Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS ILMU KONSERVASI GIGI

Restorasi Indirek Pasca Perawatan Pulp Capping

Disusun oleh: Gita Aulia Andini


Pembimbing: Badi Soerachmann., drg., Sp. KG

ABSTRAK
Pendahuluan Pulpitis merupakan inflmasi pada pulpa, menjaga dan mempertahankan vitalitas pulpa
gigi, agar kehilangan gigi dapat dihindari dapat dilakukan melalui perawatan pulp capping. Laporan
Kasus Wanita berusia 38 tahun datang ke RSGMP Unjani dengan keluhan gigi kanan belakang
bawah terasa berlubang, pemeriksaan intra oral didapatkan gigi 47 mengalami karies dentin yang
mendekati pulpa dan kerusakan gigi melibatkan cups bagian distobukal sehingga disimpulkan
perawatan yang akan di lakukan adalah menjaga vitalitas gigi dengan perawatan pulp capping dengan
follow up restorasi indirek pada gigi 47.

Kata kunci :Karies, pulp capping, restorasi indirek

PENDAHULUAN
Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas
hidup. Salah satu kesehatan mulut adalah kesehatan gigi. Kesehatan gigi menjadi hal yang
penting, salah satu gangguan kesehatan gigi adalah karies gigi (penyakit pulpa) yang dapat
mengakibatkan pasien mengalami kehilangan daya kunyah dan terganggunya pencernaan 1,2.
Prevalensi karies (penyakit pulpa) di Indonesia tergolong masih tinggi. Menurut Profil Data
Kesehatan Indonesia tahun 2010, penyakit pulpa dan periapeks menduduki urutan ke-7
penyakit rawat jalan, di rumah sakit di Indonesia.3
Penyakit pulpa gigi yang banyak terjadi adalah pulpitis. Pulpitis merupakan suatu proses
inflamasi pada jaringan pulpa akibat larutnya mineral pada permukaan gigi, dan apabila tidak
dirawat dapat menyebabkan kematian pulpa. Secara klinis pulpitis dibagi menjadi pulpitis
reversibel dan pulpitis irreversibel.2,4
Pulpitis reversibel merupakan inflmasi pada pulpa jika inflamasi dihilangkan, pulpa akan
kembali normal. Apabila pulpitis reversibel dibiarkan dan tidak ditangani, inflamasi
berkembang menjadi pulpitis irreversibel hingga nekrosis pulpa. 5 Seorang dokter gigi harus
mampu menjaga dan mempertahankan vitalitas pulpa gigi, agar kehilangan gigi dapat
dihindari. Pada saat dokter gigi menemukan karies yang dalam dan mendekati pulpa maka
perlu dilakukan perawatan pulp capping. Biomaterial Pulp capping adalah kalsium hidroksida
sebagai prosedur efektif untuk menginduksi jaringan pulpa.6
Restorasi indirek merupakan restorasi yang dibuat diluar rongga mulut pasien yang
nantinya akan ditempel menggunakan luting semen ke permukaan gigi. Restorasi indirek
dapat dibedakan menjadi beberapa kategori yaitu restorasi intrakoronal (contoh: inlay, cast
post intraradikular), restorasi ekstra koronal (contoh: mahkota penuh atau sebagian, veneer),
restorasi yang menutupi sebagian atau seluruh permukaan gigi untuk membentuk kembali
sesuai dengan bentuk awal gigi (contoh : cups inlay, onlay).7
Laporan kasus ini akan membahas perawatan pulp capping dengan follow up restorasi
indirek gigi 47 pada pasien wanita berusia 38 tahun yang datang ke RSGM Unjani pada bulan
2018.

