Anda di halaman 1dari 6

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh : Dr. Josner Simanjuntak. SH.

1.Pertemuan I tentang OTONOMI.

Pokok Bahasan pertama tentang Otonomi, hal yang menjadi sasaran utama
pokok bahasan ini adalah Mahasiswa mampu menjelaskan : apa itu otonomi,
dasar hukum, prinsip pelaksanaan, asas otonomi dan tujuan otonomi;

--1.--Otonomi secara etimologis berasal dari kata Yunani yaitu Autos artinya
sendiri dan Nomos/Nomoi yang artinya aturan, jadi kalau digabung artinya
mengatur sendiri. Kata Otonomi selalu disandingkan dengan kata desentralisasi
dari dua kata de : artinya lepas, centrum : pusat, jadi artinya lepas dari pusat.

--2--Dasar Hukum pelaksanaan otonomi di Indonesia terdapat dalam Pasal 1


ayat (1) UUD 1945 : Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan berbentuk
Republik; Pasal 18, Pasal 18 A dan Pasal 18 B. Terdiri dari 3 Pasal dan 11 ayat.
Istilah Otonomi tidak terlepas dengan istilah Desentralisasi yang secara
etimologis berasal dari kata Latin yaitu De dan Centrum yang artinya lepas dan
pusat jadi lepas dari pusat. Para ahli belum menyepakati pengertian otonomi
itu tetapi kalau dilihat dari pengertian yang diberi para ahli intisari yang dapat
diambil dari Otonomi itu adalah Kemandirian.

Dalam implementasi berkaitan dengan arti otonomi mandiri atau bebas sangat
di pengaruhi 2 faktor penting yaitu 1. Sumber daya manusia dan 2.
Anggaran/pembiayaan. Berdasarkan evaluasi Depdagri 80 % otonomi di
Indonesia tidak sesuai dengan pembentukan atau pemberian otonomi itu dan
58 % tidak mampu mengelola anggaran dengan baik.

Memang ketergantungan daerah otonom kepada pemerintah pusat sangat


tinggi hal ini terlihat dari ketergantungan daerah otonom kepada pemerintah
pusat dari sesi anggaran 78 % rata-rata bersumber dari DAU, dan DAU tersebut
rata-rata 28 % dari APBN, malah ada daerah sampai 98 % bersumber dari DAU.
Sumber pembiayaan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah itu yaitu DAU :
78 %, DAK, PAD, Bagi hasil (6%) dan pendapat lain yang sah. PAD hanya rata-
rata nasional 7 %.

--3--Prinsipnya otonomi dilaksanakan seluasnya, (tidak dalam pengertian


merdeka) nyata dan bertanggungjawab. Luas artinya daerah otonomi bebas
menentukan, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, membuat program,
tetapi dalam konteks negara kesatuan Republik Indonesia artinya pelaksanaan
otonomi itu harus memperkuat prinsip negara kesatuan. Nyata artinya ada riil
kebutuhan tersebut di daerah otonom jangan dipaksakan,

dan bertanggungjawab penyelenggaraan otonomi itu harus


dipertanggungjawabkab kepada rakyat dan atasan.
--4--Asas otonomi itu ada 3 yang dilaksanakan secara
sinergis/integral/bersatu yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.

--5--Tujuan otonomi pada dasarnya ada 3 yaitu

1). Memberikan ruang demokrasi (tujuan politik);

2). Meningkatkan pelayanan (efektifitas); (tujuan administratif) dan;

3) Meningkatkan daya saing/kesejahteraan. (tujuan ekonomi).

2.Pertemuan II : Kewenangan,

Evaluasi berkaitan dengan pertemuan I yaitu dasar hukum, pengertian, tujuan


dan asas otonomi daerah. Apa materi muatan Pasal 18, Pasal 18 A dan Pasal 18
B. Dilanjutkan dengan pengertian Otonomi Daerah dan Daerah Otonom.
Otonomi Daerah artinya Kebebasan atau kemandirian daerah otonom untuk
mengurus diri sendiri atas prakarsa atau inisiatif sendiri artinya tidak ada
intervensi dari pemerintahan yang lebih tinggti. Sedangkan daerah otonom
adalah kesatuan masyarakat hukum tertentu yang terdapat dalam
daerah/wilayah tertentu yang melaksanakan otonomi daerah.

