Anda di halaman 1dari 11

SABTU, 27 MARET 2010

RADANG USUS BUNTU


Usus buntu dalam bahasa latin disebut
sebagai Appendix vermiformis, Organ ini
ditemukan pada manusia, mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil.
 Pada awalnya Organ ini dianggap
sebagai organ tambahan yang tidak
mempunyai fungsi, tetapi saat ini
diketahui bahwa fungsi apendiks adalah
sebagai organ imunologik dan secara aktif
berperan dalam sekresi immunoglobulin
(suatu kekebalan tubuh) dimana
memiliki/berisi kelenjar limfoid.
 Seperti organ-organ tubuh yang lain,
appendiks atau usus buntu ini dapat
mengalami kerusakan ataupun ganguan
serangan penyakit. Hal ini yang sering kali
kita kenal dengan nama Penyakit Radang
Usus Buntu (Appendicitis).
 Usus buntu merupakan penonjolan
kecil yang berbentuk seperti jari, yang
terdapat di usus besar, tepatnya di daerah
perbatasan dengan usus halus.
 Usus buntu mungkin memiliki beberapa
fungsi pertahanan tubuh, tapi bukan
merupakan organ yang penting.
 Usus buntu sering terjadi pada usia
antara 10-30 tahun.
Penyebab Penyakit Radang Usus Buntu
(Appendicitis)
 Penyakit radang usus buntu ini
umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri,
namun faktor pencetusnya ada beberapa
kemungkinan yang sampai sekarang
belum dapat diketahui secara pasti.
 Di antaranya faktor penyumbatan
(obstruksi) pada lapisan saluran (lumen)
appendiks oleh timbunan tinja/feces yang
keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran)
jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit,
benda asing dalam tubuh, cancer primer
dan striktur.
 Diantara beberapa faktor diatas, maka
yang paling sering ditemukan dan kuat
dugaannya sebagai penyabab adalah
faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan
hyperplasia jaringan limfoid.
 Penyumbatan atau pembesaran inilah
yang menjadi media bagi bakteri untuk
berkembang biak.
 Perlu diketahui bahwa dalam
tinja/feces manusia sangat mungkin sekali
telah tercemari oleh bakteri/kuman
Escherichia Coli, inilah yang sering kali
mengakibatkan infeksi yang berakibat
pada peradangan usus buntu.
 Makan cabai bersama bijinya atau
jambu klutuk beserta bijinya sering kali
tak tercerna dalam tinja dan menyelinap
kesaluran appendiks sebagai benda asing,
 Begitu pula terjadinya pengerasan
tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama
sangat mungkin ada bagiannya yang
terselip masuk kesaluran appendiks yang
pada akhirnya menjadi media
kuman/bakteri bersarang dan berkembang
biak sebagai infeksi yang menimbulkan
peradangan usus buntu tersebut.
 Seseorang yang mengalami penyakit
cacing (cacingan), apabila cacing yang
beternak didalam usus besar lalu tersasar
memasuki usus buntu maka dapat
menimbulkan penyakit radang usus buntu.

Gambaran Penyakit Radang Usus Buntu


(Appendicitis)
 Peradangan atau pembengkakaan yang
terjadi pada usus buntu menyebabkan
aliran cairan limfe dan darah tidak
sempurna pada usus buntu (appendiks)
akibat adanya tekanan
 Dengan adanya tekanan tersebut
akhirnya usus buntu mengalami kerusakan
dan terjadi pembusukan (gangren) karena
sudah tak mendapatkan makanan lagi.
 Pembusukan usus buntu ini
menghasilkan cairan bernanah, apabila
tidak segera ditangani maka akibatnya
usus buntu akan pecah (perforasi/robek)
dan nanah tersebut yang berisi bakteri
menyebar ke rongga perut.
 Dampaknya adalah infeksi yang
semakin meluas, yaitu infeksi dinding
rongga perut (Peritonitis).
Tanda dan Gejala Penyakit Radang Usus
Buntu

Penyakit Radang Usus Buntu akut


(mendadak).
 Pada kondisi ini gejala yang
ditimbulkan tubuh akan panas tinggi,
mual-muntah, nyeri perut kanan bawah,
buat berjalan jadi sakit sehingga agak
terbongkok, namun tidak semua orang
akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa
juga hanya bersifat meriang, atau mual-
muntah saja.
Penyakit Radang Usus Buntu kronik.
 Pada stadium ini gejala yang timbul
sedikit mirip dengan sakit maag dimana
terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah
sekitar pusar dan terkadang demam yang
hilang timbul.
 Seringkali disertai dengan rasa mual,
bahkan kadang muntah, kemudian nyeri
itu akan berpindah ke perut kanan bawah
dengan tanda-tanda yang khas pada
apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc
Burney (istilah kesehatannya).

 Penyebaran rasa nyeri akan


bergantung pada arah posisi/letak usus
buntu itu sendiri terhadap usus besar
 Apabila ujung usus buntu menyentuh
saluran kencing ureter, nyerinya akan
sama dengan sensasi nyeri kolik saluran
kemih, dan mungkin ada gangguan
berkemih.
 Bila posisi usus buntunya ke belakang,
rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk
dubur atau tusuk vagina.
 Pada posisi usus buntu yang lain, rasa
nyeri mungkin tidak spesifik begitu.

Pemeriksaan diagnosa Penyakit Radang


Usus Buntu
 Ada beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk
menentukan dan mendiagnosa adanya
penyakit radang usus buntu (Appendicitis)
oleh pasiennya.
Didiagnosa Penyakit Radang Usus Buntu
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan radiology ;
Pemeriksaan fisik.
 Pada appendicitis akut, dengan
pengamatan akan tampak adanya
pembengkakan (swelling) rongga perut
dimana dinding perut tampak mengencang
(distensi). Pada perabaan (palpasi)
didaerah perut kanan bawah, seringkali
bila ditekan akan terasa nyeri dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri
(Blumberg sign) yang mana merupakan
kunci dari diagnosis apendisitis akut.
 Dengan tindakan tungkai kanan dan
paha ditekuk kuat / tungkai di angkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut
semakin parah. Kecurigaan adanya
peradangan usus buntu semakin
bertambah bila pemeriksaan dubur dan
atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari
suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi
adanya radang usus buntu.
Pemeriksaan Laboratorium.
 Pada pemeriksaan laboratorium darah,
yang dapat ditemukan adalah kenaikan
dari sel darah putih (leukosit) hingga
sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi
peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami
perforasi (pecah).
Pemeriksaan radiologi.
 foto polos perut dapat memperlihatkan
adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini
jarang membantu dalam menegakkan
diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG)
cukup membantu dalam penegakkan
diagnosis apendisitis (71 – 97 %),
terutama untuk wanita hamil dan anak-
anak. Tingkat keakuratan yang paling
tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan
(93 – 98 %). Dengan CT scan dapat
terlihat jelas gambaran apendiks.
Penanganan dan Perawatan Penyakit
Radang Usus Buntu

 Bila diagnosis sudah pasti, maka


penatalaksanaan standar untuk penyakit
radang usus buntu (appendicitis) adalah
operasi. Pada kondisi dini apabila sudah
dapat langsung terdiagnosa kemungkinan
pemberian obat antibiotika dapat saja
dilakukan, namun demikian tingkat
kekambuhannya mencapai 35%.
 Pembedahan dapat dilakukan secara
terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi).
Setelah dilakukan pembedahan, harus
diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari.
Selanjutnya adalah perawatan luka operasi
yang harus terhindar dari kemungkinan
infeksi sekunder dari alat yang
terkontaminasi dll.

Anda mungkin juga menyukai