Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandung Ten
Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandung Ten
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
Email: fikar.dewa21@gmail.com
ABSTRAK
Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Indonesia berdampak dua sisi. Secara
ekonomi akan memberikan peluang kepada pedagang untuk menghidupkan
perekonomian, tapi di sisi lain, seringkali PKL menggunakan tempat untuk
berjualan di lokasi yang merugikan publik; berdagang di trotoar, misalnya. Salah
satu upaya pemerintah Kota Bandung melakukan revitalisasi PKL adalah dengan
pembangunan Teras Cihampelas (Skywalk). Temuan lapangan menunjukkan
bahwa: Pertama, secara konseptual, kebijakan revitalisasi tersebut sudah berjalan
dengan baik terbukti PKL di kawasan Skywalk Cihampelas memang tetap bisa
berjualan tidak lagi di trotoar. Kedua, tidak terantisipasi munculnya PKL baru yang
berjualan di bawah Skywalk. Maka tujuan semula membangun Skywalk agar trotoar
di jalan Cihampelas terbebas dari PKL, menjadi gagal. Artinya, revitalisasi PKL
melalui implementasi Perda sebagai sebuah wujud dari kebijakan Kota Bandung,
hendaknya dievaluasi secara komprehensif terutama pada dimensi pengawasan.
Kata kunci: revitalisasi; pedagang kaki lima; kebijakan.
ABSTRACT
The presence of street vendors (PKL) has a two-sided effect. Economically, it will
provide opportunities for traders to revive the economy, but on the other hand, often
street vendors use places to sell in locations that harm the public; trade on the
sidewalk, for example. One of the efforts of the Bandung City government to
revitalize street vendors is by building Teras Cihampelas (Skywalk). Field findings
indicate that: First, conceptually, the revitalization policy has been going well. It
is proven that street vendors in the Skywalk Cihampelas area can still sell no longer
on the sidewalk. Secondly, it was not anticipated the emergence of new street
vendors selling under the Skywalk. So the original purpose of building the Skywalk
so that the sidewalk on Cihampelas road was free from street vendors, failed. This
means that the revitalization of street vendors through the implementation of the
Regional Regulation as a manifestation of Bandung City policy, should be
evaluated comprehensively, especially in the supervision dimension.
Keywords: revitalization; street vendors; policy.
118
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
119
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
120
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
bahwa setiap jalan raya yang produsen yang bermodal kecil dan
dibangun hendaknya menyediakan karenanya otomatis perputaran
sarana untuk para pedestrian atau omzetnya kecil juga.
pejalan kaki yang sekarang ini disebut Secara lebih terperinci Mustafa
dengan trotoar. Sekian puluh tahun (2008: 75) menjelaskan bahwa ciri
setelahnya, saat Indonesia sudah khas PKL di antaranya: 1) PKL pada
merdeka, trotoar yang pada awalnya umumnya mendekati pusat keramaian
digunakan untuk pejalan kaki banyak dan tanpa izin menduduki zona-zona
dimanfaatkan oleh para pedagang yang mestinya menjadi milik publik;
untuk berjualan. Pada zaman itu 2) PKL umumnya memiliki daya
disebut dengan pedagang emperan resistensi sosial yang sangat lentur
jalan, dimana pada masa sekarang ini terhadap berbagai tekanan dan
menjadi pedagang kaki lima. kegiatan penertiban; 3) PKL
Dikemukakan oleh umumnya memiliki mekanisme
Sugiharsono dkk (2000: 45) bahwa involutif penyerapan tenaga kerja
yang dimaksud dengan pedagang yang sangat longgar; 4) sebagian
adalah perantara yang kegiatannya besar PKL adalah kaum migran, dan
membeli barang dan menjualnya proses adaptasi serta eksistensi
kembali tanpa merubah bentuk per mereka didukung oleh bentuk-bentuk
satuan. Sedangkan yang dimaksud hubungan patronase yang didasarkan
dengan kegiatan perdagangan, pada ikatan faktor kesamaan daerah
menurut Kurniadi dan Tangkilisan asal; 5) PKL rata-rata tidak memiliki
(2002: 21) adalah upaya menciptakan ketrampilan dan keahlian. Hal ini
kesempatan kerja melalui cara sejalan dengan pendapatnya
langsung dan cara tidak langsung. Sudarmadji (2006) bahwa lokasi PKL
Kegiatan perdagangan ini sering juga berkorelasi terhadap tempat
dilakukan oleh PKL, terutama di konsentrasi massa atau keramaian,
kota-kota besar. pasar modern, pasar tradisional dan
Dalam pandangan Mustafa mengikuti jalur pejalan kaki atau
(2008: 17) PKL adalah setiap orang pusat keramaian.
yang melakukan kegiatan Padahal, jika mengacu pada
perdagangan, yang dilakukan secara regulasi, khususnya jika merujuk
berpindah-pindah tempat namun ada pada SK Menteri Perdagangan No.
juga yang mangkal tetap, dengan 1458/KP/XII/84 dikemukakan
modal terbatas serta berlokasi di bahwa: Setiap pedagang diwajibkan
tempat-tempat umum dengan tidak untuk memiliki SIUP (Surat Izin
mempunyai legalitas formal. Usaha Perdagangan), yang
Sedangkan menurut menurut Mustafa penerbitannya dikelompokkan
(2008: 18) pedagang kaki lima kedalam tiga kategori menurut
umumnya pedagang sekaligus besarnya modal usaha. Untuk
121
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
pedagang dengan modal usaha di masalah yang ada pada saat penelitian
bawah 25 juta diterbitkan SIUP dilakukan atau masalah-masalah yang
pedagang kecil (berwarna putih), bersifat aktual dengan
untuk yang modal usahanya di antara menggambarkan fakta-fakta tentang
25 juta sampai dengan 100 juta masalah yang diselidiki sebagaimana
diterbitkan SIUP pedagang menengah adanya, yang kemudian diiringi
(berwarna biru), dan yang bermodal dengan interpretasi rasional.
usaha diatas 100 juta diterbitkan SIUP Penelitian ini menggunakan model
pedagang besar (berwarna kuning). implementasi kebijakan dari Grindle
Disamping itu, berdasarkan SK yang menekankan pada 2 (dua) aspek
Menteri Perdagangan No. yang diperlukan untuk mendukung
323/KP/II/84 tanggal 24 Februari keberhasilan suatu kebijakan yaitu
1984, para pedagang diwajibkan kontens (isi) kebijakan dan konteks
untuk mendaftar perusahaannya dan (lingkungan). Lokasi studi penelitian
memiliki Tanda Daftar Perusahaan ini bertempat di Pasar Bambu Kuning
(TDP) sebagai kebijaksanaan Bandar Lampung. Penelitian
pemerintah untuk memonitor dan mengungkapkan bahwa pelaksanaan
membina pedagang sesuai dengan penataan PKL di pasar Bambu
Undang-Undang Nomor 3 tahun 1982 Kuning belum efektif dalam
tentang Wajib Daftar Perusahaan. mengatasi persoalan PKL didasarkan
pada belum terwujudnya kepatuhan
Konsep Kebijakan tentang PKL PKL serta tidak tercapainya
Jika kita menilik persoalan ketertiban yang diharapkan oleh
kebijakan pemerintah yang terkait Pemerintah Kota Bandar Lampung.
dengan PKL, maka kita dapat Kajian lainnya sebagaimana
mengkonseptualisasikannya melalui dilakukan oleh Raden Prasetyo
beragam hasil kajian yang telah Sutomo dengan judul penelitian
dilakukan, di antaranya sebagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah
hasil penelitian yang dilakukan oleh Kota Yogyakarta Dalam Penataan
Sudarman Mersa beserta tim selaku Pedagang Kaki Lima. Tujuan
Dosen Jurusan Ilmu Administrasi penelitian ini adalah mengetahui
Negara STISIPOL, FISIP dan implementasi kebijakan Pemerintah
FISIPOL di Universitas Regional Kota Yogyakarta dalam Penataan
Bandar Lampung dan Jawa Barat PKL dan mengetahui faktor-faktor
dengan judul Analisis Implementasi yang mempengaruhi implementasi
Kebijakan Penanganan Pedagang kebijakan Pemerintah Kota
Kaki Lima di Kota Bandar Lampung. Yogyakarta dalam Penegakan
Penelitian ini menggunakan tipe Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
penelitian deskriptif yang No. 26 Tahun 2002 tentang Penataan
memusatkan perhatian pada masalah- PKL di Kota Yogyakarta.
122
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
123
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
124
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
125
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
bagian dalam proses kebijakan publik dalam sistem politik, mencari sanksi
merupakan tahap yang paling krusial atau legitimasi dari tindakan yang
karena implementasi dan evaluasi dipilih, legitimasi dan implementasi,
kebijakan hanya dapat dilaksanakan pemantauan dan peninjauan/umpan
apabila tahap formulasi kebijakan balik).
telah selesai, disamping itu kegagalan Formulasi kebijakan
suatu kebijakan atau program dalam pemerintah bukanlah suatu proses
mencapai tujuan-tujuannya sebagian yang sederhana dan mudah. Banyak
besar bersumber pada faktor yang terlibat didalamnya yang
ketidaksempurnaan pada tahap berpengaruh terhadap proses
formulasi atau perumusan dari pembuatan kebijakan pemerintah.
kebijakan itu sendiri. Proses yang begitu rumit serta dengan
Begitu pula dengan Islamy adanya permasalahan lainnya seperti:
(1984:92) mengatakan bahwa Policy apakah kebijakan pemerintah tersebut
Formulation sama dengan akan mudah untuk
pembentukan kebijakan merupakan diimplementasikan atau tidak. Dari
serangkaian tindakan pemilihan hasil implemementasi tersebut, baik
berbagai alternatif yang dilakukan yang berdampak positif atau negatif,
secara terus menerus dan tidak pernah menguntungkan atau merugikan.
selesai, dalam hal ini didalamnya akan berpengaruh terhadap formulasi
termasuk pembuatan keputusan. kebijakan pemerintah selanjutnya.
Lebih jauh tentang proses pembuatan Jones (1984:27-28)
kebijakan negara (publik), Udoji yang mengemukakan bahwa terdapat 11
dikutip oleh Wahab (2008 : 5) (sebelas) kegiatan dalam perumusan
merumuskan bahwa pembuatan kebijakan pemerintah. Kegiatan dan
kebijakan negara sebagai: The whole pertanyaan yang mencuat dari
process of articulating and defining seperangkat kegiatan logis dan
problems, formulating possible berkaitan dengan cara kerja
solutions into political demands, pemerintah, yaitu: 1)
channelling those demands into the Persepsi/definisi. Apa yang menjadi
political systems, seeking sanctions permasalahan pada saat proposal
or legitimation of the preferred diajukan?; 2) Agregasi. Berapa
course of action, legitimation and banyak orang yang berpikir bahwa
implementation, monitoring and hal ini merupakan persoalan penting?;
review/feedback (Seluruh proses 3) Organisasi. Bagaimana orang-
dalam mengartikulasikan dan orang tersebut diorganisasikan?; 4)
mendefinisikan permasalahan, Representasi. Bagaimana memelihara
merumuskan solusi yang mungkin bagi akses pembuat keputusan?; 5)
menjadi tuntutan politik, Penyusunan agenda. Bagaimana
menyalurkan tuntutan-tuntutan itu ke status agenda didapat?; 6) Formulasi.
126
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
127
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
128
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
tinggal di kawasan Cihampelas serta secara timbal balik, oleh karena itu
Pedagang Kaki Lima yang berjualan terjadi ketegangan-ketegangan
di lokasi setempat sebagai pendukung (tensions) yang bisa menyebabkan
pelaksanaan kebijakan. timbulnya protes-protes, bahkan aksi
Komponen ketiga, kelompok fisik, dimana hal ini menghendaki
sasaran (Target Groups) merupakan penegakan institusi-institusi baru
sasaran yang hendak dicapai yaitu untuk mewujudkan sasaran kebijakan
penataan PKL dari yang tidak teratur tersebut. Ketegangan-ketegangan itu
menjadi tertata di jalan Cihampelas bisa juga menyebabkan perubahan-
sebagai salah satu tempat wisata di perubahan dalam institusi-institusi
Kota Bandung serta interaksi antara lini. Pola-pola interaksi dari keempat
pelaksana dan sasaran kebijakan variabel tersebut dalam implementasi
Pemerintah Daerah, dalam hal ini kebijakan memunculkan
adalah interaksi antara Pemerintah ketidaksesuaian, ketegangan dan
Kota Bandung beserta para tekanan-tekanan. Pola-pola interaksi
aparaturnya dengan PKL maupun tersebut mungkin akan menghasilkan
dengan masyarakat sekitar pembentukan lembaga-lembaga
pembangunan proyek Skywalk tertentu, sekaligus dapat dijadikan
Cihampelas. umpan balik untuk mengurangi
Sedangkan komponen keempat ketegangan dan dikembalikan ke
yang merupakan komponen terakhir dalam matriks dari pola-pola
adalah faktor lingkungan (The transaksi dan kelembagaan. Peneliti
Environmental Factors) merupakan menganalisa bahwa komponen-
faktor-faktor pendukung yang komponen tersebut dapat dipandang
menunjang keberhasilan sebagai pendekatan-pendekatan
implementasi kebijakan seperti faktor dalam implementasi kebijakan, yaitu
sosial budaya yang merupakan nilai- menerangkan bagaimana
nilai luhur masyarakat Kota Bandung implementasi itu harus dilakukan atau
yang silih asah silih asih dan silih dilaksanakan agar dapat memberikan
asuh, faktor sosial politik seperti hasil dan dampak sesuai dengan apa
adanya oknum-oknum yang yang diharapkan atau direncanakan
senantiasa memanfaatkan keuntungan sebelumnya. Implementasi kebijakan
atas keberadaan PKL dan faktor merupakan tahap yang krusial dalam
ekonomi yang tidak lain adalah proses kebijakan publik. Suatu
kondisi ekonomi para aktor atau kebijakan harus diimplementasikan
pelaku dari PKL tersebut. agar mempunyai dampak atau tujuan
Keempat komponen tersebut yang diinginkan.
tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
merupakan satu kesatuan yang saling
mempengaruhi dan berinteraksi
129
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
130
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
131
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
132
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
133
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
134
CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674
Vol.5, No.1, April 2019
Doi: 10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
Hasil Penelitian
Implementasi Kebijakan Penataan
Pedagang Kaki Lima di Kota
Malang yang dilakukan oleh
Sapir.
Implementasi Kebijakan Penataan
Pedagang Kaki Lima di Pasar
Raya Padang yang dilakukan
oleh Wahyu Firmanda
Raden Prasetyo Sutomo dengan judul
penelitian Implementasi
Kebijakan Pemerintah Kota
Yogyakarta Dalam Penataan
Pedagang Kaki Lima.
135