Anda di halaman 1dari 4

a.

Lettres Persanes

Lettres Persanes pertama kali dipublikasikan pada tahun 1721 ketika Montesquieu
berusia tiga puluh dua tahun. Buku ini bercerita tentang tiga orang Persia yang bernama
Usbek, Rica dan Rhedi; yang mengembara ke Eropa untuk mempelajari gaya hidup dan
adat istiadat di Eropa. Pada suatu waktu, Rhedi berhenti di Venice, sedangkan Usbek dan
Rica melanjutkan perjalanan ke Paris. Segera setelah keberangkatan mereka, mulailah
terjadi dengan cepat surat menyurat antara pengunjung dari Persia ini dengan istri-istri,
para pembantu dan teman-teman mereka di Persia, begitu juga surat menyurat antar
pengunjung dari Persia ini sendiri.

Buku ini berisi surat-surat tersebut, tepatnya berjumlah 161 surat dan tidak terdapat
uraian cerita diantara surat yang satu dan yang lain. Masing-masing surat lebih mirip
dengan sebuah karangan singkat yang menggambarkan beberapa subjek seperti dasar
pemerintahan, tradisi religius, gaya hidup dari suatu masyarakat; bahkan ada beberapa
surat yang datang dari sanak saudara, istri-istri, dan para pembantu tentang berbagai
peristiwa yang terjadi di Persia.
Melalui surat-surat ini, Montesquieu dapat dengan bebas menyindir dan mencemooh
dengan tajam Raja dan Gereja dengan berpura-pura seolah-olah pengunjung dari Persia
itu yang menulis dan berpendapat demikian. Seperti ketika Usbek berbicara dalam
suratnya bahwa ada seorang tukang sulap yang bahkan lebih hebat dari Raja Perancis
dengan berkata, “This Magician is called the Pope” dan diteruskan dengan cemoohan
lainnya untuk Paus. Pernyataan ini menyebabkan timbulnya kontroversi ketika
Montesquieu dicela sebagai seorang “Unbeliever”.
Alur dari sebagian cerita dalam buku ini juga cukup menarik. Ketika Usbek dan Rica
menikmati masa pencerahan di Perancis selama tujuh tahun, istri-istri Usbek,selir-selir
dan para budaknya semakin merasa resah. Yang terjadi kemudian adalah para istri dan
selirnya berselingkuh dengan para budak laki-laki. Dan ketika Usbek mendengar kabar
tentang ini dari pembantu kepercayaannya, para wanita dan budak telah menikmati
“kebebasan” yang tidak ingin mereka lepas meski melalui kekerasan. Penggalan kisah ini
mengusung wacana tentang kebebasan individu dan bagaimana seseorang seharusnya
bereaksi menghadapi situasi semacam itu.

b. Les Considerations sur les causes de la Grandeur et de la decadence des Romains

Karya ini diterbitkan pertama kali tahun 1734 di Amsterdam – sebagaimana karya
sebelumnya – dengan tanpa nama, yang kemudian direvisi pada edisi 1748. Karya ini
merupakan salah satu karya-karya pertama dari semua usaha untuk memahami setiap
jengkal sejarah Romawi.

Sebagian besar karya ini menggunakan kerangka historis, dimulai dengan asal mula
Romawi dan diakhiri dengan keruntuhannya. Keterangan yang terdapat pada ju-dulnya
mengindikasikan bahwa Montesquieu kurang tertarik untuk memaparkan seja-rah umum
Romawi, atau bahkan juga sejarah kejayaan dan keruntuhannya, tetapi le-bih difokuskan
pada penjelasan tentang sebab-sebab dari kejayaan dan keruntuhan itu.

Kekuatan Romawi awal mulanya menampakkan diri di bawah kekuasaan Raja-Raja


pertama dan mencapai puncaknya dalam bentuk Republik di bawah Pompey (sekitar 65
SM), yang “…completed the splendid work of Rome`s greatness.” Namun ketika korupsi
menggerogoti Romawi dari dalam, sistem republik tidak dapat dipertahankan lebih lama
dan diganti dengan kerajaan yang memakai kebiasaan dan lembaga-lembaga warisan dari
Republik. Karena satu dan lain hal, kerajaan mengalami keruntuhannya di akhir abad ke-
4 Masehi.

