Anda di halaman 1dari 46

Sesi-1

MENGENAL
FILSAFAT
DR. WARDAH ALKATIRI
2
1. Filsafat Islam dan Filsafat yang lain2:
Apa Bedanya?

2. Apa guna belajar Filsafat Islam? Untuk diri


sendiri? Keluarga? Ummah?

3. Persoalan apa saja yg sedang dan akan


dihadapi Umat Islam yang sifatnya
persoalan Filosofikal, sehingga butuh
kemampuan berfikir Filosofikal?
Apa itu FILSAFAT? 3

Secara umum Filsafat


adalah perenungan
manusia sepanjang
sejarah, untuk memahami/
mengerti /mejawab
pertanyaan2 mendasar
tentang keberadaan
Manusia, Alam dan
Pencipta - nya

Philosophy in its broadest sense is wondering and being curious about the ‘big’ or
fundamental questions that humans have grappled with throughout history
4
Kenapa FILSAFAT
tidak disukai orang?
Ø Karena FILSAFAT mempertanyakan hal-hal yang tidak
ditanyakan orang kebanyakan

Ø Karena Pertanyaan FILSAFAT bersifat ULTIM dan


ABSTRAK

Ø Karena BAHASA percakapan FILSAFAT rumit

Ø Karena renungan FILSAFAT bisa bikin ‘keseleo’ otak


Contoh 5

Pertanyaan FILSAFAT
1. APA/SIAPA MANUSIA ?
2. APA/ SIAPA ALAM SEMESTA INI ?
3. MENGAPA AKU DICIPTAKAN?
4. SIAPA YANG MENCIPTAKAN?
5. APA YANG DIMAKSUD ‘KENYATAAN’?
6. SESUATU DISEBUT “NYATA” KALAU BAGAIMANA?
7. APA DEFINISI 'MENDERITA’?
6
Pertanyaan FILSAFAT
Tentang persoalan2 ULTIM dan ABSTRAK seputar:

1. KEBERADAAN / Kenyataan/ Realitas


2. PENGETAHUAN
3. MORAL
4. KEINDAHAN
7

Untuk menjawab pertanyaan semacam


itulah setiap PERADABAN di sepanjang
sejarah umat manusia, punya
KOSMOLOGI sendiri-2.

Tanpa KOSMOLOGI yang jelas,


pertanyaan2 itu akan tetap abstrak
dan tak terjawab
8

Break sejenak…

Jadi,
kalau Anda punya pertanyaan2 seperti itu,
Anda tidak sendiri. Pertanyaan itu sudah
ditanyakan orang sejak ribuan tahun lalu.
Perhatikan Dua Istilah Penting ini !
9
Keduanya relevan dengan gerakan intelektual
Al-Irsyad di masa lalu dan tantangan hari ini
Arti Kata 10

KOSMOLOGI / COSMOLOGY = Theory of the ORIGIN of the


Universe = teori tentang asal muasal alam semesta

Sebelum ada sains modern, manusia memakai religious


cosmology atau mythological cosmology.

Religious or mythological cosmology is a way of explaining


the origin, the history and the evolution of the cosmos or
universe based on the religious beliefs of a specific
traditions. Religious cosmologies usually include an act or
process of creation by a creator deity or a larger pantheon.
KOSMOLOGI KUNO 11

https://www.haikudeck.com/greek-vs-egypt-mythology-education-presentation-
zLnJLRBZIw#slide9
Gambaran “Neraka” dalam Hindu

Kosmologi Hindu 12
• Konsep REINKARNASI
• Konsep Waktu:
Agama Hindu mempunyai teori siklus
kosmik yang terperinci membagi waktu
dalam Yuga di mana 4 Yuga sama dengan
1 Mahayuga, 71 Mahayuga sama dengan
1 Manvantara, 14 Manvantara sama dengan
1 Kalpa, dan 360 x 2 Kalpa sama
dengan 1 Para atau 1 tahun Brahma. Di
dalam setiap ”eon” atau Mahayuga – seperti
di mana kita berada sekarang – selalu
terdapat 4 jenjang zaman yang merupakan
siklus dari Yuga, yaitu Krita-Yuga, Treta-
Yuga, Dwapara-Yuga dan Kali-Yuga atau
zaman kegelapan
KOSMOLOGI ISLAM 13

SIAPA MANUSIA?
1. Manusia sebagai ‘abd-Allah (hamba/ pelayan Allah)

2. Manusia sebagai khalifat-Allah (wakil Allah di bumi)

SIAPA ALAM?
Alam sebagai tajalli-Allah (manifestasi Allah)

SOAL WAKTU?
Dalam Islam waktu bersifat “Devolutionistic” – ini jadi perdebatan!

Diskusi di kelas …..


KOSMOLOGI MODERN 14

Berlaku untuk semua bidang:


- Biologi
- Sosial
- Budaya
- Politik
15
16
17

Dr. Wardah Alkatiri


• FILSAFAT itu IBUNYA SCIENCE

• FILSAFAT melahirkan SCIENCE


18

PERTANYAAN
19

DISKUSI:

Al-Irsyad perlu mengetahui Perdebatan sengit


antara kedua kubu berikut di Barat:

CREATIONIST vs. EVOLUTIONIST

Diskusi di kelas ….
20
21

1.ONTOLOGI – mengurusi soal KENYATAAN – tentang


ADA/TIDAK ADA, atau NYATA/TIDAK NYATA

2. EPISTEMOLOGI – mengurusi soal “TAU” dan PENGETAHUAN –


tentang BENAR/ SALAH

3. ETIKA – mengurusi soal MORAL - tentang BAIK/ BURUK

4. AESTHETICS – mengurusi soal BAGUS/ JELEK


22
EPISTEMOLOGI
Epistemologi adalah Bab
FILSAFAT yang membahas ttg:

“Dari mana
kita mengeTAHUi sesuatu? dan
YAKIN kalau itu BENAR?”
23

PERSOALAN ITU SANGAT


RELEVAN DENGAN AL-IRSYAD
dulu dan sekarang
EPISTEMOLOGI MODERN 24

PENALARAN/
RASIONALITAS PENGALAMAN/
EMPIRIS
25

Adakah
KETERBATASAN pada
Epistemology modern
tadi?
Ya, ada! 26
Filusuf Barat Immanuel Kant mengenali itu dan
membagi KENYATAAN menjadi:

1. Noumena (Nomena)
2. Phenoumena (Fenomena)

Hal2 yang tidak bisa di-indera dan dipikir


dimasukkannya ke dalam kelompok Nomena
Sejak itu FILSAFAT BARAT MODERN hanya mengurus FENOMENA
saja …..Jadi, pertanyaan2 soal Tuhan, alam ghayb, dll, bukan
lagi urusan FILSAFAT Modern
27

Sebelum lanjut, di sini perlu


kami perkenalkan pada:

“FILSAFAT TIMUR (Oriental


Philosophy)”
Dua Kelompok Besar FILSAFAT 28
dengan Perbedaan Mendasar
Modern

ClassIcal
Western/ Eastern /
Occidental Oriental
Philosophy Philosophy
Classical
Karakter FILSAFAT TIMUR 29

1. Manusia terdiri dari 3 bagian (Tripartite): Badan –


Mental – Spirit (Ruh)
2. KENYATAAN tidak satu lapis tapi bertingkat2
3. KESADARAN juga tidak satu lapis tapi bertingkat2
4. PENGLIHATAN manusia juga tidak satu lapis tapi
bertingkat2
5. PENGETAHUAN manusia juga bertingkat2
PERBANDINGAN 30

FILSAFAT TIMUR FILSAFAT BARAT MODERN


u Manusia terdiri dari 3 bagian u Manusia terdiri dari 2 bagian
(Tripartite): Badan – Mental – (Bipratite): Badan dan Mental
Spiritual
u KENYATAAN itu tidak satu lapis
u KENYATAAN itu empiris dan
tapi bertingkat2 (hierarkikal)
obyektif
u KESADARAN juga hierarkikal
u KESADARAN, PENGLIHATAN,
u PENGLIHATAN juga hierarkikal PENGETAHUAN tidak mengenal
hierarki
u PENGETAHUAN juga
hierarkikal u TIDAK MENGENAL Pengalaman
Spiritual – semua mental/
u Mengenal PENGALAMAN
psikologis semata
SPIRITUAL
31
EPISTEMOLOGI
“Dari mana
kita mengeTAHUi sesuatu? dan
YAKIN kalau itu BENAR?”
EPISTEMOLOGI TIMUR 32

PENALARAN/
REASONING/
Rasionalitas PENGALAMAN/
EMPIRIS
33
DAN ADA SATU LAGI…

Hanya dengan bentuk ilmu yang satu ini kita menjadi YAKIN seyakin-yakinnya tentang hal-hal
yang bersifat ‘noumenal’ (ingat Immanuel Kant tadi)

There is no definite way to confirm that we know anything at all. Only from
our direct experience can we claim any knowledge about the world.
34

PERTANYAAN

Diskusi di kelas ..….


35
36

Filsafat Modern bersifat:


Profan, Sekuler dan Humanistik

Semangat Modernisasi:
- Rationalization
- De-traditionalization
37
PERHATIAN!!
Ini Penting sekali
untuk penyelenggara sekolah
Islam modern

Pandangn terhadap
Agama
Definisi having an exaggerated belief in the principles
and methods of science
Masalahnya di mana? 38

Ke-tidak-nyambungan antara
iman dan ilmu
TUHAN 39

= Nothing resembles Him in any way (Q:42:11)


= He is with you wherever you are (Q:57:4)

= Wherever you turn is the face of Allah (Q:2:115)


TUHAN 40

Allah is the Almighty Creator


and Sustainer of the universe,

TUHAN 41

Tiga Doktrin tentang Tuhan:

1. Absolute
2. Good
3. Infinite
42

Mengetahui Berkehendak

Besar
Hidup

Indah

Yang menjangkau jauh tak berbatas


43
MYSTICISM

Salah Kaprah Bahasa: Mistik, Dukun, Sihir, Klenik, Santet …

Bahasa Inggris juga sama: Misty, Mystery, Mysterious semua


hal-2 yang bersifat foggy dan vague

Juga, Mysticism sering disalah artikan sebagai


parapsychological phenomena seperti: telepathy,
telekinesis, clairvoyance, precognition
MYSTICISM 44

Mysticism adalah tentang:


Pengalaman Spiritual “Divine Union” = “Unitive Experience”

Saya sebut itu: Tawhidi Experience


Dimana kita mampu merasakan ketersambungan atau
“kesatuan” dengan universal consciousness and ‘experience
God’ itself.

Sifatnya: Non-sensuous
MYSTICISM 45

Filusuf Barat terkenal yang fokus study nya pada Mysticism :


Walter Terence Stace

Saya sependapat
dengan dia, bahwa
Sensuous experiences
seperti mimpi, visions,
dengar suara2, BUKAN
mystical experience
Mystical Experience 46

“they involve the apprehension of an ultimate non-sensuous unity in all


things, a oneness or a One to which neither the senses nor the reason can
penetrate. In other words, it entirely transcends our sensory-intellectual
consciousness” (p.14-15)

“A unitive experience involves a phenomenological de-emphasis, blurring,


or eradication of multiplicity, where the cognitive significance of the
experience is deemed to lie precisely in that phenomenological feature.”

Anda mungkin juga menyukai