Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAKSI

Dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengeringkan tangan kita biasanya mengggunakan lap tangan
ataupun tisu. Hal ini dirasa kurang praktis, dan higienis. Bila menggunakan lap tangan
kehigienisannya tidak terjaga karena lap tangan sering terkontaminasi dengan banyak tangan.
sedangkan bila menggunakan tisu, kehigienisannya memang lebih terjamin dibandingkan dengan
menggunakan lap tangan. Tetapi kita memerlukan biaya yang lebih banyak karena tisu akan dibuang
dan cepat habis. Tujuan dari pembuatan laporan akhir ini adalah untuk Merancang dan membuat
alat pengering tangan otomatis menggunakan sensor infrared photodioda. Prinsip kerja peralatan
pengering tangan otomatis ini menggunakan sensor PIR dengan mengaplikasikan kendali on-off.
Kondisi on adalah kondisi ketika sensor PIR membaca adanya pergerakan objek. Sedangkan kondisi
off adalah kondisi ketika sensor tidak membaca adanya pergerakan objek lagi.
Sistem Pengering Tangan Otomatis Menggunakan Sensor Sinar infrared merupakan suatu peralatan yang
berfungsi untuk proses pengeringan tangan setelah mencuci tangan. Sistem ini bekerja secara otomatis
saat suatu benda dalam hal ini adalah tangan, menghalangi cahaya infrared yang dipancarkan menuju ke
permukaan rangkaian penerima berupa photodioda. Tujuan yang hendak dicapai adalah Merancang
sebuah sistem yang dapat mendeteksi suatu benda dan dikoordinasikan dengan bebarapa komponen yaitu
elemen pemanas dan motor kipas angin sehingga dapat digunakan dalam proses pengeringan. Manfaat
alat yang didapat dari perakitan alat ini adalah : Perancangan dan pembuatan alat ditujukan untuk
mendapat kenyamanan dalam pengeringan tangan setelah mencuci tangan, karena alat ini dapat bekerja
secara otomatis dan praktis. Desain pembuatan sistem pengering otomatis ini meliputi proses
perencanaan dan pembuatan alat, yaitu desain rangkaian masing-masing blok, meliputi rangkaian sensor,
pengendali motor, pengendali suhu, bagian pemanas, rangkaian catu daya dan pembuatan box alat.
Pengujian rangkaian meliputi pengujian pada rangkaian penerima sensor, yaitu untuk mengetahui tingkat
kepekaan photodioda saat terkena cahaya dan saat terhalang oleh objek. Pengukuran suhu dan waktu
yang digunakan pada saat proses pengeringan, menentukan laju perpindahan panas saat digunakan
dalam proses pengeringan dan pengukuran daya. Prinsip kerja dari alat ini adalah saat cahaya laser yang
dipancarkan ke permukaan LDR terhalang oleh tangan, maka rangkaian penerima akan mengaktifkan
rellay pada kondisi normaly close (NC), dan mengalirkan arus AC 220 volt menuju ke pengendali motor DC
dan pengendali suhu yang selanjutnya ke bagian pemanas. Motor DC berfungsi sebagai kipas angin yang
mengalirkan udara panas dari bagian pemanas menuju ke objek yang terkena sensor. Panas dan dan
putaran kipas dikendalikan menggunakan set point berupa saklar rotari, yaitu saat panas diperbesar maka
putaran motor kipas juga semakin besar yang akan berpengaruh terhadap waktu proses pengeringan.
Saran dari penelitian ini adalah dalam proses pengeringan, objek yang dikeringkan harus tepat mengenai
sinar laser agar alat dapat bekerja mengalirkan panas ke objek yang terkena sinar laser.

Pengertian dan Fungsi Transformator


Serta Prinsip Kerjanya
Oleh adminPada Januari 15, 2016 23584 views
★★★★★
Pengertian dan Fungsi Transformator Serta Prinsip Kerjanya – Transformator atau trafo
adalah komponen elektronika yang dapat memindahkan energi listrik dari dua rangkaian listrik
atau lebih melalui sistem induksi elektromagnetik. Selain itu trafo juga dapat didefinisikan
sebagai alat yang dapat mengubah taraf suatu tegangan bolak-balik atau tegangan AC ke taraf
yang lainnya.

Misalnya tegangan AC 220 volt diturunkan menjadi 10 volt. Atau juga bisa sebaliknya, tegangan
AC 110 volt dinaikkan menjadi 220 volt. Nah, itulah tadi gambaran sederhana mengenai apa itu
komponen elektronika yang bernama tranformator atau trafo. Pada kesempatan kali ini
belajarelektronika.net akan mengajak anda semua untuk melihat informasi lebih lanjut terkait
komponen trafo.

Pengertian Transformator
Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa transformator atau trafo merupakan sebuah komponen
elektronika atau alat yang digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan bolak-balik
atau tegangan AC melalui induksi elektromagnetik. Transformator memiliki peranan yang sangat
penting dalam pendistribusian listrik seperti yang dilakukan oleh PLN.

Kita dapat menemukan komponen transformator dengan mudah pada beberapa rangkaian
elektronika seperti rangkaian adaptor, dan rangkaian lainnya. Dalam rangkaian adaptor, trafo
berfungsi sebagai penurun tegangan AC sebelum tegangan tersebut dikonversi menjadi
tegangan searah atau tegangan DC oleh komponen dioda.

Fungsi Transformator
Pastinya anda semua sudah tahu bahwa fungsi dari transformator atau trafo ini adalah untuk
menaikkan dan menurunkan tegangan bolak-balik atau tegangan AC. Seperti yang telah
dikatakan tadi bahwa trafo juga memiliki peranan penting dalam pendistribusian listrik dari PLN
sampai ke rumah-rumah.

Prinsip Kerja Transformator


Berbicara soal prinsip kerja trafo sebenarnya tidaklah rumit. Trafo bekerja dengan menggunakan
prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan bolak-balik pada masukan yang membentang di
saluran primer menimbulkan sebuah fluks magnet, yang tersambung dengan lilitan sekunder.
Fluks ini menginduksi gaya gerak listrik atau GGL dalam sebuah lilitan sekunder.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa, jika efisiensi sempurna, maka semua daya yang
terdapat pada lilitan primer akan dilimpahkan menuju ke lilitan sekunder. Inti besi yang terdapat
pada trafo merupkan kumpulan lempengan besi berbentuk tipis yang diisolasi dan ditempel
berlapis-lapis untuk mempermudah jalannya fluks magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik pada
kumparan.

Pengertian dan Fungsi Fuse (Sekering) serta Cara Mengukurnya – Fuse atau dalam
bahasa Indonesia disebut dengan Sekering adalah komponen yang berfungsi
sebagai pengaman dalam Rangkaian Elektronika maupun perangkat listrik.
Fuse (Sekering) pada dasarnya terdiri dari sebuah kawat halus pendek yang
akan meleleh dan terputus jika dialiri oleh Arus Listrik yang berlebihan
ataupun terjadinya hubungan arus pendek (short circuit) dalam sebuah
peralatan listrik / Elektronika. Dengan putusnya Fuse (sekering) tersebut, Arus
listrik yang berlebihan tersebut tidak dapat masuk ke dalam Rangkaian
Elektronika sehingga tidak merusak komponen-komponen yang terdapat
dalam rangkaian Elektronika yang bersangkutan. Karena fungsinya yang
dapat melindungi peralatan listrik dan peralatan Elektronika dari kerusakan
akibat arus listrik yang berlebihan, Fuse atau sekering juga sering disebut
sebagai Pengaman Listrik.

Fuse (Sekering) terdiri dari 2 Terminal dan biasanya dipasang secara Seri
dengan Rangkaian Elektronika / Listrik yang akan dilindunginya sehingga
apabila Fuse (Sekering) tersebut terputus maka akan terjadi “Open Circuit”
yang memutuskan hubungan aliran listrik agar arus listrik tidak dapat
mengalir masuk ke dalam Rangkaian yang dilindunginya.

Berikut ini adalah Simbol Fuse (Sekering) dan posisi pemasangan Fuse secara
umum:
Bentuk Fuse (Sekering) yang paling sering ditemukan adalah berbentuk
tabung (silinder) dan Pisau (Blade Type). Fuse yang berbentuk tabung atau
silinder sering ditemukan di peralatan listrik Rumah Tangga sedangkan Fuse
yang berbentuk Pisau (blade) lebih sering digunakan di bidang Otomotif
(kendaraan bermotor).

Nilai Fuse biasanya tertera pada badan Fuse itu sendiri ataupun diukir pada
Terminal Fuse, nilai Fuse diantaranya terdiri dari Arus Listrik (dalam satuan
Ampere (A) ataupun miliAmpere (mA) dan Tegangan (dalam satuan Volt (V)
ataupun miliVolt (mV).

Dalam Rangkaian Eletronika maupun Listrik, Fuse atau Sekering ini sering
dilambangkan dengan huruf “F”.
Cara Mengukur Fuse (Sekering) dengan Multimeter
Digital
Pada umumnya Fuse memiliki bungkusan transparan yang terbuat dari Kaca
maupun Plastik sehingga kita dapat melihat langsung apakah Kawat halus
Fuse tersebut putus atau tidak. Tetapi ada juga jenis Fuse yang
bungkusannya menutupi Kawat halus di dalamnya sehingga kita sulit untuk
melihat isi daripada Fuse tersebut. Oleh karena itu, kita perlu mengukur Fuse
dengan Multimeter untuk mengetahui apakah Fuse tersebut masih baik atau
sudah terputus.

Berikut ini adalah cara untuk mengukur Fuse dengan menggunakan


Multimeter Digital :

1. Aturlah posisi Saklar Multimeter pada posisi Ohm (Ω)


2. Hubungkan Probe Multimeter pada masing-masing Terminal Fuse /
Sekering seperti pada gambar berikut ini. Fuse atau Sekering tidak
memiliki polaritas, jadi posisi Probe Merah dan Probe Hitam tidak
dipermasalahkan.
3. Pastikan nilai yang ditunjukan pada Display Multimeter adalah “0” Ohm.
Kondisi tersebut menandakan Fuse tersebut dalam kondisi baik (Short).
4. Jika Display Multimeter menunjukan “Tak Terhingga”, maka Fuse
tersebut dinyatakan telah putus atau terbakar.

Fuse yang sudah putus harus diganti dengan Fuse yang spesifikasinya yang
sama. Apabila Spesifikasi Fuse yang diganti tersebut berbeda, maka fungsi
Fuse yang sebagai pengaman ini tidak dapat berfungsi secara maksimal atau
tidak dapat melindungi Rangkaian / Peralatan Elektronika ataupun peralatan
listrik dengan baik.

Pengertian Dioda Bridge (Dioda Jembatan)


dan Prinsip Kerjanya – Dioda Bridge (Bridge Diode) atau
dalam bahasa Indonesia disebut dengan Dioda Jembatan adalah jenis dioda
yang berfungsi sebagai penyearah arus bolak-balik (Alternating Current/AC)
menjadi arus searah (Direct Current/DC). Dioda Bridge pada dasarnya
merupakan susunan dari empat buah Dioda yang dirangkai dalam konfigurasi
rangkaian jembatan (bridge) yang dikemas menjadi satu perangkat komponen
yang berkaki empat. Dua kaki Terminal dipergunakan sebagai Input untuk
tegangan/arus listrik AC (bolak balik) sedangkan dua kaki terminalnya lagi
adalah terminal Output yaitu Terminal Output Positif (+) dan Terminal Output
Negatif (-).

Konfigurasi rangkaian jembatan Bridge Diode ini dapat menghasilkan polaritas


atau arah yang sama pada Output dari kedua polaritas Input yang bolak-balik.
Tentunya, sama seperti dioda pada umumnya, Dioda Bridge juga terbuat dari
bahan semikonduktor. Dioda Bridge atau Dioda Jembatan ini biasanya
tersedia dalam bentuk Single In Line (SIL) dan Dual In Line (DIL).
Diode Bridge yang merupakan komponen untuk penyearah gelombang penuh
(full wave rectifier) ini adalah penyearah yang sering digunakan dalam rangkaian
Pencatu Daya (Power Supply) karena kinerjanya yang lebih baik dengan ukuran
yang lebih kecil dan juga biaya yang relatif murah dibanding dengan
penyearah gelombang penuh yang dihubungkan dengan transformator center
tap (trafo CT).

