Anda di halaman 1dari 17

RESUME

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC)


ORIENTASI ASN PPPK 2024

Disusun oleh :

NAMA : SARIP HIDAYAT, S.Pd

NIP : 199209012023211002

UNIT KERJA : SDN MARGAJAYA KEC. TANJUNGSARI


SUMEDANG

P E M E R I N TA H K A B U PAT E N S U M E D A N G
DINAS PENDIDIKAN
2024
RESUME MASSIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC)
PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK)
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2024

NAMA : SARIP HIDAYAT, S.Pd


NIP PPPK : 199209022023211003
JABATAN : AHLI PERTAMA-GURU PENJASORKES
UNIT KERJA : SDN MARGAJAYA KEC. TANJUNGSARI
PERANGKAT DAERAH : DINAS PENDIDIKAN
GELOMBANG : IV (EMPAT)
ANGKATAN : XXIII (DUA PULUH TIGA)

MATERI KEBIJAKAN
1. Sambutan Kepala LAN RI
Melalui MOOC, Kepala LAN RI Dr. Adi Suryanto, M.Si menyampaikan
bahwa ASN dipersiapkan guna menghadapi era baru Indonesia Emas 2045,
dimana kita dihadapkan dengan era revolusi industri 4.0 dan berbagai
tantangan global. Salah satunya dengan cara membentuk sumber daya ASN
yang kompeten, professional, sebagai atur strategis dalam pelayanan publik
dan birokrasi.

2. Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN


Dr. Muhammad Taufiq, DEA menyampaikan bahwa sebagai ASN yang
unggul serta mendukung daya saing bangsa, ASN diharuskan untuk menguasai
core value (Ber-AKHLAK) dan literasi digital yang disebut dengan SMART
ASN.

3. Manajemen Penyelenggaraan PPPK


Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm menyampaikan tentang penyelenggaraan
orientasi PPPK salah satunya dilaksanakan secara MOOC yang mana peserta
dituntut belajar secara mandiri. Materi Pembelajaran dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu: (1) sikap perilaku bela negara, (2) nilai-nilai core value ASN, dan (3)
Kedudukan ASN.
AGENDA 1
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara


a. Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang dilandasi jati diri
bangsa dan kesadaran terhadap sistem nasional untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta untuk mencapai masyarakat
yang aman, adil, makmur dan sejahtera. Berdasarkan sejarah pergerakan
indonesia, pendiri bangsa selalu mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan kelompok. Sejarah pergerakan diawali dengan Kebangkitan
Nasional pada tanggal 20 Mei 1908 yang dilatarbelakangi terbentuknya
organisasi Boedi Oetomo. Kemudian disusul dengan terbentuknya resolusi
baru yang menjadi dasar dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Hingga akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 dibacakan teks Proklamasi
sebagai pertanda Indonesia telah merdeka dan berdaulat.

Terdapat 4 konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara, yaitu:


(1) Pancasila: seluruh warga negara wajib memahami, meyakini, dan
melaksanakan kebenaran nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan;
(2) UUD 1945
(3) Bhinneka Tunggal Ika
(4) NKRI
Bendera negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara
Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri
bangsa dan identitas NKRI.

