Darman (112001100)
Dio Aldi (112001073)
Muh. Fiqra Rahman (112001058)
Yusri Chairul Insanu (112001063)
Laporan kerja praktek ini merupakan salah satu persyaratan dalam rangka
menyelesaikan studi pada program FAKULTAS Teknik Universitas Muhammadiyah Buton.
Laporan pratikum ini telah dibaca, diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
lapangan, supervise serta manajer Perusahaan.
Pasarwajo, 17 Desember 2023
Pembimbing
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan
laporan Kerja Praktek (KP) di PT. Meutia Segar. Laporan ini merupakan
semua orang terutama bagi Mahasiswa/i Teknik Sipil dan bagi Kami selaku
penulis.
bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mohon
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………………………………………………..vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
2.1.4 Agregat................................................................................................................................8
2.1.6 Gradasi..............................................................................................................................10
3.4.2 Kontraktor/Pelaksana........................................................................................................21
BAB V ...........................................................................................................................................47
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................47
5.2 Saran...................................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................49
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………………………………………………50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. Penghamparan Material Timbunan Kelas B Ketebalan 20 cm Dengan Menggunakan Motor Grade
51
Gambar 5. Pemadatan Lapis Pondasi Agregat dengan Menggunakan Vibrator Roller Dengan ketebalan 15 cm
52
Gambar 6. Penyiraman permukaan Badan jln Guna untuk Memaksimalkan padatnya material kelas B dengan
menggunakan Mobil Water Truck 52
Gambar 7. Penyiraman Aspal cair pada Permukaan badan Jln Sebelum melakukan Pengaspalan dengan
Menggunakan Asphalt Sprayer 52
Gambar 9. Pemadatan pertama Aspal Setelah di hampar dengan menggunakan alat Tanden Roller 53
Gambar 10. Pemadatan kedua aspal setelah dihampar dengan menggunakan alat Pneumatic Tire Roller 53
Gambar 11. Pengeboran jalan yang telah di aspal dengan menggunakan alat core drill yang bertujuan untuk
mengetahui ketebalan aspal dan komposisi campuran aspal 54
Gambar 12. Penimbunan bahu jln menggunakan material timbunan pilihan lebar 1m dan tebal 15cm 54
Gambar 13. Pemadatan bahu jalan dengan menggunakan alat Tanden Roller 55
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.4. Kegunaan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.Penelitian terdahulu
Proses desain campuran beraspal adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mendapatkan komposisi campuran beraspal yang paling menguntungkan.
Campuran aspal yang didesain pada kadar aspal yang tepat diharapkan dapat
memberikan kinerja layan yang baik. Berdasarkan analisis parameter dan
karakteristik Marshall didapatkan suatu range (batas) nilai kadar aspal yang
memenuhi semua persyaratan. (Mesiriawati, Yeti. 2007).
Agregat bergradasi rapat adalah agregat yang bergradasi baik mulai dari
kasar hingga halus. Ada perbedaan nilai stabilitas campuran terhadap pemilihan
grading, sedang pengaruh interaksi antar grading dan material terhadap stabilitas
tidak berbeda.(Kusharto, Harry. 2007).
2. Filosofi Laston
Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (2010) laston
mempunyai latar belakang :
a. Yang diutamakan adalah stabilitas, yang merupakan sasaran Lapisan Aspal
beton.
b. Gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi harus menerus (well graded),
agar interlocking antara butir besar.
c. Karena gradasi yang digunakan gradasi menerus maka menyebabkan rongga
antar butir menjadi kecil.
d. Kebutuhan campuran terhadap aspal adalah sedikit, agar mencegah bleeding.
Karena kebutuhan aspal sedikit maka selimut aspal (Film Thickness)
menjadi tipis, sehingga aspal akan mudah teroksidasi, menyebabkan laston lapisan
aus akan cepat lelah (Fatique). Akibatnya campuran tidak awet sehingga
menyebabkan lapisan aus mudah retak – retak, daya lekat aspal berkurang dan
umur jalan berkurang.
LASTON
Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis Pengikat / Lapis
Aus Antara Pondasi
Kadar aspal efektif Min 5,1 4,3 4,0
2.1.4 Agregat.
a. Agregat Kasar .
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36 mm).
Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih,
kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing lainya
serat mempuyai tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat agar dapat
memberikan sifat interlocking yang baik dengan material yang lain. Tingginya
kandungan agregat kasar membuat lapis perkerasan lebih permeabel. Hal ini
menyebabkan rongga udara meningkat dan menurunya daya lekat bitumen, maka
terjadi pengelupasan aspal dari batuan.
Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 2. di
bawah ini.
b. Agregat Halus.
Agregat halus atau pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami batuan
atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat halus adalah
material yang lolos saringan no.8 (2,36mm). Agregat dapat meningkatkan
stabilitas campuran dengan penguncian (interlocking) antara butiran. Selain itu
agregat halus juga mengisi ruang antara butir, bahan ini dapat terdiri dari butir-
butiran batu pecah atau pasir alam atau campuran dari keduanya. Agregat halus
pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 3. di bawah ini.
Angularitas (kedalaman
dari permukaan < 10 AASHTO TP 33 Min. 45
cm) atau
Angularitas (kedalaman ASTM C1252-93
Min. 40
dari Permukaan 10 cm)
c. Bahan Pengisi.
Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat non plastis. Filler harus mengandung
bahan yang lolos saringan No. 200 (0,075) tidak kurang dari 75% terhadap
beratnya (Bina Marga 2010).
2.1.5 Aspal.
2.1.6 Gradasi.
1. Stabilitas (stability).
Stabilitas perkeresan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti
gelombang, alur atau bleeding. Nilai stabilitas yang terlalu tinggi menyebabkan
lapis perkerasan menjadi kaku dan cepat mengalami retak.
1. Keawetan (durability)
Durabilitas adalah kemampuan aspal beton menerima repetisi beban lalu
lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan dan permukaan
jalan serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air
atau perubahan suhu.
2. Kelenturan (fleksibility)
Fleksibilitas pada lapis perkerasan adalah kemampuan aspal beton untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari
pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak.
Keterangan :
Pb : Perkiraan kadar aspal optimum
CA : Nilai presentase agregat kasar
FA : Nilai presentase agregat halus
FF : Nilai presentase Filler
K : konstanta (kira-kira 0,5 - 1,0)
Hasil perhitungan Pb dibulatkan ke 0,5% ke atas terdekat.
Berat jenis efektif adalah perbandingan antara berat bahan di udara (tidak
termasuk rongga yang menyerap aspal) pada satuan volume dan suhu 23
tertentu dengan berat air destilasi dengan volume yang sama dan suhu tertentu
pula, yang dirumuskan :
Keterangan :
Gse = Berat jenis efektif agregat
Pmm = Persentase berat total campuran (=100%)
Gmm = Berat jenis maksimum campuran, rongga udara 0 (Nol)
Pb = Kadar aspal berdasarkan berat jenis maksimum
Gb = Berat jenis aspal
Keterangan :
Gmm = Berat jenis maksimum campuran, rongga udara 0 (Nol)
Pmm = Persentase berat total campuran (=100%)
Pb = Kadar aspal berdasarkan berat jenis maksimum
Ps = Kadar agregat persen terhadap berat total campuran
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gb = Berat jenis aspal
4. Penyerapan Aspal
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total
tidak terhadap campuran yang dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat
Gsb = Berat jenis bulk agregat
Gse = Berat jenis efektif agregat
Gb = Berat jenis aspal
Keterangan :
Pbe = Kadar aspal efektif, persen total agregat
Pb = Kadar aspal persen terhadap berat total campuran
Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat
Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran
Keter
angan :
VMA = Rongga diantara mineral agregat, persen volume bulk
Gsb = Berat jenis bulk agregat
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran
Keterangan :
VMA = Rongga diantara mineral agregat, persen volume bulk
Gsb = Berat jenis bulk agregat
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
Pb = Kadar aspal persen terhadap berat total campuran
Keterangan :
VFA (void filled with asphalt) = Rongga terisi aspal
VMA (voids in mineral agregat) = Rongga diantara mineral agregat
VIM (void in mix) = Rongga udara campuran, persen total campuran
METODE KEGIATAN
b. Bendahara.
Bendahara adalah orang yang bertanggung jawab kepada Pemimpin
Proyek atas pengaturan penbiayaan sesuai dengan peraturan yang berlaku pada
pelaksanaan keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
e. Pengawas Lapangan.