LAPORAN KASUS
Seorang wanita berusia 38 tahun datang dengan keluhan gigi kanan belakang bawah
berlubang. Keluhan tersebut dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, gigi awalnya
berlubang kecil namun lama kelamaan lubang menjadi semakin membesar sehingga makanan
sering terselip pada daerah tersebut. Tidak ada keluhan nyeri spontan namun pasien merasa
terganggu saat adanya rasa ngilu ketika makan/minum dingin dan keluhan menghilang saat
rangsangan dihilangkan. Keadaan gigi tersebut pada saat pertama kali datang ke RSGM
adalah lubang besar pada gigi hingga melibatkan cups bagian distobukal. (Gambar 1).
Kunjungan pertama pada tanggal awal September 2018 dilakukan Oral Hygiene Instructions
(OHI) dan dilakukan foto ronsen periapikal menunjukan karies pada gigi 47 mendekati pulpa
(Gambar 2).

Gambar 1. Gambaran karies pada gigi 47 Gambar 2. Radiografi gigi 47


Kunjungan berikutnya pada 24 September 2018 pasien dijelaskan mengenai kebutuhan
mempertahankan gigi dan menyetujui untuk dilakukan perawatan pulp capping dengan
follow up restorasi indirek. Dilakukan perawatan pulp capping dengan mengaplikasikan
kalsium hiroksida pada permukaan gigi yang mendekati pulpa (Gambar 3), setelah itu
dilakukan penambalan sementara menggunakan GIC. (Gambar 4).

Gambar 3. Aplikasi Kalsium Hidroksida pada Gambar 4. Tambalan sementara


gigi 47 menggunakan GIC pada gigi 47

Dilakukan kontrol pulp Capping seminggu setelahnya, dan ditanyakan menyenai keluhan,
pemeriksaan vitalitas, perkusi/tekan, mobiliti. Dan didapatkan hasil tidak adanya keluhan,
vitalitas gigi positif, perkusi/tekan negatif dan tidak adanya kegoyangan pada gigi tersebut.
Pertemuan selanjutnya dilakukan preparasi untuk restorasi indirek pada gigi 47 dan
dikonfrimasi keadaan preparasi gigi menggunakan xantigen untuk memastikan tidak adanya
undercut, alas rata dan dinding tegak lurus pada preparasi gigi 47 (Gambar 5). Kemudian
dilakukan pencetakan gigi untuk memperoleh model kerja.
Setelah model kerja siap, dilakukan pembuatan restorasi indirek pada model tersebut
menggunakan resin komposit dan setelah membentuk gigi 47 kemudian melakukan lightcure
pada resin komposit. (Gambar 6) Selanjutnya dilakukan pengecekan antara rahang atas dan
rahang bawah agar tidak terjadi traumatik oklusi.
Setelah restorasi selesai, dilakukan try in pada pasien dan dilakukan pengecekan restorasi
menggunakan kertas artikulasi. Pengurangan pada restorasi sampai tidak adanya bagian yang
tebal pada gigi dan dilakukan sementing menggunakan semen resin (Gambar 7).
a b
Gambar 5. Keadaan gigi setelah dilakukan preparasi. A. Gigi setelah di preparasi. B.
Mengkonfirmasi keadaan preparasi menggunakan xantigen

Gambar 6. Pembuatan restorasi indirek pada model kerja

Kunjungan berikutnya dilakukan kontrol pada restorasi indirek dan dilakukan


pemeriksaan terhadap gigi. Ditanyakan kembali mengenai keluhan, dan keadaan restorasi
gigi. Pasien tidak mengeluhkan gigi nya dan restorasi masih dalam keadaan baik.

a b c

Gambar 7. A. Kondisi restorasi saat dilakukan try in pada gigi 47. B. Isolasi gigi sebelum dilakukan
penempelan gigi. C. Kondisi gigi setelah dilakuan sementing restorasi
DISKUSI
Salah satu metode perawatan inflamasi pulpa pada pulpitis reversibel dalam menghadapi
suatu lesi karies yang dalam, beberapa ahli menganjurkan tindakan pulp capping. Pulp
capping merupakan suatu prosedur mempertahankan vitalitas gigi yang kemudian
diaplikasikan semen zinc oxide eugenol atau kalsium hidroksida di atas sisa dentin yang tipis
untuk menekan invasi bakteri. Terdapat dua jenis pulp capping yaitu pulp capping indirek dan
pulp capping direk.5,7
Perawatan pulp capping indirek adalah tindakan pemeliharaan pulpa gigi yang masih
menyisakan selapis tipis dentin diatas pulpa, kemudian diberi bahan pelindung. Indikasi pulp
capping indirekt yaitu (1) gigi masih vital dengan selapis tipis dentin, (2) tidak ada keluhan
nyeri spontan, (3) pada gigi sulung/dewasa muda yang kaya dengan suplay darah dan daya
tahan tubuh tinggi. Kontraindikasi pulp capping indirek yaitu (1) gigi vital dengan pulpa
meradang, (2) terdapat pistula, (3) gigi goyang patologis, (4) terdapat resobsi akar
internal/eksternal, (5) kalsifikasi pulpa.9
Perawatan pulp capping direk adalah tindakan pemeliharaan pulpa gigi yang terbuka
dengan pemberian bahan pelindung. Indikasi pulp capping direk adalah terbukanya pulpa
akibat preparasi < 2mm dan tidak adanya inflamsi pulpa irreversibel akibat trauma < 24 jam. 9
Syarat bahan pulp capping yaitu biokompatibel yang dapat diterima oleh tubuh, dapat
merangsang pembentukan dentin reparatif, dapat mempertahankan vitalitas pulpa, bersifat
bakterisidal dan bakteriostatik, tahan terhadap tekanan selama penempatan restoasi, steril,
tidak mengandung toksik yang mampu berdifusi dan dapat diserap kedalam sistem sirkulasi
tubuh yang mengakibatkan toksik.8,9

Bahan pulp capping :


a). Zinc Oxide Eugenol
ZEO telah digunankan dalam bidang kedokteran gigi sebagai basis, liners, semen dan
bahan restoratif. Namun digunakan untuk bahan pulp capping masih dipertanyakan akibat
melepaskan eugenol dalam konsentrasi yang sitotoksik. 10 Selain itu penelitian menunjukan
terjadinya inflamasi kronis setelah aplikasi ZOE dan tidak lagi digunakan akibat
menyebabkan resobsi interna dantingkat kesuksesannya hanya 55-57%l.5
b). Kalsium Hidroksida
Dalam bidang kedokteran gigi kalsium hidroksida merupakan bahan pelindung pulpa
karena kemampuannya dalam penyembuhan jaringan. Kalsium hidroksida memiliki sifat
yang sangat basa sehingga sebagai antibakteri yang tinggi dan berperan penting dalam inisiasi
proses remineralisasi. Ion hidroksida bekerja dengan mendenaturasi protein dan
menghidrolisis lemak lipopolisakarida (LPS) seperti pirogenitas, toksisitas, dan makrofag dan
komplemen sehingga dinding sel rusak dan mengakibatkan kematian bakteri. 11 Peningkatan
ion OH- menjadikan rendahnya kemungkinan bakteri untuk hidup, sedangkan Ca 2+ dari
kalsium hidroksida memiliki kemampuan merangsang pembentukan jembatan dentin (dentin
reparatif) melalui rangsangan odontoblas yang akan tampak pada radiografi setelah 6 minggu.
c). Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Merupakan bahan bahan yang banyak digunkana untuk perawatan klinis di bidang
kedokteran gigi anak, MTA biasa digunakan sebagai perawatan apeksifikasi dan
apeksogenesis pada gigi permanen muda, pulpotomi gigi desidu, dan pulp capping gigi
permanen. Komposisi MTA terdiri dari tricalcium silicate, dicalcium silicate, tricalcium
aluminate, tetracalcium aluminoferrite, calcium sulphate dan bismuth oxide. Bahan MTA
memiliki kandungan bioaktif yang dapat menstimulasi pelepasan bakteri dalam pulpa. MTA
memiliki sifat hidropilik yang bisa mengeras dalam waktu 3-4 jam dan saat digunakan harus
dicampur dengan air steril agar dapat melekat dengan baik pada pulpa selain itu MTA juga
memiliki kemampuan memperbaiki perforasi pada furkasi di saluran akar dan mampu
mengurangi kontaminasi bakteri juga dapat membentuk dentinal bridge lebih cepat dari
kalsium hidroksida yang akan tampak dalam 1 minggu.12

Proses pembentukan dentin reparatif


Lapisan kalsium hidroksida dapat menstimulasi pembentukan jembatan dentin (dentin
reparatif) kemudian ditutupi menggunakan glass ionomer atau resin modified glass ionomer
sebelum akhirnya ditutupi oleh restorasi gigi pada kasus pulp capping. Pembentukan dentin
reparatif terjadi pada hari ke 60 dan terus berlanjut dihari berikutnya (Hargreaves & Goodis,
2002).
Dentin reparatif merupakan matriks dentin tersier yang disekresikan sel odontoblas like
cell yang berasal dari sel mesenkim yang belom terdiferensiasi, merupakan respon tubuh
terhadap stimulus yang kuat. Perbaikan dentin dihubungkan dengan meningkatnya
vaskularisasi dan inisiasi respon innate imun pada area tersebut. Hal ini dihubungkan dengan
kemampuan sel pulpa melakukan sekresi growth factor, yang memulai stimulus diferensiasi
sel dan neovaskularisasi.
Terdapat tiga tahap dentinogenensis reparatif (1) recruitment sel progenitor, (2) signalling
diferensiasi odontoblas like cell, dan (3) regulasi sekresi matriks oleh sel. Sel mesenkim yang
belum terdiferensiasi berada dalam cell rich zone yang berdekatan dengan odontoblas layer
yang merupakan sel progenitor. Sel ini yang pertama kali membelah kertika terjadi cidera.
Sel tersebut dapat menjadi fibroblas atau odontoblas, selama peradangan, sel-sel tersebut
dapat berdiferensiasi menjadi magrofag atau sel resobsi.8

Restorasi indirect :
Restorasi indirek merupakan restorasi yang dibuat diluar rongga mulut pasien, preparasi
yang dibutuhkan untuk restorasi ini didisain untuk menyediakan ketebalan yang adekuat
untuk material restoratif. Indikasi restorasi indirek diantanya (1) gigi dengaan kavitas yang
besar (2) struktur gigi yang tersisa beresiko patah (3) mengembalikan struktur gigi yang rusak
paarah atau aus, sedangkaan konra indikasi restorasi indirek diatanya (1) pasien dengan
resiko karies yaang tinggi (2) pasien dengan usia muda (3) dan restorasi dengan kavitas
kecil9.
Restorasi indirek memiliki beberapa tahapan saat dilakukan preparasi diantanya, preparasi
bagian oklusal gigi dengan dinding kavitas dibuat tegak lurus dan sedikit konvergen ke arah
oklusal kira-kira 5-10o dengan kedalaman kurang lebih 2mm cavo surface line angel di bevel
serta tidak memiliki undercut (Gambar 8).

Gambar 8. Keadaan gigi setelah di preparasi

SIMPULAN
Proses inflamasi pada jaringan pulpa akibat larutnya mineral pada permukaan gigi, apabila
tidak dirawat dapat menyebabkan kematian pulpa. Namun hal tersebut dapat dihindari
melalui perawatan pulp capping yang berfungsi menjaga vitalitas gigi akibat karies yang telah
mendekati pulpa. Karies yang luas pada permukaan labial gigi anterior merupakan hal yang
dapat mengganggu penampilan sehingga diperlukan bahan tambal yang dapat menunjang
estetika dengan menyamakan warna tambalan gigi dengan gigi yang lainnya menggunakan
restorasi indirek.

Anda mungkin juga menyukai