b. Nilai-Nilai Bela Negara


Bela negara merupakan sikap warga negara dalam menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa yang didasari rasa cinta agar
terhindar dari berbagai ancaman. ASN membantu mewujudkan tujuan nasional
melalui penerapan sikap dan perilaku kesadaran bela negara. Sejarah Bela
Negara dilatarbelakangi adanya Agresi Militer Belanda II yang membuat
Yogyakarta jatuh ketangan Belanda. Kemudian Pemerintahan Darurat RI
dibentuk, dipimpin oleh Mr. Syarifudin dengan kabinet darurat. Pembentukan
PDRI tersebut merupakan bentuk bela negara untuk mempertahankan
kehidupan berbangsan dan bernegara.
Terdapat berbagai ancaman yang dapat membahayakan tatanan negara.
Sebab itu dibutuhkan sinergitas antar kementerian dan Lembaga Negara
dengan keterpaduan yang mengutamakan pola kerja lintas sektoral dan
menghindarkan ego sektoral. Kesadaran bela negara perlu ditumbuhkan agar
potensi ancaman tidak menjelma menjadi ancaman.
Berikut aktualisasi nilai dasar bela negara bagi ASN menurut Undang-
Undang No. 23 Tahun 2019 Pasal 7 Ayat (3) yaitu:
1.) Cinta tanah air
2.) Sadar berbangsa dan bernegara
3.) Setia pada pancasila sebagai ideologi negara
4.) Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5.) Memiliki kemampuan awal Bela Negara.

c. Sistem Administrasi NKRI


Kebijakan publik dalam format keputusan dan/atau tindakan administrasi
pemerintahan (SANKRI) berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 mewadahi
peran ASN-UU No. 5 Th 2014.
Perspektif sejarah negara indonesia dimulail pada awal masa kemerdekaan
dimana UUD 1945 belum maksimal dan masi terbatas, kemudia pada tahun
1949 terbentuk negara serikat sehingga UUD 1945 terhambat bahkan terputus.
Indonesia menjadi negara serikat dengan konstitusi RIS sebagai UUD.
Administrasi negara yang tidak tampak dalam menegakkan negara karena
banyak diwarnai pertentangan politik khususnya tentang bentuk negara,
sehingga pada tahun 1950 kembali ke UUDS. Namun tetap saja kembali tidak
berhasil, hingga pada akhirnya pada tanggal 5 Juli diberlakukan UUD 1945
melalui Dekrit Presiden.
Makna kesatuan dalam sistem penyelenggaraan negara dilatarbelakangi
oleh peristiwa Sumpah Pemuda yang membentuk kesatuan kejiwaan bangsa
Indonesia. Adanya Deklarasi Juanda tentang penegasan batas kedaulatan
membuat ide kesatuan semakinjelas dan nyata. Kesatuan psikologis, politis,
dan geografis telah membentuk “ke-Indonesia-an” yang utuh. Melalui
persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa
gotong royong, musyawarah dan lain sebagainya.
Prinsip persatuan dan kesatuan bangsa terdiri dari (1) Bhinneka Tunggal
Ika, (2) Nasionalisme Indonesia, (3) kebebasan yang bertanggung jawab, (4)
wawasan nusantara, serta (5) persatuan pembangungan untuk mewujudkan
cita-cita reformasi.
Sikap mencintai bangsa sendiri atau nasionalisme diterapkan dengan
mengembangkan persamaan diantara suku-suku yang ada, mengembangkan
sikap toleransi, serta perasaan senasib dan sepenanggungan. Sedangkan hal
yang perlu dihindari yaitu: sukuisme, chauvinisme, ekstrimisme, dan
provinsialisme. Kebijakan publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan
Administrasi Pemerintahan memuat perubahan penting sebagai berikut:
• Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan
• Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk diskresi
• Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam
menjalankan tugasnya
Peran ASN Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara yaitu sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas
3. Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI

2. Analisis Isu Kontemporer


a. Perubahan Lingkungan Strategis
Perubahan merupakan sesuatu yang berbeda, namun perbedaan yang
diharapkan adalah perbedaan menuju arah yang lebih baik untuk memuliakan
manusia. Perubahan lingkungan strategis dipengaruhi oleh individu, keluarga,
masyarakat, nasional, dan global. Modal yang diperlukan untuk menghadapi
adanya perubahan adalah:
• Intelektual, semakin luas pengetahuan maka semakin mudah untuk
beradaptasi dan siap menghadapi segala sesuatu.
• Emosional, dengan kecerdasan emosi maka akan dapat melaksanakan tugas
dengan sukses
• Sosial, kemampuan membangun jaringan kerja yang lebih akrab
• Ketabahan, modal sukses dalam pribadi/kelompok adalah ketabahan
• Etika/moral, kemampuan membedakan benar dan salah
• Kesehatan, segala modal akan didukung oleh kekuatan fisik/jasmani.

