Anda di halaman 1dari 10

Makalah Biografi

K. H. Ali Maksum

PENYUSUN

M. Rakha Alfaroby
Vidito Apriansyah
Osama Rusell M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biografi adalah suatu tulisan yang berisikan mengenai kisah tentang kehidupan suatu orang.
Biografi ini menceritakan berdasarkan dari kegiatan hidupnya seseorang misalnya tanggal lahir,
alamat, nama orang tua,riwayat pendidikan, perjuangan, karya dan lembaga serta peristiwa
penting dalam kehidupan seseorang atau peristiwa menarik dalam kehidupan sehari-hari, jasa,
hasil karya, sampai meninggalnya seseorang.

Biografi di Indonesia ini pada umumnya sangat banyak dituliskan terutama dikalangan ulama
seperti K.H.Ali Maksum beliau pernah menjabat sebagai Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdatul
Ulama periode 1981-1984 menggantikan Rais Aam periode sebelumnya, KH. Bisri Syansuri yang
meninggal pada 25 April 1980. K.H. Ali Maksum terpilih sebagai Rais Aam berdasarkan hasil
Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama Nahdlatul Ulama pada 30 Agustus – 2 September 1981
di Kaliurang, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalan yang akan diteliti
sebagai berikut:

1. Bagaimana Riwayat Kehidupan Ulama KH.Ali Maksum ?

2. Bagaimana Kiprah Ulama KH. Ali Maksum ?

3. Apa saja Prestasi/Penghargaan yan telah di raih dari Ulama KH. Ali Maksum?
C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini bertujuan
sebagai berikut.

1.Mengetahui Riwayat kehidupan Ulama KH.Ali Maksum.

2.Menjelaskan Kiprah Ulama KH. Ali Maksum

3.Mengetahui Prestasi/Penghargaan yang telah diraih dari Ulama KH. Ali Maksum.

D. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoritis maupun praktis.

1.Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, maka dapar dijadikan sebagai pengembangan ilmu
sejarah, memberikan masukan bagi penelitian berikutnya, dan dapat dijadikan sebagai
referensi bagi peneliti yang berkaitan dengan riwayat kehidupan KH.Ali Maksum.

2.Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi masyarakat maupun pembaca
lainnya dan diharapkan dapat memberikan inspirasi dan bahan pijakan peneliti lain untuk
melakukan penelitian yang lebih dalam.
BAB II
ISI
KELAHIRAN

KH. Ali Maksum lahir di Lasem, Jawa Tengah (02 Maret 1915 – 07 Desember
1989) . Ayahnya bernama KH. Ma’shum dan ibunya Nyai. Hj. Nuriyah.

WAFAT

K.H.Ali Maksum wafat pada hari Kamis, 7 Desember 1989 dalam usia 74 tahun.
Ali Maksum wafat beberapa hari setelah dilangsungkan Muktamar NU ke-28 di
pesantren al-Munawwir Krapyak

KELUARGA

Hasil pernikahan dengan Ny. Hj. Rr. Hasyimah Munawwir, Ali Maksum memiliki
8 orang putra-putri :

1. Adib (wafat saat masih kecil),


2. KH Atabik Ali (alm.),
3. KH. Jirjis Ali,
4. Nyai Hj. Siti Hanifah Ali (alm.)
5. Nyai Hj. Durroh Nafisah Ali,
6. Nafi’ah (wafat saat masih kecil),
7. KH. M. Rifqi Ali (alm.)
8. Nyai Hj. Ida Rufaida Ali.
PENDIDIKAN

Perjalanan studinya dimulai dari Pondok Pesantren Al-Hidayah, Lasem, Rembang,


Jawa Tengah di bawah asuhan ayahnya sendiri, yakni KH Maksum Ahmad.
Kemudian, beliau berguru kepada KH Dimyati di Pondok Pesantren Tremas,
Pacitan, Jawa Timur. Selanjutnya, Kiai Ali mengaji kepada KH Den Rahmad, KH
Amir, dan KH Dahlan di Pekalongan serta KH Syaban al-Falaki Semarang.

MENJADI PENGASUH

KH Ali Maksum (w. 1989) adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir


Krapyak, Yogyakarta periode II (1942-1989). KH Ali Maksum meneruskan estafet
kepemimpinan pesantren bersama-sama dengan KHR. Abdullah Afandi Munawwir
dan KHR. Abdul Qodir Munawwir setelah KH. Munawwir bin Abdulloh Rosyad,
sang pendiri Pondok Pesantren Krapyak wafat (1942).