Fitur terpenting pada Dioda Bridge ini adalah memiliki polaritas output yang
sama meskipun polaritas Inputnya terbalik atau bolak balik. Rangkaian
Jembatan pada Dioda ini ditemukan oleh Karol Pollak yaitu seorang teknisi
elektro yang berasal dari Polandia. Temuan tersebut kemudian dipatenkan
pada tanggal 14 Januari 1896.

Gambar Bentuk dan Simbol Dioda Bridge


(Dioda Jembatan)

Prinsip Kerja Dioda Bridge (Bridge Diode)


Prinsip Kerja Dioda Bridge pada dasarnya sama dengan 4 buah dioda
penyearah biasa yang disusun dalam rangkaian jembatan. Cara kerjanya pun
sama dengan cara kerja Penyearah Gelombang Penuh (Full Wave Rectifier).
Seperti yang kita lihat pada gambar diatas, keempat Dioda yang diberi label
D1, D2, D3 dan D4 disusun secara “seri berpasangan” dengan hanya dua dioda
saja yang melewatkan arus satu sisi sinyal atau arus setengah siklus
gelombang (half cycle). Pada saat sisi sinyal positif (+) diberikan ke Input-1 dan
sinyal negatif (-) diberikan ke Input-2 Dioda bridge, rangkaian internal D1 dan
D2 akan berada dalam kondisi Forward Bias sehingga melewatkan sinyal
positif tersebut, sedangkan D3 dan D4 akan berada dalam kondisi Reverse
Bias yang menghambat sinyal sisi negatifnya (lihat gambar (a) diatas.

Kemudian pada saat sinyal berubah menjadi sinyal negatif (-) yang diberikan
ke Input-1 dan sinyal positif (+) ke Input-2 Dioda bridge maka D3 dan D4 akan
berubah juga menjadi kondisi Forward Bias yang melewatkan sedangkan D1
dan D2-nya menjadi reverse bias yang menghambat sinyal sisi negatif (lihat
gambar (b) diatas). Hasil dari Penyearah gelombang penuh adalah seperti
yang dapat kita lihat di gambar c diatas.

Teori Cara Kerja Ic Regulator 7812 Sensor Suhu Termistor June 24th 2019 | Sensor / Tranducer
Termistor atau tahanan thermal adalah komponen semikonduktor yang memiliki karakter sebagai
tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan (Neural
Network) June 23rd 2019 | Teori Elektronika Jaringan Syaraf Tiruan secara formal, didefinisikan
sebagai “generalisasi model matematika sistem syaraf biologis”. Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Pengertian Dan Jenis Transduser June 23rd 2019 | Sensor / Tranducer Transduser berasal dari kata
“traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Sehingga transduser dapat didefinisikan
sebagai suatu Oscilator Armstrong June 22nd 2019 | Rangkaian Oscilator Armstrong merupakan hasil
penerapan rangkaian tangki (tank circuit) kapasitor dan induktor LC. Rangkaian dasar dibuat dengan
Fungsi Dan Prinsip Kerja Pesawat Televisi (TV) June 22nd 2019 | Teori Elektronika Pesawat televisi
akan mengubah sinyal listrik yang di terima menjadi objek gambar utuh sesuai dengan objek yang
Filter Pasif June 21st 2019 | Teori Elektronika Filter dalam bidang elektronika adalah suatu rangkaian
yang berfungsi untuk mengambil/melewatkan tegangan output pada frekuensi tertentu yang Daerah
Saturasi Transistor June 21st 2019 | Komponen, Teori Elektronika Titik saturasi transistor adalah
daerah kerja transistor dimana arus kolektor mencapai nilai maksimum, yaitu arus kolektor ditentukan
Analisa Rangkaian R-L Seri June 20th 2019 | Teori Elektronika Rangkaian R-L seri, sifat rangkaian
seri dari sebuah resistor dan sebuah induktor yang dihubungkan dengan sumber tegangan

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/search/teori-cara-kerja-ic-regulator-7812


Copyright © Elektronika Dasar

IC Timer atau IC Pewaktu adalah jenis IC yang digunakan untuk berbagai


Rangkaian Elektronika yang memerlukan fungsi Pewaktu dan multivibrator
didalamnya. Beberapa rangkaian yang memerlukan IC Timer diantaranya
seperti Waveform Generator, Frequency Meter, Jam Digital, Counter dan lain
sebagainya. IC Timer atau IC Pewaktu yang paling populer saat ini adalah IC
555 yang dikembangkan oleh Hans R. Camenzind yang bekerja untuk Signetic
Corporation pada tahun 1970-an. Pada dasarnya, IC Timer 555 merupakan IC
Monolitik pewaktu yang menghasilkan Osilasi (Oscilation) dan Waktu
Penundaan (Delay Time) dengan keakuratan dan kestabilan tinggi.

 Kaki 1 (GND) : Terminal Ground atau Terminal Negatif sumber tegangan DC.
 Kaki 2 (TRIG) : Terminal Trigger (Pemicu), digunakan untuk memicu Output
menjadi “High”, kondisi High akan terjadi apabila level tegangan pada
kaki Trigger ini berubah dari High menuju ke <1/3Vcc (Lebih kecil dari
1/3Vcc).
 Kaki 3 (OUT) : Terminal Output (Keluaran) yang memiliki 2 keadaan yaitu
“Tinggi/HIgh” dan “Rendah/Low”.
 Kaki 4 (RESET) : Terminal Reset. Apabila kaki 4 digroundkan, Output IC akan
menjadi rendah dan menyebabkan perangkat ini menjadi OFF. Oleh
karena itu, untuk memastikan IC dalam kondisi ON, Kaki 4 biasanya
diberikan sinyal “High”.
 Kaki 5 (CONT) : Terminal Control Voltage (Pengatur Tegangan), memberikan
akses terhadap pembagi tegangan internal. Secara default, tegangan
yang ditentukan adalah 2/3 Vcc.
 Kaki 6 (THRES) : Terminal Threshold, digunakan untuk membuat Output
menjadi “Low”. Kondisi “Low” pada Output ini akan terjadi apabila Kaki
6 atau Kaki Threshold ini berubah dari Low menuju > 1/3Vcc (lebih
besar dari 1/3Vcc).
 Kaki 7 (DISCH) : Terminal Discharge. Pada saat Output “Low”, Impedansi kaki
7 adalah “Low”. Sedangkan pada saat Output “High”, Impedansi kaki 7
adalah “High”.
Kaki Discharge ini biasanya dihubungkan dengan Kapasitor yang
berfungsi sebagai penentu interval pewaktuan. Kapasitor akan mengisi
dan membuang muatan seiring dengan impedansi pada kaki 7. Waktu
pembuangan muatan inilah yang menentukan Interval Pewaktuan dari
IC555.
 Kaki 8 (Vcc) : Terminal Positif sumber tegangan DC (sekitar 4,5V atau
16V).
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai
Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika
ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor
yang tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur,
Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas
yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar dibawah ini menunjukan

Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.

Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat


diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau
dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya
menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang
melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper
tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga
dengan Thumbwheel Potentiometer.
3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan
harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk
memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB
dan jarang dilakukan pengaturannya.

Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer


Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang
membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan
terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang
dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif
(Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah
yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah Potensiometer.

Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran


Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).

Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat


digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear
Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).

Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan,
Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika
dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti
Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3. Sebagai Pembagi Tegangan
4. Aplikasi Switch TRIAC
5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
6. Sebagai Pengendali Level Sinyal

LED (Light Emitting Diode)

Light Emmiting Dioda atau lebih dikenal dengan sebutan LED adalah suatu semikonduktor
yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju.
Gejala ini termasuk bentuk elektroluminesensi. Warna yang dihasilkan bergantung pada
bahan semikonduktor yang dipakai, dan bisa juga dekat ultraviolet, tampak, atau inframerah.

Relay

Relay adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi untuk memutuskan atau
menghubungkan suatu rangkaian elektronika yang satu dengan rangkaian elektronika yang
lainnya atau merupakan jenis saklar elektromagnetik yang memiliki beberapa parameter
penting yaitu rating tegangan, tegangan operasi (maksimal dan minimal), tahanan gulungan,
tipe dan arus kontaknya. Pada dasarnya relay digunakan sebagai saklar yang pengendaliannya
dilakukan secara elektronik atau digunakan untuk menghubungkan atau memutus aliran arus
listrik yang dikontrol dengan memberikan tegangan dan arus tertentu pada koilnya. Cara
kerja relay yaitu saklar akan bekerja apabila pada gulungan dialiri tegangan nominal yang
dibutuhkan, sehingga terjadi daya induksi magnetik yang kemudian menggerakkan posisi
saklar. Saat arus listrik diputus maka logam akan kembali pada posisi semula (posisi ON atau
OFF). Pada dasarnya relay akan bekerja apabila arus mengalir melalui kumparan, inti besi
akan menjadi magnet dan akan menarik kontak-kontak relay. Kontakkontak dapat ditarik
apabila garis magnet dapat mengalahkan gaya pegas yang melawannya. Besarnya gaya
magnet ditetapkan oleh medan yang ada pada celah udara pada jangkar dan inti magnet, dan
banyaknya lilitan kumparan, kuat arus yang mengalir atau disebut dengan imperal lilitan dan
pelawan magnet yang berada pada sirkuit pemagnetan. Untuk memperbesar kuat medan
magnet dibentuk suatu sirkuit.

Sifat – sifat relay :

 Impedansi kumparan, biasanya impedansi ditentukan oleh tebal kawat yang


digunakan serta banyaknya lilitan. Biasanya impedansi berharga 1 – 50 KOhm guna
memperoleh daya hantar yang baik.
 Kuat arus yang digunakan untuk menggerakkan relay, biasanya arus ini diberikan oleh
pabrik. Relay dengan perlawanan kecil memerlukan arus 15besar sedangkan relay
dengan perlawanan besar memerlukan arus yang kecil.
 Tegangan yang diperlukan untuk menggerakkan relay.
 Daya yang diperlukan untuk mengoperasikan relay besarnya sama dengan nilai
tegangan dikalikan arus.

e. Banyaknya kontak-kontak jangkar dapat membuka dan menutup lebih dari satu kontak
sekaligus tergantung pada kontak dan jenis relaynya. Jarak antara kontak-kontak menentukan
besarnya tegangan maksimum yang diizinkan antara kontak tersebut.

Untuk menentukan jenis relay apa yang akan digunakan tergantung dari jenis aplikasi apa
yang akan dipakai. Karena relay bekerja dengan dialiri arus listrik dan dengan daya tertentu,
maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar P = I2 R (Watt).

Transistor

Transistor digunakan sebagai saklar dalam mengaktifkan relay. Fungsi utama transistor adalah
sebagai penguat (amplifier). Transistor mempunyai tiga kaki elektroda, yaitu : basis, kolektor, emitor
(base, collector and emitter). Pada prinsipnya transistor dibentuk dari bahan semikonduktor tipe P
dan tipe N [5]. Pada dasarnya ada dua tipe yaitu PNP dan NPN, prinsip kerja kedua tipe tersebut
sama, hanya perbedaan dalam pemberian bias pada transistor tersebut. Jika tipe NPN pemberian
bias pada kaki basis dengan nilai tegangan positif (+), 16jika tipe PNP kebalikannya pemberian bias
pada kaki basis dengan nilai tegangan negatif (-). Transistor yang digunakan sebagai penguat
(amplifier), bekerja pada daerah antara cut-off dan saturasi yang dibagi menjadi beberapa kelas
penguatan (kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas AB). Jika digunakan sebagai sakelar (switch), transistor
bekerja pada kondisi cut-off dan saturasi. Arus masukan transistor adalah arus basis yang
membangkitkan arus kolektor yang lebih besar. Jika arus basisnya cukup besar, maka pengemudian
akan sudah mencukupi untuk membangkitkan arus kolektor. Transistor akan dapat mengalirkan arus
diantara kolektor dan emitor bila pada basis transistor tersebut diberikan tegangan yang cukup
untuk mengemudikan transistor tersebut (minimal 0,3 Volt untuk transistor germanium dan 0,7 Volt
untuk transistor silicon).