Perubahan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui sesuatu pokok persoalan
yang terjadi pada masa sekarang atau menjadi trending topic pada saat ini jadi solusi
penyelesaiannya harus sesuai dengan masa sekarang yaitu masa modern.
Isu – isu strategis Kontemporer
Empat level Isu Kritikal Kemampuan Teknik
Lingkungan Strategis Menetapkan Isu Analisis Isu
Strategi
1. Individu 1. Isu saat ini 1. Environmental Teknik
(Individual) 2. Isu Scanning Tapisan isu
2. Keluarga Berkembang 2. Problem Terdiri dari:
(Family) 3. Isu potensial Solving APKL dan
3. Masyarakat 3. Analysis USG
(Community/ Teknik
Culture, Society Analisis Isu
4. Dunia (Global) Terdiri dari:
Mind map,
fishbone,
SWOT, Tabel,
Frequensi dan
analisis
kesenjangan
b. Isu-isu Strategis Kontemporer
1) Korupsi
Penyebab
• faktor individu (tamak, moral lemah, dan gaya hidup konsumtif)
• faktor lingkungan: Sikap masyarakat yang menghargai kekayaan tanpa
tahu asalnya, tidak sadar menjadi korban, terbiasa terlibat praktik korupsi
tanpa sadar, kultur.

Dampak
Korupsi dapat menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Negara yang kaya namun pemimpin korup akan
menyebabkan kemiskinan dan kematian sehingga muncul ketidak percayaan
kepada pemerintah.
Pencegahan
Membangun sikap anti korupsi dilakukan dengan cara bersikap jujur,
menhindari perilaku merugikan, menghindari konflik dalam hubungan kerja,
serta melaporkan tindakan korupsi pada penegak hukum.

2) Narkoba
Penggolongan
 Narkotika
Gol I : morfin, heroin, petidin, ganja, kokain;
Gol II : morfin & petidin;
Gol III : kodein
 Psikotropika
Gol I : ekstasi,lsd;
Gol II : amfetamin, shabu dll;
Gol III : pentrobarbital, fluniticzep;
Gol IV : diazepam, bromazepam, fenobarbital, dll.
 Zat adiktif
Alkohol, inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut), serta
tembakau
Tindak Pidana
Tindak pidana narkotika adalah kejahatan induk dan tidak berdiri sendiri,
biasanya diikuti oleh kejahatan lainnya seperti terorisme, pencucian uang,
korupsi dll. BNN RI bertugas untuk memberantas kejahatan narkoba.
Kesadaran Anti Narkoba
BNN terus meningkatkan intensitas dan ekstensitas upaya penyelamatan
bangsa dari penyalahgunaan narkotika melalui Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)
yang melibatkan semua komponen.
3) Terorisme dan Radikalisme
Terorisme dan radikalisme perlu dipahami oleh setiap warga karena
berpotensi menimbulkan perpecahan sebuah negara dan mengancam
kesejahteraan serta keamanan. Hal tersebut disebabkan oleh keyakinan
dimana mereka rela melakukan tindakan kekerasan pada dirinya dan
keluarganya bahkan orang lain yang tidak dikenal. Berikut potensi-potensi
terorisme:
• Terorisme yang dilakukan negara lain di daerah perbatasan.
• Terorisme yang dilakukan warga yang tidak puas dengan kebijakan
negara.
• Terorisme yang dilakukan oleh organisasi dengan ideologi tertentu
• Terorisme yang dilakukan kapitalis
Penanggulangan terorisme dapat dilakukan melalui pendekatan keras dan
pendekatan lunak. Pendekatan keras melibatkan berbagai elemen penegakan
hukum, yaitu satuan anti-teror di Kepolisian dan TNI. Peran serta
masyarakat untuk membangun kesadaran antiterorisme, diantaranya yaitu:
• Menanamkan pemahaman kalau terorisme merugikan
• Menciptakan kolaborasi untuk mencegah tersebarnya pemahaman
ideologi ekstrim
• Mendeteksi dini potensi radikal dan teror
• Memahami teknik deteksi dini serangan terorisme
• Penanaman bahaya terorisme ditingkat sekolah

4) Money Laundring
Pencucian uang merupakan kejahatan upaya menyembunyikan asal usul
uang hasil tindak kejahatan agar terlihat bersih/sah. Biasanya dilakukan oleh
pelaku korupsi, penyuapan, terorisme, narkotika, prostitusi, kejahatan
perbankan, penyelundupan, perdagangan manusia, dll. Beberapa hal yang
menyebabkan adanya money laundring adalah: (1) kurangnya koordinasi
antar instansi pemerintah, (2) penegakkan hukum yang tidak efektif, (3)
minim pengawasan, (4) pengawasan yang tidak efektif, (5) keterbatasan
kerjasama dengan pihak internasional. Dampak negatif dari pencucian uang,
diantaranya yaitu :
• Merongrong sektor swasta yang sah
• Merongrong integritas pasar-pasar keuangan
• Hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi
• Timbul distorsi dan ketidakstabilan ekonomi
• Hlangnnya pendapatan negara dari hasil pajak
• Merusak reputasi
• Menimbulkan biaya sosial yang tinggi
5) Proxy War
Proxy war merupakan konflik antar negara dimana mereka tidak terlibat
secara langsung dalam peperangan, karena melibatkan “proxy” atau kaki
tangan. Di Indonesia telah terjadi perang proksi seperti Gerakan saparatis,
investasi besar-besaran, menyebarkan black campign, dll. Upaya dalam
membangun kesadaran Anti-Proxy adalah dengan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila.

6) Kejahatan Mass Communication


Kejahatan melalui komunikasi masa dapat terjadi karena melibatkan
pengguna, dan publik luas yang mungkin terdampak. Beberapa kasus yang
dapat terjadi yaitu:
• Pencemaran nama baik
• Penistaan agama/ keyakinan tertentu
• Penghinaan pada etnis tertentu
Jenis kejahatan yang paling sering terjadi pada konteks komunikasi
massa adalah cyber crime, hate speech, dan hoax.

c. Teknik Analisis Isu


Teknik analisis isu dapat dilakukan dengan melakukan analisis
menggunakan mind mapping, fishbone diagram, analisis SWOT, tabel
frekuensi, analisis kesenjangan atau gap analysis.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


a. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan bela negara merupakan keadaan siap siaga yang dimiliki
seseorang dalam menghadapi situasi kerja yang beragam dengan hati ikhlas
dan sadar membela negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Contohnya
yaitu:
• Menciptakan suasana rukun, damai, harmonis
• Membentuk keluarga sadar hukum
• Meningkatkan iman dan takwa
• Membayar pajak tepat waktu