Pengawas lapangan adalah orang yang melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati agar
dapat memberikan laporan kepada Pimpinan Proyek mengenai kualitas material
dan peralatan yang digunakan sesuai dengan rencana atau belum.
Tugas dan tanggung jawab pengawas lapangan yaitu :
1. Melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan, sehingga tetap terlaksana
dengan baik sesuai dengan rencana kerja.
2. Menampung segala persoalan di lapangan dan menyampaikannya kepada
pemimpin proyek.
3. Membantu survey dan mengumpulkan data di lapangan.
4. Menjaga hubungan baik dengan instasi serta masyarakat setempat yang
berhubungan dengan pekerjaan.
5. Meneliti laporan bulanan yang diserahkan oleh kontaktor.
f. Pelaksana Kegiatan.
Tugas pelaksana kegiatan yaitu :
1. Mengendalikan proyek sejak awal kegiatan sampai selesai pelaksanaan.
2. Memberikan semua instruksi kepada konsultan pengawas.
3. Menyetujui atau menolak pekerjaan tambah kurang.
4. Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan
g. Pemegang Kas.
Tugas pemegang kas yaitu :
1. Meyelenggarakan data-data kearsipan yang berhubungan dengan bukti-bukti
pembukuan keuangan selama pelaksanaan proyek.
2. Bertanggung jawab atas pengelolaan admisinistrasi keuangan proyek.
3. Melaksanakan pembayaran atas persetujuan pelaksana kegiatan serta
menyiapkan surat permintaan pembayaran (SPP).
4. Menyelenggarakan buku kas umum dengan buku-buku pembantunya.
3.4.2 Kontraktor/Pelaksana.
a. General Superintendent.
General Superintendent adalah unit organisasi kontraktor pelaksana yang
berada dilapangan. General Superintendent merupakan wakil mutlak dari
perusahaan.
Tugas General Superintendent yaitu :
1. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
2. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal sampai
selesai.
3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak.
4. Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dan sesuai
dengan tugasnya masing- masing.
g. Quality Control.
Tugas Quality Control yaitu :
1. Memeriksa kualitas hasil pekerjaan yang telah selesai.
2. Memberikan saran kepada pelaksana agar hasil pekerjaan tersebut sesuai
dengan dokumen.
3. Memeriksa kualitas material yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
h. Pelaksana.
Tugas pelaksana yaitu :
1. Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
2. Megkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.
3. Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.
i. Surveyor/Drawing.
Tugas Surveyor/Drawing yaitu :
1. Membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan dalam proyek.
2. Bertanggung jawab atas data-data pengukuran di lapangan.
3. Melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek.
a. Site Engineer.
Tugas Site Engineer yaitu :
1. Bertanggung jawab kepada pemilik proyek.
2. Mengadakan penilaian terhadap kemajuan pekerjaan, memberikan petunjuk-
petunjuk atas wewenang yang diberikan pelaksana kegiatan.
3. Mengatur atau menggerakkan kegiatan teknis agar dicapai efisiensi pada
setiap kegiatan (pekerjaan yang harus ditangani).
4. Mengecek dan menandatangani dokumen tentang pengendalian mutu dan
volume pekerjaan.
b. Highway Engineer.
Tugas Highway Engineer yaitu :
1. Menganalisa data survey lapangan, data lain yang tersedia seperti tipe dan
volume lalu lintas dan meyiapkan detai desain, perkiraan jumlah dan biaya,
serta pekerjaan dan usulan perubahan.
2. Menyiapkan rencana kerja detail pekerjaan untuk menyelidiki termasuk
pengeboran atau sondir jika diperlukan dan mengkoordinasikan semua
kegiatan tim supervisi dalam melaksanakan rencana kerja di lapangan.
3. Melaksanakan review design dan usulan perubahan design serta biaya,
meyiapkan gambar teknis untuk membuat laporan pada pelaksanaan kegiatan
pengawasan.
c. Chief Inspector.
Tugas Chief Inspector yaitu :
1. Bertanggung jawab kepada Site Engineer.
2. Membantu Site Engineer dalam menyiapkan data untuk “final payment”.
3. Memberikan laporan kemajuan pekerjaan kepada Site Engineer.
4. Melaksanakan pengarsipan surat-surat, laporan harian, laporan bulanan,
jadwal kemajuan pekerjaan dan lain-lain.
5. Membuat catatan harian tentang pekerjaan yang dilakukan kontraktor.
d. Quality Engineer.
Tugas Quality Engineer yaitu :
1. Bertanggung jawab kepada Site Engineer.
2. Menyerahkan kepada Site Engineer himpunan data bulanan pengendalian
mutu paling lambat 14 bulan berikutnya. Himpunan data harus mencakup
semua tes laboratorium dan lapangan secara jelas dan terperinci.
3. Melakukan semua analisa semua tes, termasuk usulan komposisi campuran
(job mix formula) dan justifikasi teknik atas persetujuan dan penolakan usul
tersebut.
4. Memerintahkan kontraktor untuk membongkar dan memperbaiki kembali
pekerjaan yang kualitasnya tidak sesuai dengan ketentuan.
5. Menolak material dan peralatan kontraktor yang tidak memenuhi syarat dan
ketentuan yang berlaku.
6. Memeriksakan hasil pekerjaan dari kontarktor apakah sesuai mutu dan
kualitas yang ditentukan.
e. Quantity Engineer.
Tugas Quantity Engineer yaitu :
1. Bertanggung jawab kepada Site Engineer.
2. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor apakah sesuai dengan
kuantitas yang telah ditentukan.
3. Menolak pekerjaan kontraktor yang kuantitasnya tidak sesuai dengan
ketentuan.
4. Memberikan laporan tertulis pada pelaksanaan kegiatan atas hal-hal yang
menyangkut masalah pengendalian kuantitas.
f. Inspector.
Tugas Inspector yaitu :
1. Mengikuti petunjuk Chief Inspector dalam melaksanakan tugasnya.
2. Mengirim laporan kepada Site Engineer atau Chief Inspector.
3. Mengadakan pengawasan yang terus menerus di lokasi pekerjaan yang
sedang dikerjakan dan memberi laporan kapada Chief Inspector atas
pekerjaan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak. Semua hasil
pengamatan harus dilaporkan secara tertu
4. Menyiapkan catatan harian untuk peralatan, tenaga kerja dan bahan yang
digunakan oleh kontaktor untuk menyelesaikan pekerjaan harian.
g. Surveyor.
Tugas Surveyor yaitu :
1. Bertanggung jawab langsung kepada Quantity Engineer.
2. Melakukan pengawasan ketelitian pengukuran oleh kontraktor terhadap titik-
titik penting sehingga tidak terjadi selisih dimensi maupun elevasi.
3. Mengumpulkan semua data pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan dan
bertanggung jawab atas ketlitian yang didapat.
h. Lab.Technician.
Tugas Lab.Technician yaitu :
1. Melaksanakan pngambilan contoh tanah/ material dan malakukan pengujian
tanah/ material di laboratorium.
2. Mengevaluasi hasil tes tersebut dan bertanggung jawab terhadap ketelitian
dan kebenaran hasil yang diproses.
A. Pekerjaan Persiapan.
b. Pengukuran.
Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan untuk memperoleh letak-letak referensi
dari proyek yang akan dilaksanakan. Pekerjaan tersebut diantara-nya adalah
sebagai berikut :
1. Ukuran titik duga patok (titik nol) akan ditentukan oleh menejer Kont-
raktor bersama-sama pemborong. Selanjutnya titik ini harus ditetapkan
permanen dengan tugu beton sedimikian sehingga tidak bisa beubah-ubah
dan hilang dan diberi tanda jelas supaya tidak menyulitkan tim pengawas
dilapangan.
2. Penentuan titik lainnya ditentukan oleh pemborong dilapangan dengan alat
ukur pesawat seperti water pas dan JPS.
3. Jika menemukan ketidak cocokan antar gambar rencana dan keadaan
lapangan, maka harus dilaporkan kepada Direksi untuk bisa mengambil
kesimpulan dan disetujui bersama akan penempatan yang sesuai.
4. Pengukuran sudut siku-siku dilakukan dengan menggunakan alat teropong,
water pas,theodolit dan alat penyiku lainnya.
a. Uraian.
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemmrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat diatas permukaan yang telah
disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sesuai dengan perintah Direksi pekerjaan dan memelihara lapis pondasi
agregat yang telah sesuai dengan persyara-tan. Pemorosesan harus meliputi, bila
perlu, pemecahan menghasilkan suatu bahan yang memenuhi spesifikasi teknik.
