02
Pedoman Cara Peredaran Pangan
Olahan yang Baik (CPerPOB)
Sistem Manajemen Keamanan Pangan Olahan di Peredaran (SMKPO)
“sistem yang disusun dan PerBPOM Nomor 21 Tahun 2021 tentang
dikembangkan untuk Penerapan Sistem Jaminan Keamanan Dan Mutu
menjamin keamanan dan Pangan Olahan Di Sarana Peredaran
mutu pangan olahan melalui
pengawasan berbasis risiko
secara mandiri di sepanjang
rantai peredaran pangan
Add Text
Pengawasan berbasis risiko secara mandiri dilaksanakan dengan
mengedepankan komitmen dari Pelaku Usaha Pangan dalam Sertifikat Pemenuhan Komitmen SMKPO
menerapkan semua ketentuan peraturan perundangan-
undangan dan melakukan tinjauan ulang apabila dalam Sertifikat Pemenuhan Standar SMKPO
pelaksanaannya tidak memberikan hasil yang memuaskan. Cara Peredaran Pangan Olahan yang Baik
(CPerPOB)
Luas wilayah 1.916.862,20 km2
13.466 pulau
pasar potensial
34 Provinsi
bagi bisnis ritel
Jumlah penduduk sekitar 265 juta jiwa
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dalam penerapan pedoman CPerPOB agar dapat diterapkan oleh Pelaku Usaha
Pangan di Sarana Peredaran dan Pengelola Pasar secara konsisten dan berkelanjutan, mulai dari penerimaan,
penyimpanan, pemajangan, distribusi, pengangkutan, dan/atau penyaluran Pangan Olahan.
2. Mengarahkan Pelaku Usaha di Sarana Peredaran dan Pengelola Pasar agar dapat memenuhi berbagai
ketentuan dan persyaratan penerapan CPerPOB, meliputi:
a. Ketentuan Umum Cara yang Baik di Peredaran,
b. Ketentuan Penyimpanan di Gudang,
c. Ketentuan Transportasi dan Pengakutan, dan
d. Ketentuan Pemajangan.
3. Meningkatkan pemahaman Pelaku Usaha Pangan di Sarana Peredaran, Pengelola Pasar, konsumen, pengawas
pangan, serta para praktisi di bidang pangan mengenai penerapan Pedoman CPerPOB, sehingga konsumen
memperoleh pangan yang aman, bermutu dan bergizi sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundangundangan.
Sasaran Ruang Lingkup
Pedoman CPerPOB ini digunakan sebagai Ruang lingkup pedoman CPerPOB meliputi:
acuan dalam upaya menjamin keamanan, 1.Ketentuan Umum Cara yang Baik di Peredaran
mutu dan gizi pangan olahan bagi: a. Tanggung Jawab Manajemen;
a. Pelaku Usaha Pangan di Sarana b. Rencana Keamanan Pangan;
Peredaran, c. Sistem Manajemen Mutu;
b. Pengelola Pasar, d. Standar Bangunan dan Fasilitas;
c. konsumen, e. Ketentuan Penerimaan dan Penyimpanan;
d. pengawas pangan, f. Legalitas Sarana dan Produk;
e. penyuluh keamanan pangan, g. Pembersihan, Sanitasi, dan Pemeliharaan; dan
f. fasilitator pendamping UMKM, serta h. Personel.
g. para praktisi di bidang pangan
2.Ketentuan Transportasi dan Pengangkutan
3.Ketentuan Pemajangan.
PRODUKSI PRODUKSI PANGAN SEGAR
PENGOLAHAN PANGAN
PRA-PANEN PASCA -PANEN DIKONSUMSI BAHAN BAKU OLAHAN
LANGSUNG PENGOLAHAN
9
PENERAPAN CPerPOB
Aspek Penilaian
A. Tanggung
Jawab
Manajemen;
B. Rencana
H. Personel Keamanan
Pangan;
2. Ketentuan
G. 1. Ketentuan 3. Ketentuan
C. Sistem Transportasi
Pembersihan, Umum Cara
Sanitasi, dan yang Baik di
Manajemen dan Pemajangan
Mutu;
Pemeliharaan Peredaran Pengangkutan
F. Legalitas D. Standar
Sarana dan Bangunan dan
Produk Fasilitas;
E. Ketentuan
Penerimaan
dan
Penyimpanan
A. Tanggung Jawab Manajemen B. Rencana Keamanan Pangan
Pimpinan/manajemen Sarana Peredaran seharusnya Perusahaan/sarana seharusnya memiliki rencana
mempunyai: keamanan pangan untuk menganalisis bahaya
1. Komitmen dan wawasan tentang pengendalian keamanan keamanan pangan serta mengendalikan bahaya
pangan tersebut sehingga tidak mencemari produk.
2. Kebijakan Keamanan Pangan
3. Reviu Manajemen Sarana perlu membentuk:
4. Sistem Pelaporan Internal a. Tim/Penanggung Jawab Keamanan Pangan
5. Struktur Organisasi b. Lingkup Rencana Keamanan Pangan
6. Kehadiran Pimpinan/Manajemen c. Identifikasi Bahaya
d. Pengendalian bahaya
e. Monitoring dan Tindakan Koreksi
Untuk sarana peredaran skala UMK, pimpinan/manajemen f. Reviu Rencana Keamanan Pangan
minimal misalnya dapat menunjukkan kepedulian untuk
memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan legalitas
pangan olahan yang disimpan, didistribusikan dan/atau
dijual, pimpinan/manajemen minimal melakukan evaluasi Untuk sarana peredaran skala UMK, disarankan
terhadap pekerjaan yang dilakukan terkait keamanan, mutu, menerapkan rencana keamanan pangan, dalam hal ini
dan gizi pangan olahan. Whistle Blowing System (WBS) tidak untuk menganalisis bahaya keamanan pangan dan
wajib diterapkan. pengendalian bahaya.
C. Sistem Manajemen Mutu
Sarana memiliki manual mutu yang berisi ketentuan tertulis terkait seluruh
proses/aktivitas yang dilaksanakan di sarana dan diimplementasikan secara
konsisten.
Ketersediaan dokumen Sistem Manajemen Mutu berupa:
a. Manual mutu, dapat berupa panduan operasional gudang/ritel
b. Prosedur pengendalian dokumen
c. Sistem Audit Internal
d. Prosedur persetujuan/kontrak dengan pemasok pangan olahan, sarana,
dan/atau pemasok jasa. Penarikan produk kedaluwarsa
e. Spesifikasi pangan olahan dan spesifikasi penyimpanan
f. Prosedur ketertelusuran dan penarikan produk
g. Prosedur penanganan insiden
h. Prosedur penanganan komplain
i. Dokumentasi dan pencatatan
Untuk Sarana Peredaran skala UMK, disarankan memiliki area penerimaan yang spesifik.
Area (misal tempat parkir) yang secara khusus dikosongkan pada saat penerimaan dapat
dianggap sebagai memadai.
Area khusus yang dimaksud terlindung dari pengaruh cuaca (misal panas / hujan), dan
risiko pencemaran (misalnya area tidak berdebu dan jauh dari tempat sampah)
E. Ketentuan Penerimaan dan Penyimpanan
Pimpinan/manajemen seharusnya melakukan monitoring secara berkala pada prosedur
penerimaan dan penanganan produk sesuai sifat produk, yang efektif untuk menjamin
keamanan pangan yang diterima serta terdokumentasi.
❖Setelah batuk/bersin/merokok/makan
#TetapLakukan5M
Subsite Facebook Instagram
www.standarpangan.pom.go.id Standar Pangan BPOM standarpanganbpom