b. Kemampuan Awal Bela Negara


Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai wujud seseorang memiliki
kemampuan awal bela negara, yaitu:
1) Kesehatan Jasmani dan Mental
Kemampuan tubuh untuk melaksanakan tugas dengan baik terhadap
kedaaan lingkungan dapat dipengaruhi oleh aktivitas fisik seperti kegiatan
sehari-hari dan pola hidup sehat. Sedangkan kesehatan mental berkaitan
dengan pikiran dan emosi manusia. Kita perlu mempunyai kendali diri yang
baik yaitu dengan memelihara kesehatan otak yang dibangun melalui
kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual.
2) Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental
Kesiapsiagaan jasmani merupakan kesanggupan seseorang untuk
melaksanakan tugas dengan baik dan efisien. Melatih kesiapsiagaan jasmani
memiliki manfaat untuk postur tubuh yang baik, ketahanan atas pekerjaan
berat serta memiliki ketangkasan yang tinggi. Bentuk latihan kesiapsiagaan
jasmani yang dapat dilakukan diantaranya lari 12 menit, pull up, sit up, push
up, shuttle run, lari 2,4 km dan berenang. Supaya selalu terjaga maka perlu
makan makanan yang bergizi dengan porsi cukup, istirahat cukup, banyak
olahraga, penuhi kebutuhan air mineral, dan jangan menunda buang air kecil.
Kecerdasan emosional adalah gabungan dari semua emosional dan
kemampuan sosial untuk menghadapi seluruh aspek kehidupan. Melatih
kecerdasan emosional dilakukan dengan beberapa cara berikut:
• Kenali emosi yang Anda rasakan
• Minta pendapat orang lain
• Mengamati setiap perubahan emosi dan mood Anda
• Menulis jurnal atau buku harian
• Berpikir sebelum bertindak
• Gali akar permasalahannya
• Berintrospeksi saat menerima kritik
• Memahami tubuh Anda sendiri
• Terus melatih kebiasaan tersebut.
3) Etika, Etiket dan Moral
a. Etika adalah sikap yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan
seseorang secara sadar untuk mentaati semua peraturan yang berlaku.
b. Etiket merupakan bentuk aturan tertulis/tidak tertulis mengenai aturan
tata krama, sopan santun, dan tata pergaulan yang baik dan dapat
diterima satu sama lain.
c. moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
4) Kearifan lokal
Kearifan lokal merupakan hasil pemikiran yang didapat manusia
ditempat ia tinggal dengan lingkungan alam sekitar untuk mendapat kebaikan.
Kearifan lokal dapat berbentuk ucapan, cara, langkah kerja, bahan dan
perlengkapan atau juga bisa karya terbarukan. Dengan menjaga dan
melestarikan kearifan lokal artinya kita telah melakukan modal untuk
melakukan bela negara.

c. Rencana aksi bela negara


Aksi bela negara diartikan sebagai sinergi warga negara dalam mengatasi
segala macam Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan (AGHT)
dengan berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa. Aksi bela negara dilaksanakan
oleh seluruh masyarakat sesuai dengan kapasitas, tugas dan fungsinya masing-
masing

d. Kegiatan kesiapsiagaan bela negara


• Peraturan baris berbaris: bertujuan untuk mewujudkan didsiplin yang prima
agar dapat menunjang pelayanan yang prima, membentuk sikap disiplin, dan
kesetiakawanan.
• Tata tempat: aturan urutan tempat bagi pejabat negara.
• Tata upacara: pembinaan kedisiplinan
• Pelaksanaan kegiatan apel: untuk mengetahui kehadirandan kondisi personil

AGENDA 2
NILAI-NILAI DASAR ASN
1. Berorientasi Pelayanan
a. Konsep Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara atas barang dan jasa yang disediakan penyelenggara
pelayanan publik.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks
ASN, yaitu:
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders atau sektor privat,
3) kepuasan yang diberikan atau diterima oleh penerima layanan. ASN harus
berkomitmen memberikan pelayanan

b. Berorientasi Pelayanan
Citra positif ASN sebagai pelayan publik tampak saat melayani dengan
senyum, sapa, salam, berpenampilan rapih, melayani dengan cepat dan tepat,
melayani dengan memberikan kemudahan, melayani dengan kemampuan,
keinginan, dan tekad memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan tidak
berhenti sampai kebutuhan masyarakat terpenuhi namun harus selalu
ditingkatkan serta diperbaiki agar mutu pelayanan lebih maksimal.

