Anda di halaman 1dari 5

MENTERIKESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

Yang terhormat,
1. Para Kepala Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia
2. Para Kepala Dinas Kesehatan KabupatenjKota seluruh Indonesia
3. Ketua Perhimpunan Rumah Sakit (PERSI)
4. Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES)
5. Ketua Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN)
6. Ketua Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer Indonesia (PKFI)
7. Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)
8 . Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI)
9. Ketua Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
10. Ketua Pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
11. Ketua Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)

SURAT EDARAN
NOMOR HK/MENKES/32/I/2014
TENTANG
PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA BPJS
KESEHATAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DAN
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN DALAM
PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional telah


ditetapkan berbagai peraturan antara lain Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan yang telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 ten tang Jaminan Kesehatan,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 tahun 2013 ten tang standar
tarif pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dalam penyelenggaraan
program jaminan kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan
Nasional.

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9 Jakarta 12590 Telepon/Faksimile (021) 5201591
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

-2-

Surat Edaran ini ditujukan untuk memperjelas penyelenggaraan


Jaminan Kesehatan Nasional agar berjalan dengan efektif dan efisien
dalam pemberian Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan .
Mengingat ketentuan:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4456);
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5256);
3. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 29) yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111
Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 255);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1392 );
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1400).
Bersama ini disampaikan sebagai berikut:

1. Surat Rujukan:
a. Kedaruratan medik tidak membutuhkan surat rujukan.

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9 Jakarta 12590 Telepon/Faksimile (021) 5201591
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

-3-

b. Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama kali pengobatan ke


Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, dan selanjutnya selama
masih dalam perawatan dan belum di rujuk balik ke Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama tidak dibutuhkan lagi surat
rujukan. Dokter yang menangani memberi surat keterangan
masih dalam perawatan.
2. Obat penyakit kronis
Pada masa transisi, fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dapat
memberikan tambahan resep obat penyakit kronis (berdasarkan
Formularium Nasional) diluar paket INA CBG's sesuai indikasi
medis sampai kontrol berikutnya apabila penyakit belum stabil.
Resep terse but dapat diambil di depo farmasi/ apotek yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.
3. Obat penyakit kronis dapat diberikan oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama sebagai program rujuk balik (PRB) melalui
apotek/ depo farmasi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Ketentuan ini diberlakukan untuk penyakit-penyakit diabetes
melitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK), epilepsi, skizofren, sirosis hepatis, stroke, dan Sindroma
Lupus Eritromatosus (SLE).
4. Penyakit yang menggunakan obat Program Pemerintah seperti
penyakit HIV dan AIDS, Tuberkulosa (TB), malaria, kusta, dan
Penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri, diatur secara tersendiri.
5. Pemberian Obat Kemoterapi, Thalassemia dan Hemofilia:
a. Disamping dilakukan di Fasilitas Kesehatan Tingkat III,
pemberian obat untuk kemoterapi, thalassemia, dan hemofilia
juga dapat dilakukan di Fasilitas Kesehatan Tingkat II dengan
mempertimbangkan kemampuan fasilitas kesehatan dan
kompetensi sumber daya manusia kesehatan.
b. Dalam kondisi tertentu pemberian obat kemoterapi dan
thalassemia dapat dilaksanakan di pelayanan rawat jalan.

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9 Jakarta 12590 Telepon/Faksimile (021) 5201591
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

-4-

c. Selama masa transisi berlaku ketentuan sebagai berikut:


1) Pengajuan klaim pada pemberian obat kemoterapi berlaku
sesum dengan tarif INA-CBG's ditambah dengan obat
kemoterapi.
2) Pengajuan klaim pada pelayanan rawat jalan thalassemia
dilakukan dengan input data pasien sesum pelayanan
thalassemia rawat inap dalam INA-CBG's.
d. Pada pelayanan rawat inap hemofilia A dan hemofilia B, berlaku
penambahan pembayaran klaim diluar tarif INA-CBG's yang
besarannya sama untuk semua tingkat keparahan kasus serta
semua kelas perawatan.
e. Besaran penambahan pembayaran hemofilia se bagaimana
dimaksud pada huruf d sesua1 kelas rumah sakit dan
regionalisasi tarif, dengan ketentuan sebagai berikut:

KELAS RUMAH SAKIT


REGIONAL RSUPN RSKRN A B c D
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
REG 1 12.178.437 10.898.885 9.908.077 7 .914 .235 6.298.828 5.272.740

REG2 9.997 .250 7.985.463 6.355.517 5.320.195

REG 3 10.026.974 8.009.206 6 .374.414 5.336 .01 3

REG4 10.175.595 8. 127.719 6.468.896 5.415.104

REG 5 10.264 .768 8.199.147 6.525.586 5.462.559

6. Penjaminan terhadap bayi baru lahir dilakukan dengan ketentuan


sebagai berikut:
a. Bayi baru lahir dari peserta PBI secara otomatis dijamin oleh
BPJS Kesehatan. Bayi tersebut dicatat dan dilaporkan kepada
BPJS Kesehatan oleh fasilitas kesehatan untuk kepentingan
rekonsiliasi data PBI.
b. Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak ke-3 (tiga) dari
peserta pekerja penerima upah secara otomatis dijamin oleh
BPJS Kesehatan.

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9 Jakarta 12590 Telepon/Faksimile (021) 5201591
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

-5-

c. Bayi baru lahir dari :


1) peserta pekerja bukan penerima upah;
2) peserta bukan pekerja; dan
3) anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta penerima upah,
dijamin hingga hari ke-7 (tujuh) sejak kelahirannya dan harus
segera didaftarkan sebagai peserta.
d. Apabila bayi sebagaimana dimaksud dalam huruf c tidak
didaftarkan hingga hari ke- 7 (tujuh) sejak kelahirannya , mulai
hari ke-8 (delapan) bayi tersebut tidak dijamin oleh BPJS
Kesehatan .

Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dapat dilaksanakan


sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Januari 2014

SIA,

NAFSIAH MBOI

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9 Jakarta 12590 Telepon/Faksimile (021) 5201591

Anda mungkin juga menyukai