R (McGovern et al. 2010, Gorlatova et al.
2011, Kauder et al. 2013).
2. Menanggapi pengikatan ligan dan dimerisasi reseptor, reseptor
protein perangsang makrofag (MST1R alias RON) melakukan
autofosforilasi pada Tyr-1238 dan Tyr-1239 dalam domain kinase.
Hal ini menyebabkan fosforilasi lebih lanjut dari Tyr-1353 dan Tyr-
1360 di situs docking multifungsi terminal-C (Yokoyama et al.
2005, Wang et al. 2010).
3. Reseptor tirosin kinase makrofag 1 reseptor (MST1R, alias
recepteur d'origine nantais, RON) adalah reseptor permukaan sel
untuk protein stimulasi makrofag 1 (MST1, alias MSP) (Wang et al.
1997). Seperti ligan mereka, MST1R (dan MET) adalah heterodimer
terkait disulfida, reseptor matang yang terdiri dari rantai alfa dan
beta. Jalur MST1/MST1R terlibat dalam beberapa proses biologis
penting, termasuk aktivitas makrofag, penyembuhan luka, dan
perilaku sel epitel (Kretschmann et al. 2010). Pengikatan MST1 ke
MST1R mendorong dimerisasi reseptor diikuti oleh autofosforilasi
reseptor
4. Reseptor tyrosine kinase macrophage stimulating 1 receptor
(MST1R, alias recepteur d'origine nantais, RON) adalah reseptor
permukaan sel untuk macrophage stimulating protein 1 (MST1, alias
MSP). Setelah pengikatan ligan terjadi, MST1R dapat menjalani
homodimerisasi (Miller & Leonard 1998, Chao et al. 2014).
5. Mediator inflamasi seperti faktor pertumbuhan yang diproduksi oleh
makrofag memainkan peran penting dalam respon inflamasi yang
terjadi selama infeksi bakteri, cedera jaringan dan respon imun.
Banyak faktor pertumbuhan dan reseptor tipe protein tirosin kinase
(RTKs) memainkan peran penting dalam peradangan, penyembuhan
luka dan remodeling jaringan. Faktor pertumbuhan hepatosit growth
factor-like protein (MST1, juga dikenal sebagai macrophage-
stimulating protein, MSP) berikatan dengan reseptor spesifik,
macrophage-stimulating protein receptor (MST1R, juga dikenal
sebagai RON, recepteur d'origine nantais). MST1 milik keluarga
protein kringle, yang meliputi HGF dan plasminogen. Ini diproduksi
oleh hati dan beredar dalam darah sebagai prekursor rantai tunggal
yang tidak aktif secara biologis (pro-MST1). Pembelahan proteolitik
pro-MST1 menjadi dimer MST1 yang aktif secara biologis
diperlukan untuk pengikatan reseptor. Pembelahan terjadi selama
pembekuan darah dan pada tempat inflamasi, dimer MST1 yang
dihasilkan kemudian mengikat reseptor MST1R pada makrofag
lokal. MST1R diekspresikan di mana-mana tetapi terutama dalam
sel epitel. Pengikatan MST1 ke MST1R mempromosikan
homodimerisasi reseptor yang pada gilirannya memungkinkan
autofosforilasi dua residu tirosin dalam situs katalitik yang mengatur
aktivitas kinase dan memungkinkan fosforilasi situs pengikatan
terminal karboksi reseptor. Situs docking sangat penting untuk
pensinyalan hilir melalui pengikatan langsung dan tidak langsung
protein adaptor yang mengandung domain SH2 seperti GRB2, PI3K,
dan SRC. Pensinyalan MST1/MST1R memainkan peran ganda
dalam mengatur peradangan; awalnya merangsang kemotaksis dan
fagositosis (aktivasi makrofag) dan kemudian memberikan efek
penghambatan yang luas pada makrofag, membatasi tingkat respon
inflamasi (Wang et al. 2002). MST1R diregulasi di banyak kanker
epitel di mana dianggap berperan dalam perkembangan jenis kanker
ini (Kretschmann et al. 2010).

IV. Diskusi
1. Apa yang dimaksud dengan transduksi sinyal?
Transduksi sinyal merupakan transmisi sinyal dari molekul ekstrasel
ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya berbagai proses
penghantaran respon (Hidayat et al, 2013).

2. Jelaskan transduksi sinyal yang anda peroleh pada praktikum!


MST1 milik keluarga protein kringle, yang meliputi HGF dan
plasminogen. Ini diproduksi oleh hati dan beredar dalam darah
sebagai prekursor rantai tunggal yang tidak aktif secara biologis
(pro-MST1). Pembelahan proteolitik pro-MST1 menjadi dimer
MST1 yang aktif secara biologis diperlukan untuk pengikatan
reseptor. Pembelahan terjadi selama pembekuan darah dan pada
tempat inflamasi, dimer MST1 yang dihasilkan kemudian mengikat
reseptor MST1R pada makrofag lokal. MST1R diekspresikan di
mana-mana tetapi terutama dalam sel epitel. Pengikatan MST1 ke
MST1R mempromosikan homodimerisasi reseptor yang pada
gilirannya memungkinkan autofosforilasi dua residu tirosin dalam
situs katalitik yang mengatur aktivitas kinase dan memungkinkan
fosforilasi situs pengikatan terminal karboksi reseptor. Situs docking
sangat penting untuk pensinyalan hilir melalui pengikatan langsung
dan tidak langsung protein adaptor yang mengandung domain SH2
seperti GRB2, PI3K, dan SRC. Pensinyalan MST1/MST1R
memainkan peran ganda dalam mengatur peradangan; awalnya
merangsang kemotaksis dan fagositosis (aktivasi makrofag) dan
kemudian memberikan efek penghambatan yang luas pada
makrofag, membatasi tingkat respon inflamasi (Wang et al. 2002).
MST1R diregulasi di banyak kanker epitel di mana dianggap
berperan dalam perkembangan jenis kanker ini (Kretschmann et al.
2010)
Daftar Pustaka

Hidayat, M., Sujatno, M., Nugraha, Setiawan, 2013. Transduksi Sinyal Hormon
Kolesistokinin sebagai Target untuk Mengatasi Obesitas. 9(2), 175.

Sasmito, D. E. K., Kurniawan, R., Muhimmah, I., 2014. Karakteristik Primer pada
Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk Sekuensing DNA: Mini Review. 93.

Anda mungkin juga menyukai