Berikut ini merupakan tabel mengenai gradasi lapis pondasi agregat dan sifat-sifat
lapis pondasi agregat yang di gunakan :
Tabel 7. Gradasi Lapis Pondasi Agregat.
Toleransi Elevasi
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Permukaan Relatif
terhadap rencana
Lapis Pondasi Agregat Kelas B di gunakan sebagai
+ 0 cm
Lapis Pondasi Bawah (hanya permukaan atas dari
Lapisan Pondasi Bawah) - 2 cm
Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk
+ 0 cm
Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan
atau Bahu Jalan) - 1 cm
Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Lapis
Memenuhi pasal 4.2.1.3
Permukaan).
c. Standar Rujukan.
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
SNI -03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir
yang mudah pecah dalam agregat.
SNI -1967-2008 : Cara Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah.
plastisitas tanah.
Los angeles.
C. Pekerjaan Timbunan.
Terdapat tiga kelas yang berbeda yang digunakan dalam proyek ini yaitu
kelas A, kelas B dan kelas S. Pada umumnya lapis pondasi agrgat kelas A adalah
mutu lapis pondasi atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan lapis pondasi
agregat kelas B adalah untuk lapisan pondasi bawah sedangkan kelas S digunakan
pada bahu jalan tanpa penutup aspal.
1. Fraksi Agregat kasar yang digunakan tertahan pada 4,75 mm harus terdiri
pada patikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang
yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan keringkan tidak boleh
digunakan.
2. Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka lapis pondasi agragat kelas
A mempunyai 100% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90* dan
untuk lapis pondasi kelas B yang berasal yang berasal dari kerikil
mempunyai 60% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90*.
3. Agregat halus yang yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
pasi alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi yang lolos
ayakan No.200 tidak boleh melampaui dua pertiga fraksi bahan yang lolos
ayakan No.40.
4. Sifat bahan yang digunakan, agregat harus terbebas dari bahan organic dan
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan
setelah dipatkan harus memenuhi ketentuan gradasi.
5. Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui,
dengan menggunakan pemasok mekanis (mechanical feeder) yang telah
dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-
komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun
tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
E. Perkerasan Aspal.
kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada
turun hujan.
2. Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus
sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik
bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan
gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah
agregat asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal
emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
untuk menggunakan aspal emulsi kationik.
3. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil
atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan
kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan
ASTM 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan
ASTM No.8 (2,36 mm).
5. Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus bahan latex
dengan kandungan karet kering minimum 60 %. Kadar bahan modifikasi
dalam aspal emulsi haruslah 2-3 % terhadap berat residu aspal. Dalam
kondisi apapun, aspal emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di
lapangan.
campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan
sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan
memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin
bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara,
stabilitas, kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana.
Hasil dan evaluasi kegiatan pekerjaan pada proyek ini adalah untuk lapis
pondasi atas agregat yang digunakan harus awet dan harus mempunyai bidang
pecah dan tidak terdapat lumut atau tumbuhan lainnya yang terdapat pada
permukaan agregat tersebut. Material yang digunakan tergolong sebagai agregat
yang mempunyai gradasi yang baik, yaitu rongga antara material tidak terlalu
besar. Partikel agregat tersebut merupakan hasil dari mesin pecah. Material yang
digunakan dilapangan adalah material yang sebelumnya telah mengalami proses
pencampuran baik berupa batu pecah maupun batu kerikil dan dilakukan ditempat
yang telah ditentukan. Pada saat penghamparan material pada lapisan pondasi atas
tebal hamparan material 20 cm.
a. Dump truck.
Berkapasitas 5m3
= 2 x 0,025 ÷ 2
= 0,025 jam
Lain-lain/waktu tunggu/putar/antri adalah 0,017 jam
Total Cycle Time adalah
= 0,025 + 0,017
= 0,042 jam
c. Vibrator Roller.
Pekerjaan pemadatan lapis pondasi atas dilakukan dengan
menggunakan Vibrator Roller. Perkiraan produktivitas alat pemadatan ini dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Data-data yang didapat dari pengamatan dilapangan untuk pekerjaan
pemadatan adalah :
Kecepatan 3 km/jam
Lebar efektif alat 1,2 m
Tebal hamparan padat 0,2 m
Faktor kembang tanah 1,2
Banyak lintasan 8
Faktor efesiemsi alat 0,67
1. Produksi Vibrator Roller perjam
= Kecepatan x Lebar efektif x Tebal hamparan x Fator efesiensi alat ÷
Banyak lintasan.
= 3000 m/jam x 1,2 m x 0,2 m x 0,67 ÷ 8
= 60,3 m3
d. Asphalt Finisher.
Pada pekerjaan penghamparan aspal dengan menggunakan Finsher,
produktivitasnya tergantung dari kecepatan screed. Biasanya Finisher mampu
menghampar aspal sebanyak 8 m3 dalam waktu 20 menit. Kecepatan Finisher pada
saat penghamparan adalah konstan.
Prod = 0,4 m3/menit/paver
e. Tandem Roller.
Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas setiap alat yang
digunakan untuk pemadatan adalah sama.
Data-data yang didapat dari pengamatan dilapangan untuk pekerjaan
pemadatan dengan menggunakan tandem roller adalah jumlah passing untuk
pemadatan (P) adalah 1 kali, lebar pemadatan per passing (W) adalah 3 m,
kecepatan (S) adalah 20 km/jam, ketebalan lapis akhir (L) adalah 7,5 cm, dan
efesiensi (E) 50 menit/jam. Operator yang diperlukan sebanyak 1 orang. Maka
produktivitas alat ini adalah sebagai berikut.
g. Tenaga kerja.
Pada pekerjaan lapis pondasi atas tenaga kerja yang diperlukan untuk
membersihkan sisa material yang tidak dipakai setelah penghamparan adalah 2
orang. Dalam 1 hari seorang pekerja tersebut membersihkan sisa hamparan
sepanjang 800 m2. Jadi, produktivitas tenaga kerja adalah.
Prod = 400 m2/org/hari.Untuk pekerjaan lapis perkerasan tenaga kerja
yang bekerja merapikan hasil hamparan adalah 8 orang per hari, dalam 1 hari jam
kerja penghamparan lapis perkerasan dapat dilakukan sepanjang 1200 m 2. Jadi
produktivitas tenaga kerja tersebut adalah:
Prod = 150 m2/org/hari.
h. Mandor.
Perhitungan produktivitas mandor pada setiap pekerjaan dihitung
berdasarkan panjang pekerjaan yang dilaksanakan dalam waktu 1 hari jam kerja.
Pada pekerjaan lapis pondasi atas mandor yang bekerja hanya 1 orang. Maka
produktivitas mandor untuk pekerjaan lapis pondasi atas adalah sama dengan
panjang pekerjaan yaitu 800 m2/org/hari, dan untuk lapis perkerasan dengan
panjang pekerjaan dalam satu hari adalah 1200 m2 diawasi oleh 2 orang mandor.
Jadi produktivitas mandor pada pekerjaan lapis perkerasan adalah 600 m2/org/hari.
BAB V
5.1. Kesimpulan.
5.2. Saran.
Dari hasil pengamatan di lokasi pekerjaan proyek diperoleh beberapa saran
dalam pelaksanaan pekerjaan proyek :
1. Untuk mengatasi masalah keterlambatan material sampai ke lokasi
pekerjaan, makapada proyek kedepannya sebaiknya pihak proyek lebih baik
menambah armada pengangkut material, di karenakanmemperhatikan lagi
jarak antara Base Camp dengan lokasi pekerjaan yang jauh.
2. Kedepannya bagi mahasiswa yang akan melakukan Praktek Kerja Lapangan
sebaiknya terlebih dahulu mempelajari secara mendalam tentang proses-
proses pekerjaan dilapangan sehingga pada saat mengikuti praktek tidak
mengalami kesulitan.
3. Konsultasikan dengan dosen pembimbing pada saat masih melakukan Kerja
Praktek (KP) setiap satu minggu sekali, untuk memudahkan mahasiswa
dalam mengikuti Kerja Praktek (KP) dan mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Penggunaan waktu pada pelaksanaan pekerjaan saat cuaca bagus
dilakukan semaksimal mungkin dibandingkan pada saat musim hujan, agar
pekerjaan bisa dikerjaakan sesuai jadwal.
5. Penempatan material sebaiknya pada tempat yang lebih dekat dengan
pekerjaan, agar pada saat penggunaannya tidak butuh waktu lama untuk
mengambilnya.
DAFTAR PUSTAKA.
Nomor