Kejayaan Romawi mengandung beberapa sebab diantaranya: kebajikan masyarakatnya,


sistem konsul, kebijakan senat, kekuasaan rakyat yang terbatas, konsentrasi perang,
kemenangan-kemenangan, pembagian harta rampasan, pembagian tanah yang merata,
censorship (pemeriksaan), pembagian kekuasaan politik, dan dukungan senat terhadap
militer dan terhadap politik luar negeri.
Sedangkan kemunduran Romawi antara lain disebabkan oleh merosotnya kerjasama
antara rakyat dan militer, kesenjangan ekonomi dan kekuasaan, hilangnya identitas
kewarganegaraan rakyat Romawi, yang kesemuanya membuat Republik ti-dak mungkin
dapat dipertahankan. Montesquieu juga mencurahkan perhatiannya pada perkembangan
paham atheisme, materialisme, dan hedonisme yang menyebabkan hancurnya moral,
agama, patriotisme dan kebajikan masyarakat Romawi.

C. L`Esprit des Lois

Karya terbesar Montesquieu yang terdiri dari tiga puluh satu buku ini diterbitkan
pertama kali di Geneva pada tahun 1748. Dalam kata pengantar dan buku pertama,
setidaknya Montesquieu memiliki dua sasaran: untuk memahami perbedaan hukum
manusia dan hukum dalam kehidupan secara umum, dan memberi sumbangsih dasar bagi
terbentuknya pemerintahan yang bijaksana di setiap tempat. Kemudian ia beralih pada
pengujian struktur politik sebagai penghambat konflik sosial. Menurutnya, setiap
pemerintahan memiliki hakikat dan prinsip yang padanya hukum haru dihubungkan. Dan
jenis-jenis pemerintahan ia kelompokkan pada tiga golongan besar diantaranya Republik
(baik Demokrasi maupun Aristokrasi), Monarki dan Despotisme. Persoalan-persoalan di
dalam dan luar pemerintahan-pemerintahan tersebut merupakan subjek masalah yang
dipaparkan Montesquieu dalam buku kedua sampai dengan buku ke sepuluh. Pada buku
kesebelas sampai tiga belas, Montesquieu menganalisis bentuk pemerintahan dengan
kebebasan sebagai prinsipnya. Ia menampilkan Inggris sebagai contoh pemerintahan
yang objek langsung dari hukum-hukumnya adalah kebebasan dalam arti hak untuk
melakukan sesuatu yang diizinkan hukum. Di bagian ini juga Montesquieu membahas
tentang pemisahan kekuasaan yang terdiri dari legislatif, eksekutif dan yudikatif;yang
jika disatukan pada orang atau lembaga yang sama maka kekuasaan akan sangat
terkonsentrasi dan akan timbul kesewenang-wenangan.

Buku keempat belas sampai delapan belas memaparkan tentang efek keadaan iklim
terhadap bentuk-bentuk perbudakan, dan hubungan antara keadaan tanah dan masyarakat
primitif. Buku kesembilan belas menjelaskan hubungan antara hukum dengan prinsip-
prinsip moral dan adat suatu bangsa. Buku kedua puluh sampai dua puluh dua
menjelaskan hubungan hukum dengan perdagangan. Buku kedua puluh tiga membahas
hubungan hukum dengan jumlah penduduk. Buku kedua puluh empat dan dua puluh lima
berbicara tentang hubungan hukum dengan agama, dan pada buku kedua puluh enam
berisi penyelesaian konflik yang mungkin timbul antar hukum agama (law of religion),
hukum kodrat (law of nature), hukum sipil (civil law), hukum politik (political law) dan
hukum bangsa-bangsa (law of nations). Pada bagian terakhir, buku kedua puluh tujuh
sampai tiga puluh satu, Montesquieu membahas hukum Romawi, Perancis dan Feodal
sebagai suplemen tambahan.

Dalam karya ini, Montesquieu memandang hukum sebagai hal yang paling sentral dan
paling menentukan tingkah laku manusia. Menurutnya, gagasan tentang sistem hukum
merupakan hasil dari kompleksitas berbagai faktor empiris dalam kehidupan manusia.
Setidaknya ada dua faktor penyebab utama yang membentuk General Spirit (watak
umum masyarakat) yang sangat menentukan struktur sosial politik masyarakat, yaitu
faktor fisik dan faktor moral. Faktor fisik yang utama adalah iklim, keadaan geografis,
dan kepadatan penduduk yang menghasilkan akibat-akibat fisiologi dan mental tertentu.
Sedangkan faktor moral antara lain berupa agama, kebiasaan, ekonomi, perdagangan,
cara berpikir dan suasana yang tercipta di peradilan negara.

Dalam karya ini kita akan mendapatkan pembahasan yang cukup rumit namun saling
berkaitan secara logika. Dan setelah hampir tiga ratus tahun, karya ini masih tetap
menjadi salah satu referensi pokok bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia
politik dan pemerintahan
METODOLOGI THE SPIRIT OF LAWS
-Persoalan mengenai susunan
-Konsep semangat umum
-Konservatisme liberalisme
-Relativisme
-Rasionalisme- Empirisisme
-Iklim
-Agama

Anda mungkin juga menyukai