ANTARA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA HUSADA MEDAN
DENGAN
BPM WINDA NAINGGOLAN
TENTANG
PELAKSANAAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI
NOMOR : /STIKes-MHM/I/VIII/2023
NOMOR :
Pada hari ini Senin, tanggal Tujuh Belas Bulan Juli Tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga (17- 07-
2023) bertempat di Medan, yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Dr. Siti Nurmawan Sinaga, S.K.M, M.Kes Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
: Mitra Husada Medan berdasarkan Surat
Keputusan Yayasan Mitra Husada Medan
Nomor: 125/YMH/X/2022 tanggal 18
Oktober 2022, tentang Pengangkatan Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Mitra Husada Medan, dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mitra
Husada Medan yang berkedudukan di
Jalan Pintu Air IV Pasar 8 Kelurahan Kwala
Bekala Kecamatan Medan Johor Kota
Medan Sumatera Utara, selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA.
2. Winda Nainggolan AM.Keb: Pimpinan BPM Winda Nainggolan, dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama BPM
Winda Nainggolan yang berkedudukan di
Huta IV Landbow, Kel Silakkidir, Kec Huta
Byu Raja, Kab Simalungun, Prov Sumatera
Utara, selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA selanjutnya bersama-sama disebut PARA
PIHAK, sepakat mengadakan kerjasama dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi di BPM Winda Nainggolan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menerangkan
Page 1 of 8
Pihak Pertama Pihak Kedua
sebagai berikut
PASAL 1
KETENTUAN UMUM
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
(1) Sebagai pedoman dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di BPM Winda
Nainggolan
(2) Bahwa PIHAK PERTAMA meminta PIHAK KEDUA untuk memfasilitasi
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi berdasarkan ketentuan yang akan disepakati
dalam perjanjian ini.
PASAL 3
RUANG LINGKUP KERJASAMA
(1) Ruang lingkup kerjasama ini meliputi pemanfaatan kemampuan, optimalisasi sumber
daya dan fasilitasi yang dimiliki pada masing-masing PARA PIHAK dalam rangka
pelaksanaan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan ruang lingkup di
BPM Winda Nainggolan meliputi:
1. Pendidikan (Praktik Belajar Lapangan).
2. Penelitian.
3. Pengabdian Masyarakat.
4. Pemagangan
5. Penyelenggaraan Seminar Bersama
6. Pemanfaatan Bersama berbagai sumber daya
Page 2 of 8
Pihak Pertama Pihak Kedua
7. Penyalur Lulusan
8. Asisten Mengajar di Satuan Pendidikan
9. Proyek Mengajar di Satuan Pendidikan
10. Praktisi Mengajar
(2) Pengintegrasian kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi di BPM Winda Nainggolan
meliputi Program Studi yang ada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mitra
Husada Medan, yaitu :
1. Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi.
2. Program Studi Kebidanan Program Sarjana
3. Program Studi Kebidanan Program Diploma Tiga
4. Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
Page 3 of 8
Pihak Pertama Pihak Kedua
(3) Hak PIHAK KEDUA
a. Menetapkan nama-nama Preseptor untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) di BPM
Winda Nainggolan.
b. Menolak permohonan izin PKL dan izin penyelenggaraan penelitian dari Institusi
Pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PIHAK
PERTAMA.
c. Mengajukan tagihan atas biaya pendampingan PKL kepada PIHAK PERTAMA.
d. Menerima pembayaran tagihan PKL, penyelenggaraan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat dari PIHAK PERTAMA.
e. Memberikan teguran dan atau peringatan tertulis kepada PIHAK PERTAMA dalam
hal PIHAK KEDUA menemukan terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan
kewajiban PIHAK PERTAMA dalam perjanjian ini.