Dilanjutkan dengan kewenangan materi ke II. Kewenangan berasal dari kata


Belanda bevodheid atau Inggris autority : artinya kekuasaan berbuat/bertindak
dalam ranah hukum publik. Jadi kekuasaan bertindak atau berbuat itu
merupakan hak daerah otonom untuk melaksanakan TUPOKSI dalam rangka
mensejahterahkan rakyat. (Konkritnya ada SKPD : Sekretriat, Dinas dan Badan).
Intinya ada perangkat daerah yang melaksanakan tugas tertentu secara mandiri
sesuai dengan TUPOKSI masing-masing. (Misalnya perhubungan, kehutanan,
kelautan, perikanan dll). Jadi kewenangan itu pasti hukum publik yaitu
kekuasaan (oleh Jhon Locke dan Montesqueu membagi tiga yaitu Yudikatif,
legislatif dan eksekutif). Pelaksanakaan kewenangan itu dalam kontesk hukum
publik harus berdasarkan dan bersumber dari HUKUM baik yang bersifat
atributif atau delegatif.

Kewenangan dalam rangka pelaksanakaan otonomi daerah yang utama adalah


atributif yaitu bersumber langsung dari peraturan perundangan (UUD/UU) yaitu
ada 6 : politik, pertahanan, keamanan, moneter/fiskal, agama, yustisi (hukum
dan Ham). Daerah otonom ada 32 kewenangan/urusan : Urusan wajib dan
urusan pilihan. (inilah yang nyata itu). Ditambah 7 urusan pemerintahan umum.
Jadi total 45 Urusan.

Dalam undang-undang ada tiga urusan yaitu : Urusan Absolut, Urusan konkuren
dan Utrusan pemerintahan umum (UUD Pasal 4 ayat 1 : Presiden memegang
kekuasaan pemerintah menurut UUD).
-Urusan Absolut wujud pelaksanaannya dengan asas dekonsentrasi, urusan
Konkuren dengan asas desentralisasi dan urusan umum dengan asas tugas
pembantuan.

-Urusan konkuren ada 2 yaitu wajib dan pilihan, yang wajib ada kategori
pelayanan dasar yaitu Pendidikan,Kesehatan,pekerjaan umum/penataan ruang,
perumahan rakyat/pemukiman, ketenteraman, ketertiban umum, perlindungan
Masyarakat, sosial.

Wajib bukan pelayanan dasar : tenaga kerja, pemberdayaan Perempuan,


pangan, pertanahan, lingkungan hidup, kependudukan, administrasi
pemerintahan, perhubungan, koperasi, kominfo, kepustakaan, kebudayaan,
statistik, pemuda olah raga.

Pilihan : kelautan, pariwisata, pertanian, kehutanan, pertambangan, energi,


perdangadangan, industri, transmigrasi.

-Urusan Umum : ada 7 : pembinaan wawasan kebangsaan, ketahanan nasional.


Persatuan dan kesatuan, penanganan konflik, koordinasi pelaksanaan
kebijakan pemerintah, pegembangan kehidupan demokrasi dan semua urusan
diluar desentralisasi.

3.Pertemuan ke III ;Hubungan antar pemerintahan;

-Berbicara hubungan antar pemerintahan dibagi dua yaitu hubungan yang


sifatnya vertikal (atasan bawahan) dan hubungan yang sifatnya horizontal
(sederajat).

-Hubungan vertikal dalam rangka ; penetapan kebijakan, pembinaan dan


pengawasan agar pelaksanaan pemerintahan efektif, efisien, tepat sasaran
(skala priorotas), tidak ada pemborosan/bocor (korupsi), dilakukan
profesionalis. sedangkan hubungan horizontal dalam rangka koordinasi dan
kerjasama, terutama kerana ada hal-hal yang merupakan kebutuhan bersama.-
Proses Pembangunan ada tiga kata kunci yaitu kewenangan-keuangan-
kesejahteraan dan Pembangunan itu meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban.

4. Pertemuan IV. Partisipasi dan Akuntabilitas.

-Membangun partisipasif : Tesis : Pembangunan tanpa partisipasi Masyarakat


akan berjalan lambat/ tidak baik, Pembangunan akan baik harus dengan
partisipasi Masyarakat. Mengapa :

-sebab

;manusia/ masyarakatlah titik sentral/pelaku utama Pembangunan itu;


-manusia/masyarakatlah yang paling tahu/identipikasi kebutuhan, sebagai
dasar penentu pembangunan

--Tiga pilar dalam good governance ; yaitu pemerintah, swasta dan Masyarakat.
(government, private sector, civil society) berperan dalam Pembangunan,
pradigma lama bahwa pemerintahlah satu-satunya penyelenggara
pemerintahan telah bergeser ke partisipasif, tranparan, akuntabel.

--Mendorong partisipasi Masyarakat : menyampaikan informasi, Masyarakat


aktif, pengambilan keputusan aktif.

--Mencakup : penyusunan Perda dan penentuan kebijakan, perencanaan,


pengangganran, pelaksanaan monev, pengelolaan asset, sumber daya alam,
pelayanan public.

--bentuk partisipasi Masyarakat : uang/harta benda, tenaga, ketrampilan dan


pengambilan keputusan.

--Akuntabilitas : vertikal dan horizontal.

(Prinsip dalam pelayanan public yang memberikan kepastian dan ketepatan


waktu pelayanan sesuai SOP.

Artinya : melaksanakan tugas dengan : jujur, cermat, displin dan integritas


tinggi).

5. Pertemuan ke V Peranan Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD).

Dalam ketentuan Umum UU Nomor 23 Tahun 2014 ditentukan bahwa Pemerintah


Daerah adalah Eksekutif dan DPRD. Mengapa harus ada DPRD itu, dari sisi
organisasi kekuasaan hal tersebut mutlak harus sebab itu lembaga fundamental
artinya harus ada. Sebagai wujud pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat
sebagai konsekwensi demokrasi tidak langsung atau perwakilan, sebab
rakyatlah yang berdaulat. Dalam UUD 1945 dibentuk melalui Pemilu Pasal 22 E
dan dalam Pasal 18 ada DPRD.

Berbicara tentang peranan DPRD dalam pelaksanaan pemerintah daerah,


idealnya DPRD tersebut yang merupakan cerminan dari rakyat atau sebagai
penjelmaan rakyat, dalam konsep kedaulatan sebagai pelaksana kedaulatan
rakyat maka DPR:RAKYAT. Artinya harus sama apa yang ada di DPRD dengan
RAKYAT. Peranan DPRD diibaratkan sebagai bendungan (boleh menampung
berbagai jenis air : limbah, selokan, hujan, air tanah,comberan dll) kemudian
dalam bendungan tersebut dikelola sehingga dapat mengahsilkan air juga yaitu
air minum, air sawah, air mandi, dll) artinya aspirasi rakyat ibaratnya seperti hal
tersebut.

Pada dasarnya DPRD mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi legislasi, fungsi
pengawasan dan fungsi anggaran. Dalam praktek pelaksanaan fungsi tersebut
umumnya belum maksimal sesuai harapan terutama fungsi legislasi masih
sangat rendah. Jadi tak salah pada zaman orde baru DPRD dicap sebagai tukang
stempel dari pemerintah sebab inisiatip pembuatan peraturan datangnya masih
didiminasi dari pemerintah.

Dalam pelaksaan fungsi tersebut DPRD mempunyai hak baik secara


institusional maupun secara individual; yaitu hak interplasi, hak angket, hak
menyatakan pendapat, hak keuangan, hak immunitas, hak m engajukan
rancangan, hak mendapat pelatihan, hak dipilih dan memilih, mengajukan pertanyaan
dll.

6.Pertemuan VI : Perkembangan Otonomi di Indonesia.

1. UU Nomor 1 Tahun 1945, Undang-undang Pertama setelah Proklamasi


Kemerdekaan Indonesia. Ada 3 yaitu : Keresidenan; Kabupaten, Kota.
2. UU Nomor 22 Tahun 1948 : Otonomi biasa dan Otonomi Istimewa. Dengan
tingkatan : Provinsi, Kabupaten/Kota, Desa/Kota Kecil.
3. UU Nomor 1 Tahun 1957;
4. UU Nomor 18 Tahun 1965. Prinsip : seluas-luasnya;
5. UU Nomor 5 Tahun 1974 : Prinsip : luas dan bertanggungjawab.
6. UU Nomor 22 Tahun 1999 : seluas-luasnya.
7. UU Nomor 32 Tahun 2004 ; seluas-luasnya
8. UU Nomor 23 Tahun 2014;
9. UU Nomor 2 Tahun 2015;
10. UU Nomor 9 Tahun 2015.

7.Pertemuan VII : Pemilihan Kepala Daerah.

-Mengapa harus ada Pemilukada : dasar hukum dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat 4.
Gubernur, Bupati dan Walikota dipilih secara demokratis;

-Pelaksana Pemilu;

-Kedaulatan Rakyat : Pemilukada;

-Model Pemilu;

8. Pertemuan VIII : Otonomi Khusus Papua;

-Mengapa Otonomi Khusus;

-Kewenangan Otsus;

-Kelembagaan;

-Pembiayaan;

-Selesai-

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai