Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur azizah Tussyaiedah

Nim : PO7120222007
Tingkat : 2A
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

Toll assessment untuk mengukur :


1. Kekuatan otot

Salah satu alat yang umum digunakan untuk mengukur kekuatan otot adalah
dynamometer atau alat pegangan. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur kekuatan
grip tangan. Selain itu, ada juga alat khusus untuk mengukur kekuatan otot pada bagian-
bagian tubuh lainnya, seperti kekuatan kaki.

Beberapa contoh alat lainnya termasuk :


a. Isokinetic Dynamometer: Untuk mengukur kekuatan otot pada berbagai kecepatan
gerakan.
b. Manual Muscle Testing (MMT): Metode pengukuran kekuatan otot dengan
menggunakan penilaian subjektif oleh tenaga medis atau terapis fisik.
c. One Repetition Maximum (1RM) Testing: Digunakan terutama dalam latihan beban
untuk mengukur kekuatan maksimum seseorang dalam satu repetisi gerakan tertentu.
d. Electromyography (EMG): Untuk memonitor aktivitas listrik otot selama kontraksi,
memberikan wawasan tambahan tentang kekuatan otot.

Penting untuk memilih alat yang sesuai dengan keperluan pengukuran dan konsultasikan
dengan profesional kesehatan atau ahli olahraga jika diperlukan.

2. Rom

Pemeriksaan Range of Motion (ROM) tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien


diedukasi mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan diberikan
penjelasan, kemudian minta informed consent. Pemeriksa menentukan jenis goniometer
yang digunakan, serta menentukan cara pemeriksaan apakah secara aktif, pasif, atau aktif
asistif.

prosedur pemeriksaan Range of Motion (ROM) adalah :

a. Pemeriksa menempatkan pasien dalam posisi anatomi atau mendekati posisi


anatomi.
b. Mengedukasi, menjelaskan dan mendemonstrasikan kepada pasien prosedur yang
akan dilakukan sebelum pemeriksaan dimulai
c. Pemeriksa membuat perkiraan visual tentang kisaran gerakan yang dimungkinkan
oleh sendi selama gerakan aktif
d. Pemeriksa menstabilkan komponen sendi proksimal dan kemudian dengan hati-
hati menggerakkan komponen distal sendi melalui seluruh rentang gerak yang
tersedia hingga mencapai end feel. Proses stabilisasi ini berguna untuk mencegah
komplikasi dari gerak sendi yang berlebihan
e. Setelah memperkirakan lingkup gerak dan pemeriksa mengembalikan komponen
distal ke posisi awal, pemeriksa meraba landmark tulang yang relevan dan
menyelaraskan goniometer. Landmark ditempatkan dan ditandai dengan pena
untuk memastikan penempatan dan kesejajaran yang tepat

3. Pergerakan ekstremitas

Untuk mengukur pergerakan ekstremitas atau rentang gerak pada bagian tubuh tertentu,
terutama pada sendi-sendi, beberapa metode umum melibatkan:

a. Goniometer : Alat pengukur sudut yang digunakan untuk mengukur pergerakan


sendi, memungkinkan penilaian rentang gerak pada sendi-sendi seperti lutut, siku,
dan bahu.
b. Fleximeter :Alat yang dapat membantu mengukur pergerakan fleksi dan ekstensi
pada sendi tertentu.
c. Visual Estimation : Metode sederhana di mana profesional kesehatan secara visual
menilai pergerakan ekstremitas untuk mendapatkan perkiraan rentang gerak.
d. Inclinometer : Digunakan untuk mengukur kemiringan atau sudut tubuh pada suatu
posisi tertentu, memberikan informasi tentang pergerakan sendi.

Pengukuran pergerakan ekstremitas penting dalam evaluasi fisioterapi, rehabilitasi, atau


penanganan cedera. Pemilihan metode tergantung pada sendi yang dievaluasi dan tingkat
ketelitian yang diinginkan. Konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk penilaian
yang lebih tepat.

4. Kualitas tidur

Untuk mengukur kualitas tidur, terdapat beberapa metode dan alat yang dapat digunakan:

a. Actigraphy : Alat kecil yang dapat dipakai di pergelangan tangan untuk merekam
gerakan tubuh selama tidur, memberikan perkiraan pola tidur dan kualitas tidur.
b. Polisomnografi (PSG) : Pemeriksaan tidur di laboratorium medis dengan
menggunakan alat yang merekam aktivitas otak, mata, jantung, otot, dan pernapasan
selama tidur. Biasanya digunakan untuk penilaian tidur yang lebih mendalam.
c. Aplikasi Pemantau Tidur : Banyak aplikasi seluler yang memanfaatkan
accelerometer pada smartphone untuk merekam gerakan tubuh selama tidur dan
memberikan laporan kualitas tidur.
d. Pengukuran Heart Rate Variability (HRV): Beberapa alat kesehatan dan aplikasi
dapat menggunakan pengukuran variabilitas detak jantung sebagai indikator kualitas
tidur.
e. Questionnaires : Pertanyaan-pertanyaan tertentu pada kuesioner kesehatan atau tidur
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi subjektif tentang kualitas tidur.

Pemilihan metode tergantung pada tujuan pengukuran, tingkat akurasi yang diinginkan,
dan ketersediaan sumber daya. Penting untuk diingat bahwa hasil dari alat atau aplikasi
tersebut dapat memberikan indikasi, namun jika ada kekhawatiran serius terkait tidur,
sebaiknya konsultasikan dengan profesional medis.

5. Nyeri
Ada banyak metode untuk mengukur skala nyeri, namun yang paling sering digunakan antara
lain:

1. Numeric rating scale (NRS)


Numeric rating scale merupakan skala nyeri yang paling sering digunakan. Skala nyeri ini
dirancang untuk digunakan oleh pasien yang berusia di atas 9 tahun. Tingkat intensitas nyeri
ini dapat dinilai pada perawatan awal, atau secara berkala setelah perawatan.
Pada mengukuran skala nyeri ini, pasien diminta untuk menilai rasa sakit yang dialami
menggunakan angka 0–10 atau 0–5. Semakin besar angka yang dipilih, maka semakin sakit
juga nyeri yang dirasakan. Berikut adalah penjelasannya:

 Angka 0 artinya tidak nyeri


 Angka 1–3 artinya nyeri ringan
 Angka 4–6 artinya nyeri sedang
 Angka 7–10 artinya nyeri berat

2. Visual analog scale (VAS)


Skala nyeri ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang dicetak pada selembar kertas. Di
ujung garis sebelah kiri terdapat tulisan "tidak sakit" dan di ujung lainnya terdapat tulisan
"sakit yang teramat sangat".
Pasien diminta untuk memberi tanda titik atau X pada garis untuk menunjukkan intensitas
rasa sakit yang diderita. Kemudian dokter akan mengukur garis untuk menghitung skor
nyeri.

3. Verbal rating scale (VRS)


Skala nyeri berupa verbal rating scale menggunakan kata-kata, angka, atau warna untuk
menilai rasa sakit. Misalnya, dalam satu garis lurus terdapat kata-kata mulai dari “tidak
nyeri”, “nyeri ringan”, “nyeri sedang”, “sangat nyeri”, “sangat nyeri sekali”, hingga “amat
sangat nyeri sekali”.
Setiap kata tersebut dipasangkan dengan angka (misalnya, "tidak nyeri" = 0 dan "amat sangat
nyeri sekali" = 5).

4. Face pain scale (FPS)


Untuk anak-anak, skala nyeri biasanya menggunakan beberapa gambar wajah dengan
warna dan ekspresi yang berbeda. Anak dapat memilih wajah yang mereka rasa paling
sesuai dengan tingkat nyeri yang mereka alami.

5. McGill pain questionnaire (MPQ)


Skala nyeri jenis ini berbentuk seperti kuesioner berisi 78 kata yang berkaitan dengan rasa
nyeri, seperti takut, dingin, panas, mati rasa, dan sebagainya. Pasien diminta menandai kata-
kata yang paling sesuai dengan kondisi yang dirasakan.
Setelah itu, dokter akan menghitung jumlah kata yang ditandai. Skala nyeri ini ditujukan
untuk anak- anak yang sudah bisa membaca dan orang dewasa.

6. Brief pain inventory (BPI)


Skala nyeri ini berisi sekitar 15 pertanyaan untuk mengetahui rasa sakit yang dirasakan
selama 24 jam terakir. Beberapa pertanyaan dilengkapi dengan pilihan angka 0–10.
Contoh pertanyaan yang diberikan antara lain menandai lokasi nyeri pada gambar
manusia dan apakah nyeri menganggu tidur maupun kemampuan berjalan pasien.

7. Initial pain assessment tool


Initial pain assessment tool dirancang untuk digunakan selama pemeriksaan awal. Skala
nyeri ini bisa membantu dokter mendapatkan informasi mengenai rasa nyeri pasien.

6. Keparahan Stroke
Penilaian keparahan stroke melibatkan beberapa metode klinis dan pemeriksaan untuk
menilai dampak dan tingkat keparahan kondisi pasien. Beberapa alat dan skor yang
umum digunakan melibatkan:
a. National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) : Skor yang umum digunakan
untuk menilai keparahan stroke. Melibatkan evaluasi berbagai fungsi seperti
kesadaran, gerakan, pandangan, dan bicara.
b. Modified Rankin Scale (mRS) : Skala ini digunakan untuk menilai derajat
kecacatan atau keparahan disabilitas setelah stroke.
c. Barthel Index: Mengukur kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-
hari seperti mandi, makan, berpakaian, dan bergerak.
d. Canadian Neurological Scale (CNS) : Skor yang mengukur fungsi neurologis pada
pasien stroke.
e. Pengukuran Volume Lesi pada Pencitraan Otak : Melibatkan penggunaan
pencitraan otak seperti CT scan atau MRI untuk menilai ukuran dan lokasi lesi
stroke.
Penilaian keparahan stroke penting untuk merencanakan intervensi dan perawatan yang
sesuai. Profesional medis yang terlatih biasanya menggunakan kombinasi berbagai
metode ini untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap tentang keadaan pasien.

Tingkat keparahan stroke yang diukur dengan sistem penilaian NIHSS adalah:

 0 = tidak ada pukulan


 1–4 = pukulan ringan
 5–15 = pukulan sedang
 15–20 = stroke sedang/parah
 21–42 = stroke parah

Anda mungkin juga menyukai