Hair dryer

Hair dryer atau pengering rambut merupakan salah satu perangkat elektronika yang mempunyai
kegunaan utama sebagai pengering (dryer). Hair dryer menggunakan kipas elektrik untuk
menyalurkan udara panas yang melewati coil pemanas seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8. Pada
saat udara melintasi coil pemanas tersebut, udara menjadi panas. Ketika udara panas tersebut
mengenai rambut yang basah, maka akan membantu mengeringkan rambut tersebut. Hair 22dryer
menggunakan motor elektrik dan heating coil untuk mengubah energi listrik menjadi energi panas .

Komponen utama penyusun sebuah hair dryer adalah :

1. Motor Merupakan penggerak blower (exhaust fan)


2. Blower Merupakan alat untuk mengalirkan udara untuk diteruskan melewati heating
element sehingga menjadi udara panas
3. Heating Element (resistor) Merupakan penghasil panas (filamen pemanas)
4. Saklar pemilih kecepatan putar motor, terdapat 3 saklar :
a. Saklar Kondisi 1
b. Saklar Kondisi 2
c. Saklar Kondisi 3 : kondisi off

1 BAB I PENDAHULUAN
Di berbagai tempat sering dijumpai wastafel atau tempat untuk mencuci tangan. Bersama dengan
wastafel itu sendiri biasanya diletakkan juga lap untuk mengeringkan tangan/ membersihkan tangan.
Merupakan contoh yang sederhana memang, tetapi akan menjadi masalah jika terlalu banyak
pemakai yang menggunakan lap tersebut maka tangan tidak akan kering dengan sempurna. Dari
contoh yang sederhana itu, maka dibutuhkan suatu alat pengganti lap yang prinsip kerjanya
mengalirkan udara panas untuk mengeringkan tangan. Alat ini menggunakan sensor LDR (Light
Dependent Resistor) serta timer mikrokontroler AT89S51. Pengering tangan ini akan bekerja jika ada
tangan pengguna diantara sensor LDR dan LED. Alat ini menggunakan prinsip kerja dengan sensor
LDR untuk mendeteksi intensitas cahaya LED. Output dari rangkaian sensor ini yang akan bekerja
untuk menjadi masukan bagi rangkaian timer mikrokontroler. Pada rangkaian mikrokontroler, akan
menjalankan program timer 10 detik. Kemudian output dari rangkaian mikrokontroler ini akan
memicu rangkaian relay driver, serta mengaktifkan filamen pemanas untuk bekerja selama 10 detik.
Pada tugas akhir ini, pengering tangan otomatis ini telah berhasil dibuat. Alat ini mampu bekerja
dengan baik untuk mengeringkan tangan selama waktu yang ditentukan yakni 10 detik dalam satu
kali siklus kerja.

Latar Belakang Hand dryer (pengering tangan) adalah alat yang digunakan untuk mengeringkan
tangan sesudah mencuci tangan. Hand dryer bekerja dangan mengalirkan udara panas yang
dihasilkan oleh element panas dangan menggunakan blower. Pemanfaatan hand dryer banyak
digunakan di mall, restoran, hotel, dan rumah sakit. Keutamaan dari alat pengering tangan ini adalah
tingkat kehigienisannya. Hand dryer pada umumnya hanya berfungsi sebagai pengering tangan saja.
Hal ini menjadi tidak efektif apabila digunakan oleh dokter dan para tenaga medis atau orang yang
terlibat dalam perawatan pasien yang ada dirumah sakit karena, menurut dr Delly Chipta Lestari,
Sp.M.K., (2015) staf Departemen Mikrobiologi FKUI RSCM (Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), ada beberapa faktor penyebab tertularnya infeksi, di
antaranya banyaknya mikroorganisme yang menyebar yang dibawa tiap-tiap pasien. Penularan
infeksi bisa dilakukan oleh staf tenaga medis pada pasien, pasien dengan pasien, dan pasien dengan
pengunjung. Tangan merupakan perantara yang paling sering dijumpai dalam penularan patogen
atau penyakit dari perawatan kesehatan. Oleh karena itu, perlu adanya alat pengering tangan yang
dilengkapi sistem penyeterilan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas penulis tertarik
untuk membuat alat yang terdiri dari dryer yang dilengkapi dengan lampu UV steril dan cairan sabun
otomatis agar dapat mengeringkan dan mensterilkan bakteri atau kuman yang ada pada tangan,
sehingga penulis mencoba merancang dan membuat alat “HAND DRYER DILENGKAPI DENGAN UV
STERIL DAN POMPA CAIRAN SABUN OTOMATIS”

Sistem Pengering Tangan Otomatis Menggunakan Sensor Sinar Laser


merupakan suatu peralatan yang berfungsi untuk proses pengeringan tangan
setelah mencuci tangan. Sistem ini bekerja secara otomatis saat suatu benda dalam
hal ini adalah tangan, menghalangi cahaya laser yang dipancarkan menuju ke
permukaan rangkaian penerima berupa resistor peka cahaya atau LDR. Dalam
proses pengeringan, sistem pengering ini dilengkapi dengan saklar pemilih untuk
pemilihan panas yang diinginkan yang digunakan untuk mempercepat atau
memperlambat proses pengeringan.
Tujuan yang hendak dicapai adalah Merancang sebuah sistem yang dapat
mendeteksi suatu benda dan dikoordinasikan dengan bebarapa komponen yaitu
elemen pemanas dan motor kipas angin sehingga dapat digunakan dalam proses
pengeringan. Manfaat alat yang didapat dari perakitan alat ini adalah :
Perancangan dan pembuatan alat ditujukan untuk mendapat kenyamanan dalam
pengeringan tangan setelah mencuci tangan, karena alat ini dapat bekerja secara
otomatis dan praktis.
Desain pembuatan sistem pengering otomatis ini meliputi proses
perencanaan dan pembuatan alat, yaitu desain rangkaian masing-masing blok,
meliputi rangkaian sensor, pengendali motor, pengendali suhu, bagian pemanas,
rangkaian catu daya dan pembuatan box alat. Pengujian rangkaian meliputi
pengujian pada rangkaian penerima sensor, yaitu untuk mengetahui tingkat
kepekaan LDR saat terkena cahaya dan saat terhalang oleh tangan. Pengukuran
suhu dan waktu yang digunakan pada saat proses pengeringan, menentukan laju
perpindahan panas saat digunakan dalam proses pengeringan dan pengukuran
daya.
Prinsip kerja dari alat ini adalah saat cahaya laser yang dipancarkan ke
permukaan LDR terhalang oleh tangan, maka rangkaian penerima akan
mengaktifkan rellay pada kondisi normaly close (NC), dan mengalirkan arus AC
220 volt menuju ke pengendali motor DC dan pengendali suhu yang selanjutnya
ke bagian pemanas. Motor DC berfungsi sebagai kipas angin yang mengalirkan
udara panas dari bagian pemanas menuju ke objek yang terkena sensor. Panas dan
dan putaran kipas dikendalikan menggunakan set point berupa saklar rotari, yaitu
saat panas diperbesar maka putaran motor kipas juga semakin besar yang akan
berpengaruh terhadap waktu proses pengeringan.
Saran dari penelitian ini adalah dalam proses pengeringan, objek yang
dikeringkan harus tepat mengenai sinar laser agar alat dapat bekerja mengalirkan
panas ke objek yang terkena sinar laser.

Batasan Masalah

 Alat akan bekerja jika terdapat objek (tangan) yang menghalangi pada sensor.
 Menggunakan dryer sebagai pengering.
 Menggunakan sensor infrared.
 Menggunakan sistem modul.

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dan batasan masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
Dapatkah sensor infrared mendeteksi apabila terdapat objek (tangan) ?

Tujuan
Tujuan Umum Membuat alat pengering tangan otomatis bagi dokter atau para tenaga medis adalah
sebagai pengganti lap tangan setelah dicuci.

 Membuat rangkaian untuk sensor yang akan di halangi objek (tangan).

Manfaat

 Dapat menambah wawasan di bidang kesehatan khususnya alat pengering tangan dilengkapi
dengan lampu UV steril dan pompa cairan sabun otomatis.
 Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu dan teknologi selanjutnya.
 Dengan adanya alat hand dryer dilengkapi dengan lampu UV steril dan pompa cairan sabun
otomatis ini dapat digunakan oleh perawat maupun dokter untuk melakukan pengeringan
tangan sekaligus mensterilkan tangan yang terdapat kuman atau bakteri sebelum dan
setelah melakukan perawatan medis.

Anda mungkin juga menyukai