f. PIHAK KEDUA berhak memberikan teguran/peringatan kepada peserta yang
mengadakan PKL, penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di BPM Winda
Nainggolan, apabila tidak mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di BPM Winda
Nainggolan Kewajiban PIHAK KEDUA
g. Melakukan pendampingan langsung kepada peserta dari PIHAK PERTAMA dalam
hal PKL, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
h. PIHAK KEDUA dan PIHAK PERTAMA akan bekerjasama dalam mengatur tugas
peserta PKL, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dari PIHAK PERTAMA
yang berpraktek di BPM Winda Nainggolan
PASAL 5
PENYELENGGARAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
1. PIHAK KEDUA memberi izin kepada PIHAK PERTAMA untuk menggunakan dan
memanfaatkan tempat dan sarana serta fasilitas lainnya yang diperlukan dalam rangka
Penyelenggaraan PKL.
2. PIHAK PERTAMA mengajukan Kompetensi Peserta Didik kepada PIHAK KEDUA
sebelum Jadwal Penyelenggaraan PKL.
3. Mahasiswa mengikuti Orientasi sebelum PKL dilaksanakan.
4. Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan tindakan terhadap pasien diluar pengetahuan
Instrukur Klinis dan atau Perawat Ruangan. Apabila terjadi malpraktek tanpa
sepengetahuan Instruktur Klinis dan atau Perawat ruangan maka akibat dari tindakan
tersebut menjadi tanggung jawab Mahasiswa yang bersangkutan, walaupun harus
diselesaikan secara hukum.
5. Apabila terjadi malpraktek yang diketahui oleh Instruktur Klinis dan atau Bidan/Perawat
Ruangan maka tindakan tersebut menjadi tanggung jawab Instrukur Klinis dan atau
Perawat/Bidan serta Mahasiswa tersebut.
Page 4 of 8
Pihak Pertama Pihak Kedua
6. Mahasiswa tidak diperkenankan memberikan informasi mengenai pasien atau hal lainnya
tentang BPM Winda Nainggolan kepada Pihak Ketiga.
7. Mahasiswa menyampaikan laporan pendahuluan kasus yang akan dikelolanya kepada
Instruktur Klinis setiap minggunya.
8. Penilaian terhadap Mahasiswa selama melaksanakan PKL di BPM Winda Nainggolan
oleh Preseptor dari PIHAK KEDUA.
9. Mahasiswa tidak dibenarkan menggunakan alat tanpa didampingi Preseptor dari BPM
Winda Nainggolan Bila terjadi kerusakan atau kehilangan alat, maka Mahasiswa harus
bertanggung jawab terhadap kerusakan / kehilangan alat tersebut.
10. Setelah Mahasiswa selesai PKL di BPM Winda Nainggolan maka PIHAK KEDUA
menyampaikan hasil evaluasi kepada PIHAK PERTAMA.
11. Rasio jumlah peserta didik dan pembimbing disesuaikan dengan ketersediaan jumlah
preseptor yang ada di BPM Winda Nainggolan
PASAL 6
PENYELENGGARAAN PENELITIAN
Page 5 of 8
Pihak Pertama Pihak Kedua
PASAL 7
SANKSI
PASAL 8
JANGKA WAKTU PERJANJIAN
1. Perjanjian ini berlaku efektif selama 5 (Lima) tahun terhitung sejak tanggal 317 Juli
2023 sampai dengan tanggal 17 Juli 2028 dan dapat diperpanjang dengan membuat Surat
Perjanjian kembali.
2. Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian,
KEDUA BELAH PIHAK sepakat saling memberitahukan maksudnya apabila hendak
memperpanjang perjanjian ini.
3. Sehubungan dengan pengakhiran perjanjian kerja sama ini, para pihak sepakat untuk
mengesampingkan keberlakuan pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
mengharuskan adanya putusan pengadilan dalam pengakhiran suatu perjanjian.
PASAL 9
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut “Force Majeure”) adalah
suatu keadaan yang terjadinya diluar kemampuan, kesalahan atau kekuasaan KEDUA
BELAH PIHAK dan yang menyebabkan PARA PIHAK yang mengalami tidak dapat
melaksanakan atau terpaksa menunda pelaksanaan kewajibannya dalam kesepakatan ini.
Force Majeure tersebut meliputi bencana alam, banjir, wabah, perang (yang dinyatakan
maupun yang tidak dinyatakan), pemberontakan, huru-hara, pemogokan umum,
kebakaran, dan kebijaksanaan Pemerintah yang berpengaruh secara langsung terhadap
pelaksanaan perjanjian ini;
2. Dalam hal terjadinya peristiwa Force Majeure, maka PIHAK yang terhalang untuk
melaksanakan kewajibannya tidak dapat dituntut oleh PIHAK lainnya. PIHAK yang
terkena Force Majeure wajib memberitahukan adanya peristiwa Force Majeure tersebut
kepada PIHAK yang lain secara tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak saat
Page 6 of 8
Pihak Pertama Pihak Kedua
terjadinya peristiwa Force Majeure,yang dikuatkan oleh surat keterangan dari pejabat
terkena Force Majeure wajib memberitahukan adanya peristiwa Force Majeure tersebut kepada
PIHAK yang lain secara tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak saat terjadinya
peristiwa Force Majeure, yang dikuatkan oleh surat keterangan dari pejabat yang berwenang
yang menerangkan adanya Force Majeure tersebut. PIHAK yang terkena Force Majeure wajib
mengupayakan dengan sebaik-baiknya untuk tetap melaksanakan kewajibannya sebagaimana
diatur dalam perjanjian ini segera setelah peristiwa Force Majeure berakhir;
3. Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus hingga melebihi atau diduga
oleh PIHAK yang mengalami Force Majeure akan melebihi 30 (tiga puluh) hari
kalender, maka KEDUA BELAH PIHAK sepakat untuk meninjau kembali jangka
waktu perjanjian ini;
4. Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu PIHAK sebagai akibat
terjadinya peristiwa Force Majeure bukan merupakan tanggungjawab PIHAK yang lain
PASAL 10
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Setiap perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang timbul sehubungan dengan
perjanjian ini akan diselesaikan terlebih dahulu secara musyawarah dan mufakat oleh
KEDUA BELAH PIHAK;
2. Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini
tidak berhasil mencapai mufakat, maka KEDUA BELAH PIHAK sepakat untuk
menyerahkan penyelesaian perselisihan tersebut melalui Pengadilan;
3. Mengenai kesepakatan ini dan segala akibatnya, KEDUA BELAH PIHAK memilih
kediaman hukum atau domisili yang tetap dan umum di Kantor Panitera Pengadilan
Negeri Medan.
PASAL 11
ADDENDUM
Apabila dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini KEDUA BELAH PIHAK merasa
perlu melakukan perubahan, maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan atas
kesepakatan KEDUA BELAH PIHAK yang dituangkan dalam Addendum perjanjian ini
yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian ini.
PASAL 12
PENUTUP
1. Kesepakatan Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) dan ditandatangani dalam
keadaan sadar/sehat/normal oleh KEDUA BELAH PIHAK tanpa paksaan serta dengan
itikad baik, KEDUA BELAH PIHAK akan mematuhi dan mentaati semua ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam Perjanjian Kerja Sama ini. Apabila salah satu Pihak tidak
mematuhi/mentaati ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Perjanjian Kerjasama ini,
Page 7 of 8
Pihak Pertama Pihak Kedua
maka hal tersebut membuktikan bahwa PIHAK yang bersangkutan tidak beritikad baik
dan tidak mematuhi/mentaati ketentuan Perjanjian Kerja Sama ini;
2. Perjanjian Kerja Sama ini dianggap sah/berlaku setelah ditandatangani oleh KEDUA BELAH
PIHAK pada waktu dan tempat yang sama, yaitu 2 (dua) rangkap Asli dan masing-masing
bermaterai cukup;
3. Masing-masing PIHAKakan mendapatkan 1 (satu) rangkap Perjanjian Kerja Sama asli yang telah
ditantangani oleh kedua belah PIHAK dan masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Page 8 of 8
Pihak Pertama Pihak Kedua