Naskah 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

NASKAH

SCENE 1
Di markas Siliwangi
Sutomo memimpin rapat strategi dengan pasukannya.

Sutomo: Kita harus terus melawan penjajahan ini! Persiapkan pasukan untuk serangan malam
besok.

namun dibalik tekad kuat yang Sutomo pancarkan, banyak anggota pasukan yang khawatir akan
keberhasilan rencana
pemberontakan yang ia buat.

Pasukan 1: "Izin bertanya komandan, Bagaimana jika rencana ini tak berhasil?"
Ucapnya dengan ke khawatiran yang
terlihat di wajahnya.

Pasukan 2: "Betul komandan, musuh kita memiliki teknologi yang lebih maju, kita pasti kalah"

Pasukan lain pun mulai pesimis dan saling menuturkan kata-kata yang malah mengurangi
semangat mereka.

Sutomo: Jika kalian masih tidak bersemangat, silakan mundur! Aku tidak butuh pasukan yang
pengecut, teknologi mereka memang maju,tapi kita satu langkah di depan mereka

Pasukan-pasukan mengangguk setuju, mereka terlalu takut untuk berbelok dari perintah

NASKAH 1
pemimpin mereka itu.

Sutomo: Apakah kalian siap dan bersedia bertarung?

Seluruh pasukan serentak bersorak untuk menunjukkan api dalam jiwa mereka.

Seluruh Pasukan: "SIAP KOMANDAN"

Mereka hormat kepada pemimpin mereka itu.


Sutomo pun menyulingkan senyuman kecil melihat semangat para pasukannya yang tak pudar

Sutomo: Bagus, kalian boleh beristirahat untuk malam ini, jangan sampai ada yang kelelahan

Para pasukan balik ke kamar mereka masing-masing dan beristirahat, begitu juga Sutomo.

SCENE 2
Di markas APRA
Raymond merencanakan pemberontakan selanjutnya.

Raymond: Pasukan, kita harus menjaga ketertiban! Serang mereka sebelum mereka semakin
kuat.

pasukan 1: "Tenanglah tuan.. bahkan dilihat dari kelengkapan senjata pun kita unggul dari segala
sisi."

Pasukan 2: "Benar itu, mereka bukan tandingan kita kapten, HAHAHAH"

NASKAH 2
Raymond: "Kita tidak boleh meremehkan mereka, siapa tau mereka menyerang malam ini"

Pasukan 2: "Tidak mungkin, tempat ini hanya diketahui oleh orang-orang kita saja, budak seperti
mereka mana boleh masuk ke tempat ini"

Raymond dan pasukannya pun tertawa terbahak-bahak, sambil menikmati malam mereka.

SCENE 3
Di desa Kamboja
Rani berbicara dengan Pak Joko tentang perlawanan yang sedang terjadi pada saat ini.

Rani: "Bapak.. Kita gabisa diam terus terusan. Kita harus lawan mereka! Masa depan kita hancur
kalau seperti ini terus!

Rani berkata dengan tegas dan penuh semangat juang, namun sayangnya pak joko tak setuju
dengan pendapat nya.

Pak Joko: "Nak, jangan terlalu naif, kau tau sendiri bagaimana bahayanya keadaan diluar sana!"

Bu Marni: "Bapak mu benar nak, sebaiknya jangan gegabah"

Mereka dapat mendengarjeritan keluh para pribumi yang sedang di siksa, serta suara tembakan
yang memekakan telinga.

Pak Joko: "SUDAH BAPAK BILANG MASUK! Kamu terus saja membantah bapak!"

NASKAH 3
Rani terkejut, dan panik. Pak Joko menyuruh Rani dan istrinya untuk masuk kerumahnya, Rani
menurut dan masuk kedalam rumah. Rani masih terkejut karena suara tak terduga tadi,tetapi ia
masih bersikeras untuk melawan
para tentara belanda.

Rani: "tuh kan pak! Apa bapak tidak miris mendengarjeritan mereka? kita harus segera
memikirkan cara untuk membela
negara ini!"

Bu Marni terdiam, perkataan anaknya itu ada benarnya juga.

Pak Joko: “…. Bapak udah ga ngerti lagi sama kamu, ran."

Pak Joko pun berdiri dan berjalan ke kamarnya, dan kembali dengan sebuah peta ditangannya.

Bu Marni: "Itu..?"

Rani: "Peta? Buat apa pak?"

Pak Joko menggelar peta tersebut di lantai

Pak Joko: "ini warisan paman ku yang dulu seorang jenderal, dia dahulu adalah jendral yang
naif, ia itu orang tak kenal takut, mirip dengan sifat mu sekarang."

Bu Marni: "Kang, Rani masih muda.. kenapa akang bantu? Akang ga takut Rani kenapa-
kenapa?!"

NASKAH 4
Bu Marni tambah khawatir terhadap keduanya.

Pak Joko: "gapapa bu, toh Rasa penasaran Rani lebih besar dari rasa takutnya, apa yang bisa
akang lakuin kalau tekad nya sudah bulat?nya.."

Rani: "hah? Buat apa sih petanya?"

Rani makin penasaran.

Pak Joko: "Peta ini dibuat oleh pamanku, mungkin kau bisa memanfaatkan beberapa informasi
yang tercantum disini"

Rani tersenyum bahagia, Bu Marni yang tadinya khawatir, akhirnya ia pun mengizinkan.

Hari-hari berlalu, Rani mengimprovisasi ide-ide yang ia dapatkan dari peta yang diberikan
bapaknya, ibu nya pun sesekali membantu Rani dengan persiapannya.

Tetapi, Rani masih gelisah. Dia tau jalan yang ia pilih itu sangat beresiko, dan dia masih
bingung, apakah lebih baik ia tinggal dirumah untuk melindungi keluarga dan desanya, atau ia
harus keluar untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat sekitar.

Ia pun keluar rumah untuk menenangkan pikirannya.

SCENE 4
kembali pada kondisi di markas APRA

Kondisi APRA sedang buruk, karena mereka kekurangan supply untuk melakukan

NASKAH 5
pemberontakan pada malam sebelumnya,

Raymond sedang memikirkan nasib mereka kedepannya selanjutnya. Tiba-tiba seorang prajurit
masuk ke dalam kantor Raymond.

Pasukan 1: "Pak! Aku telah mendapatkan masukan dari patrol semalam"

Raymond: "Apakah informasi tersebut berguna untuk misi ini?"

Pasukan 1: "Seorang wanita muda anak dari kepala desa Kamboja memiliki peta denah wilayah
Soekarno, mungkin kita bisa
mengambilnya"

Raymond: “Kalau begitu aku akan pergi untuk memintanya sendiri"

Pasukan 2: "Tapi pak! Keadaan disana masih berbahaya"

Raymond tidak mendengar peringatan anak buahnya itu, dan beranjak dari kursinya untuk
menemui pemuda yang ia dengar itu, ia butuh ide baru untuk strateginya itu, dan ini adalah
kesempatan yang bagus.

SCENE 5

Di desa Kamboja

Raymond telah sampai di desa, dimana pemuda tersebut tinggal, pas sekali saat Raymond
sampai, ia menemukan wanita
yang sedang merenung.

NASKAH 6
Wanita tersebut adalah Rani yang masih gelisah akan pilihannya itu.

Rani: "Apakah yang aku pilih akan benar? Bagaimana jika aku gagal?"

Saat ia masih merenung, seorang pria menghampirinya sambil tersenyum.

Raymond: "Permisi, apakah benar ini desa Kamboja?"

Rani: "eh? iya.. benar ini desa kamboja"

Rani terheran-heran.

Raymond: "Apa kau kenal dengan kepala desa disini?"

Rani: "Ya.. itu ayah saya sedang pergi ke kota, ada yang bisa dibantu?"

Raymond pun diajak bertamu dan masuk ke rumahnya Rani.

disana terdapat 2 teman Rani. Raymond melanjutkan rencananya untuk memanipulasi Rani.

Rani pun menyuguhkan minuman kepada Raymond. Raymond telah menceritakan, bahwa ia
adalah teman bapaknya itu, tetapi ia sebenarnya berbohong.

NASKAH 7
Raymond: "Terima kasih.. oh iya, omong-omong, apakah bapakmu pernah menceritakan sebuah
peta denah kepadamu?"

Rani: “Iya.. bapak sudah memberitahu ku tentang peta itu, dan aku berniat untuk mengusir para
Belanda yang ada disini..”

Arkha (teman Rani): “Kita juga berencana untuk demo ke pemerintahan!” Ucap Arkha dengan
semangat

Gita (teman Rani): “Bener banget tuh! Mentang-mentang desa kita ini terpencil, mereka selalu
melupakan kami”

Raymond: "apakah kalian mau bekerja sama denganku? Kita kebetulan sedang kekurangan
orang"

Rani: "Apakah itu mungkin..?" Ujar rani dengan binar mata yang penuh harapan.

Raymond: "Tentu saja, mengapa tidak?" balas raymond dengan tawa kecil yang licik.

Rani pun setuju dengan permintaan Raymond, tapi Rani dan temannya pun belum tau jika dia
telah masuk kedalam organisasi
pemberontakan.

SCENE 6
RAPAT
Kondisi didalam ruangan ini sangat sengit, Partai-partai yang hadir dirapat ini menyombongkan
tahta mereka, Soekarno
masih diluar, membuat para partai memiliki kasta tertinggi.

NASKAH 8
Ketua PNI: Rapat akan kita mulai terlebih dahulu, sepertinya Soekarno akan telat, untuk ketua
PKI silahkan utarakan masalah yang sedang kalian hadapi

Ketua PKI: "Terima kasih, Ketua PNI. Kami menghadapi tekanan besar dari pihak yang tidak
setuju dengan pandangan
kami. Beberapa anggota kami bahkan mengalami intimidasi.”

Anggota PKI: “kami perlu dukungan solidaritas dari semua partai untuk menjaga
kebebasan berpendapat dan persatuan ditengah ketegangan politik ini."

Anggota Kabinet Djuanda: “Kami tidak setuju, partai anda terlalu banyak campur tangan dengan
masalah kabinet kami!”

Ketua Kabinet Ali: “Benar itu! Ideal mu itu sangat mustahil untuk diwujudkan!”

Anggota PNI: “Tolong diam, PKI sedang dalam masalah, kita harus membantu, itu adalah tujuan
rapat kita kali ini”

Ketua Kabinet Djuanda: “Kalau begitu bantu masalah kami juga! Jangan pilih kasih”

Anggota Kabinet Ali: “Kami juga memiliki masalah yang belum terpecahkan! Jangan langsung
beralih dulu!”

Ketua PNI: “Usir mereka!”

Ketua PNI, menyuruh penjaga yang sedang menjaga pintu untuk menarik keluar Kabinet
Djuanda. Tetapi sebelum mereka sempat ditarik, Soekarno akhirnya sampai.

NASKAH 9
Soekarno: “Berhenti, apa-apaan ini? Saya telat hanya sekitar 10 menit dan kau telah mengusir
mereka”

Soekarno duduk di kursinya yang telah tersedia.

Ketua PNI: “Pak, PKI sedang mengalami masalah, kita harus membantu mereka”

Soekarno: “hm.. baiklah, silakan bantu mereka”

Anggota Kabinet Ali: “Tapi kita juga memiliki masalah pak!”

Para Kabinet dan Partai pun memulai percekcokan lagi di hadapan proklamator mereka ini.
Soekarno baru saja ingin memberhentikan mereka lagi, tetapi terdengar suara demo dari luar,
penjaga di luar pintu pun kesusahan untuk meredakan demo tersebut.

Mahasiswa 1: “Kita tidak bisa lagi menyimpan ketidakpuasan kita terhadap pemerintahan ini!”

Mahasiswa 2: “Saya setuju! Banyak sekali janji yang tidak ditepati, banyak pula perdebatan”

Mahasiswa 3: “Kami butuh aksi yang konkret! Bukan hanya buih-buih ucapan yang tidak pasti”

Mahasiswa 4: “Kita butuh perubahan yang struktural dan peraturan yang lebih jelas agar dapat
bekerja dengan efisien!”

Mahasiswa 5: “Kalian ga bisa mengabaikan kita terus!”

NASKAH 10
Mahasiswa 6: “Kami butuh keadilan, di masa ini sudah kacau dan hancur, kalian harus
melakukan sesuatu!”

Seluruh mahasiswa serentak bersorak “UBAH PEMERINTAHAN”.


Percekcokan di dalam ruangan pun telah mereda ketika mereka mendengar per demo an tersebut.

Penjaga 1: “ini sudah yang ke 6 kalinya di Minggu ini!”

Penjaga 2: “jumlah mereka juga semakin banyak!”

Soekarno pun merenungkan sebuah solusi.

Soekarno: “Cih, pasti ini suruhan si pemberontak itu, siapkan pasukan Siliwangi! Kita akan
tumpas mereka secepat mungkin”

Ketua PNI: “Siap pak!”

Soekarno pun menyuruh sisanya keluar dari pintu belakang juga, menyisakan ketua dari setiap
cabang saja yang tetap.

Ketua kabinet Djuanda: Bapak yakin? Kenapa harus Siliwangi? Kita bisa menyuruh pasukan
biasa saja untuk menumpas mereka.

Soekarno: “Apakah kau tidak setuju?”

Soekarno membentak bawahannya itu.

NASKAH 11
Ketuap PKI: “Mereka bukan organisasi pemberontak yang amatir, kita tidak boleh meremehkan
mereka.”

Soekarno mengangguk setuju. Mereka pun mendengar suara dobrakan pintu, pintu yang menjadi
pembatas itu pun hampir rapuh.

Soekarno: “ayo, kita harus keluar dari sini terlebih dahulu”

Mereka pun keluar dari pintu belakang.

SCENE 7
Di markas Siliwangi
Salah satu anggota PNI dan PKI telah sampai di markas Siliwangi untuk menyampaikan pesan
Soekarno.

Anggota PNI: “Gawat sir! keadaan diluar semakin ricuh, apa yang harus kita lakukan?”

Anggota PKI: “Sir, pemajuan rencana, Soekarno ingin kau menumpas para pemberontak secepat
mungkin”

Colonel soetomo: “Baiklah, Pasukan! Kita akan memajukan penyerangannya, apakah ada yang
keberatan?!”

Pasukan 1 dan 2: “Tidak ada Komandan!”

Colonel Soengkono: “Bagus, persiapan harus selesai juga malam ini!”

Seluruh pasukan: SIAP KOMANDAN!

NASKAH 12
Mereka memberikan hormat, lalu langsung mempersiapkan senjata yang meraka butuhkan.

SCENE 8 (ending)

Pasukan Siliwangi pun menyerang markas APRA pada tengah malam, APRA pun melawan balik,
tetapi mereka tetap kalah karena kekurangan prajurit.
Esok harinya, dari tumpukan mayat ditemukan jasad Rani bersama teman-temannya yang ikut
masuk ke APRA. Orang tua Rani pun menangis histeris setelah mereka mengetahui nasib
anaknya itu, mereka juga terkejut bahwa anaknya itu masuk ke dalam organisasi pemberontakan.
Tetapi dari sekian jasad yang ditemukan, mereka belum menemukan satu orang yang sangat
penting itu. Yaitu ketua pasukan APRA sendiri, Raymond Westerling, dia telah dinyatakan kabur
dari pertempuran semalam, keberadaannya pun masih dipertanyakan selama ini.

NASKAH 13

Anda mungkin juga menyukai