PSIKOLOGI D
Disusun oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis juga bagi para pembaca.
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Tokoh-Tokoh Psikoterapi Islam.............................................................3
2.2 Pendekatan Tokoh Psikoterapi Islam.....................................................5
2.3 Konsep Psikoterapi Islam.....................................................................12
BAB III...........................................................................................................18
REVIEW JURNAL........................................................................................18
3.1 Review Jurnal 1....................................................................................18
3.2 Review Jurnal 2....................................................................................18
3.3 Review Jurnal 3....................................................................................20
3.4 Review Jurnal 4....................................................................................20
BAB VI...........................................................................................................23
TANYA JAWAB DAN KESIMPULAN.......................................................23
4.1 Pertanyaan Multiple Choice..................................................................23
4.2 Pertanyaan Essay..................................................................................23
4.3 Penjelasan Jawaban..............................................................................24
4.4 Kesimpulan...........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................26
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana konsep psikoterapi islam?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Ibnu Sina
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 H/ 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di
wilayah Uzbekistan saat ini. Ayahnya yang berasal dari Balkh Khorasan adalah
seorang pegawai tinggi pada Dinasti Samaniah (204-395 H/819-1005 M). Sejak
kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kepandaian yang luar biasa. Di usia 5 tahun,
ia telah belajar menghafal Alquran. Selain menghafal Alquran, ia juga belajar
mengenai ilmu-ilmu agama. Ilmu kedokteran baru ia pelajari pada usia 16 tahun.
Tidak hanya belajar mengenai teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada
orang sakit dan melalui perhitungannya sendiri, ia juga menemukan metode-
metode baru dari perawatan.
Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang filsafat dan kedokteran, kedua duanya
sama beratnya. Dalam bidang kedokteran dia mempersembahkan Al-Qanun fit-
Thibb-nya, dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab ini
selain lengkap, disusunnya secara sistematis. Dalam bidang materia medeica, Ibnu
Sina telah banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga -
dimana tumbuh - tumbuhan banayak membantu terhadap bebebrapa penyakit
tertentu seperti radang selaput otak (miningitis). Ibnu Sina pula sebagai orang
pertama yang menemukan. Dibidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam
para filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak dan
genius orisinil yang bukan hanya dunia Islam menyanjungnya ia memang
merupakan satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, yang bukan
pinjaman. Dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara - cara modern
yang kini disebut psikoterapi. Ibnu Sina menuangkan pemikirannya tentang jiwa
manusia dalam karyanya yang berjudul Ahwal An-Nafs: Risalah fi An-Nafs wa
Baqa’iha wa Ma Adiha (Ragam Perilaku Jiwa: Kekekalan dan Tempat
Kembalinya) dan Tsalats Rasa’il fi An-Nafs (Tiga Risalah Tentang Jiwa).
3
b. Al-Ghazali
Al-Imam al-Ghazali lahir pada tahun 1058 M di kota Ghazal, Persia. Nama
lengkap beliau adalah Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Di kota
kelahirannya yang menjadi salah satu pusat pengetahuan itu, al-Ghazali mulai
menuntut ilmu dari para ulama ternama yang ada di sana. Dengan kepandaian dan
kecerdasan yang dimilikinya, dalam usia yang masih sangat muda, al-Ghazali
sudah dikenal alim dalam persoalan agama. Hal itulah yang kemudian membuat
al-Imam al-Haramain al-Juwaini, yang pada masa itu menjadi guru besar di
Universitas Nizhamiyah, memberikan kepercayaan kepada al-Ghazali untuk
membantunya mengajar di sana. Tak lama berselang, beliau bahkan menggantikan
al-Imam al-Haramain memimpin perguruan yang banyak menghasilkan ulama-
ulama kaliber internasional pada zamannya itu.
