Makalah Aneurisma Aorta Abd Fix
Makalah Aneurisma Aorta Abd Fix
Disusun Oleh :
1. Clarita Immanuel C (9103022026)
2. Maryano Rayval (9103022029)
3. I.W Tegar NRP (9103022043)
4. Jein Pinkan M.W (9103022009)
5. Putri Indi Bella Natasya (9103022054)
6. Fransina Naomi (9103022053)
7. Ingrit M Sambonu (9103022037)
8. Selavina Kamsy (9103018046)
Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik Widya Mandala
Tahun ajaran 2023/2024
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatnya lah kami mampu menyelesaikan karya tulis yang berupa
makalah ini dengan baik dan tepat waktu tanpa suatu kendala yang berarti. Tidak
lupa juga, kami sebagai tim penyusun juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang juga ikut memberikan dukungan dan masukan bagi
kelompok kami dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Umum ........................................................................................... 2
1.4 Tujuan Khusus .......................................................................................... 2
BAB 2 ..................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian ................................................................................................. 3
2.2 Etiologi ..................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi.............................................................................................. 4
2.4 Klasifikasi ................................................................................................. 4
2.5 Manifestasi klinis ..................................................................................... 5
2.6 Komplikasi ............................................................................................... 5
2.7 Pemeriksaan penunjang ............................................................................ 6
2.8 Penatalaksanaan ........................................................................................ 6
2.9 Pencegahan ............................................................................................... 7
2.10 WOC ......................................................................................................... 7
BAB 3 ................................................................................................................... 10
3.1 Kasus Semu ............................................................................................ 10
3.2 Analisa Data ........................................................................................... 10
3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................................11
3.4 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 13
3.5 Implementasi Keperawatan .................................................................... 14
3.6 Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 16
BAB 4 ................................................................................................................... 19
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
4.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Apa pengertian dari AAA?
2. Bagaimana etiologi AAA?
3. Bagaimana patofisiologi AAA?
4. Bagaimana klasifikasi AAA?
5. Bagaimana manifestasi Klinis AAA?
6. Bagaimana kompikasi AAA?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang AAA?
8. Bagaimana penatalaksanaan AAA?
9. Bagaimana pencegahan AAA?
10. WOC
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien AAA?
1.3 Tujuan Umum
Supaya mahasiswa/i bisa mengetahui apa itu Aneurisma Aota Abdomen dan
memberikan asuhan keperawatan secara mendalam.
1.4 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa /i mengetahui pengertian Aneurisma Aorta Abdomen ?
b. Mahasiswa/i mengetahui etiologi Aneurisma Aorta Abdomen ?
c. Mahasiswa/i mengetahui patofisiologi Aneurisma Aorta Abdomen ?
d. Mahasiswa/i mengetahui klasifikasi Aneurisma Aorta Abdomen ?
e. Mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis Aneurisma Aorta
Abdomen?
f. Mahasiswa/i mengetahui komplikasi Aneurisma Aorta Abdomen ?
g. Mahasiswa/i mengetahui pemeriksaan penunjang Aneurisma Aorta
Abdomen?
h. Mahasiswa/i mengetahui penatalaksanaan Aneurisma Aorta
Abdomen?
i. Mahasiswa/i mengetahui pencegahan Aneurisma Aorta Abdomen ?
j. Mahasiswa/i mengetahui WOC Aneurisma Aorta Abdomen ?
k. Mahasiswa/i mengerti ASKEP Aneurisma Aorta Abdomen ?
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Aorta adalah salah satu arteri terbesar dalam tubuh yang
mengalirkan darah teroksigenasi dari jantung ke seluruh tubuh. Bagian aorta
yang melalui abdomen dikenal sebagai aorta abdominalis. Diameter normal
aorta adalah 2 cm. Aneurisma Aorta Abdominalis (AAA) merupakan
pelebaran aorta abdominalis dengan diameter 3 cm atau lebih. AAA
merupakan penyakit multifaktorial dan lebih sering pada usia lanjut.
Pelebaran awalnya berukuran kecil dan tumbuh seiring meningkatnya
tekanan. AAA sering tanpa gejala sampai terjadi ruptur menimbulkan
perdarahan masif yang dapat menyebabkan kematian sangat cepat, sering
tidak sempat mendapat penanganan medis. Sekalipun mendapat tindakan
operatif, ruptur AAA tetap mempunyai risiko mortalitas sangat tinggi,
sehingga deteksi awal merupakan satusatunya terapi efektif. (Sulaiman,
2015)
2.2 Etiologi
1. Penggunaan tembakau. Merokok sigaret dan bentuk lain dari penggunaan
tembakau tampaknya meningkatkan risiko aneurisma aorta. Merokok dapat
merusak aorta dan melemahkan dinding aorta.
2. Pengerasan arteri (aterosklerosis). Aterosklerosis terjadi ketika lemak dan
zat lain menumpuk di dinding pembuluh darah. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko aneurisma Anda.
3. Tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko
aneurisma aorta perut karena dapat merusak dan melemahkan dinding aorta.
4. Penyakit pembuluh darah di aorta. Abdominal aortic aneurysms dapat
disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
meradang.
5. Infeksi pada aorta. Infeksi, seperti infeksi bakteri atau jamur, mungkin
jarang menyebabkan aneurisma aorta perut.
6. Trauma. Trauma, seperti berada dalam kecelakaan mobil, dapat
menyebabkan aneurisma aorta perut.
7. Keturunan. Dalam beberapa kasus, aneurisma aorta perut bisa turun-
temurun.
Aneurisma dapat berkembang di mana saja di sepanjang aorta, tetapi ketika
mereka muncul di bagian aorta atas, di dada, mereka disebut aneurisma
aorta toraks. Lebih umum, aneurisma terbentuk di bagian bawah aorta dan
3
disebut aneurisma aorta perut atau abdominal. Aneurisma ini juga dapat
disebut sebagai AAA.
Faktor Risiko Aneurisma Aorta Abdominalis
1. Usia. Abdominal aortic aneurysms paling sering terjadi pada orang yang
berusia 65 atau lebih tua.
2. Penggunaan tembakau. Penggunaan tembakau merupakan faktor risiko
yang kuat untuk pengembangan aneurisma aorta perut dan risiko pecah yang
lebih tinggi. Semakin lama Anda merokok atau mengunyah tembakau dan
semakin banyak rokok yang Anda hisap per hari, semakin besar risiko Anda.
3. Laki-laki. Pria mengembangkan aneurisma aorta perut lebih sering daripada
wanita.
4. Berkulit putih. Orang yang berkulit putih berisiko lebih tinggi mengalami
aneurisma aorta perut.
5. Riwayat keluarga. Orang-orang yang memiliki riwayat keluarga aneurisma
aorta perut berisiko mengalami kondisi ini.
6. Aterosklerosis. Aterosklerosis - penumpukan lemak dan zat lain yang dapat
merusak lapisan pembuluh darah - meningkatkan risiko terjadinya
aneurisma.
7. Aneurisma lainnya. Orang yang memiliki aneurisma di pembuluh darah
besar lainnya, seperti arteri di belakang lutut atau aorta toraks di dada,
mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami aneurisma aorta perut.
8. Hipertensi. Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko Anda
mengembangkan aneurisma aorta perut.
2.3 Patofisiologi
Aneurisma aorta perut cenderung terjadi ketika ada kegagalan
protein struktural aorta. Apa yang menyebabkan kegagalan protein ini tidak
diketahui, namun hal ini mengakibatkan melemahnya dinding aorta secara
bertahap. Penurunan protein struktural dinding aorta, seperti elastin dan
kolagen, telah diidentifikasi. Komposisi dinding aorta terbuat dari unit pipih
kolagen. Jumlah unit pipih lebih rendah pada aorta infrarenal dibandingkan
pada aorta toraks. Hal ini dirasakan berkontribusi terhadap tingginya insiden
pembentukan aneurisma di aorta infrarenal. Proses inflamasi kronis pada
dinding aorta telah diidentifikasi tetapi etiologinya tidak jelas. Faktor lain
yang mungkin berperan dalam perkembangan aneurisma ini termasuk
genetika, peradangan yang parah, dan degradasi proteolitik pada jaringan
ikat di dinding aorta.
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan morfologinya, aneurisma aorta dibagi menjadi :
4
1. Fusiform aortic aneurysm yaitu : bentuknya lebih baik, dilatasinya simetris
di sekeliling dinding aorta, serta lebih sering ditemukan.
2. Saccular aortic aneurysm yaitu : bentuk seperti kantong menonjol keluar
serta berhubungan dengan dinding aorta melalui leher yang sempit.
3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm yaitu : akumulasi darah
ekstravaskuler disertai disrupsi ketiga lapisan pembuluh darah.
2.6 Komplikasi
Nyeri di satu atau lebih dari lapisan dinding aorta (aortic dissection)
atau aneurisma aorta yang pecah merupakan komplikasi utama aortic
aneurysms abdominal. Aneurisma aorta yang pecah dapat menyebabkan
perdarahan internal yang mengancam jiwa. Secara umum, semakin besar
aneurisma dan semakin cepat aneurisma tumbuh, semakin besar risiko
pecahnya. Tanda dan gejala bahwa aneurisma aorta Anda telah pecah yang
merupakan komplikasi mungkin termasuk:
a. Nyeri perut atau punggung yang mendadak, intens dan terus-
menerus, yang dapat digambarkan sebagai sensasi robek
b. Nyeri yang menyebar ke punggung atau kaki
c. Berkeringan dingin
5
d. Pusing
e. Mual
f. Muntah
g. Tekanan darah rendah
h. Nadi cepat
Komplikasi lain dari aortic aneurysms adalah risiko pembekuan darah.
Bekuan darah kecil dapat berkembang di area aneurisma aorta. Jika
gumpalan darah lepas dari dinding bagian dalam aneurisma dan
menghalangi pembuluh darah di tempat lain di tubuh Anda, dapat
menyebabkan rasa sakit atau memblokir aliran darah ke kaki, jari kaki,
ginjal atau organ perut.
2.8 Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi :
a. Antihipertensifbertujuan mempertahankan sistolik 120 mmHg
atay kurang
b. Propanolol (inderal) bertujuan untuk menurunkan kekuatan
pulsasi denyut aorta dengan cara menurunkan kontraktilitas miokard.
Daftar obat-obatan yang saat ini digunakan untuk
pengobatan kondisi lain, yang memiliki dampak positif dalam
peralihannya ke kondisi aneurisma adalah Obat antihipertensi, Beta
6
blocker, Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE),
Penghambat saluran kalsium, Terapi antiplatelet, Anti inflamasi.
Apabila terdapat gejala atau tingkat pertumbuhan AAA yang tinggi
(lebih besar dari 1cm/tahun) pilihan terapeutik cenderung berupa
pembedahan.
2. Pembedahan :
Pembedahan dilakukan apabila terapi obat gagal bertujuan
mencegah pembesaran aneurismaatau pasien menunjukan gejala
distress akut. Pemvedahan ini meliputi eksisi serta pengangkatan
aneurisma dan juga penggantian dengan graf sintetik bertujuan
untuk memperbaiki kontinuitas vaskular.
a. Bedah elektif
b. Bedah darurat
c. Bedah Konvensial
d. Endovaskular stent atau endoprotesis
2.9 Pencegahan
1. Berhenti merokok dan kontrol tekanan darah arteri dianjurkan untuk
mencegah perkembangan dan pertumbuhan AAA.
2. Penggunaan statin dianjurkan pada pasien dengan AAA kecil (30-54
mm), dengan tujuan memperlambat laju pertumbuhannya.
3. Pemeriksaan USG direkomendasikan pada kelompok populasi berikut:
Pria di atas 65 tahun yang saat ini merupakan perokok atau memiliki
riwayat merokok.
Pasien dengan diagnosis aneurisma arteri poplitea, femoralis atau
iliaka (mengingat seringnya asosiasi AAA).
Pasien berusia lebih dari 65 tahun dengan kerabat tingkat pertama
yang memiliki riwayat AAA.
Wanita di atas 65 tahun yang saat ini merupakan perokok atau
memiliki riwayat merokok (rekomendasi bukti tingkat rendah).
4. Pengawasan USG diindikasikan pada pasien dengan AAA kecil (30-54
mm) dan pasien dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat (<10
mm/tahun).
2.10 WOC
7
WOC ANEURISMA AORTA ABDOMINAL
MK: Risiko
Tidak adapat menahan tekanan Perdarahan
darah diaorta Kode: D.0012
Pada pemeriksaan lab terdapat disliidemia (yaitu kadar lemak dalam darah
meningkat) pada pemeriksaan rontgen diduga adanya aneurisma aorta dengan
kalsifikasi pada dindingnya.
Pada CT angiography (atau pemeriksaan kondisi pembuluh darah) terdapat
atherosclerosis aorta abdominalis dan cabang cabangnya, tanpa stenosis
(penyempitan) signifikan.
Pada Ct thorax terdapat adanya aneurisma aorta pada arcus aorta dengan
adanya trombus (gumpalan darah).
Hasil laboratorium secara keseluruhan biasa-biasa saja dan termasuk kadar
troponin I normal 0,01 ng/mL (nilai normal = 0,00–0,09 ng/mL), jumlah sel darah
putih 13,9 × 10 9 /L, dan hematokrit 41%. Sebagai catatan, antikoagulasi pasien
bersifat subterapeutik dengan rasio normalisasi internasional sebesar 1,7 (kisaran
sasaran = 2,0–3,0). Hasil elektrokardiogram menunjukkan irama sinus normal tanpa
perubahan ST akut. Hasil pemindaian angiografi tomografi komputer (CTA) pada
perut dan panggulnya menunjukkan ukuran AAA 10 cm dengan hematoma
retroperitoneal besar yang konsisten dengan ruptur aorta
10
1. DS : pasien Tn.N Agen pencedera Nyeri Akut
mengatakan keluhan nyeri fisiologis (D.0077)
hebat di daerah perut dan (inflamasi)
punggung, klien
mengatakan nyeri muncul
secara mendadak dan terus-
menerus, klien juga
mengatakan nyeri menyebar
ke daerah punggung dan
kaki yang terasa kesemutan
DO :
Tekanan Darah :
140/125mmHg
Suhu : 37°C
Nadi : 120x/menit (Cepat
dan Kuat)
Respirasi Rate : 25x/menit
CRT : < 2 detik
Nadi teraba kencang pada
daerah abdomen
11
TD = 140/125 mmHg, Suhu = 37 derajat celcius, nadi 120x/menit,
RR 25x/menit, CRT < 2 detik, nadi teraba kencang pada daerah
abdomen
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan dibuktikan dengan pasien mengatakan sesak napas
karena adanya tekanan pada daerah perut atas bagian samping
kanan, klien menggunakan otot bantu napas yang disebabkan oleh
tekanan daerah perut, TD = 140/125mmHg, nadi 120x/menit, RR
25x/menit
12
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera Setelah dilalukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238 Hal 201). Observasi :
fisiologis d.d pasien Tn.N keperawatan selama 3x24 jam. Maka Observasi : 1. Untuk mengetahui lokasi,
mengatakan keluhan nyeri hebat di tingkat nyeri (L.08066) menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, karakteristik, durasi,
daerah perut dan punggung, klien Dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, dan frekuensi, kualitas, dan
mengatakan nyeri muncul secara TD : 120/90 mmHg intensitas nyeri. intensitas nyeri.
mendadak dan terus menerus, Suhu : 36 derajat celcius 2. Identifikasi skala nyeri. 2. untuk mengetahui skala
pasien juga mengatakan nyeri Nadi : 30x/menit 3. Identifikasi respon nyeri non verbal. nyeri yang dirasakan.
menyebar kedaerah punggung dan RR : 20x/menit 4. Identikasi faktor yang memperberat 3. Untuk mengetahui rasa
kaki yang terasa kesemutan. CRT : <2 detik dan memperingan nyeri. nyeri yang dirasakan melalui
Terapeutik : tindakan.
5. Berikan teknik non farmakologis 4. Untuk mengetahui
untuk mengurangi rasa nyeri (kompres kualitas nyeri yang
hangat/dingin, akupresur). dirasakan.
6. Fasilitas istirahat dan tidur Terapeutik :
Edukasi : 5. Agar nyeri yang
7. Jelaskan penyebab periode dan dirasakan pasien berkurang.
pemicu nyeri. 6. Agar pasien merasa lebih
8. Anjurkan memonitor nyeri secara nyaman.
mandiri. Edukasi :
Kolaborasi : 7. Agar pasien mengetahui
9. Pemberian analgestik jika perlu. penyebab, periode, dan
pemicu nyeri yang
dirasakan.
8. Agar pasien dapat
memahami nyeri. yang
dirasakan.
Kolaborasi :
9. Untuk mengurangi rasa
nyeri.
2. Pola nafas tidak efektif b.d depresi Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (I.01011 Hal Manajemen jalan nafas
pusat pernafasan d.d pasien keperawatan selama 3x24 jam 186). Observasi :
mengatakan sesak nafas karena Observasi :
13
adanya tekanan pada daerah perut diharapkan pola nafas membaik 1. Memonitor pola nafas 1.Untuk memantau
atas bagian samping kanan. (L.01004). Terapeutik : Frekuensi nafas/RR Pasien.
Dengan kriteria hasil : 2. Posisikan semi fowler Terapeutik :
1. Dispnea menurun 3. Berikan oksigen bila perlu 2. Untuk mengurangi rasa
2. Frekuensi nafas membaik (16-20x/ sesak (mengembangkan
menit) mengulang tindakan dari
abdomen pada diafragma.
3. Untuk menurunkan sesak
nafas jika tidak diatasi
secara alami.
14
Pasien mengatakan
kualitas skala nyeri 6 dan
pasien mengatakan masih
sesak.
10.10 WIB 3. Mengidentifikasi pindip
respon nyeri non verbal
Respon :
Pasien meringis kesakitan
gelisah
10. 15 WIB 4. Memberikan posisi pindip
semifowler
Respon : Pasien merasa
lebih nyaman
10.25 WIB 5. Menganamnese secara clarita
langsung pada pasien dan
memberikan posisi
semifowler
Respon :
Pasien kooperatif dan
merasa lebih nyaman
15
10.35 WIB 7. Memberikan selimut fifi
Respon :
Pasien sudah diberikan
selimut dan dapat tidur
nyenyak
10.40 WIB 8. Menjelaskan kepada fifi
pasien mengenai
penyebab nyeri yaitu
karna aktivitas berlebihan
dan memonitor pola nafas
Respon :
Pasien mengatakan sudah
tidak sesak
RR : 20X/menit
Saturasi : 97%
Tekanan O2 95 mmHg
Tekanan CO2 40 mmHg
Pasien tidak tampak
lemah
11.25 WIB 11. Mengganti cairan
infus melalui intravena, Rl
500cc/8jam pada
metacarpals dextra
Respon :
Cairan masuk lancar, tidak
ada bengkak, kemerahan
tanda-tanda infeksi
16
1 Jumat, 10 November / 14.00 S : Pasien mengatakan nyeri pada Clarita
abdomen sudah berkurang dan
sudah tidak sesak
O : Nadi 85x/menit
RR : 20X/menit
TD : 115/90 mmHg
Skala nyeri 0-3
Saturasi 97%
Tekanan O2 96mmHg
Tekanan CO2 40 mmHg
Pasien tidak tampak lemah
A : Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P : Intervensi 4,7 dihentikan
(Nyeri akut),
Intervensi 3-7 Dihentikan (pola
nafas tidak efektif). Intervensi
1,2,3,5,6,8 dilanjutkan (Nyeri
akut), Intervensi 1 dan 2 di
lanjutkan.
E : mengajarkan pasien teknik
untuk mengurasi rasa nyeri
dengaan napas dalam,
menganjurkan pasien untuk diet
garam/natrium untuk
memanajemen hipertensi,
menganjurkan pasien untuk
mengurangi konsumsi rokok.
17
18
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aneurisma Aorta Abdominal adalah pembendungan aorta pada
bagian abdominal yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor
riwayat hipertensi, trauma, penggunaan tembakau, pengerasan aorta dan
keturunan. Penatalaksanaan anuerisme aorta abdominal adalah dengan
melakukan pembedahan dan terapi nonfarmakologis. Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya aneurisma aorta adalah berhenti
merokok, diet garam/natrium dan menjaga kesehatan dengan makan
makanan yang bergizi dan olahraga yang teratur
4.2 Saran
Dari makalah “Aneurisma Aorta Abdominal” yang telah kami buat
kami harap pembaca dapat memahami tentang penyakit aneurisma
aortabdominal mulai dari pengertian, penyebab, perlajanan penyakit,
klasifikasi penyakit, tanda dan gejala, pemeriksaan yang dilakukan untuk
pasien AAA, penatalaksaan yang dilakukan untuk pasien AAA, dan
bagaimana cara mencegah penyakit Anuerisma Aorta abdominal. Saran
kami sebagai penulis adalah pembaca dapat menerapkan bagaimana cara
mencegah penyakit tersebut dengan cara menerapkan gaya hidup yang
sehat dengan mengurangi rokok, diet natrium dan garam bagi klien yang
mengidap hipertensi, dan berolahraga secara teratur.
19
DAFTAR PUSTAKA
20