PERANAN DI NAHDLATUL ULAMA (NU)

Di sela-sela kesibukannya sebagai pengajar dan pengasuh pesantren Al-Munawwir


Krapyak, Kiai Ali Maksum sejak masa-masa awal sudah simpatik terhadap
jam’iyyah NU. Terutama sekitar tahun 1950-an ketika suhu politik memanas akibat
semakin nyaringnya suara kaum nahdhiyyin untuk keluar dari Masyumi, dan
terealisir ketika Muktamar di Palembang tahun 1952 yang memutuskan NU keluar
dari Masyumi dan mendirikan partai “NU” sendiri.

Untuk menghadapi pemilu pertama tahun 1955, Kiai Ali mulai aktif berkampanye
untuk partai NU dengan cara tidak langsung turun ke lapangan sebagai jurkam,
melainkan lewat pendidikan kader kepada para santri Krapyak dan melalui
pembicaraan non formal dengan para tamu yang sowan ke rumahnya. Hasilnya,
Partai NU memperoleh suara terbanyak rangking ketiga setelah PNI dan PKI. Dari
Pemilu tersebut, Kiai Ali akhirnya terpilih menjadi anggota konstituante yang
mewakili NU Yogyakarta.

Pada tahun 1960-an, tatkala PKI tengah gencar memusuhi kaum muslimin dan
mengancam para kiai, Kiai Ali justru diminta menjadi Rois Syuriyah PWNU
provinsi D.I.Yogyakarta secara terus menerus sampai beliau dikukuhkan sebagai
Rois ‘Am PBNU menggantikan posisi KH. Bisri Syansuri yang wafat, melalui
Munas Alim Ulama NU di Kaliurang Sleman Yogyakarta, 30 Agustus – 2
September 1981.

Kiai Ali sebenarnya kurang tertarik dengan dunia politik praktis dan menolak keras
ketika dicalonkan sebagai Rois ‘am. Berulang kali Kiyai Ali mengatakan, “Demi
Allah, jangan dipilih”, mengingat dorongan yang sangat kuat dari banyak kiai,
terutama pendapat KH. Ahmad Shiddiq di forum Munas yang mengatakan, “Saya
tidak melihat seorang pun yang lebih cocok untuk menjadi Rois Am daripada KH
Ali Maksum”,dan ternyata kemudian disetujui oleh farum Munas secara aklamasi,
maka dengan rasa berat Kiai Ali mau menerimanya dengan syarat hanya satu kali
periode kepengurusan sampai diadakannya Muktamar ke-27 tahun 1984.

Sambil menangis, dan juga diikuti tangisan haru para kiai, Kiai Ali memberikan
kata sambutan dengan bahasa arab yang fasih, yang intinya menyatakan bahwa
beliau bukanlah orang yang terbaik, bila selama memimpin terlihat bengkok agar
diluruskan bahkan beliau siap dicampakkan atau dipecat.

AKTIF DI POLITIK

K.H. Ali Maksum juga pernah aktif berpolitik. Pada tahun 1955, Ali Maksum
terpilih menjadi Anggota Konstituantemelalui Konferensi Alim Ulama NU di
Watu Congol, Magelang pada tanggal 17-18 Agustus 1955[4] mewakili Yogyakarta.
KARYA

Sebagai Kiai, K.H.Ali Maksum aktif mengajar dan menulis kitab, di antaranya: [6]

1. al-Amtsilah at-Tashrifiyyah (Kitab tentang ilmu Shorof, yang


kemudian dikenal sebagai Shorof Krapyak)[7]
2. Fatkhul Qadir (Kitab tentang ukuran dan takaran Arab dalam bahasa
Indonesia)
3. ad-Durus al-Falakiyah (Kitab tentang ilmu falak).
4. Badi’atul Mitsal (Kitab tentang ilmu falak)
5. Hujjah Ahlussunnah wal Jama'ah (Kitab tentang argumentasi
nahdlatul ulama)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, antara


lain:

KH Ali Maksum merupakan sosok ulama besar dengan segala keahliannya dalam
berbagai bidang keilmuan. Perjalanan studinya dimulai dari Pondok Pesantren Al-
Hidayah, Lasem, Rembang, Jawa Tengah di bawah asuhan ayahnya sendiri, yakni
KH Maksum Ahmad. Aktivitasnya tidak terbatas di pesantren saja, Kiai Ali juga
mengajar ilmu tafsir di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga,
Yogyakarta. Beliau juga menyusun sebuah kitab berisi argumentasi atas praktik
ibadah Ahlussunnah wal Jamaah yang kerap diperdebatkan, yakni Hujjatu
Ahlissunnah wal Jamaah. Beliau juga memiliki banyak catatan dan teks pidato
yang kemudian disatukan menjadi sebuah buku yang berjudul Ajakan Suci.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER:

• https://www.nu.or.id/tokoh/ketawadhuan-kh-ali-maksum-dalam-kebesarannya-sebagai-
ulama-2nGjQ
• digilib.uinsgd.ac.id/35472/4/4_bab1.pdf

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai