Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Keong sawah (Pila ampullaceal ) adalah sejenis siput air tawar dan mudah dijumpai di
sawah, parit, serta danau. Bentuknya menyerupai keong mas atau siput murbai tetapi memilki
cangkang hijau pekat sampai hitam. Sebagaimana anggota Ampullariidae ia mempunyai
orperculum, semacam penutup atau pelindung tubuhnya yang lunak ketika menyembunyikan diri
di dalam cangkangnya.1
Klasifikasi keong sawah (Pila ampullacea) :
Kingdom : Animalia
Filum : Molusca
Kelas : Gastropoda
Super Famili : Ampullarioidea
Famili : Ampullariidae
Ordo : Ampullariini
Genus : Pila
Spesies : Pila ampullacea (Linnaeus, 1758)
Hewan ini dikenal dengan nama tutut (Jawa Barat), kuwl (Lampung), kuwul (Bali) serta
rengga (Minahasa). Di beberapa daerah tersebut keong sawah diolah menjadi makanan sesuai
kekhasan daerah masing-masing.2
Keong sawah dewasa berukuran panjang 22-26 mm dan berat 10-20 gram per ekornya.
Siklus hidupkeong sawah hanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Setiap keong sawah
betina dewasa mampu menghasilkan 300-500 butir setiap kali berkembangbiak. Susunana
telurnya bergerombol, bertumpukan, bewarna merah jambu, dan menempel pada kayu, tepi
pematang atau tepi kolam. Hal itulah yang menyebabakan pertumbuhan keong sawah menjadi
pesat hingga berpotensi sebagai hama tanaman terlebih bila musim penghujan.3
Diperkirakan keong mengandung 15% protein, 2.4% lemak dan sekitar 80% air. Inilah yang
membuat keong menjadi makanan alternatif kesehatan. Selain itu keong juga kaya kandungan
essential fatty acids seperti linoleic acids danlinolenic acids. Sebuah studi menyebutkan bahwa
75% lemak di tubuh keong adalah unsaturated fatty acids. Artinya lemak yang baik dan
dibutuhkan tubuh. Anonim. 7 Mei 2010. Keong Sawah yang Kecil yang Nikmat.
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2010/05/07/keong-sawah-yang-kecil-yang-nikmat/

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Keong Sawah

Nutrisi Jumlah
Protein Kasar 51,8 %
Lemak Kasar 13,61 %
Serat Kasar 6,09 %
Kadar Abu 24 %
Energi Metabolis 2094,98 Kkal/kg*

Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak USU (2007)(*)


Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2007)

Menurut Depkes RI, 1999 , pengertian KEP (Kurang Energi Protein) merupakan keadaan
kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein pada makanana sehari-hari
atau disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan
gizi. Kejadian KEP pada Balita di Kelurahan Pancoran Mas Depok Tahun 2009. Edwin Saputra
Suyadi, FKM UI 2009 http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126104-S-5830-Kejadian KEP-
Literatur.pdf Kurang Energi Protein (KEP) menjadi salah satu permasalah gizi di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Diperkuat dengan pendapat Supriasa, dkk, 2002 mengenai
prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) di Indonesia yang masih lebih tinggi di antara negara-
negara di Asia Tenggara lainnya. Berdasarkan data Depkes RI (2004), pada tahun 2003 terdapat
sekitar 5 juta anak (27,5%) kurang gizi. 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5
juta anak gizi buruk (8,3%). Sedangkan berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas
Kesehatan Kota Semarang tahun 2006, kasus gizi kurang dan kasus gizi buruk di wilayah
Tlogosari Wetan Pedurungan Semarang mencapai 22,28 %.
Berdasarkan latar belakang diatas, pemanfaatan keong sawah sebagai sumber protein
sangat potensial terutama sebagai alternatif asupan makanan penderita Kurang Energi Protein
(KEP) karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Selama ini keong sawah hanya sebatas
diolah menjadi masakan dengan citarasa daerah tertentu ataupun dijadikan sate keong.
Kebanyakan masyarakat umum masih asing dengan makanan yang berbahan dasar keong. Untuk
itu inovasi pengolahan keong sangat dibutuhkan , salah satunya peneliti melakukan inovasi
dengan dibuat abon. Bentuk keong semula yang oleh sebagian masyarakat dianggap menjijikan
dengan diolah menjadi abon maka akan lebih menarik terutama bagi balita yang bernotabene
memiliki resiko tinggi menderita Kurang Energi Protein (KEP).
Tujuan dari penelitian ini adalah unutk menganalisis pengaruh pemberian abon keong
terhadap peningkatan berat badan balita secara umum selain itu juga memberikan asupan abon
keong pada balita, mengukur pertumbuhan balita yang mengkonsumsi abon keong dan mengukur
berat badan serta LILA balita sebelum dan sesudah mengkonsumsi abon keong secara
khususnya.

METODE
Kerangka Konsep

Konsumsi Abon Keong


Variabel Bebas Variabel Terikat

Status Berat Badan dan LILA Status Berat Badan dan LILA
Balita Sebelum Pemberian Balita Setelah Pemberian Abon
Abon Keong Keong

Konsumsi makanan harian


Variabel perancu
(karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral)

Variabel Perancu

Dalam penelitian ini akan dilihat efektifitas abon keong terhadap peningkatan berat
badan dan penambahan LILA balita. Penelitian ini menggunakan desain quasi
eksperimental dengan rancangan perlakuan ulang atau sering disebut dengan one group pre
and posttest design, ialah rancangan penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok
subyek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada
subyek. Perbedaan kedua hasil pengukuran tersebut dianggap sebagai efek perlakuan
(Pratiknya, 2010). Rancangan One Group Pretest ± Postest Design menggunakan satu
kelompok subyek. Pertama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka
waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk ke dua kalinya, (Suryabrata,
2003, h.101).
Penelitian diawali dengan percobaan pembuatan abon keong lalu dilakukan uji hedonik.
Kemudian dilakukan pengukuran pre-test (berat badan dan LILA) dan dilanjutkan dengan
pemberian abon keong setiap 2 hari sekali sebanyak 50 gram dengan jumlah balita 20 orang.
Setelah berjalan sebanyak 8 kali tersisa 1 balita. Pada balita tersebut dilakukan pengukuran akhir
(post test).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut jadwal penelitian yang kami buat, seharusnya kami dapat melaksanakan
penelitian ini selama 1 bulan, dengan tenggang waktu pemberian abon keong selama 2 hari
sekali. Akan tetapi, karena dalam masa penelitian ada beberapa balita yang keluar dan
keterbatasan dalam mendapatkan keong, maka kami hanya dapat melakukan penelitian ini
selama 2 minggu, dengan jumlah 1 orang yang masih tersisa. Setelah itu kami melakukan
pengukuran LILA, berat badan, dan tinggi badan.
Kami melakukan pengukuran setelah pemberian abon keong terhadap BB/TB/LILA
balita yang paling lama bertahan untuk mengikuti penelitian ini. Hasil akhirnya adalah tidak
ada perubahan berat badan pada balita.
Namun, ini merupakan hasil dari setengah proses penelitian yang seharusnya dilakukan
selama 1 bulan (15 kali pemberian). Karena proses penelitian yang hanya berjalan setengah
bulan (8 kali pemberian). Hal itu merupakan salah satu penyebab atas tidak adanya
perubahan BB/TB/LILA pada balita.
Kendala yang kami dapatkan dalam melakukan penelitian ini diantaranya yaitu balita
cenderung bosan terhadap abon keong karena pemberian abon keong yang diberikan selama
2 hari sekali berturut-turut. Bahan penelitian yang berupa keong sulit didapat di pasaran
karena penelitian yang dilakukan pada musim kemarau sehingga jadwal pemberian abon
keong mundur dari jadwal semula.
Pembuatan laporan dilakukan setelah semua tahap terselesaikan sehingga hasil yang
diperoleh dari penelitian abon keong terhadap kenaikan berat badan balita dapat dijelaskan
secara rinci sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan.

SIMPULAN
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa inovasi pengolahan keong sawah menjadi
abon bisa menjadi salah satu langkah diversifikasi pangan. Selain itu karena kandungan
protein yang cukup tinggi pada keong sawah bisa menjadikan keong sebagai bahan
makananan sumber protein dan dapat menjadi asupan makanan dalam kasus Kurang Energi
Protein (KEP). Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian kami ternyata tidak terjadi
perubahan baik dari berat badan dan LILA balita yang menjadi responden. Hal itu
disebabkan kurang efektifnya pemberian yang semula direncanakan setiap hari selama 3
bulan hanya berjalan selama 2 hari sekali selama 1 bulan. Banyak faktor yang menjadi
kendala yaitu balita mulai bosan hingga sulitnya mendapat keongkarena penelitian
dilakukan pada bulan kemarau.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Kesehatan
Diponegoro Undip yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian
mengenai efektifitas abon keong terhadap penderita Kurang Energi Protein (KEP), kepada
Dosen Pembimbing, seluruh responden dan segenap pihak yang telah membantu dalam
proses penelitian hingga penyusunan laporan akhir.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Keong Sawah, [online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Keong_sawah (Diunduh
tanggal 14 Juni 2012)
Hidayat, Atep Afia.2010. Keong racun, Keong Sawah dan Keong Emas.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/09/antara-keong-racun-keong-sawah-dan-keong-emas/
(Diunduh tanggal 14 Juni 2012).
Adnan Muchsin (0708785), Nunung Haerani (0708802), Ratna Fitriana (0708797), Sri Ika
Yanuarti(0708807), Ni Wayan Putu Meikapasa (0708792) Ahmad Bayadhi (070878). 2010.
http://www.scribd.com/doc/42090798/juRnaL-keong-sawah
Muchsin Adnan, dkk. 2010. Kepadatan Keong Pila ampullacea di Areal Persawahan Pondok
Hijau.

Anda mungkin juga menyukai