c. Al-Razi
Abu Bakar Muhammad ibn Zakaria Ar-Razi (Al-Razi), yang di Barat dikenal
dengan Rhazes, adalah salah satu cendekiawan Muslim brilian yang telah
memberikan sumbangan pemikiran dan penemuan berharga bagi ilmu
pengetahuan. Lahir pada 251 H/ 865 M di Rayy, Teheran, Iran dan wafat pada
313 H/ 925 M dalam usia 62 tahun. Banyak karyanya yang bisa ditemukan hingga
saat ini, khususnya dalam bidang kedokteran dan filsafat. Abu Raihan al-Biruni
4
dalam “Indeks Buku-buku Ar-Razi’’, mencatat, cendekiawan Muslim itu
melahirkan 184 karya, yang terdiri atas 56 karya bidang kedokteran, 32 karya
bidang fisika, 21 karya bidang kimia, 12 karya bidang filsafat, 7 karya bidang
logika, 6 karya bidang biologi, 7 karya bidang tafsir dan 12 esai kontemporer
lainnya. Dari hampir 200 karya yang telah dihasilkannya, salah satu yang
monumental dan menjadi rujukan cendekiawan dunia, adalah Kitab At-Tibbur
Ruhani lil Abi Bakr Ar-Razi yang mengkaji soal psikologi. Pemikiran – pemikiran
Ar-Razi adalah: Pertama, tentang al-nafs al-kulliyah (jiwa universal) dan
pembagian jiwa secara parsial (al-nafs an-natiqah, al-nafs al-ghadabiyyah dan al-
nafs an-nabatiyyah).
Ibnu Sina atau yang bernama lengkap Abu Ali Al-Hussein bin Abdullah Ibnu
Sina memiliki banyak sebutan, di antaranya Avicenna, pangeran filsafat dan
dokter, serta As-Syekh Al-Rais. Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina telah menjadi
5
seorang dokter yang mampu melakukan pengobatan dengan metode eksperimen.
Beliau juga merupakan salah satu tokoh yang menaruh perhatian terhadap ilmu
kejiwaan dan filsafat. Ia mampu menggabungkan serta menjelaskan karangan dari
pemikiran filsuf terdahulu yakni Plato dan Aristoteles. Pendapat-pendapat Ibnu
Sina mengenai ilmu kejiwaan banyak dipengaruhi oleh pendapat Al-Farabi namun
dijelaskan dengan lebih terperinci dan mendalam.
Ibnu Sina juga menulis karya yang berkenaan dengan ilmu jiwa, yakni al-
Qanun fi al-Thibb yang berisi tentang penjelasan berbagai kekuatan jiwa menurut
metode kedokteran. Ia juga menunjukkan hubungan jiwa dan badan. menurut Ibnu
Sina hakikat jiwa esensinya berbeda dengan badan dan wujudnya tak berbentuk
(Daudy, 1986). Wujudnya yang tak berbentuk itu tidak berada di dalam badan
atau tidak langsung mengendalikan badan disebut dengan akal. Namun, jika ia
berada di dalam badan dan mengendalikan badan secara langsung maka itu
disebut dengan jiwa. Jika akal beraktifitas di luar badan, maka tetap menjadi akal,
sedangkan jika akal beraktifitas di dalam badan, maka itu menjadi jiwa. Dengan
demikian bisa diambil kesimpulan bahwa jiwa menurut Ibnu Sina adalah akal
yang beraktifitas di dalam badan (Amien, 2006 dalam Arroisi & Da’i, 2020).
Sebenarnya hal ini sudah didahului oleh Plato dan Plotinus dan juga Al-Farabi
dalam kalangan filsuf islam.
6
nabâtiyyah”), jiwa binatang (“al-nafs al-hawaniyyah”), dan jiwa manusia (“al-
nafs al-nâtiqah”). (Harun Nasution, 1978 dalam Arroisi & Da’i,2020). Ibnu Sina
berpendapat jiwa merupakan substansi mandiri, terpisah dari raga dan sebagai
esensi manusia. Artinya, jiwa dalam pandangan Ibnu Sina merupakan suatu
eksistensi yang bersifat immaterial (rohani), tidak tersusun dari materi
sebagaimana jasad. Untuk mendukung pendiriannya ini Ibn Sina mengemukakan
empat dalil, yakni :
7
1967). Pertama, dalil naturally-psychology; dalil ini didasarkan pada fenomena
gerak dan pengenalan. Dalam hal ini Ibnu Sina membagi menjadi dua yaitu gerak
paksaan (qasriyyah) dan gerak kehendak (iradiyyah). Kedua jenis ini tidak
bersumber pada badan. Gerak paksaan dari sebab luar yang menggerakkannya,
sedangkan gerak kehendak ada yang terjadi karena hukum alam, seperti jatuhnya
batu dari atas ke bawah dan ada juga terjadi karena bertentangan dengan hukum
alam, seperti orang yang berjalan diatas bumi yang seharusnya ia tidak bisa
bergerak karena berat tubuhnya. Demikian pula halnya burung yang terbang di
udara yang seharusnya ia jatuh kebawah, namun tidak. Adanya gerak yang
demikian mengharuskan adanya “penggerak khusus” yang berbeda dengan unsur-
unsur jism yang bergerak, penggerak ini disebut jiwa. Sedangkan pengenalan
merupakan keistimewaan satu makhluk yang dapat mengenal harus memiliki
kekuatan yang tidak dipunyai oleh makhluk yang tidak dapat mengenal.
Kedua, dalil continuity (berkelanjutan); dalil ini menurut Ibnu Sina didasari
atas perbandingan badan dengan jiwa. Badan selalu mengalami perubahan,
pergantian, dan sebagainya karena ia terdiri dari bagian-bagian yang juga
mengalami hal-hal serupa. Adapun jiwa, ia tetap tidak mengalami pergantian atau
perubahan seperti itu. Tentang hal ini Ibnu Sina mengungkapkan sebagai berikut,
“Wahai orang yang berakal, renungkanlah! Bahwa dalam jiwamu yang sekarang,
anda adalah yang telah berada di seluruh umur anda, sehingga anda mengingat
banyak sekali apa yang terjadi di sekitar anda. Jadi, (diri) anda tetap
berlangsung dengan pasti. Badan anda tidak tetap berlangsung, tapi selalu
menggerut dan mengurang. Dan karenanya orang perlu makan untuk mengganti
apa yang menghilang dari badan. Sehingga anda tahu bahwa dirimu dalam masa
dua puluh tahun tidak akan ada sedikitpun bagian badanmu yang tinggal,
sedangkan Anda tahu diri anda tetap kekal dalam masa itu, bahkan di sepanjang
umur anda”. Jadi, diri atau dzat anda berbeda dengan badan dan bagian-bagiannya
yang lahir dan yang batin. Inilah dalil yang kuat yang menyingkap pintu ghaib
bagi kita. Hakikat jiwa adalah ghaib tidak terjangkau oleh cita-rasa dan waham.
Oleh karena itu, dari pernyataan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa badan
mengalami perubahan dan jiwa tidak pernah mengalami perubahan dan pergantian
seperti itu.
8
Ketiga, dalil manusia terbang; dalil ini adalah dalil yang sangat menarik dari
Ibnu Sina dan yang paling jelas menunjukkan daya kreasinya. Meskipun dalil
tersebut didasarkan atas perkiraan dan khayalan, hal ini tidak mengurangi
kemampuannya untuk memberikan keyakinan. Kesimpulan dalil ini adalah
apabila ada orang yang diciptakan sekaligus dalam bentuk dan wujud yang
lengkap sempurna, dan ia diletakkan di udara kosong, tidak ada suatu apa pun
yang menyentuhnya, sehingga ia tidak merasakan apa-apa. Anggota badannya
dipisahkan, tidak saling menyentuh. Dalam keadaan demikian, ia tetap yakin
wujud diri atau zatnya, sedangkan ia tidak dapat mengetahui adanya bagian
anggota badannya dan juga yang lain diluar dirinya. Dan jika dalam keadaan ini,
ia dapat mengkhayalkan ada tangannya atau anggota badan lainnya, maka ia tidak
mengkhayalkannya sebagian dari dirinya dan syarat bagi wujud dirinya. Ini
berarti, bahwa wujud jiwa adalah berbeda dengan wujud badan, bahkan bukan
badan, dan yang bersangkutan mengetahui dan merasakannya.
Keempat, dalil keakuan dan penyatuan gejala kejiwaan. Dalil ini menyatakan
bahwa kepemilikan dengan bentuk “saya, aku, pribadi” ketika suatu aktivitas
terjadi, misalnya saya keluar, saya tidur, mengambil dengan tanganku ini
menunjukkan bahwa bukanlah kadar atau peristiwa-peristiwanya yang
dimaksudkan, melainkan jiwa dan kekuatannya. Sedang dalil penyatuan gejala
kejiwaan menyatakan bahwa perasaan dan aktivitas manusia sangat beragam,
bahkan juga saling bertentangan misalnya sedih, cinta dan senang, tetapi semua
itu dapat terjadi pada satu diri. Ini hanya dapat terjadi jika dalam diri tersebut
terdapat suatu pengikat yang menyatukan keseluruhannya (ribaat yajma’
baynahakullaha). Pengikat tersebut ialah jiwa. Jika tidak ada kekuatan ini,
tentunya peristiwa-peristiwa kejiwaan saling berlawanan dan mengalami
kekacauan. Dengan bukti-bukti seperti diuraikan di atas, bahwa menurut Ibnu
Sina jiwa manusia memiliki eksistensi sendiri, suatu eksistensi yang bersifat
immateri yang memberikan kesempurnaan terhadap badan yang bersifat materi.
Dalil-dalil ini mendapat jangkauan pengaruh luas, terutama dalam kalangan
filosof Islam yang datang sesudahnya. (Haryanto & Sukawi, 2022).
9
Al-Ghazali adalah Ilmuwan muslim yang karya-karyanya banyak mengkaji
tentang konsep manusia. Al-Ghazali juga memainkan peranan penting dalam
perkembangan psikologi Islam. Abdul Hamid seorang psikologi dari Universitas
Raja Abdul Aziz mengatakan, bahwa yang pertama kali menamai cabang ilmu
psikologi sebagai ilmu yang mengkaji perilaku (behavior) adalah al-Ghazali.
Dalam pandangan al-Ghazali, manusia itu terdiri dari dua substansi, yakni
substansi berdimensi (jism) dan substansi berkemampuan merasa, bergerak
dengan kemajuan (nafs). Nafs adalah substansi yang tidak bertempat dan berdiri
sendiri. Nafs ini memiliki dua tingkatan “al-nafs al-nabatiyyat” (jiwa vegetatif)
dan “al-nafs al-hayawaniyyat” (jiwa sensitif). Sedang jism merupakan bagian
terluar dan paling tidak sempurna dalam struktur diri manusia, jism ini terdiri atas
unsur material sehingga komposisinya dapat mengalami kerusakan, oleh
karenanya jism tidak mempunyai daya, Ia hanya mempunyai “mabda’ thabi’i”
atau prinsip alamiah.
Terkait hubungan antara jiwa dan raga al-Ghazali berpendapat, bahwa badan
hanya sebatas alat, sedang jiwa sebagai pemegang inisiatif, memiliki kemampuan
dan bertujuan. Badan tanpa jiwa tidak berfungsi apa-apa, karena ia tidak
mempunyai tujuan, badan hanyalah alat bagi jiwa untuk mencapai tujuan, karena
itu jiwalah yang nanti akan menikmati dan merasakan bahagia atau sengsara nya
di akhirat. Menurut al-ghazali, hubungan antara jism dan ruh ibarat hubungan
antara kuda dan penunggang kuda, pemegang inisiatif adalah penunggang kuda
bukan kudanya. Kuda hanya alat mencapai tujuan. Kemudian dengan berdasar
pada tahapan penciptaan manusia, al-Ghazali berpendapat jika manusia adalah
rangkaian utuh antara komponen materi dan immateri. Komponen material yakni
“tanah” dan komponen immateri adalah “ruh” yang ditiupkan Allah. Kesatuan ini
menunjukan jika pada satu sisi manusia sama dengan dunia di luar dirinya, di sisi
berbeda manusia memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengatasi dunia di
luar dirinya.
10
1. Pertama adalah dengan jalan tobat, yaitu penyesalan atau menyesal karena
melakukan suatu perbuatan dosa dengan jalan berjanji sepenuh hati tidak akan lagi
melakukan dosa atau kesalahan yang sama dan kembali kepada Allah SWT.
2. Kedua adalah riyadhah dan mujahadah yaitu usaha dengan sekuat tenaga dan
seikhlas hati untuk selalu memperbaiki diri dan kembali kepada Allah SWT.
3. Ketiga, adalah sabar karena sabar adalah sifat yang hanya dimiliki oleh manusia
dan dengan kesabaran manusia bisa mengendalikan diri dan hawa nafsunya.
4. Keempat, adalah zuhud yaitu dengan tidak terlalu merisaukan hal ihwal yang
berkaitan dengan kehidupan materi keduniaan akan tetapi menjadikan materi
keduniaan sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan yang kekal yaitu akhirat.
5. Kelima adalah tawakal, yaitu memasrahkan semua hasil usaha yang telah
dilakukan kepada Allah SWT sebagai dzat penentu segala upaya hambanya,
menurut Al-Ghazali tawakal mempunyai makna akal, syariat dan tauhid yang
ketiganya saling berhubungan secara proporsional (Haryanto & Sukawi, 2022).
c. Pendekatan Psikologi menurut Al-Razi
Oleh karena konsep ini maka al-Razi menyusun dua buku yang terkenal,
yaitu al-Thibb al-Manshuriyah (kesehatan al-Manshur) yang menjelaskan
pengobatan jasmani, dan at-thibb al-ruhani (kesehatan mental) yang menerangkan
pengobatan jiwa. Pengetahuan psikis ini tidak sekedar berfungsi untuk memahami
kepribadian manusia, tetapi juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah dan
rohaniah. Banyak di antara penyakit jasmani seperti kelainan fungsi pernapasan,
usus perut dan sebagainya justru diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia.
Penyakit jiwa seperti stres, waswas, dengki, iri-hati, nifak dan sebagainya
seringkali menjadi kondisi emosi seseorang labil dan tak terkendali. Kelabilan
jiwa ini mempengaruhi syaraf dan fungsi organik, sehingga terjadi penyempitan di
11
saluran pernapasan, atau penyempitan usus perut yang mengakibatkan penyakit
jasmani(Purnomo, 2018).
Psikoterapi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa yang dalam bahasa
Arab juga disamakan dengan “nafs” dengan bentuk jamaknya “anfus” atau
“nufus”. Ia memiliki beberapa arti, diantaranya : jiwa, ruh, darah, jasad, orang,
diri dan sendiri, dan therapy yang berarti pengobatan atau penyembuhan yang
dalam bahasa Arab dipadankan dengan “istasyfaa’” yang berasal dari kata
“syifaa-yasyfii” yang berarti menyembuhkan.
12
setiap hari atau penyembuhan lewat keyakinan agama, dan diskusi personal
dengan para guru atau teman. Psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan
penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik
dengan melaui bimbingan Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Saw.
Psikoterapi saat ini tidak dikhususkan untuk mereka yang sudah memiliki
masalah, melainkan juga sebagai sebuah langkah preventif dan sebagai alat
eksplorasi diri untuk membantu orang-orang yang “normal” dalam
merealisasikan segenap potensinya secara penuh.
13
mata membebaskan orang-orang dari penyakit, tetapi juga perbaikan kualitas
kejiwaan seseorang.
William James berkata bahwa antara manusia dan Tuhan terdapat ikatan
yang tidak terputus. Apabila manusia menundukkan diri di bawah pengarahan-
Nya, cita-cita dan keinginan manusia akan tercapai. Manusia yang benar-benar
religius akan terlindung dari keresahan, selalu terjaga keseimbangannya dan
selalu siap untuk menghadapi segala malapetaka yang terjadi. Moh. Soleh
menyatakan bahwa agama tidak identik dengan konseling40 dan psikoterapi.
14
Namun demikian ajaran Islam mempunyai peranan penting dan daya
penyembuhan terhadap gangguan mental. Tabiat jiwa adalah mengenal Allah
SWT dan senantiasa ingin mendekat kepada Allah SWT. Melupakan Allah
berarti penyimpangan dari tabiatnya. Dan ini menjadi gangguan jiwa (psikis).
Melalaikan Allah bisa terjadi pada manusia, jika daya-daya yang tinggi, yaitu
akal tidak efektif dan lemah dalam mengendalikan nafsu shahwat dan amarah
sehingga shahwat dan amarahnya menguasai akal.
15
Witvliet dkk. menemukan bahwa ketika peserta membayangkan memaafkan
terhadap orang-orang yang telah menyinggung mereka, mereka mengalami
pengurangan rasa marah, sedih dan perasaan negatif lain secara signifikan,
dibandingkan dengan saat mereka berlatih pelanggaran atau memelihara dendam
16
Fungsi ini memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, misalnaya dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, baik buruk maupun
baik, atau dari yang sudah baik menjadi lebih baik.
https://youtu.be/_yytkCa77h4?si=CsR-iWYgtleTGUUz
https://www.youtube.com/watch?v=0tie-
zguwp0&pp=ygUZcHJha3RlayBwc2lrb3RlcmFwaSBpc2xhbQ%3D%3D
17
BAB III
REVIEW JURNAL
Jurnal
Tahun 2017
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban dari persoalan
pokok yaitu bagaimana terapi Al-Quran dalam upaya pemulihan
orang dengan masalah kejiwaan.
Subjek Penelitian Orang dengan masalah kejiwaan di BLUD Rumah Sakit Jiwa
Aceh
18
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi Al-Quran sangat
berpengaruh besar bagi kesehatan jiwa seseorang, hal ini di
terapkan di Rumah Sakit Jiwa dengan melakukan aktivitas-
aktivitas keagamaan sebagai bentuk meningkatkan keimanan
pasien dan ketentraman jiwa pasien.
Tahun 2015
Subjek Penelitian
Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
bersumber dari data primer dan data sekunder. Adapun data
primer dalam penelitian ini meliputi metode wawancara dan
metode observasi, yang berpedoman pada teori dari Audah dan
Mursa yang mengungkapkan indikator kesehatan mental yang
terdiri dari: 1) Dimensi spiritual 2) Dimensi Psikologis 3)
Dimensi Sosial 4) Dimensi Biologis Sedangkan data sekunder
meliputi metode dokumentasi.Metode analisis dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis data Model Miles and Huberman
yang terdiri dari tahap reduction, display dan verification
Hasil Penelitian Dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan,
terlihat bahwa cenderung jemaah yang rutin melaksanakan
ibadah memiliki tingkat kesehatan mental yang baik. Hal ini
dikarenakan, ibadah yang dilakukan sebagai proteksi diri dalam
19
menghadapi berbagai macam tekanan hidup. Berdasarkan
observasi yang dilakukan terhadap beberapa jemaah, bahwa
terlihat jemaah cenderung memiliki kesehatan mental yang baik.
Terlihat dengan seimbangnya antara aktivitas bekerja dengan
aktivitas pelaksanaan ibadah. Aktivitas ibadah yang dilakukan
membuat jemaah merasa beban dalam kehidupan ini lebih ringan,
seperti setelah melaksanakan shalat. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap salah satu jemaah, mengatakan bahwa, bila
mengingat kebutuhan di dunia ini, terutama masalah ekonomi,
banyak yang tidak cukupnya.Akan tetapi, bila bersyukur dengan
yang telah di dapatkan, semua terasa cukup.
Tahun 2016
Subjek Penelitian -
20
3.4 Review Jurnal 4
Jurnal
Jurnal Muhafadzah: Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling Islam
Tahun 2022
Penulis
Seprianto, Idi Warsah, Dewi Purnama
Tujuan Penelitian Didalam penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk dapat
mengetahui psikoterapi dalam persfektif bimbingan konseling
islam, secara khususnya ialah impilikasi psikoterapi islam dalam
bimbingan dan konseling dan penyebab muncullnya
permasalahan dalam diri manusia serta model-model psikoterapi
dalam Al-Quran dan hadits.
Subjek Penelitian Adapun subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah buku
logis, laporan penelitian, artikel logis, teori dan tesis, pedoman,
peraturan, buku tahunan, buku referensi, dan sumber tertulis dan
sumber elektronik lainnya.
21
dijalankan dengan pemilihan, membandingkan dan
menggabungkan beberapa data yang telah didapatkan dari
penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari jurnal ini menyatakan bahwa terkait
implikasi dari psikoterapi dengan bimbingan dan konseling islam
peneliti mengungkap bahwa ketika membahas implikasi
psikoterapi dalam psikologi Islam untuk konseling dan bimbingan,
tidak mungkin memisahkan Al-Qur'an dan Al-Hadits karena kedua
ini berfungsi sebagai landasan utama untuk konseling dan
bimbingan. Ini adalah ide, tujuan, dan konsep bimbingan dan
konseling yang bersumber dari Hadits dan AlQur'an. terlepas dari
penegasannya bahwa ada hubungan antara agama dan kesehatan
mental, peran agama dalam kesehatan mental bukanlah kausal
langsung. Agama dimasukkan atau diakui dalam perkembangan
kesehatan jiwa baik dalam konsep psikoterapi maupun konsep
kesehatan jiwa, terlepas dari kausalitas langsung atau tidak
langsung. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa penyuluhan
yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan daya tangkal yang dilandasi
kemantapan iman dan jati diri menuju ketakwaan kepada Allah
SWT, baik sekarang maupun di masa yang akan datang, sesuai
dengan keinginan fitrah manusia. untuk hidup bahagia dan
sejahtera. Karena psikoterapi mengakui peran agama dalam
kesehatan mental, konseling Islami dan psikoterapi diperlukan
untuk pengembangan kesehatan mental di lingkungan ini. Karena
konseling Islam mengkaji agama secara holistik melalui keimanan
dan ketakwaan, dapat menjadi pelengkap psikoterapi dalam hal ini.
Psikoterapi, di sisi lain, memandang agama terbatas pada iman,
membuat beberapa orang percaya bahwa tidak ada hubungan
langsung antara agama dan kesehatan mental.
22
BAB VI
a. Ibn Sina
b. Ar-Razi
c. Al-Ghazali
d. Al-Farabi
2. Karya Ibn Sina yang berkenaan dengan ilmu jiwa adalah...
a. Al-Hawi Al-Kabir
b. Al-Asrar
c. Al-Qanun fi AL-Thibb
d. Al-Judhari wal Hasabah
3. Psikoterapi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa yang dalam bahasa Arab
“Nafs” yang Artinya...
a. Perilaku
b. Jiwa
c. Jasad
d. Ruh
23
4.2 Pertanyaan Essay
1. Sebagai suatu ilmu, psikoterapi Islam mempunyai dan tujuan yang nyata dan
mulia. Sebutkan fungsi psikologi islam menurut Samsu Munir Amin!
2. Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan bahwa bacaan Al-Qur’an mampu
mengobati penyakit jiwa dan badan manusia. Sebutkan ayat yang relevan dengan
pernyataan tersebut!
3. Dalam pandangan al-Ghazali, manusia itu terdiri dari dua substansi, yakni jism
dan nafs. Jelaskan kedua istilah tersebut!
4.3 Penjelasan Jawaban
Jawaban Essay
3. Nafs adalah substansi yang tidak bertempat dan berdiri sendiri. Nafs ini memiliki
dua tingkatan “al-nafs al-nabatiyyat” (jiwa vegetatif) dan “al-nafs al-
hayawaniyyat” (jiwa sensitif).
Sedang jism merupakan bagian terluar dan paling tidak sempurna dalam struktur
diri manusia, jism ini terdiri atas unsur material sehingga komposisinya dapat
mengalami kerusakan, oleh karenanya jism tidak mempunyai daya, Ia hanya
mempunyai “mabda’ thabi’i” atau prinsip alamiah.
4.4 Kesimpulan
24
Razi. Ibnu Sina merupakan seorang dokter sekaligus filsuf yang menaruh
perhatian pada ilmu kejiwaan di masanya. Al-Ghazali merupakan guru besar
yang menciptakan suatu pendekatan psikoterapi ism yang kemudian
dikembangkan menbggunakan metode intervensi yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatasi berbagai permasalahan psikologis. Selain itu, ada tokoh Al-
Razi yang memiliki pemikiran tentang teori konseling dan psikoterapinya,
yakni organisme, medan phenomenal dan self. Al-nafs al-kulliyah (jiwa
universal) yang dikemukakan Ar-Razi, memiliki kecenderungan untuk
mengaktulisasikan diri.
2. Ketiga tokoh psikologi islam tersebut memiliki pendekatan masing-masing
mengenai ilmu psikologi dan psikoterapi. Ibnu Sina menciptakan sebuah
karya yakni As-Syifa’, yang membahas perihal eksistensi jiwa, hubungan
antara jasmani dan Rohani, persepsi dan sensasi, serta emosi manusia. Selain
itu, tokoh Al-Ghazali mengemukakan dalam sebuah kitab tasawuf yakni kitab
Ihya’ Ulumuddin mengenai psikoterapi islam yang dapat diterapkan yakni
dengan jalan tobat, riyadhah dan mujahadah, sabar, zuhud, dan tawakal.
Adapun tokoh Al-Razi yang merupaka seorang filosof Muslim yang pertama
kali memfungsikan pengetahuan jiwa untuk pengobatan medis adalah Abu
Bakar Muhammad Zakariah al-Razi . Menurut al-Razi, tugas seorang dokter
di samping mengetahui kesehatan jasmani (al-thibb al-jasmani) dituntut juga
mengetahui kesehatan jiwa (at-thibb al-ruhani). Hal ini untuk menjaga
keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, supaya tidak
terjadi keadaan yang minus atau berlebihan.
3. Ilmu psikologi dan islam tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Psikoterapi Islam mempercayai bahwa keimanan dan kedekatan terhadap akan
menjadi kekuatan yang sangat berarti bagi kebaikan problem kejiwaan
seseorang. Mencegah berbagai problem kejiwaan dan menyempurnakan
kualitas manusia disamping pendekatan psikospiritual (dengan keimanan dan
kedekatan kepada Allah). Selain itu, agama sangat erat pengaruhnya terhadap
jiwa manusia. Dalam pendekatan psikologi Islam, kedekatan manusia dengan
Allah SWT. akan memberikan ketenangan batin, kebahagiaan, dan
25
ketentraman yang akan membawa manusia menuju kesehatan mental yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arroisi, J., & Da'i, R. A. N. R. (2020). Psikologi Islam Ibnu Sina (Studi Analisis
http://sunankalijaga.org/prosiding/index.php/kiiis/article/view/402.
https://ajp.psychiatryonline.org/doi/10.1176/ajp.154.11.1602
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2015/03/ibnu-sina-bapak-
kedokteran-dunia.html
Haryanto, S., & Sukawi, z. (2022). Orientasi Pemikiran Psikologi Islam Perspektif
26
Palmer, S. (Ed.). (2000). Introduction to Counselling and Psychotherapy: The
Paramadina. (n.d.).
Rajab, K., Zein, M., & Bardansyah, Y. (2016). Rekontruksi Psikoterapi Islam.
Cahaya Firdaua.
Redaksi. (2020, March 27). Biografi Singkat al-Ghazali, sang Hujjatul Islam.
Islami.co. https://islami.co/biografi-singkat-al-ghazali-sang-hujjatul-islam/
Sepriantp., et al. (2022). Psikoterapi Islam Dan Implikasinya Dalam Bimbingan Dan
27