2. Akuntabel
Pada konteks ASN Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban setiap
tindakan sebagai pelayan publik kepada atasan atau publik. Berikut aspek –
aspek akuntabilitas:
• Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
• Akuntabilitas berorientasi pada hasil
• Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
• Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
Akuntabilitas memiliki 3 fungsi yaitu: untuk menyediakan kontrol
demokratis, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta
meningkatkan efisiensi dan efektifitas. Terdapat 5 tingkatan pada akuntabilitas
yaitu, personal, individu, kelompok, organisasi, stakeholder.
Amanah seorang ASN menurut Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah
menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
• Kemampuan menggunakan kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi
Agar terwujud organisasi sektor yang akuntabel, maka harus mengandung
dimensi: akuntabilitas, kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas
program, akuntabilitas kebijakan. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2)
transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5) keadilan, 6)
kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi.

3. Kompeten
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
dalam melaksanakan tugas jabatan. Sesuai Permen PANRB No 38 Tahun 2017
tentang standar Kompetensi ASN meliputi: kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosio kultural.
Terkait dengan perwujudan kompetensi ASN dapat diperhatikan dalam Surat
Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam poin 4, disebutkan
bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten antara lain:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah
b. Membantu orang lain belajar
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Perilaku kompeten ini sebagaimana dalam poin 5 Surat Edaran Menteri
PANRB menjadi bagian dasar penguatan budaya kerja di instansi pemerintah
untuk mendukung pencapaian kinerja individu dan tujuan organisasi/instansi.

4. Harmonis
Harmonis adalah ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta. Suasana
harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuat kita secara individu tenang,
menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja
sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada
pelanggan. Sikap perilaku yang menunjukkan sikap harmonis, diantaranya:
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan.

5. Loyal
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Loyal dimaknai
bahwa ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor
yang akan memengaruhinya. Beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan
oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan.
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama.
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap
ASN di instansi tempatnya bertugas, terdiri dari:
• Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang
sah;
• Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
• Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi,
kontribusi, nasionalisme, dan pengabdian.

6. Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi
dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk
hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan
keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti
di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab,
unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN
sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan
yang bercirikan ancaman VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan
Ambiguity). Johansen (2012) mengusulkan kerangka kerja yang dapat
digunakan untuk menanggapi ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime,
yaitu Vision, Understanding, Clarity, Agility. Johansen menyarankan pemimpin
organisasi melakukan hal berikut Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi
uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan
hadapi ambiguity dengan agility.
7. Kolaboratif
Dapat berkolaborasi dengan berbagai unsur baik dalam organisasi maupun
luar organisasi. Salah satu pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor
disebut WoG (Whole of Govermnent).
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang
memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
• Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu
terjadi;
• Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan
mereka;
• Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba
dan mengambil resiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka
(bahkan ketika terjadi kesalahan);
• Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
• Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
• Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
• Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas
layanan yang diberikan.
AGENDA 3
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN

1. Smart ASN
a. Literasi Digital
Literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegerasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan.

b. Pilar Literasi Digital


Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital skills, digital
safety, digital culture, dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
c. Implementasi Literasi Digital
• Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
• Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik
di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, dan sektor penyiaran.
• Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
• Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
• Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
2. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya Aparatur Sipil Negara
yang unggul selaras dengan perkembangan zaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil
(PNS); dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai
ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan
kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: a)
Pelaksana kebijakan publik; b) Pelayan publik; dan c) Perekat dan pemersatu
bangsa.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan
dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak berupa gaji, tunjangan,
perlindungan, cuti, pegembangan kompetensi serta jaminan pensiun dan hari
tua.
Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode
etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang
diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi transparansi,
akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerapakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan
yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepada masyarakat
maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi
pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai
visi dan misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai
harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua
prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai.
Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja.
Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi,
disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan
bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karir, pola karir, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen
PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian
dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan
pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga
negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka
dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi
kualifikasi kepangkatan, pendidikan, dan Latihan, rekam jejak jabatan, dan
integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi,
Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya
kepada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). KASN melakukan pengawasan
pengisian jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri pegawai ASN
dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi
pejabat negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi
Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan
profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar Instansi
Pemerintah. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai