Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANEURISMA AORTA ABDOMINAL (AAA)


Dosen pengampu : M. Arie Lilyana, S.kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep.MB

Disusun Oleh :
1. Clarita Immanuel C (9103022026)
2. Maryano Rayval (9103022029)
3. I.W Tegar NRP (9103022043)
4. Jein Pinkan M.W (9103022009)
5. Putri Indi Bella Natasya (9103022054)
6. Fransina Naomi (9103022053)
7. Ingrit M Sambonu (9103022037)
8. Selavina Kamsy (9103018046)

Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik Widya Mandala
Tahun ajaran 2023/2024
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatnya lah kami mampu menyelesaikan karya tulis yang berupa
makalah ini dengan baik dan tepat waktu tanpa suatu kendala yang berarti. Tidak
lupa juga, kami sebagai tim penyusun juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang juga ikut memberikan dukungan dan masukan bagi
kelompok kami dalam penyusunan makalah ini.

Makalah yang berjudul “ANEURISMA AORTA ABDOMINAL” disusun


untuk memenuhi tugas semester 3 mata kuliah keperawatan medikal bedah 1.
Makalah ini dibuat guna untuk memberikan gambaran umum tentang Aneurisma
aorta abdominal (AAA).

Setidaknya, dengan memahami gambaran umum tentang makalah ini, para


pembaca dan kita semua yang ada di tempat ini dapat berantisipasti terhadap
Kondisi medis ini, kemungkinan buruk yang terjadi menyerang kita. Sembari
berharap agar tetap bisa mendapatkan jalan terbaik dalam kehidupan.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat sebesar


mungkin bagi siapa saja yang membacanya.Semoga para pembaca juga berkenan
memaafkan jika dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Kami pun
akan merasa lebih senang jika ada pembaca yang berkenan memberikan kritik dan
saran membangun untuk kelompok kami. Agar di penyusunan makalah selanjutnya
kami dapat menyajikan sesuatu yang lebih baik lagi. Terima kasih

Surabaya, 13 September 2023

Kelompok

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Umum ........................................................................................... 2
1.4 Tujuan Khusus .......................................................................................... 2
BAB 2 ..................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian ................................................................................................. 3
2.2 Etiologi ..................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi.............................................................................................. 4
2.4 Klasifikasi ................................................................................................. 4
2.5 Manifestasi klinis ..................................................................................... 5
2.6 Komplikasi ............................................................................................... 5
2.7 Pemeriksaan penunjang ............................................................................ 6
2.8 Penatalaksanaan ........................................................................................ 6
2.9 Pencegahan ............................................................................................... 7
2.10 WOC ......................................................................................................... 7
BAB 3 ................................................................................................................... 10
3.1 Kasus Semu ............................................................................................ 10
3.2 Analisa Data ........................................................................................... 10
3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................................11
3.4 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 13
3.5 Implementasi Keperawatan .................................................................... 14
3.6 Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 16
BAB 4 ................................................................................................................... 19
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
4.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aneurisma aorta adalah suatu pemebekakan pembuluh darah utama,
pembuluh darah utama didalam dada ataupun di rongga perut. Aorta abdominal
merupakan arteri terbesar yang terdapat pada cavitas abdominalis atau rongga
perut. Aorta abdominal merupakan lanjutan dari aorta thoracalis, mulai dari
hiatus aorticus, tempat aorta menembus diafragma. Sebenarnya aorta tidak tepat
menembus diafragma, karena hiatus aorticus terletak di bagian belakangnya.
Batas normal diameter arteri harus diketahui untuk mendiagnosis patologi
seperti dilatasi, stenosis dan hipoplasia. Diameter aorta thoracic pada masa
kanak- kanak telah diukur dalam studi sebelumnya, tetapi jumlah penelitian di
mana diameter aorta abdominal normal ditentukan sangat kecil. Diameter
normal aorta abdominal suprarenal adalah 2,0 cm (mean ±2 SD) dan diameter
normal aorta abdominal infrarenal adalah <2,0 cm (mean± 2 SD). Dan di
samping "rule of thumb" adalah aorta abdominal memiliki ukuran sesuai ukuran
ibu jari pasien.
Perubahan diameter aorta anak dapat disebabkan karena penyakit
kongenital seperti Aneurisma Aorta Abdomen. Abdominal aortic aneurysm
sangat jarang terjadi pada bayi dan anak-anak. Aneurisma abdominal pada
dewasa juga dapat terjadi. Pada dewasa, faktor resikonya antara lain umur, etnis,
jenis kelamin, riwayat penyakit, merokok dan penyakit lain.
Aneurisma aorta abdomen ( AAA ) relatif umum terjadi dan sangat
berpotensi mengancam jiwa sesorang. Kebanyakan orang yang mengalami
AAA tidak menunjukkan gejala dan ultasonagrafi merupakan alat pencitraan
standar untuk AAA jika dibutuhkan darurat bisa diletakan disamping tempat
tidur jika dicurigai AAA. Sangatlah penting mengetahui diameter normal aorta
abdominal agar dapat menentukan kapan arteri tersebut dikatakan aneurisma.
Kasus terjadinya aneurisma di Indonesia cukuplah banyak, rentang usia yang
terkena aneurisma aorta abdominal berkisar dari usia 60 tahun keatas. Dengan
melihat kondisi tersebut, makalah ini dibuat untuk memberikan sedikit
informasi bagi para pembaca mengenai penyakit aneurisma aorta abdominal
dan bagaimana cara pencegahannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :

1
1. Apa pengertian dari AAA?
2. Bagaimana etiologi AAA?
3. Bagaimana patofisiologi AAA?
4. Bagaimana klasifikasi AAA?
5. Bagaimana manifestasi Klinis AAA?
6. Bagaimana kompikasi AAA?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang AAA?
8. Bagaimana penatalaksanaan AAA?
9. Bagaimana pencegahan AAA?
10. WOC
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien AAA?
1.3 Tujuan Umum
Supaya mahasiswa/i bisa mengetahui apa itu Aneurisma Aota Abdomen dan
memberikan asuhan keperawatan secara mendalam.
1.4 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa /i mengetahui pengertian Aneurisma Aorta Abdomen ?
b. Mahasiswa/i mengetahui etiologi Aneurisma Aorta Abdomen ?
c. Mahasiswa/i mengetahui patofisiologi Aneurisma Aorta Abdomen ?
d. Mahasiswa/i mengetahui klasifikasi Aneurisma Aorta Abdomen ?
e. Mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis Aneurisma Aorta
Abdomen?
f. Mahasiswa/i mengetahui komplikasi Aneurisma Aorta Abdomen ?
g. Mahasiswa/i mengetahui pemeriksaan penunjang Aneurisma Aorta
Abdomen?
h. Mahasiswa/i mengetahui penatalaksanaan Aneurisma Aorta
Abdomen?
i. Mahasiswa/i mengetahui pencegahan Aneurisma Aorta Abdomen ?
j. Mahasiswa/i mengetahui WOC Aneurisma Aorta Abdomen ?
k. Mahasiswa/i mengerti ASKEP Aneurisma Aorta Abdomen ?

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Aorta adalah salah satu arteri terbesar dalam tubuh yang
mengalirkan darah teroksigenasi dari jantung ke seluruh tubuh. Bagian aorta
yang melalui abdomen dikenal sebagai aorta abdominalis. Diameter normal
aorta adalah 2 cm. Aneurisma Aorta Abdominalis (AAA) merupakan
pelebaran aorta abdominalis dengan diameter 3 cm atau lebih. AAA
merupakan penyakit multifaktorial dan lebih sering pada usia lanjut.
Pelebaran awalnya berukuran kecil dan tumbuh seiring meningkatnya
tekanan. AAA sering tanpa gejala sampai terjadi ruptur menimbulkan
perdarahan masif yang dapat menyebabkan kematian sangat cepat, sering
tidak sempat mendapat penanganan medis. Sekalipun mendapat tindakan
operatif, ruptur AAA tetap mempunyai risiko mortalitas sangat tinggi,
sehingga deteksi awal merupakan satusatunya terapi efektif. (Sulaiman,
2015)

2.2 Etiologi
1. Penggunaan tembakau. Merokok sigaret dan bentuk lain dari penggunaan
tembakau tampaknya meningkatkan risiko aneurisma aorta. Merokok dapat
merusak aorta dan melemahkan dinding aorta.
2. Pengerasan arteri (aterosklerosis). Aterosklerosis terjadi ketika lemak dan
zat lain menumpuk di dinding pembuluh darah. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko aneurisma Anda.
3. Tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko
aneurisma aorta perut karena dapat merusak dan melemahkan dinding aorta.
4. Penyakit pembuluh darah di aorta. Abdominal aortic aneurysms dapat
disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
meradang.
5. Infeksi pada aorta. Infeksi, seperti infeksi bakteri atau jamur, mungkin
jarang menyebabkan aneurisma aorta perut.
6. Trauma. Trauma, seperti berada dalam kecelakaan mobil, dapat
menyebabkan aneurisma aorta perut.
7. Keturunan. Dalam beberapa kasus, aneurisma aorta perut bisa turun-
temurun.
Aneurisma dapat berkembang di mana saja di sepanjang aorta, tetapi ketika
mereka muncul di bagian aorta atas, di dada, mereka disebut aneurisma
aorta toraks. Lebih umum, aneurisma terbentuk di bagian bawah aorta dan

3
disebut aneurisma aorta perut atau abdominal. Aneurisma ini juga dapat
disebut sebagai AAA.
Faktor Risiko Aneurisma Aorta Abdominalis
1. Usia. Abdominal aortic aneurysms paling sering terjadi pada orang yang
berusia 65 atau lebih tua.
2. Penggunaan tembakau. Penggunaan tembakau merupakan faktor risiko
yang kuat untuk pengembangan aneurisma aorta perut dan risiko pecah yang
lebih tinggi. Semakin lama Anda merokok atau mengunyah tembakau dan
semakin banyak rokok yang Anda hisap per hari, semakin besar risiko Anda.
3. Laki-laki. Pria mengembangkan aneurisma aorta perut lebih sering daripada
wanita.
4. Berkulit putih. Orang yang berkulit putih berisiko lebih tinggi mengalami
aneurisma aorta perut.
5. Riwayat keluarga. Orang-orang yang memiliki riwayat keluarga aneurisma
aorta perut berisiko mengalami kondisi ini.
6. Aterosklerosis. Aterosklerosis - penumpukan lemak dan zat lain yang dapat
merusak lapisan pembuluh darah - meningkatkan risiko terjadinya
aneurisma.
7. Aneurisma lainnya. Orang yang memiliki aneurisma di pembuluh darah
besar lainnya, seperti arteri di belakang lutut atau aorta toraks di dada,
mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami aneurisma aorta perut.
8. Hipertensi. Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko Anda
mengembangkan aneurisma aorta perut.

2.3 Patofisiologi
Aneurisma aorta perut cenderung terjadi ketika ada kegagalan
protein struktural aorta. Apa yang menyebabkan kegagalan protein ini tidak
diketahui, namun hal ini mengakibatkan melemahnya dinding aorta secara
bertahap. Penurunan protein struktural dinding aorta, seperti elastin dan
kolagen, telah diidentifikasi. Komposisi dinding aorta terbuat dari unit pipih
kolagen. Jumlah unit pipih lebih rendah pada aorta infrarenal dibandingkan
pada aorta toraks. Hal ini dirasakan berkontribusi terhadap tingginya insiden
pembentukan aneurisma di aorta infrarenal. Proses inflamasi kronis pada
dinding aorta telah diidentifikasi tetapi etiologinya tidak jelas. Faktor lain
yang mungkin berperan dalam perkembangan aneurisma ini termasuk
genetika, peradangan yang parah, dan degradasi proteolitik pada jaringan
ikat di dinding aorta.

2.4 Klasifikasi
Berdasarkan morfologinya, aneurisma aorta dibagi menjadi :

4
1. Fusiform aortic aneurysm yaitu : bentuknya lebih baik, dilatasinya simetris
di sekeliling dinding aorta, serta lebih sering ditemukan.
2. Saccular aortic aneurysm yaitu : bentuk seperti kantong menonjol keluar
serta berhubungan dengan dinding aorta melalui leher yang sempit.
3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm yaitu : akumulasi darah
ekstravaskuler disertai disrupsi ketiga lapisan pembuluh darah.

Berdasarkan lokasi, aneurisma aorta dibagi menjadi 3 yaitu :


1. Abdominal aortic aneurysm (AAA) yaitu : lokasinya di aorta abdominalis,
di mulai dari bawah arteri renalis kemudian meluas ke bifurkasio
aorta,terkadang melibatkan arteri iliaka. Aneurisma Abdominal aortia ini
jarang meluas ke atas arteri renalis.
2. Thoracic aortic aneurysm (AAT) yaitu : lokasinya di aorta toraks, bagian
yang mengalami pelebaran biasanya di ascending aorta, di atap katup aorta,
aortia arch, serta descending thoratick aorta di luar arteri subklavia kiri.
3. Horacoabdominalis aortic aneurysm (AATA) yaitu : lokasinya pada aorta
desendens yang secara bersamaan melibatkan aorta abdominalis.

2.5 Manifestasi klinis


Sebagian besar (60-70%) AAA tanpa gejala (asimptomatik) sampai
terjadinya ruptur. Basanya AAA ditemukan secara tidak sengaja saat
pemeriksaan USG, CT scan, ataupun MRI. Sekitar 30% AAA asimptomatik
dapat terdeteksi dengan pulsasi abdomen saat palpasi rutin abdomen.
Aneurisma besar (>5cm) dapat terdeteksi dengan mudah pada pasien kurus,
akurasi berkurang pada pasien obesitas dan aneurisma berukuran kecil.
Dengan palpasi abdomen, sensitivitas hanya sekitar 60-76% dan spesifi sitas
sekitar 68-82%. Pada AAA yang sudah menimbul kan gejala seperti nyeri,
nyeri tekan, berdenyut, risiko ruptur biasanya meningkat. (Sulaiman, 2015)

2.6 Komplikasi
Nyeri di satu atau lebih dari lapisan dinding aorta (aortic dissection)
atau aneurisma aorta yang pecah merupakan komplikasi utama aortic
aneurysms abdominal. Aneurisma aorta yang pecah dapat menyebabkan
perdarahan internal yang mengancam jiwa. Secara umum, semakin besar
aneurisma dan semakin cepat aneurisma tumbuh, semakin besar risiko
pecahnya. Tanda dan gejala bahwa aneurisma aorta Anda telah pecah yang
merupakan komplikasi mungkin termasuk:
a. Nyeri perut atau punggung yang mendadak, intens dan terus-
menerus, yang dapat digambarkan sebagai sensasi robek
b. Nyeri yang menyebar ke punggung atau kaki
c. Berkeringan dingin

5
d. Pusing
e. Mual
f. Muntah
g. Tekanan darah rendah
h. Nadi cepat
Komplikasi lain dari aortic aneurysms adalah risiko pembekuan darah.
Bekuan darah kecil dapat berkembang di area aneurisma aorta. Jika
gumpalan darah lepas dari dinding bagian dalam aneurisma dan
menghalangi pembuluh darah di tempat lain di tubuh Anda, dapat
menyebabkan rasa sakit atau memblokir aliran darah ke kaki, jari kaki,
ginjal atau organ perut.

2.7 Pemeriksaan penunjang


AAA biasanya tidak menunjukkan gejala, artinya diagnosis
cenderung terjadi secara kebetulan setelah tes pencitraan (ultrasonografi,
computerized axial tomography [CAT], atau magnetic resonance imaging),
tes ini dilakukan karena kondisi pasien yang terjadi bersamaan dengan
penyakit lainya.
Di beberapa negara, program skrining yang ditujukan pada kelompok risiko
tertentu dilakukan dengan menggunakan pemindaian ultrasonografi. Saat
ini, pengelolaan AAA bersifat konservatif ketika diameternya dipertahankan
antara 3 dan 5cm. Hal ini didasarkan pada tindak lanjut rutin dengan tes
pencitraan, kontrol yang memadai terhadap faktor risiko kardiovaskular dan
perawatan medis dengan terapi antiplatelet dan statin, meskipun saat ini
tidak ada pengobatan farmakologis yang efektif yang mampu membatasi
perkembangannya atau mencegah pecahnya penyakit tersebut. Jenis
pengelolaan ini akan memadai selama AAA tidak mencapai diameter 5,5
cm.
Indikasi yang menentukan apakah seorang pasien merupakan
kandidat untuk suatu jenis pengobatan atau lainnya akan bergantung pada
diameter aorta, laju pertumbuhan dan potensi risiko bedah pasien.

2.8 Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi :
a. Antihipertensifbertujuan mempertahankan sistolik 120 mmHg
atay kurang
b. Propanolol (inderal) bertujuan untuk menurunkan kekuatan
pulsasi denyut aorta dengan cara menurunkan kontraktilitas miokard.
Daftar obat-obatan yang saat ini digunakan untuk
pengobatan kondisi lain, yang memiliki dampak positif dalam
peralihannya ke kondisi aneurisma adalah Obat antihipertensi, Beta

6
blocker, Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE),
Penghambat saluran kalsium, Terapi antiplatelet, Anti inflamasi.
Apabila terdapat gejala atau tingkat pertumbuhan AAA yang tinggi
(lebih besar dari 1cm/tahun) pilihan terapeutik cenderung berupa
pembedahan.
2. Pembedahan :
Pembedahan dilakukan apabila terapi obat gagal bertujuan
mencegah pembesaran aneurismaatau pasien menunjukan gejala
distress akut. Pemvedahan ini meliputi eksisi serta pengangkatan
aneurisma dan juga penggantian dengan graf sintetik bertujuan
untuk memperbaiki kontinuitas vaskular.
a. Bedah elektif
b. Bedah darurat
c. Bedah Konvensial
d. Endovaskular stent atau endoprotesis

2.9 Pencegahan
1. Berhenti merokok dan kontrol tekanan darah arteri dianjurkan untuk
mencegah perkembangan dan pertumbuhan AAA.
2. Penggunaan statin dianjurkan pada pasien dengan AAA kecil (30-54
mm), dengan tujuan memperlambat laju pertumbuhannya.
3. Pemeriksaan USG direkomendasikan pada kelompok populasi berikut:
 Pria di atas 65 tahun yang saat ini merupakan perokok atau memiliki
riwayat merokok.
 Pasien dengan diagnosis aneurisma arteri poplitea, femoralis atau
iliaka (mengingat seringnya asosiasi AAA).
 Pasien berusia lebih dari 65 tahun dengan kerabat tingkat pertama
yang memiliki riwayat AAA.
 Wanita di atas 65 tahun yang saat ini merupakan perokok atau
memiliki riwayat merokok (rekomendasi bukti tingkat rendah).
4. Pengawasan USG diindikasikan pada pasien dengan AAA kecil (30-54
mm) dan pasien dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat (<10
mm/tahun).

2.10 WOC

7
WOC ANEURISMA AORTA ABDOMINAL

Tekanan darah Penyakit


v Pengerasan
Penggunaa tinggi pembuluh
arteri Infeksi
n tembakau (hipertensi) darah di
(arterosklerosis) Trauma pada aorta Keturunan
aorta

Dinding pombuluh darah


aorta melemah

MK: Risiko
Tidak adapat menahan tekanan Perdarahan
darah diaorta Kode: D.0012

MK: Pola Napas Tidak Efektif Hal: 42


MK: Penurunan
Dinding pembuluh darah aorta
Kode: D.0005 Curah Jantung
menggelembung
Hal: 26 Kode: D.0008

Aneurisma Aorta Abdominalis (AAA) Hal: 34

MK: Nyeri Akut Semakin besar


Nyeri pada bagian samping Pecahnya pembuluh darah Perdarahan hebat di
Kode: D.0077 perut, punggung, dan dada gelembung di aorta dalam abdomen
abdominalis
Hal: 172 Perdarahan
MK: Resiko Syok
Tekanan darah
menurun Kode: D.0039
Hal: 92
8 Lelah
Pola napas Oksigen di dalam Tekanan inspirasi dan Jantung tidak dapat
Sesak napas
abnormal darah berkurang ekspirasi menurun memompa darah Sianosis
Nadi perifer teraba lemah
9
BAB 3
KASUS SEMU

3.1 Kasus Semu


Seorang pasien Tn.N berusia 60 tahun di bawa ke rumah sakit oleh
keluarganya karena ada keluhan nyeri hebat di daerah perut dan punggung, klien
mengatakan nyeri muncul secara mendadak dan terus-menerus, klien juga
mengatakan sesak napas dan nyeri yang dirasakan menyebar ke daerah punggung
dan kaki yang terasa kesemutan (parestesia) klien sering berkeringat dingin selain
itu pasien merasa pusing, mual kadang muntah Setelah dilakukan pemeriksaan
Tanda-tanda Vital :
 Tekanan Darah : 140/125mmHg
 Suhu : 37°C
 Nadi : 120x/menit (Cepat dan Kuat)
 Respirasi Rate : 25x/menit
 CRT : < 2 detik
 Nadi teraba kencang pada daerah abdomen.

Pada pemeriksaan lab terdapat disliidemia (yaitu kadar lemak dalam darah
meningkat) pada pemeriksaan rontgen diduga adanya aneurisma aorta dengan
kalsifikasi pada dindingnya.
Pada CT angiography (atau pemeriksaan kondisi pembuluh darah) terdapat
atherosclerosis aorta abdominalis dan cabang cabangnya, tanpa stenosis
(penyempitan) signifikan.
Pada Ct thorax terdapat adanya aneurisma aorta pada arcus aorta dengan
adanya trombus (gumpalan darah).
Hasil laboratorium secara keseluruhan biasa-biasa saja dan termasuk kadar
troponin I normal 0,01 ng/mL (nilai normal = 0,00–0,09 ng/mL), jumlah sel darah
putih 13,9 × 10 9 /L, dan hematokrit 41%. Sebagai catatan, antikoagulasi pasien
bersifat subterapeutik dengan rasio normalisasi internasional sebesar 1,7 (kisaran
sasaran = 2,0–3,0). Hasil elektrokardiogram menunjukkan irama sinus normal tanpa
perubahan ST akut. Hasil pemindaian angiografi tomografi komputer (CTA) pada
perut dan panggulnya menunjukkan ukuran AAA 10 cm dengan hematoma
retroperitoneal besar yang konsisten dengan ruptur aorta

3.2 Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan

10
1. DS : pasien Tn.N Agen pencedera Nyeri Akut
mengatakan keluhan nyeri fisiologis (D.0077)
hebat di daerah perut dan (inflamasi)
punggung, klien
mengatakan nyeri muncul
secara mendadak dan terus-
menerus, klien juga
mengatakan nyeri menyebar
ke daerah punggung dan
kaki yang terasa kesemutan

DO :
Tekanan Darah :
140/125mmHg
Suhu : 37°C
Nadi : 120x/menit (Cepat
dan Kuat)
Respirasi Rate : 25x/menit
CRT : < 2 detik
Nadi teraba kencang pada
daerah abdomen

2. Data Subjektif : Depresi pusat Pola Napas Tidak


Pasien mengatakan sesak pernapasan Efektif (D.0005 Hal
napas karena adanya (Aneurisme Aorta 26)
tekanan pada daerah perut Abdominal)
atas bagian samping kanan
Data Objektif :
1. Klien menggunakan
otot bantu napas
yang disebabkan
oleh tekanan daerah
perut
2. TD 140/125 mmHg
3. Nadi : 120x/menit
4. RR 25x/menit

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
dibuktikan dengan pasien Tn. N mengatakan keluhan nyeri hebat
didaerah perut dan punggung, klien mengatakan nyeri muncul
secara mendadak dan terus menerus klien juga mengatakan nyeri
menyebar ke daerah punggung dan kaki yang terasa kesemutan.

11
TD = 140/125 mmHg, Suhu = 37 derajat celcius, nadi 120x/menit,
RR 25x/menit, CRT < 2 detik, nadi teraba kencang pada daerah
abdomen
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan dibuktikan dengan pasien mengatakan sesak napas
karena adanya tekanan pada daerah perut atas bagian samping
kanan, klien menggunakan otot bantu napas yang disebabkan oleh
tekanan daerah perut, TD = 140/125mmHg, nadi 120x/menit, RR
25x/menit

12
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera Setelah dilalukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238 Hal 201). Observasi :
fisiologis d.d pasien Tn.N keperawatan selama 3x24 jam. Maka Observasi : 1. Untuk mengetahui lokasi,
mengatakan keluhan nyeri hebat di tingkat nyeri (L.08066) menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, karakteristik, durasi,
daerah perut dan punggung, klien Dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, dan frekuensi, kualitas, dan
mengatakan nyeri muncul secara TD : 120/90 mmHg intensitas nyeri. intensitas nyeri.
mendadak dan terus menerus, Suhu : 36 derajat celcius 2. Identifikasi skala nyeri. 2. untuk mengetahui skala
pasien juga mengatakan nyeri Nadi : 30x/menit 3. Identifikasi respon nyeri non verbal. nyeri yang dirasakan.
menyebar kedaerah punggung dan RR : 20x/menit 4. Identikasi faktor yang memperberat 3. Untuk mengetahui rasa
kaki yang terasa kesemutan. CRT : <2 detik dan memperingan nyeri. nyeri yang dirasakan melalui
Terapeutik : tindakan.
5. Berikan teknik non farmakologis 4. Untuk mengetahui
untuk mengurangi rasa nyeri (kompres kualitas nyeri yang
hangat/dingin, akupresur). dirasakan.
6. Fasilitas istirahat dan tidur Terapeutik :
Edukasi : 5. Agar nyeri yang
7. Jelaskan penyebab periode dan dirasakan pasien berkurang.
pemicu nyeri. 6. Agar pasien merasa lebih
8. Anjurkan memonitor nyeri secara nyaman.
mandiri. Edukasi :
Kolaborasi : 7. Agar pasien mengetahui
9. Pemberian analgestik jika perlu. penyebab, periode, dan
pemicu nyeri yang
dirasakan.
8. Agar pasien dapat
memahami nyeri. yang
dirasakan.
Kolaborasi :
9. Untuk mengurangi rasa
nyeri.
2. Pola nafas tidak efektif b.d depresi Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (I.01011 Hal Manajemen jalan nafas
pusat pernafasan d.d pasien keperawatan selama 3x24 jam 186). Observasi :
mengatakan sesak nafas karena Observasi :

13
adanya tekanan pada daerah perut diharapkan pola nafas membaik 1. Memonitor pola nafas 1.Untuk memantau
atas bagian samping kanan. (L.01004). Terapeutik : Frekuensi nafas/RR Pasien.
Dengan kriteria hasil : 2. Posisikan semi fowler Terapeutik :
1. Dispnea menurun 3. Berikan oksigen bila perlu 2. Untuk mengurangi rasa
2. Frekuensi nafas membaik (16-20x/ sesak (mengembangkan
menit) mengulang tindakan dari
abdomen pada diafragma.
3. Untuk menurunkan sesak
nafas jika tidak diatasi
secara alami.

3.5 Implementasi Keperawatan


NO DX HARI / TANGGAL JAM IMPLEMENTASI PARAF
KEPERAWATAN
1 Jumat, 10 November 10.00 WIB 1. Mengidentifikasi lokasi, clarita
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri dan
menjelaskan tujuan
prosedur pemantauan pola
nafas
Respon :
Pasien mengatakan lokasi
nyeri pada bagian
abdomen durasi 2-3 menit,
kualitas nyeri seperti perih
pada bagian abdomen
10.05 WIB 2. Mengidentifikasi skala tegar
nyeri pada abdomen dan
memonitor pola nafas
Respon :

14
Pasien mengatakan
kualitas skala nyeri 6 dan
pasien mengatakan masih
sesak.
10.10 WIB 3. Mengidentifikasi pindip
respon nyeri non verbal
Respon :
Pasien meringis kesakitan
gelisah
10. 15 WIB 4. Memberikan posisi pindip
semifowler
Respon : Pasien merasa
lebih nyaman
10.25 WIB 5. Menganamnese secara clarita
langsung pada pasien dan
memberikan posisi
semifowler
Respon :
Pasien kooperatif dan
merasa lebih nyaman

10.30 WIB 6. Memberikan kompres rayval


menggunakan air hangat
pada bagian abdomen dan
memberikan oksigen
canula nasal 2lpm
Respon :
Pasien mengatakan lebih
nyaman setelah di
kompres,dan sesak mzulai
berkurang. pasien
kooperatif

15
10.35 WIB 7. Memberikan selimut fifi
Respon :
Pasien sudah diberikan
selimut dan dapat tidur
nyenyak
10.40 WIB 8. Menjelaskan kepada fifi
pasien mengenai
penyebab nyeri yaitu
karna aktivitas berlebihan
dan memonitor pola nafas
Respon :
Pasien mengatakan sudah
tidak sesak
RR : 20X/menit
Saturasi : 97%
Tekanan O2 95 mmHg
Tekanan CO2 40 mmHg
Pasien tidak tampak
lemah
11.25 WIB 11. Mengganti cairan
infus melalui intravena, Rl
500cc/8jam pada
metacarpals dextra
Respon :
Cairan masuk lancar, tidak
ada bengkak, kemerahan
tanda-tanda infeksi

3.6 Evaluasi Keperawatan


NO DX KEPERAWTAN TANGGAL/JAM EVALUASI KEPERAWTAN PARAF

16
1 Jumat, 10 November / 14.00 S : Pasien mengatakan nyeri pada Clarita
abdomen sudah berkurang dan
sudah tidak sesak
O : Nadi 85x/menit
RR : 20X/menit
TD : 115/90 mmHg
Skala nyeri 0-3
Saturasi 97%
Tekanan O2 96mmHg
Tekanan CO2 40 mmHg
Pasien tidak tampak lemah
A : Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P : Intervensi 4,7 dihentikan
(Nyeri akut),
Intervensi 3-7 Dihentikan (pola
nafas tidak efektif). Intervensi
1,2,3,5,6,8 dilanjutkan (Nyeri
akut), Intervensi 1 dan 2 di
lanjutkan.
E : mengajarkan pasien teknik
untuk mengurasi rasa nyeri
dengaan napas dalam,
menganjurkan pasien untuk diet
garam/natrium untuk
memanajemen hipertensi,
menganjurkan pasien untuk
mengurangi konsumsi rokok.

17
18
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Aneurisma Aorta Abdominal adalah pembendungan aorta pada
bagian abdominal yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor
riwayat hipertensi, trauma, penggunaan tembakau, pengerasan aorta dan
keturunan. Penatalaksanaan anuerisme aorta abdominal adalah dengan
melakukan pembedahan dan terapi nonfarmakologis. Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya aneurisma aorta adalah berhenti
merokok, diet garam/natrium dan menjaga kesehatan dengan makan
makanan yang bergizi dan olahraga yang teratur
4.2 Saran
Dari makalah “Aneurisma Aorta Abdominal” yang telah kami buat
kami harap pembaca dapat memahami tentang penyakit aneurisma
aortabdominal mulai dari pengertian, penyebab, perlajanan penyakit,
klasifikasi penyakit, tanda dan gejala, pemeriksaan yang dilakukan untuk
pasien AAA, penatalaksaan yang dilakukan untuk pasien AAA, dan
bagaimana cara mencegah penyakit Anuerisma Aorta abdominal. Saran
kami sebagai penulis adalah pembaca dapat menerapkan bagaimana cara
mencegah penyakit tersebut dengan cara menerapkan gaya hidup yang
sehat dengan mengurangi rokok, diet natrium dan garam bagi klien yang
mengidap hipertensi, dan berolahraga secara teratur.

19
DAFTAR PUSTAKA

AR Brady, SG Thompson, FG Fowkes, RM Greenhalgh, JT Powell. Perluasan


aneurisma aorta perut: faktor risiko dan interval waktu untuk pengawasan.
Sirkulasi, 110 (2004), hlm.16-21
JS Lindholt, J. Sorensen, R. Sogaard, EW Henneberg.
Analisis manfaat jangka panjang dan efektivitas biaya dari skrining aneurisma
aorta perut dari uji coba terkontrol secara acak.
Br J Surg, 97 (2010), hlm.826-834
Parry DJ, Al-Barjas HS, Chappell L, Rashid ST, Ariëns RA, Scott DJ. Penanda
peradangan pada pria dengan aneurisma aorta perut kecil. J Vasc
Bedah. Juli 2010; 52 (1):145-51.
Sulaiman, Y. W. (2015). Skrining Ultrasonografi untuk Deteksi Awal Aneurisma
Aorta Abdominalis. Cermin Dunia Kedokteran, 792-794.
Link Jurnal
1. Sulaiman, 2015: https://media.neliti.com/media/publications/398746-
skrining-ultrasonografi-untuk-deteksi-aw-2e25434b.pdf
2. AR Brady ;
https://swww.ahajournals.org/doi/10.1161/01.CIR.0000133279.07468.9F
3. JS lindholt: https://academic.oup.com/bjs/article/97/6/826/6150476
4. Parry: [ PubMed ] [ Daftar referensi ]
5. https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/laporan-
pendahuluan-askep-aneurisma-aorta.html.

20

Anda mungkin juga menyukai